Anda di halaman 1dari 8

TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBAL

1. Tantangan Pendidikan di Era Global


Era globalisasi ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat yang
diikuti dengan terjadinya revolusi teknologi informasi, komunikasi, dan
industri. Persaingan ini masih dikuasai oleh tiga raksasa ekonomi yaitu Jepang
dari kawasan Asia, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Kondisi kemajuan
teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung dengan amat cepat
dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk berbenah diri dalam
menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu membenahi
dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya, kemungkinan besar
akan mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Di sinilah pendidikan
diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan
menghasilkan para siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru
mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi
tersebut.
Menurut asal katanya, "globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan
antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Era globalisasi
adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini, Khaerudin
Kurniawan (1999), mendeskripsikan berbagai tantangan pendidikan dalam
menghadapi arus globalisasi, antara lain:
1. Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan
pembangunan berkelanjutan (continuing development).
2. Tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya
era reformasi dan transformasi struktur masyarakat, dari masyarakat
tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasi-

1
komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan
pengembangan kualitas kehidupan SDM.
3. Tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, yaitu
meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif
yang berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang
IPTEK, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan
ekonomi.

Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan


berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif
yang berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke
depan (visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki
keterampilan yang memadai sesuai kebutuhan.

2. Usaha untuk Menghadapi Tantangan Pendidikan di Era Global


Tantangan yang ada dalam dunia pendidikan kerap kali menjadi kendala
bagi suatu negara untuk maju dan bersaing dengan negara lain, seperti
Indonesia sendiri. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan baik
dari masyarakat, peserta didik, pendidik, hingga pemerintah. Indonesia patut
bersyukur dengan limpahan SDA yang tak terhitung nilainya, namun demikian
hal itu jangan sampai membuat sumber daya manusianya terlena dan
melupakan pentingnya dunia pendidikan demi memperkaya pengetahuan
umum, intelektual dan kemajuan bangsanya sendiri. Untuk mengantisipasi
berbagai kelemahan pendidikan tersebut, diperlukan kerjasama dari berbagai
pihak. Tidak hanya institusi pendidikan tetapi pemerintah juga harus serius
dalam menangani permasalahan ini agar SDM Indonesia memperoleh rating
kualitas pendidikan yang memadai. Untuk itu hendaknya dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan
psiko motorik. Artinya, pendidikan lebih menitikberatkan pada

2
pembentukan karakter peserta didik dan pembekalan keterampilan atau
skill, agar setelah lulus mereka tidak mengalami kesulitan dalam mencari
pekerjaan daripada hanya sekadar mengandalkan aspek kognitif
(pengetahuan).
2. Dalam proses belajar mengajar guru harus mengembangkan pola student
oriented sehingga terbentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif
dan inovatif pada diri peserta didik.
3. Guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti
sebenarnya. Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Artinya, proses
pembelajaran peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan
mendewasakan siswa bukan hanya sekedar transferof knowledge tapi
pembelajaran harus meliputi transfer of value and skill, serta pembentukan
karakter (caracter building).
4. Perlunya pembinaan dan pelatihan-pelatihan tentang peningkatan motivasi
belajar kepada peserta didik sehingga anak akan memiliki minat belajar
yang tinggi.
5. Harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses (process
oriented), di mana proses lebih penting daripada hasil. Pendidikan harus
berjalan di atas rel ilmu pengetahuan yang substantif. Oleh karena itu,
budaya pada dunia pendidikan yang berorientasi hasil (formalitas), seperti
mengejar gelar atau titel di kalangan praktisi pendidikan dan pendidik
hendaknya ditinggalkan. Yang harus dikedepankan dalam pembelajaran
kita sekarang adalah penguasaan pengetahuan, kadar intelektualitas, dan
kompetensi keilmuan dan keahlian yang dimilikinya.
6. Sistem pembelajaran pada sekolah kejuruan mungkin bisa diterapkan pada
sekolah-sekolah umum. Yaitu dengan menyeimbangkan antara teori
dengan praktek dalam implementasinya. Sehingga peserta didik tidak
mengalami titik kejenuhan berfikir, dan siap manakala dituntut
mengaplikasikan pengetahuannya dalam masyarakat dan dunia kerja.
7. Perlunya dukungan dan partisipasi komprehensif terhadap praktek
pendidikan, dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan

3
terhadap dunia pendidikan terutama masyarakat sekitar sekolah, sehingga
memudahkan akses pendidikan secara lebih luas ke kalangan masyarakat.
8. Profesi guru seharusnya bersifat ilmiah dan benar-benar “profesional”,
bukan berdasarkan kemanusiaan. Maksudnya, guru memang pahlawan
tanpa tanda jasa namun guru juga seyogyanya dihargai setimpal dengan
perjuangannya, karena itu gaji dan kesejahteraan guru harus diperhatikan
pemerintah.
9. Pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk
mengakomodasi semua kebutuhan pendidikan. Salah satunya adalah
memperhatikan fasilitas pendidikan dengan cara menaikan anggaran untuk
pendidikan minimal 20-25 % dari total APBN. Di sini diperlukan political
will kuat dari pemerintah dalam menangani kebijakan pendidikan.

Berbagai kelemahan pendidikan di Indonesia seperti disebutkan di atas,


pada dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang
ada. Padahal, SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator kemajuan
suatu bangsa, di samping faktor sumber daya alam (SDA) (hayati, non hayati,
buatan), serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Keberhasilan
negara-negara Barat adalah didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan hal itu berhubungan dengan pendidikan sebagai wahana
pembentukan SDM.

