Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
perdebatan yang cukup menarik tentang penfasiran konsep identitas. Identitas
dalam hal ini dimaknai sebagai sesuatu yang memiliki fungsi representatif dari
satu hal, waktu, tempat, nilai, dan sifat tertentu. Identitas juga melambangkan
keunikan atau kekhasan unit/individu yang membedakan antara unit/individu
satu dengan yang lain. (Erikson 1968) Perdebatan yang muncul terkait konsep
identitas dan globalisasi adalah fenomena meleburnya nilai-nilai kenegaraan
atau nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme yang melekat sebagai unsur
kenegaraan mengalami proses integrasi menjadi bentuk nilai global/universal.
Proses meleburnya nilai-nilai tersebut seringkali tidak diiringi dengan
komposisi yang berimbang. Pada proses tertentu, ada nilai yang dilemahkan
dan disisi lain ada nilai yang dikuatkan. Nilai sangat erat kaitannya dengan
konsep identitas, seperti halnya identitas nasional/kenegaraan. Proses menuju
kondisi universal juga melahirkan sebuah konsep baru dari identitas, yaitu
identitas global. Identias nasional dan identitas global seolah dipertarungkan
sebagai implikasi dari terjadinya proses globalisasi. Hal ini kemudian
melahirkan sebuah perdebatan yang panjang mengenai konsep dari identitas
itu sendiri. Seperti yang dikutip dari pernyataan Stuart Hall: There has been a
veritable discursive explosion in recent years around the concept of "identity".
(Hall 1996b)
2
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
nilai universal dapat diyakini oleh masyarakat secara luas dan dipraktekan
dalam skala global. Pada era politik modern, konsep kosmopolitanisme
kembali disinggung oleh ilmuan politik Immanuel Kant dalam karyanya yang
berjudul Perpetual Peace. Kant menyebut istilah ius cosmopoliticum yang
berarti hukum kosmpolitan atau aturan hukum global. Perpetual Peace
mencoba untuk menjelaskan mengenai aturan-aturan atau hukum yang
menjadi kesepakatan secara universal. Konteks ini kemudian berkembang
lebih jauh ketika membicarakan aturan perang/hukum humaniter (HHI), hak
asasi manusia (HAM), dan perdagangan global. Kembali lagi pada pengertian
nilai dan identitas, kosmopolitanisme dan globalisasi bekerja searah dalam hal
perluasan kedua hal tersebut.
3
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang dialami oleh ideologi neo-liberalisme dan neo-realisme. Ideologi neo-
liberalisme yang mengedepankan unsur kerjasama dalam interaksi
internasional, lebih berpihak pada pendapat bahwa penguatan ada pada
identitas global, seiring meluasnya budaya yang menyokong identitas. Ideologi
neo-realisme berpikir sebaliknya, karena adanya kekhawatiran akan keamanan
dan meningkatnya level kompetisi global, justru penguatan terjadi pada
identitas nasional. Nasionalisme menjadi proses yang harus diperkuat karena
kompetisi budaya yang semakin beragam. Kehilangan nasionalisme akan
sangat merugikan negara karena berkaitan dengan pengabdian dan orientasi
nasional dari setiap individu sosial. Kedua pemikiran ini lah yang kemudian
menarik untuk dibahas lebih lanjut dalam penulisan skripsi ini. Kontradiksi
antara identitas nasional dan identitas global, mana yang lebih berperan besar
dalam era globalisasi pada masa sekarang. (Bornman n.d)
4
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
terbentur kenyataan bahwa tidak semua hal mengarah pada orientasi global.
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, bahwa ada keyakinan lain yang
justru menguat dalam tataran nasional. Ketidakpatuhan sepenuhnya pada
orientasi global ini yang kemudian menarik. Terlebih ini terjadi bukan di
negara yang memiliki sumberdaya budaya yang dominan seperti Amerika
Serikat dan negara kawasan Eropa, tapi terjadi di negara berkembang seperti
Indonesia. Pembahasan lebih lanjut yang dapat ditarik dari studi kasus
pengalaman belajar ke luar negeri mahasiswa HI di Indonesia akan sangat
menarik melihat perdebatan mengenai identitas global dan nasionalisme yang
terus berkembang.
B. Pertanyaan Penelitian
C. Kerangka Konseptual
5
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
lebih besar dari sebuah negara dan perlu adanya sebuah pondasi yang kuat
untuk mengatur stabilitas interaksi yang ada (Cosmopolitan Law/Universal
Law). Pemikiran ini kemudian mendasari terbentuknya HHI (Hukum
Humaniter Internasional), Hukum Perdagangan Internasional, dan Pakta HAM
yang diprakarsai PBB.
