Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Shalat merupakan media yang dapat menghubungkan seseorang

dengan pencipta alam semesta ini. Jika seseorang menegakkan shalat secara

benar sesuai dengan aturan dan ketentuannya, maka hatinya akan dipenuhi

dengan cinta kepada-Nya. Dengan pancaran hatinya, ia akan sanggup menjauhi

perbuatan dosa dan pelanggaran terhadap perintah- perintah Allah. Shalat yang

kita dirikan itu pada hakikatnya merupakan samudra mutiara yang mencerdaskan

rohani. Shalat menunjukkan sikap batiniah untuk mendapatkan kekuatan,

kepercayaan diri, serta keberanian untuk tegak berdiri menapaki kehidupan

dunia nyata melalui perilaku yang jelas, terarah, dan memberikan pengaruh pada

lingkungan. Bagi orang yang memahami makna shalat, sesungguhnya dia akan

mengejar waktu amanat tersebut, karena dengan shalat dia mempunyai kekuatan

untuk hidup melaksanakan amanat Allah. Kepribadian seseorang senantiasa

perlu dibentuk sepanjang hayatnya, dan pembentukannya bukan merupakan

pekerjaan yang mudah. Shalat merupakan kegiatan harian, mingguan, bulanan

atau amalan tahunan dapat sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu

manusia yang bercirikan : disiplin, taat waktu, bekerja keras, mencintai

kebersihan, senantiasa berkata baik, membentuk pribadi.1 Jadi seseorang yang

selalu shalat tepat waktu maka ia akan memiliki pribadi yang selalu disiplin,

bertutur kata sopan dan memiliki kepribadian yang baik. Disiplin adalah ketaatan
1
Sentot Haryanto, “Psikologi Shalat”, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007), h. 91.
terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara

yang berlaku yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas secara lahir dan batin,

sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Allah SWT.2

Jadi disiplin adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk

menurutinya. Yang didalamnya ada kekuatan dalam norma yang mengikat untuk

ditaati. Disiplin waktu di era global ini merupakan hal yang sangat penting dan

diperhatikan, apalagi kalau sudah menyangkut bisnis, sehingga sering kita

menerjemahkan waktu sebagai time is money. Demikian juga dengan shalat,

shalat diperintahkan untuk umat Islam lewat Nabi Muhammad SAW. Telah

diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT., mulai dari Subuh, Dzuhur, Ashar,

Maghrib, dan Isya.3 Jadi apabila seseorang mengetahui bahwa disiplin dalam

shalat itu sangat diperlukan maka ia akan menyegerakan shalat apabila waktunya

telah tiba, dan ia akan meninggalkan sejenak tentang urusan duniawi. Firman

Allah surat An-Nisa’ : 103

َّ ‫ص ََلة َ فَا ْذ ُك ُروا‬


‫َّللاَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُو ِب ُك ْم ۚ فَإِذَا‬ َّ ‫ض ْيت ُ ُم ال‬
َ َ‫فَإِذَا ق‬

‫َت َعلَى ْال ُمؤْ ِم ِنينَ ِكتَابًا َم ْوقُوتًا‬


ْ ‫ص ََلة َ َكان‬ َّ ‫اط َمأْنَ ْنت ُ ْم فَأ َ ِقي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ ۚ ِإ َّن ال‬ ْ

Artinya : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di

waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu

telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-

orang yang beriman.”

2
Tulus Tu’u, “Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa”, ( Jakarta : PT.Grasindo, 2004),
h. 30.
3
Sentot Haryanto, Op. Cit, hh 91-92.
Shalat senantiasa mengajarkan kepada umat Islam untuk disiplin,

taat waktu, sekaligus menghargai waktu itu sendiri dan kerja keras. Karena

dengan disiplin atau tepat waktunya seseorang dalam melaksanakan shalat, maka

dalam mengerjakan hal lainnya seseorang pun akan tepat waktu juga. Shalat

merupakan tiang agama sekaligus media komunikasi terbaik antara seorang

hamba dengan Allah. Shalat merupakan bukti kecintaan seorang hamba kepada

Allah dan bukti rasa syukurnya atas karunia dan anugrah-Nya. Shalat juga

merupakan pembeda hakiki antara seorang mukmin dan kafir. Dengan shalat kita

selalu terdorong untuk menguatkan iman kepada Allah, mengakui bahwa Allah

selalu melihat hambanya dan melihat segala tingkah laku hambanya baik yang

terang-terangan maupun yang sembunyi- sembunyi.

