Anda di halaman 1dari 13

Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke

Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi telah memberikan dorongan perubahan besar dalam


perilaku hidup manusia. (Cornwell & Stoddart 1999) Secara sederhana, dalam
tulisan ini, globalisasi dipahami sebagai proses perubahan dalam dimensi
temporal dan spasial. Proses perubahan yang diukur secara empiris melalui
sudut pandang waktu dan tempat.

Globalisasi menggambarkan sebuah kondisi dimana waktu yang sangat


terbatas dapat menjembatani perbedaan spasial yang sangat besar. Seperti
halnya konsep teknologi komunikasi, globalisasi membentuk sistem
konektifitas yang memiliki cakupan global dengan efisiensi waktu seminimal
mungkin. Namun disisi lain, terdapat pemaknaan globalisasi sebagai proses
penyempitan atau penyederhanaan. Proses tersebut dapat dilihat dari pola
interaksi sosial yang sebelumnya harus melalui tahapan yang panjang dan
rumit untuk terhubung, menjadi saling terkait satu sama lain dalam pola yang
lebih sederhana. Pola interaksi yang sebelumnya terhambat oleh faktor-faktor
seperti budaya, sistem politik, birokrasi, dan jaringan (networking) menjadi
lebih mudah untuk saling terhubung.

Globalisasi melahirkan proses pembentukan struktur sosial baru


seperti proses integrasi, sinkronisasi, unifikasi, dan norma universalitas.
(Kloskowska 1998) Pada ruang lingkup global, globalisasi memicu proses
homogenisasi nilai-nilai tertentu yang menyebabkan sifat heterogenitas nilai
yang ada dalam lingkup negara/nasional menjadi saling melebur dan
terhubung antara satu sama lain. Fenomena globalisasi ini menimbulkan efek
yang sangat beragam. Perubahan terjadi pada kondisi tertentu dan pada aktor
tertentu pula dalam struktur sosial yang ada.

Kompleksitas yang lahir dari fenomena globalisasi melahirkan

1
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
perdebatan yang cukup menarik tentang penfasiran konsep identitas. Identitas
dalam hal ini dimaknai sebagai sesuatu yang memiliki fungsi representatif dari
satu hal, waktu, tempat, nilai, dan sifat tertentu. Identitas juga melambangkan
keunikan atau kekhasan unit/individu yang membedakan antara unit/individu
satu dengan yang lain. (Erikson 1968) Perdebatan yang muncul terkait konsep
identitas dan globalisasi adalah fenomena meleburnya nilai-nilai kenegaraan
atau nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme yang melekat sebagai unsur
kenegaraan mengalami proses integrasi menjadi bentuk nilai global/universal.
Proses meleburnya nilai-nilai tersebut seringkali tidak diiringi dengan
komposisi yang berimbang. Pada proses tertentu, ada nilai yang dilemahkan
dan disisi lain ada nilai yang dikuatkan. Nilai sangat erat kaitannya dengan
konsep identitas, seperti halnya identitas nasional/kenegaraan. Proses menuju
kondisi universal juga melahirkan sebuah konsep baru dari identitas, yaitu
identitas global. Identias nasional dan identitas global seolah dipertarungkan
sebagai implikasi dari terjadinya proses globalisasi. Hal ini kemudian
melahirkan sebuah perdebatan yang panjang mengenai konsep dari identitas
itu sendiri. Seperti yang dikutip dari pernyataan Stuart Hall: There has been a
veritable discursive explosion in recent years around the concept of "identity".
(Hall 1996b)

Konsep identitas mengalami transformasi dalam proses pembangunan


nilai-nilai dari identitas itu sendiri. Proses perbesaran dan penyempitan nilai
yang terjadi akibat efek dari globalisasi turut mendorong transformasi ke
perdebatan yang lebih kompleks. Pada era global, ruang lingkup dari
kontradiksi tersebut bertambah luas. Kontroversi mengenai relasi globalisasi
dan identitas semakin berkembang ketika muncul konsep global citizen dan
cosmopolitanism. Perdebatan kemudian beralih pada pembahasan mengenai
identitas nasional dan identitas global.