3. Pengertian Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu
rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya
hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan
pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Pendidikan
multikulturalisme menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi dan
konsep pendidikan berbasis pemanfaatan keragaman yang ada dimasyarakat.
Khususnya yang ada pada siswa seperti: keragaman etnis, budaya, bahasa,

4
agama, status sosial, gender, kemampuan umur dan ras. Walaupun pendidikan
multikultural merupakan pendidikan relatif baru di dalam dunia pendidikan.
Wacana pendidikan multikultural salah satu isu yang mencuat
kepermukaan di era globalisasi seperti saat ini mengandaikan, bahwa
pendidikan sebagai ruangt ransformasi budaya hendaknya selalu
mengedepankan wawasan multikultural, bukan monokultural. Untuk
memperbaiki kekurangan dan kegagalan, serta membongkar praktik-praktik
diskriminatif dalam proses pendidikan. Sebagaimana yang masih kita ketahui
peranginya dalam dunia pendidikan nasional kita, bahkan hingga saat ini.

4. Hubungan antara Tantangan Pendidikan dan Pendidikan Multikultural


Globalisai adalah proses pertumbuhan negara-negara maju, yaitu
Amerika, Eropa dan Jepang yang melakukan ekspansi besar-besaran.
Kemudian berusaha mendominasi dunia dengan kekuatan, globalisasi juga
merupakan proses yang berlangsung panjang dan bergerak maju secara
dramastis dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, dikendalikan oleh
banyak kekuatan termasuk teknologi baru dan bertambahnya arus modal
secara bebas.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi yang sedang melanda dunia,
maka dunia pendidikan harus mempersiapkan untuk menghadapi tantangan
globalisasi pada semua jenjang pendidikan yang dapat dikembangkan menjadi
satuan pendidikan yang bertaraf internasional, baik oleh pemerintah pusat
maupun oleh pemerintah daerah (pasal 50 ayat 3) untuk itu perlu dibentuk
suatu badan hukum pendidikan, sehingga semua penyelenggara pendidikan
dan satuan pendidikan formal, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun
masyarakat, harus berbentuk badan hukum pendidikan (pasal 53 ayat1).
Kemajuan komunikasi yang global seperti internet, juga telah membawa
dampak terhadap pendidikan moral kita, lihat saja dengan adanya internet
dengan mudahnya gambar-gambar pornografi diakses oleh anak-anak usia
sekolah melalui teknologi informasi itu. Hal ini merupakan tantangan bagi
dunia pendidikan, yang dimana di satu sisi harus mengikuti kemajuan ilmu

5
dan teknologi disisi lain berimplikasi kepada rusaknya nilai-nilai moral akibat
berbenturan dengan nilai budaya luar seiring dengan kemajuan informasi yang
mengglobal. Adapun dalam mengantisipasi perkembangan global dan
kemajuan teknologi komunikasi, maka pendidikan jarak jauh diakomodasikan
dalam Sisdiknas, sebagai paradigma baru pendidikan. Pendidikan jarak jauh
tersebut dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan, yang berfungsi untuk memberi pelayanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap
muka atau reguler (pasal 31 ayat 1dan 2).
Dalam perkembangannya pendidikan di Indonesia mengalami
perubahan-perubahan yang boleh dikatakan agak lumayan maju, walaupun
belum sepenuhnya memenuhi target dari tujuan bangsa Indonesia itu sendiri.
Pendidikan hadir ditengah-tengah masyarakat memiliki banyak fungsi yang
tidak hanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga berfungsi
sebagai pencerdasan diri, sosial, negara bangsa, bahkan dunia. Lebih khusus di
Indonesia karena, hal ini sangat relevan dengan konsep pendidikan
multikultural yang dimana pendidikan ini tidak mempeta-petakan baik itu
bahasa, etnis, kultur, budaya, ras, agama, status sosial, dan lain sebagainya.
Fungsi pendidikan sedikit disinggung pada bab II pasal 3 dalam UU Sisdiknas
2003, bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ada beberapa fungsi pendidikan sebagaimana telah dikemukakan diatas.
Setidaknya hal itu bisa dilihat dalam dua presfektif. Pertama, secara sempit,
pendidikan berfungsi untuk membantu secara sadar perkembangan jasmani
danrohani para peserta didik. Kedua, secara luas, pendidikan berfungsi sebagai
pengembangan pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan
kebudayaan dan pengembangan bangsa. Dalam pemaparan diatas maka jelas
pendidikan sangat penting sekali untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur dan yang inklusif bagi semua lapisan masyarakat Indonesia.

6
Pendidikan juga selain berfungsi sebagaimana yang telah disebutkan diatas,
pendidikan bisa juga berfungsi sebagai investasi jangka panjang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Buku
B.S. Mardiatmadja. 1984. Tantangan Dunia Pendidikan. (penerbit tidak
diketahui).
Silfia Hanani. 2013. Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Internet
https://prezi.com/xne4blejfmuo/tantangan-dunia-pendidikan-di-era-
globalisasi/(diakses pada Senin, 2 Maret 2015 pukul 10.25 WIB)
http://armangeofrey.blogspot.com/2013/01/tantangan-pendidikan-di-era-
globalisasi.html (diakses pada Senin, 2 Maret 2015 pukul 10.26 WIB)
http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/KONSEPPENDIDIKANMULTIKUL
TURAL.pdf (diakses pada Selasa, 3 Maret 2015 pukul 06.43 WIB)

Anda mungkin juga menyukai