6
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kandungan global di dalamnya. Nilai-nilai global seperti halnya kebebasan
(freedom) dan keterbukaan (openness) menjadi nilai yang cukup dominan
dalam pembentukan identitas global. Namun, asas kebebasan yang diartikan
secara berlebihan tidak jarang menimbulkan konflik antara norma sosial yang
ada dengan perilaku yang dijalani sehari-hari dalam lingkup nasional atau
kedaerahan. Terlebih trend yang berkembang mendorong setiap individu untuk
lebih terbuka terhadap nilai-nilai universal. Identitas yang terbentuk pun
kemudian menjadi sangat beragam, ada yang menganut paham global yang
berdasar norma universal, dan ada yang tetap memegang teguh norma-norma
sosial kedaerahan serta nasionalisme. (Azra 2006) Komposisi identitas ini juga
tidak selalu kontras berlawanan. Sebagian orang bisa saja menempatkan
perilaku global pada aspek tertentu dan perilaku nasionalisme pada aspek yang
lain. Pada akhirnya, setiap orang memiliki komposisi nilai dan norma
sosialnya masing-masing.
7
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menguat atau melemahnya nasionalisme masih terus menjadi pembahasan
yang belum menemui titik akhir. Penulisan skripsi ini memiliki tujuan
memberikan kontribusi dalam membantu memahami diskursus yang ada
mengenai hal tersebut. Konsep paradoks globalisasi dan kosmopolitanisme
yang digambarkan pada dua pendapat sebelumnya menjelaskan bahwa
globalisasi masih dimaknai secara berbeda. Namun, penelitian yang akan
dilakukan lebih lanjut akan mencoba membaca sejauh mana dominasi
pemikiran yang muncul terhadap pemikiran yang lain.
8
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
lebih dominan terhadap salah satu aspek, nasionalis atau universalis. Dalam
penelitian ini, studi kasus yang diangkat dalam membuktikan orientasi global
dari tiap individu adalah pengalaman individu tersebut menempuh kegiatan
studi ke luar negeri. Terlebih fakta bahwa intensitas mahasiswa yang
mendapatkan kesempatan untuk menempuh kegiatan studi ke luar negeri
makin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi, memudahkan para pencari beasiswa
untuk mendapatkan info yang tepat mengenai beasiswa dan kegiatan studi luar
negeri yang diminati. Pemerintah pun mendorong untuk tercapainya
peningkatan mutu pendidikan melalui hal dan program-program terkait.
Kesempatan yang semakin besar dan tren pendidikan yang mengarah ke level
internasional menjadikan isu orientasi global menjadi sangat relevan untuk
dibahas dalam kerangka penelitian yang komprehensif.
D. Metode Penelitian
9
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
negeri. Sasaran penelitian ditujukan kepada kelas sosial mahasiswa.
Mahasiswa merupakan salah satu kelas sosial yang cukup representatif dalam
menjelaskan fenomena globalisasi dalam kaitannya dengan pembentukan
identitas global.
Pendekatan Penelitian
Sasaran Penelitian
10
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
bidang kajian ilmu sosial yang lain, tapi penelitian ini akan
memberikan alternatif sudut pandang berbeda dari sisi ilmu hubungan
internasional. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
dalam memahami ilmu hubungan internasional secara konprehensif.
Observasi
Kuesioner (opsional)
11
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Kuesioner dilakukan apabila jumlah responden tidak memenuhi
target jumlah responden penelitian yang diharapkan. Kuesioner
akan dilakukan melalui media angket online yang akan disebar
melalu berbagai jaringan media sosial yang dapat mendukung
penelitian.
Jenis Data
Jenis data yang diinginkan dalam proses penelitian ini adalah data
interaksi responden yang dijabarkan melalui jawaban dari pertanyaan
wawancara dan diskusi. Dari data-data tersebut ingin diperoleh
kecenderungan responden untuk memilih posisi antara orientasi global
(outside) dan penguatan nasionalisme (inside) dalam kaitannya dengan
kegiatan studi ke luar negeri. Posisi tersebut tentu harus diperkuat dan
dilandasi dengan alasan yang spesifik mendukung pernyataan tentang
posisi yang dipilih. Data lain yang ingin diperoleh adalah mengenai
kontribusi penelitian terhadap ilmu hubungan internasional dan
karakteristik pembangunan bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Penelitian ini dimaksudkan agar nantinya bisa dijadikan salah satu
referensi dalam memahami fenomena hubungan internasional dan juga
dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan kualitas
bangsa Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
12
Globalisasi dan Kosmopolitanisme, Studi Empiris Mengenai Pengalaman Mahasiswa HI Belajar ke
Luar
Negeri dengan Pembentukan Identitas Global
ANTOVANY REZA PAHLEVI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dalam lingkup ilmu hubungan internasional. Kemudian dilanjutkan dengan
rumusan masalah, keragka konseptual, dan metode penelitian yang akan
dilakukan.
13