Konsep global citizen atau warga dunia adalah perkembangan dari


model kosmopolitanisme yang sudah ada sejak era sosial klasik (Cynic
Diogenes, 412 SM). Kosmopolitanisme sendiri merupakan istilah yang berasal
dari bahasa yunani yang terdiri dari cosmos (alam semesta) dan polites
(masyarakat). Kosmopolitanisme sering diartikan sebagai konsep dimana nilai-

2
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
nilai universal dapat diyakini oleh masyarakat secara luas dan dipraktekan
dalam skala global. Pada era politik modern, konsep kosmopolitanisme
kembali disinggung oleh ilmuan politik Immanuel Kant dalam karyanya yang
berjudul Perpetual Peace. Kant menyebut istilah ius cosmopoliticum yang
berarti hukum kosmpolitan atau aturan hukum global. Perpetual Peace
mencoba untuk menjelaskan mengenai aturan-aturan atau hukum yang
menjadi kesepakatan secara universal. Konteks ini kemudian berkembang
lebih jauh ketika membicarakan aturan perang/hukum humaniter (HHI), hak
asasi manusia (HAM), dan perdagangan global. Kembali lagi pada pengertian
nilai dan identitas, kosmopolitanisme dan globalisasi bekerja searah dalam hal
perluasan kedua hal tersebut.

Kontradiksi mengenai identitas dalam globalisasi dan


kosmopolitanisme kemudian menjadi menarik untuk dibahas karena masih
menjadi sebuah perdebatan tersendiri dikalangan ilmuan sosial dan politik.
Pada pembahasan lebih lanjut, hubungan yang dapat ditarik dari globalisasi
dan kosmopolitanisme adalah pembicaraan mengenai kontradiksi nasionalisme
negara dan munculnya konsep identitas global. Globalisasi mendorong adanya
pergerakan dan perpindahan kapital yang sangat besar. Intensitas dari proses
mobilisasi tersebut mengakibatkan batas negara menjadi semakin tipis
(borderless) karena semakin banyak interaksi yang terhubung. Kondisi
tersebut berdampak pada perubahan sosial masyarakat yang sebelumnya
memiliki orientasi nasionalis (national-oriented) kemudian berkembang
menjadi berorientasi global (global oriented). Perubahan terjadi ketika
identitas kultural bergeser karena budaya nasional yang sebelumnya menahan
identitas tergerus oleh arus budaya global. (Barth 1969)

Pendapat yang lain mengatakan bahwa globalisasi justru mendorong


faktor kekhasan dari identitas. Pada cakupan global, individu sosial
membutuhkan sebuah fungsi pembeda atau spesialisasi yang lebih kuat
dibanding dengan sebelumnya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya aktor
yang terlibat dalam interaksi sosial. Faktor nasionalisme yang sebelumnya
diyakini akan semakin melemah akibat globalisasi justru dibantah oleh
pemikiran ini. Dua pandangan ini sangat erat kaitannya dengan pertentangan

3
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang dialami oleh ideologi neo-liberalisme dan neo-realisme. Ideologi neo-
liberalisme yang mengedepankan unsur kerjasama dalam interaksi
internasional, lebih berpihak pada pendapat bahwa penguatan ada pada
identitas global, seiring meluasnya budaya yang menyokong identitas. Ideologi
neo-realisme berpikir sebaliknya, karena adanya kekhawatiran akan keamanan
dan meningkatnya level kompetisi global, justru penguatan terjadi pada
identitas nasional. Nasionalisme menjadi proses yang harus diperkuat karena
kompetisi budaya yang semakin beragam. Kehilangan nasionalisme akan
sangat merugikan negara karena berkaitan dengan pengabdian dan orientasi
nasional dari setiap individu sosial. Kedua pemikiran ini lah yang kemudian
menarik untuk dibahas lebih lanjut dalam penulisan skripsi ini. Kontradiksi
antara identitas nasional dan identitas global, mana yang lebih berperan besar
dalam era globalisasi pada masa sekarang. (Bornman n.d)