Shalat mencakup berbagai dimensi ibadah, seperti: doa, membaca

alQur’an, bertaqarrub kepada Allah, ruku, sujud, zikir, tasbih, serta takbir. Shalat

merupakan penghulu ibadah badaniah dan tidak ada satu pun syariat Rasul dari

Rasul- Rasul Allah yang tidak memerintahkannya.4 Diantara sekian banyak

bentuk ibadah dalam Islam, shalat adalah yang pertama kali di tetapkan

kewajibannya oleh Allah SWT, Nabi menerima perintah dari Allah tentang

shalat pada malam isra’ dan mi’raj tanpa perantara. Shalat mempunyai

kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Ia merupakan tiang agama dan

rukunnya yang asasi. Shalat adalah ibadah yang pertama diwajibkan Allah.

Shalatlah yang pertama sekali dihisab dari perbuatan hamba pada hari kiamat.

Dia merupakan wasiat akhir yang diwasiatkan Rasul SAW. Kepada umatnya.5

4
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Ali Fauzan, “Ringkasan Fikih Syaikh Fauzan”,(Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006), h. 88.
5
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, “Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW”, (Yogyakarta:Nuha
Litera, 2011), hh. 32-35.
Dalam Islam Shalat memiliki kedudukan istimewa, yang tidak dimiliki oleh

ibadah-ibadah yang lain. Shalat adalah tiang agamanya, dan agama bisa tegak

karenanya. Jika kita sudah bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad

adalah utusan Allah maka sejak itulah shalat menjadi suatu hal yang wajib bagi

semua umat islam untuk dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan. Allah akan

membalas dan memberikan pahala bagi orang yang menjalankannya.

Allah ta’ala telah mewajibkan shalat kepada Nabi-Nya Muhammad

SAW, yang menjadi penutup para rasul pada malam beliau di mi’rajkan (

dinaikan) kelangit yang berbeda sekali dengan perintah mendirikan shalat pada

syariat- syariat yang lain. Hal tersebut menunjukkan keagungan shalat, kuatnya

perintah mendirikan shalat, dan mulianya kedudukan shalat di hadapan Allah

ta’ala. Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar dan

sesungguhnya dengan shalat kita dapat selalu mengingat Allah dan shalat

merupakan ibadah yang keutamaannya lebih besar daripada ibadah yang lainnya.

Pelaksanaan shalat dapat dilakukan dengan dua cara, sendiri dansecara

berjamaah. Khusus untuk shalat wajib melaksanakannya secaraberjamaah lebih

utama. Hadis Rasulullah SAW:

‫عن ابي ھریرة رضي هللا عن ان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬

ُ ‫صَلَ ة ُ ْال َج َما َع ِة ا ْف‬


‫ض ُل‬ َّ :

‫صَلَ ة َ احدكم وحده ِبخ َْم ٍس َو ِع ْش ِریْنَ جزءا‬


َ ‫من‬
Artinya :“Shalat berjama’ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian

dengan (kelebihan) dua puluh lima derajat atau derajat”.


Disiplin dalam shalat sangat dianjurkan, karena Salah satu nilai shalat

yang dapat diaplikasikan untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja adalah

penetapan waktu- waktunya. Sebab Allah SWT. Telah menetapkan waktuwaktu

shalat, dan telah membimbing Nabi Muhammad SAW. Setiap gerakan dan

bacaan dalam shalat memiliki sentuhan sosial, Rasulullah juga mengajarkan

kepada kita tentang pentingnya shalat berjamaah dan kedudukannya sebagai

perekat kehidupan sosial. Shalat berjamaah selain berfungsi sebagai wadah

berkomunikasi dengan Allah juga mampu dijadikan sebagai perekat hubungan

sosial antar sesama muslim. Berikut ini adalah nilai –nilai yang terkandung

dalam proses menjalankan ibadah shalat :

1. Latihan kedisiplinan. Waktu pelaksanaan shalat sudah ditentukan sehingga

kita tidak boleh seenakknya mengganti, memajukan ataupun

mengundurkan waktu pelaksanaanya, yang akan mengakibatkan batalnya

shalat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan sekaligus

menghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah

dengan sungguh- sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin

terhadap waktu.