Pada penulisan skripsi ini, penulis mengangkat sebuah studi kasus


mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh pengalaman belajar ke luar negeri
terhadap orientasi global mahasiswa, khususnya adalah mahasiswa jurusan
Hubungan Internasional (HI). Studi kasus ini akan membantu dalam
memahami kontradiksi yang muncul dalam globalisasi mengenai nasionalisme
dan identitas global. Pengalaman belajar ke luar negeri yang banyak diperoleh
oleh mahasiswa HI dijadikan sebagai acuan dalam melihat kecenderungan
mana yang lebih dominan antara dua hal tersebut. Studi kasus tersebut juga
bisa melihat apakah memang nasionalisme dan identitas global merupakan dua
hal yang harus dipertentangkan dalam konteks globalisasi. Pengalaman ke luar
negeri dalam jangka panjang maupun menengah adalah sasaran dari penelitian
ini. Proses yang sedemikian panjang yang ditempuh di luar negeri akan
memberikan dampak yang sangat beragam pada tiap-tiap responden
mahasiswa.

Ilmu hubungan internasional merupakan basis ilmu yang sejak awal


sudah memiliki orientasi global. Pembelajaran yang akan dilakukan berkisar
pada cakupan yang sejak awal membicarakan mengenai negara, struktur
internasional, dan pemikiran global. Namun dalam perkembangannya, praktisi
ilmu HI mengalami dilemma yang cukup berat ketika orientasi global tersebut

4
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
terbentur kenyataan bahwa tidak semua hal mengarah pada orientasi global.
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, bahwa ada keyakinan lain yang
justru menguat dalam tataran nasional. Ketidakpatuhan sepenuhnya pada
orientasi global ini yang kemudian menarik. Terlebih ini terjadi bukan di
negara yang memiliki sumberdaya budaya yang dominan seperti Amerika
Serikat dan negara kawasan Eropa, tapi terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia. Pembahasan lebih lanjut yang dapat ditarik dari studi kasus
pengalaman belajar ke luar negeri mahasiswa HI di Indonesia akan sangat
menarik melihat perdebatan mengenai identitas global dan nasionalisme yang
terus berkembang.

B. Pertanyaan Penelitian

Setelah memahami latar belakang yang menjadi landasan penelitian, maka


dirumuskan satu pertanyaan yang menjadi fokus penelitian ini. Bagaimana
pengalaman belajar ke luar negeri mahasiswa mendorong terbentuknya
identitas global?

C. Kerangka Konseptual

Pada penjelasan mengenai konsep, penelitian ini memiliki dua payung


besar tema yaitu tentang globalisasi dan kosmopolitanisme. Kedua hal ini
memiliki kaitan yang sangat erat ketika digunakan untuk memahami
perdebatan mengenai permasalahan identitas. Pemahaman mengenai
globalisasi dalam lingkup kosmopolitanisme perlu dilihat dari proses
terbentuknya sebuah identitas yang mendasari konsep world citizen. Konsep
world citizen atau warga dunia adalah sebuah konsep sosial yang pada awalnya
dikutip dari pemikir sosial klasik Cynic Diogenes yang menyebutkan tentang
“cosmopolities, a citizen of the cosmos not only citizen of polis”. Sebuah
gambaran dasar bahwa manusia memiliki potensi untuk berinteraksi secara
luas (cosmos) dibandingkan hanya interaksi dalam cakupan kecil (polis).
Perkembangan konsep kosmopolitanisme dalam tatanan sosial yang lebih
modern diungkapkan kembali oleh Immanuel Kant dalam “Perpetual Peace”,
sebuah esai yang membahas mengenai nilai, norma, dan aturan yang mendasari
tindakan dalam skala global. Kant meyakini bahwa ada bentukan sosial yang

5
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
lebih besar dari sebuah negara dan perlu adanya sebuah pondasi yang kuat
untuk mengatur stabilitas interaksi yang ada (Cosmopolitan Law/Universal
Law). Pemikiran ini kemudian mendasari terbentuknya HHI (Hukum
Humaniter Internasional), Hukum Perdagangan Internasional, dan Pakta HAM
yang diprakarsai PBB.

Tema globalisasi dan kosmopolitanisme yang diusung dalam penelitian


ini akan mencoba menjelaskan sebuah kondisi sosial mengenai proses
pembentukan identitas. Pembahasan mengenai kondisi sosial yang terjadi
karena terbentuknya identitas-identitas baru yang dipicu oleh fenomena
globalisasi. Sasaran penelitian ini ditujukan kepada para mahasiswa yang
memperoleh kesempatan untuk belajar ke luar negeri. Hali ini didasari dengan
hipotesa bahwa orang yang pernah merasakan kehidupan di luar negeri akan
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai identitas global. Karena faktor
kedekatan interaksi dengan budaya global yang lebih intensif. Penulisan skripsi
ini selanjutnya akan ditulis dalam kerangka konsep yang berbicara mengenai:

 Paradoks Globalisasi dan Kosmopolitanisme

Perkembangan globalisasi dan kosmopolitanisme perlahan


menimbulkan sebuah perdebatan mengenai sumber nilai yang berkaitan
dengan persoalan integrasi dan disintegrasi. Nilai-nilai yang terkandung dalam
globalisasi dan kosmopolitanisme di satu sisi diyakini sebagai faktor penyebab
runtuhnya stabilitas nasional. Hal ini diyakini karena universalitas akan
memicu tindakan yang melemahkan ikatan kebangsaan atau nasionalisme.
Nilai universal yang tercermin dari perilaku kosmopolitan merubah struktur
masyarakat yang ada. Persoalan yang sangat terlihat pada era sekarang adalah
perubahan perilaku sosial yang sangat terasa pada kehidupan masyarakat kota
besar yang tersentuh langsung dengan budaya global. (Tilaar 2007) Terjadi
perubahan orientasi sosial yang dominan ke arah global dibandingkan ke arah
orientasi nasional. Terlebih pada masyarakat yang memiliki sumber daya,
budaya dan intensitas kegiatan pergi ke luar negeri yang cukup besar. Budaya
kosmopolitan diyakini dapat mengikis rasa nasionalisme yang ada. Kondisi
global yang dihadapi akan menimbulkan pembentukan karakter yang memiliki

6
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kandungan global di dalamnya. Nilai-nilai global seperti halnya kebebasan
(freedom) dan keterbukaan (openness) menjadi nilai yang cukup dominan
dalam pembentukan identitas global. Namun, asas kebebasan yang diartikan
secara berlebihan tidak jarang menimbulkan konflik antara norma sosial yang
ada dengan perilaku yang dijalani sehari-hari dalam lingkup nasional atau
kedaerahan. Terlebih trend yang berkembang mendorong setiap individu untuk
lebih terbuka terhadap nilai-nilai universal. Identitas yang terbentuk pun
kemudian menjadi sangat beragam, ada yang menganut paham global yang
berdasar norma universal, dan ada yang tetap memegang teguh norma-norma
sosial kedaerahan serta nasionalisme. (Azra 2006) Komposisi identitas ini juga
tidak selalu kontras berlawanan. Sebagian orang bisa saja menempatkan
perilaku global pada aspek tertentu dan perilaku nasionalisme pada aspek yang
lain. Pada akhirnya, setiap orang memiliki komposisi nilai dan norma
sosialnya masing-masing.