2. Latihan kebersihan. Sebelum shalat seseorang disyaratkan untuk

mensucikan dirinya terlebih dahulu, yaitu dengan berwudhu atau

bertayamum. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat hanya

boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan

kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci.


3. Latihan kebersamaan. Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan

untuk melakukannya secara berjama’ah. Dari sisi pahala, berdasarkan

hadis nabi SAW jauh lebih besar bila dibandingkan dengan shalat

sendiri- sendiri. Dari sisi psikologis, shalat berjama’ah dapat

memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik bersifat

preventif maupun kuratif. Dengan shalat berjama’ah seseorang dapat

menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala

keterasingan diri. Dengan shalat berjama’ah seseorang merasa adanya

kebersamaan dalam hal nasib, kedudukan, rasa derita dan tenang.

Tidak ada lagi perbedaan antar individu berdasarkan pangkat,

kedudukan, jabatan, dan lain- lain di dalam pelaksanaan shalat

berjama’ah.6 Jadi dengan dilaksanakannya shalat secara berjama’ah,

maka tidak ada perbedaan diantar sesama, dimata Allah SWT. kita

semua sama, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang

mempunyai jabatan maupun yang tidak mempunyai jabatan.

Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan secara bersama- sama

dengan dituntun oleh seorang yang disebut imam. Hukum shalat berjama’ah

adalah sunah muakkad yaitu perbuatan yang dianjurkan dengan nilai pahala yang

tinggi. Keutamaan shalat berjama’ah ini ditentukan untuk shalat Fardu,

sedangkan untuk shalat sunat seseorang dapat melakukannya berjama’ah atau

sendiri- sendiri. Cara melakukannya adalah dengan sepenuhnya mengikuti apa

6
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, “Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW”, (Yogyakarta: Nuha
Litera, 2011), hh 5-7.
yang dilakukan imam yang menuntun shalat berjama’ah itu walaupun mengubah

bentuk shalat ma’mum yang mengikuti bila ia shalat secara sendiri.7

Shalat berjama’ah ternyata mempunyai dimensi psikologi tersendiri,

sehingga dengan penerapan disiplin shalat berjamaah di pondok diyakini dapat

membentuk kepribadian-kepribadian yang baik terhadap santri antara lain:

aspek demokratis, rasa diperhatikan dan berarti, kebersamaan, tidak adanya jarak

personal, pengalihan perhatian (terapi lingkungan) dan interpendensi.8 Serta

dapat meningkatkan rasa kasih sayang di antara sesama, meningkatkan

solidaritas, meningkatkan ukhuwah, saling kenal mengenal, serta meningkatkan

komunikasi di antara yang mengerjakannya. Inilah diantara sebab Rasulullah

sangat menganjurkan shalat berjamaah tersebut.9 Jadi shalat berjama’ah itu dapat

meningkatkan rasa kasih sayang kita terhadap sesama, meningkatkan rasa

kebersamaan dan tidak adanya perbedaan di antara sesama.

Pondok pesantren Al- Anwar 3 Sarang selalu menganjurkan untuk shalat

berjamaah bagi seluruh santrinya, namun masih belum sesuai dengan yang

diharapkan, berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Pondok

pesantren Al- Anwar 3 Sarang, masih terdapat gejala- gejala antara lain :

1. Masih ada santri yang tidak melaksanakan shalat berjama’ah

2. Santri yang melaksanakan shalat berjama’ah banyak yang terlambat.

3. Masih ada santri yang berjamaah di kamar masing-masing

4. Masih ada santri yang belum sadar akan solat berjamaah

7
Amir Syarifuddin, “Garis- garis Besar Fiqih”, (Jakarta: Kencana, 2010), hh. 31-32.
8
Sentot Haryanto, Op. Cit, h. 116
9
Ahmad Mudjab Mahali, “Hadis-Hadis Ahkam”,( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003), h. 250
Dengan melihat gejala- gejala di atas penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul :”Kedisiplinan Santri Dalam Menjaga Waktu Shalat