Pendapat yang lain mengenai globalisasi dan kosmopolitanisme adalah


kebalikan dari pendapat sebelumnya. Pendapat sebelumnya mengatakan bahwa
globalisasi dan kosmopolitanisme akan melemahkan sisi nasionalisme dari
individu atau kelompok masyarakat. Namun, pendapat yang lain justru
mengatakan bahwa globalisasi akan mendorong penguatan karakter yang
nantinya berdampak pada pembangunan nasionalisme dari individu tersebut.
Setiap orang memiliki karakter atau identitas yang membedakan individu satu
dengan individu yang lain. Karakter tersebut mencakup kondisi fisik, budaya,
bahasa dan pemikiran dari setiap individu. Globalisasi, menempatkan kondisi
yang beragam dalam dunia yang semakin dekat seperti tanpa batas negara
(borderless state). Pada logika kompetisi sosial (survival to the fittest), setiap
individu akan berjuang untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat
terhadap karakter atau identitas yang dibawanya. Pada lingkup global, manusia
cenderung untuk semakin mencari pembuktian atas identitas dan merasa
bangga akan kekhasan karakteristik yang dimiliki. Sehingga hal tersebut
memungkinkan terjadinya penguatan nasionalisme yang dipicu dari situasi
yang beragam dalam lingkup global.

Perdebatan mengenai globalisasi dan kosmopolitanisme, terkait

7
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menguat atau melemahnya nasionalisme masih terus menjadi pembahasan
yang belum menemui titik akhir. Penulisan skripsi ini memiliki tujuan
memberikan kontribusi dalam membantu memahami diskursus yang ada
mengenai hal tersebut. Konsep paradoks globalisasi dan kosmopolitanisme
yang digambarkan pada dua pendapat sebelumnya menjelaskan bahwa
globalisasi masih dimaknai secara berbeda. Namun, penelitian yang akan
dilakukan lebih lanjut akan mencoba membaca sejauh mana dominasi
pemikiran yang muncul terhadap pemikiran yang lain.

 Orientasi Global dalam Pembentukan Identitas

Konsep orientasi global dalam penelitian ini akan mencoba memetakan


sasaran penelitian yang berangkat dari karakteristik mahasiswa, khususnya
mahasiwa jurusan Ilmu Hubungan Internasional (HI). Orientasi global
didefinisikan ke dalam beberapa bentuk nilai universal seperti nilai pluralisme,
kesetaraan, toleransi, dan kemanusiaan. Karakteristik yang ditunjukan oleh
responden penelitian meliputi latar belakang studi, asal daerah, orientasi gaya
hidup, dan pandangan mereka tentang globalisasi, sangat mempengaruhi hasil
dari penelitian ini nantinya. Pada penelitian ini, kelas mahasiswa menjadi
fokus utama dalam melihat dan menguji studi kasus yang berkaitan dengan
globalisasi dan kosmopolitanisme. Perdebatan mengenai nasionalisme dan
identitas global menjadi menarik apabila dilihat dalam cakupan kelas yang
spesifik. Mahasiswa yang merupakan kelas terpelajar dalam struktur sosial
bisa dijadikan tolak ukur untuk melihat sejauh mana globalisasi memberikan
dampak yang kontradiktif mengenai perdebatan nasionalisme dan identitas
global.

Orientasi global meliputi pemahaman dan tujuan yang berkaitan


dengan nilai-nilai global yang dimiliki oleh tiap-tiap individu. Setiap orang
memiliki proporsi dan sikap yang berbeda mengenai orientasi global yang ada
dalam diri masing-masing. Kajian ini nantinya akan memetakan nilai universal
manakah yang lebih dominan dalam proses kegiatan studi luar negeri
mahasiswa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ada kelas yang

8
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
lebih dominan terhadap salah satu aspek, nasionalis atau universalis. Dalam
penelitian ini, studi kasus yang diangkat dalam membuktikan orientasi global
dari tiap individu adalah pengalaman individu tersebut menempuh kegiatan
studi ke luar negeri. Terlebih fakta bahwa intensitas mahasiswa yang
mendapatkan kesempatan untuk menempuh kegiatan studi ke luar negeri
makin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi, memudahkan para pencari beasiswa
untuk mendapatkan info yang tepat mengenai beasiswa dan kegiatan studi luar
negeri yang diminati. Pemerintah pun mendorong untuk tercapainya
peningkatan mutu pendidikan melalui hal dan program-program terkait.
Kesempatan yang semakin besar dan tren pendidikan yang mengarah ke level
internasional menjadikan isu orientasi global menjadi sangat relevan untuk
dibahas dalam kerangka penelitian yang komprehensif.

 Proses Pembentukan Identitas

Identitas merupakan gambaran dari sekumpulan nilai-nilai yang dianut


oleh individu manusia. Nilai-nilai penyusun identitas dapat dimaknai sebagai
salah satu objek penting kajian penelitian ini. Studi kasus mengenai
pengalaman mahasisawa belajar ke luar negneri mencoba untuk melihat
perubahan nilai yang terjadi dalam prosesnya. Penelitian ini akan melihat
proses tersebut semenjak dari sebelum menempuh studi, proses awal adaptasi
di luar negeri, pembelajaran nilai-nilai baru, hingga proses dimana terjadi
pengadopsian nilai-nilai baru yang dianggap baik atau sesuai. Identitas yang
kemudian terbentuk akan dianalisa lebih lanjut apakah memiliki dampak
terhadap kecenderungan orientasi nasionalis atau orientasi global.

D. Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan metode kualitatif untuk mendapatkan


hasil yang cukup komprehensif dalam memahami studi kasus yang ada. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian ini akan memiliki fokus
penelitian pada responden yang memiliki pengalaman menempuh studi di luar

9
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
negeri. Sasaran penelitian ditujukan kepada kelas sosial mahasiswa.
Mahasiswa merupakan salah satu kelas sosial yang cukup representatif dalam
menjelaskan fenomena globalisasi dalam kaitannya dengan pembentukan
identitas global.

 Pendekatan Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang


akan berkonsentrasi pada proses penggalian informasi/pengumpulan
data yang mengutamakan proses deskriptif. (Moleong 1991) Penelitian
ini nantinya akan melibatkan serangkaian proses meliputi wawancara,
teknik kuesioner, observasi aktif, dan pengambilan data pendukung.

 Sasaran Penelitian

Secara umum penelitian ini akan menyasar pada individu atau


kelompok mahasiswa yang memiliki pengalaman studi atau kegiatan
belajar ke luar negeri. Kemudian penelitian ini secara khusus akan
menambahkan fokus penelitian pada individu atau kelompok
mahasiswa yang memiliki bidang studi ilmu hubungan internasional.
Hal ini disebabkan oleh karakteristik dari pembelajaran ilmu hubungan
internasional yang sejak awal sudah melibatkan elemen
global/internasional dan diyakini berpengaruh pada pembentukan
orientasi global sejak awal pembelajaran.

 Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada pembahasan mengenai


globalisasi dan kosmopolitanisme. Pembelajaran ilmu hubungan
internasional tidak hanya terbatas pada pemahaman mengenai politik
dan ekonomi internasional saja. Hubungan internasional juga
membicarakan mengenai kondisi sosial global dan segala sesuatu yang
terjadi di dalamnya. Globalisasi menjadi salah satu hal yang menarik
yang bisa dipahami dalam kaitannya dengan sisi sosial dari ilmu
hubungan internasional. Meskipun globalisasi juga dipelajari dalam

10
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
bidang kajian ilmu sosial yang lain, tapi penelitian ini akan
memberikan alternatif sudut pandang berbeda dari sisi ilmu hubungan
internasional. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam memahami ilmu hubungan internasional secara konprehensif.

 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini akan digunakan beberapa teknik pengumpulan data


meliputi:

 Observasi

Observasi dilakukan untuk memahami kondisi dan tren yang


sedang berkembang tentang studi ke luar negeri. Observasi
dilakukan baik secara langsung (pengamatan lapangan) maupun
observasi secara online melalui internet. Observasi dilakukan
terhadap sasaran penelitian, badan penyedia beasiswa,
organisasi, website resmi penyelenggara studi luar negeri dan
pembahasan terkait mengenai globalisasi, kosmopolitanisme,
dan studi luar negeri.