Berjama’ah Di Pondok pesantren Al- Anwar 3 Sarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas,

maka ditemukam permasalahan sebagai berikut :

a. Apakah santri sudah mampu melaksanakan shalat berjama’ah?

b. Bagaimana kedisiplinan santri dalam menjaga waktu shalat berjama’ah di

Pondok pesantren Al- Anwar 3 Sarang?

c. Bagaimana pengamalan shalat pada santri Pondok pesantren Al- Anwar 3

Sarang?

d. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi kedisiplinan santri dalam menjaga

waktu shalat berjama’ah di Pondok pesantren Al- Anwar 3 Sarang?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kedisiplinan santri dalam menjaga waktu shalat

berjama’ah di Pondok pesantren Al- Anwar 3 Sarang.

b. Faktor- faktor apakah yang mempengaruhi kedisiplinan santri dalam

menjaga waktu shalat berjama’ah di Pondok pesantren Al- Anwar 3 Sarang.

D. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan adanya manfaat yang kita ambil,

manfaat praktis yang dapat kita peroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut

:
1. Bagi Pondok adalah : Dengan diadakannya shalat berjamaah di

Pondok Pesantren maka hal ini akan membiasakan santri untuk

melaksanan shalat secara berjamaah dan bersama-sama setiap harinya.

Penelitian ini dianggap penting dalam memberikan kebiasaan

melaksanakan shalat berjamaah, sumbangan pemikiran terhadap

ketekunan dalam melaksanakan ibadah sholat berjamaah yang berada

di Pondok Pesantren Al anwar 3 Sarang.

2. Bagi Peneliti selanjutnya : Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai petunjuk, arahan, maupun acuan serta bahan

pertimbangan peneliti yang selanjutnya agar menghasilkan penelitian

yang lebih sempurna dan berkualitas. Selain manfaat praktis ada juga

manfaat teoritis dari penelitian yang di lakukan oleh peneliti, antara

lain :

1. Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan dan menerapkannya

dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Dapat memberikan manfaat berkaitan dengan pengembangan ilmu

pendidikan agama Islam khususnya pada pembentukan perilaku atau

kepribadian pada diri santri.

3. Diharapkan dapat menambah keilmuan khususnya dalam bidang

religius.

E. Tinjauan Pustaka

Hamidah (2014), “Pengaruh Bimbingan Keberagamaan Orang Tua

Terhadap
Minat Shalat Berjamaah Remaja di Masjid”. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini adalah dengan cara kuesioner sebanyak

30 soal, 15 soal yang berhubungan dengan bimbingan keberagamaan orang tua,

15

soal yang berhubungan dengan minat shalat berjamaah remaja di masjid, dengan

lima alternatif pilihan jawaban. Berdasarkan uji statistik dengan taraf

signifikansi

0,05 diperoleh rhitung = 0,415> rtabel = 0,325 sehingga dapat disimpulkan

bahwa

terdapat pengaruh antara bimbingan keberagamaan orang tua terhadap minat

shalat

berjamaah remaja di masjid.

Mushbihah Rodliyatun (2013). Dengan judul penelitiannya “Peranan

Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) dalam Meningkatkan

Sikap Keberagamaan Siswa di SMK Salatiga”. Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembina kegiatan

ekstrakurikuler Rohis mempunyai peranan yang sangat besar dalam peningkatan

sikap keberagamaan siswa di SMK Salatiga yaitu sebagai motivator, creator dan

inovator, integrator, serta sublimator. Hal ini terbukti dengan adanya kesadaran

siswa untuk beribadah dan berakhlak mulia terhadap Allah swt, orang tua, guru,

sesama teman dan lingkungan sekitar.

Selanjutnya penelitian Umiyati (2015). Berjudul “Strategi Pembiasaan

Shalat Berjamaah pada Siswa di Mi Ma‟Arif NU 01 Pasir Kulon Kecamatan

Karangwelas Kabupaten Banyumas”. Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.