 Wawancara dan Diskusi

Wawancara dilakukan terhadap responden penelitian yang


sudah didata sebelumnya dengan serangkaian pertanyaan yang
terkait dengan pembahasan mengenai globalisasi,
kosmopolitanisme, dan studi luar negeri. Diskusi dilakukan
untuk mencipatakan proses kolaboratif antara peneliti dan
responden dalam memahami permasalahan yang ada dalam
penelitian. Hasil dari wawancara dan diskusi akan dijadikan
sebagai panduan analisis deskriptif yang menjadi inti dari
pembahasan penelitian

 Kuesioner (opsional)

11
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Kuesioner dilakukan apabila jumlah responden tidak memenuhi
target jumlah responden penelitian yang diharapkan. Kuesioner
akan dilakukan melalui media angket online yang akan disebar
melalu berbagai jaringan media sosial yang dapat mendukung
penelitian.

 Pengambilan Data Referensi

Data referensi sangat dibutuhkan sebagai pendukung dari


pembahasan yang akan disusun untuk memperkuat hasil
penelitian. Data referensi diambil dari literatur terkait baik yang
tertulis dalam media cetak maupun media online.

 Jenis Data

Jenis data yang diinginkan dalam proses penelitian ini adalah data
interaksi responden yang dijabarkan melalui jawaban dari pertanyaan
wawancara dan diskusi. Dari data-data tersebut ingin diperoleh
kecenderungan responden untuk memilih posisi antara orientasi global
(outside) dan penguatan nasionalisme (inside) dalam kaitannya dengan
kegiatan studi ke luar negeri. Posisi tersebut tentu harus diperkuat dan
dilandasi dengan alasan yang spesifik mendukung pernyataan tentang
posisi yang dipilih. Data lain yang ingin diperoleh adalah mengenai
kontribusi penelitian terhadap ilmu hubungan internasional dan
karakteristik pembangunan bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Penelitian ini dimaksudkan agar nantinya bisa dijadikan salah satu
referensi dalam memahami fenomena hubungan internasional dan juga
dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan kualitas
bangsa Indonesia.

E. Sistematika Penulisan

Pada bagian pertama akan menjelaskan mengenai latar belakang yang


mendasari penulisan skripsi dan relevansinya terhadap pembahasan globalisasi

12
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dalam lingkup ilmu hubungan internasional. Kemudian dilanjutkan dengan
rumusan masalah, keragka konseptual, dan metode penelitian yang akan
dilakukan.

Bagian kedua akan mulai membahas mengenai urgensi dari penelitian


yang melihat isu globalisasi dan kosmopolitanisme sebagai isu penting yang
patut untuk dibahas dalam penulisan skripsi ini. Hal ini juga terkait dengan sub
bahasan yang akan membicarakan mengenai pembentukan identitas global
yang dipicu oleh fenomena studi luar negeri yang dilakukan oleh para
mahasiswa pada era sekarang.

Bagian ketiga akan membahas hasil dari peneltian dengan


mengikutsertakan perdebatan atau kontroversi yang ada di kalangan akademisi
mengenai pembentukan identitas keluar (orientasi global) dan identitas
kedalam (penguatan nasionalisme) tyang dipicu oleh fenomena kegiatan studi
ke luar negeri yang dilakukan oleh mahasiswa.

Bagian keempat merupakan bab analisis dan penyataan posisi penulis


dalam menyikapi pembahasan sebelumnya. Disini penulis akan memberikan
pandangan dalam melihat hasil penelitian yang telah dilakukan dan secara
langsung terlibat di dalamnya.

Bagian kelima merupakan bagian terakhir untuk memasukan


kesimpulan dan saran dari apa yang didapat dan dipahami dalam proses
penulisan skripsi. Bab ini juga merupakan jawaban dari rumusan masalah yang
menjadi dasar penelitian yang dilakukan.

13

Anda mungkin juga menyukai