Hasil penelitian ini adalah strategi pembiasaan shalat berjama‟ah pada siswa di

MI

Ma‟arif NU 01 Pasir Kulon adalah: Adanya pelaksanaan shalat dzuhur

berjama‟ah

secara kontinyu, Kepala sekolah, guru-guru dan karyawan mengawasi kegiatan

shalat dzuhur berjama‟ah yang sudah terjadwal, Anjuran lisan (mengingatkan,

penjelasan dan nasihat) secara rutin yaitu pada upacara dan tambahan jam

pelajaran khusus agama, Kontrolan langsung ke kelas-kelas dan sekitar sekitar

gedung sekolah untuk siswa yang tidak shalat, dan Memberi peringatan kepada

siswa yang tidak shalat berjama‟ah secara berjama‟ah (hukuman dalam bentuk

lisan). Serta dengan adanya beberapa faktor pendukung dan faktor penghambar

dalam proses pelaksanaan pembiasaan shalat berjama‟ah.

F. Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yang

merupakan penelitian kualitatif. Di mana kehadiran peneliti sangat diperlukan

karena bertindak sebagai peneliti. Adapun pengertian penelitian kualitatif adalah

sebuah penelitian terhadap suatu proses, peristiwa, atau perkembangan yang

dimana bahan-bahan ataupun data yang dikumpulkan adalah yang sifatnya

berupa keterangan, misalnya keterangan tentang adat istiadat, keterangan tentang

riwayat hidup.10

Adapun jenis penelitian ini bersifat penelitian lapangan adalah penelitian

dimana peneliti harus terjun langsung ke lapangan di tempat penelitian yang

10
Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka Publisher, 2007), h. 7
peneliti ambil.Adapun tujuan penelitian lapangan adalah untuk mengumpulkan,

mengolah dan menganalisisdata yang bersumber dari lokasi penelitian.

Kehadiran Peneliti

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

kehadiran peneliti sangat penting. Disini peneliti akan terjun ke lapangan tempat

penelitian dan akan ikut serta dalam pelaksanaan shalat fardhu berjamaah.

Lokasi Penelitian

Lokasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah di pesantren Al-Anwar

3 Desa Kalipang Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Lokasi ini dipilih

karena kekhasannya sebagai pondok pesantren salaf yang sistem pengajarannya

tetap mempertahankan kitab kuning sebagai buku ajar. Akan tetapi, di pondok

pesantren ini juga terdapat Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar yang

menjadikannya terbilang modern dan terbuka terhadap modernitas. Kekhasan

sebagai sebuah lembaga pendidikan yang salaf sekaligus modern di saat yang

sama inilah yang menjadikannya menarik untuk diteliti.

Alasan teknis juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini.

Kedekatan peneliti dengan lokasi dan subyek penelitian diharapkan bisa

memudahkan proses penelitian. Status peneliti sebagai bagian dari STAI Al-

Anwar Sarang menjadikannya lebih mudah dalam menggali data dan

menemukan masalah-masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian

ini.

Jenis Data dan Sumber Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Validitas dalam pemilihan sumber data merupakan hal yang sangat

diperhatikan dalam sebuah penelitian. Penelitian ini memerlukan beberapa jenis

data yaitu data berupa tulisan, tindakan dan kata-kata. Data berupa tulisan bisa

kami dapatkan dari sumber berupa dokumentasi dan arsip kegiatan yang pernah

dilakukan di pesantren Al-Anwar 3 maupun di STAI Al-Anwar Sarang. Jenis

data berupa tulisan juga bisa didapatkan dari buku, artikel media cetak maupun

elektronik serta yang tak kalah penting juga unggahan di media sosial yang

berhubungan dengan subyek penelitian. Sementara data berupa tindakan dan

kata-kata bisa peneliti dapatkan dari sumber data yaitu orang-orang yang

menjadi bagian dari subyek penelitian yaitu Al-Anwar

3. Individu yang masuk dalam lingkungan pesantren Al-Anwar 3 meliputi

para santri, mahasantri, ustadz, dosen dan pimpinan pesantren Al-Anwar 3.

Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah yang

dikaji dalam penelitian ini dan sebagai bahan objektifitas materi dalam konteks

penelitian kualitatif adalah oberservasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala

yang tampak pada objek penelitian.11 Dalam hal ini peneliti mengamati langsung

terkait pembinaan pelaksanaanshalat fardhu berjamaah bagi santri pondok

pesantren Al Anwar 3 Sarang serta peneliti terlibat dengan kegiatan shalat

11
Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka Publisher, 2007), h. 71.
fardhu berjamaah bersama santri. Maka observasi yang peneliti gunakan adalah

observasi partisipatif.

Wawancara

Wawancara (interview) adalah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.12

Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan mencari informasi atau

mengumpulkan data dengan melakukan Tanya jawab langsung kepada pengasuh

pondok pesantren Al Anwar 3 Sarang, guru, ustad, pengurus, santri, dan para

penghuni pondok pesantren Al Anwar 3 Sarang dimana pertanyaan yang akan

diajukan sudah disusun sebelum melakukan wawancara, sering dikenal dengan

wawancara terstruktur.

Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data

yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.13 Dengan harapan ketika melakukan

metode dokumentasi ditemukan beberapa hal-hal penting yang terkait dengan

tema penelitian ini.

Focus Group Discussion (FGD)

Focus group discussion merupakan suatu proses pengumpulan informasi

mengenai suatu masalah tertentu yang sangat spesifik. Dalam penelitian ini,

FGD dilakukan dengan mendatangkan setiap unsur dari subjek penelitian yaitu

PP. Al-Anwar 3 meliputi santri, pengurus, ustadz dan pengasuh. Dalam forum

tersebut, setiap peserta akan duduk melingkar dan berdiskusi mengenai respon

12
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 165 .
13
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 66.
pesantren Al-Anwar 3 terhadap pentinya solat berjamaah. Peneliti sebagai

fasilitator akan mencatat setiap jawaban yang muncul untuk mengelaborasi data-

data yang dibutuhkan dalam penelitian dari berbagai perspektif. Tujuan yang

ingin dicapai dari kegiatan ini adalah data yang komperhensif serta signifikansi

masing-masing unsur dalam Pesantren Al-Anwar 3 dalam merespon solat

berjamaah.

Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengolah dengan cara mengorganisasikan

data dan mengurut data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar,

sehingga dapat ditemukan tema dan tafsiran tertentu.14

Dalam menganalisis data, penulis akan melakukannya secara kualitatif.

Semua data yang sudah dikumpulkan akan diverifikasi dan diinterpretasi serta

dilakukan triangulasi data sehingga terujikredibilitas data dapat

dipertanggungjawabkan. Analisis data yang dikumpulkan melalui observasidan

wawancara akanditranskripsi dan dilakukan koding untuk mendapatkan tema-

tema tertentu sesuai masalah yang diteliti.15

Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap mengacu pada

pendapat Lexy J. Meleong, yaitu:

a. Tahap pra-lapangan, observasi awal. Tahap ini meliputi kegiatan

menyusun proposal penelitian, menentukan fokus penelitian,

konsultasi, mengurus izin penelitian dan seminar penelitian.

14
Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian....,h. 93.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung:
Alfabeta, 2015), h. 330
b. Tahap pekerjaan lapangan. Tahap ini meliputi memahami latar

penelitian, memasuki lapangan dan berperan serta sambil

mengumpulkan data.

c. Tahap analisis data. Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan

adalah menelaah seluruh data lapangan, reduksi data, menyusun

dalam satuan-satuan kategorisasi dan pemeriksaan keabsahan.

d. Tahap penulisan laporan. Tahap ini meliputi kegiatan menyusun

hasil penelitian, konsultasi hasil penelitian, perbaikan hasil

konsultasi.16

G. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini

adalah analisis sosiologis dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan.

Teori ini dibangun oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang bisa dibaca

dari tulisannya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in

The Sociology of Knowledge. Teori sosiologi pengetahuan sendiri merupakan

sebuah bagian integral dari filsafat konstruktivisme yang beranggapan bahwa

pengetahuan manusia berkembang dipengaruhi oleh kondisi sosialnya17.

Paham ini sebenarnya sudah bisa dibaca sejak dari pemikiran Karl Marx

tentang materialisme-historisnya.18 Teori ini kemudian terus menerus

berkembang di tangan Scheler, Peaget dan akhirnya mulai mendapatkan tempat

di tangan Karl Manheim lewat tulisannya Ideology and Utopia. Akan tetapi,

terminologi sosiologi pengetahuan sendiri baru dimunculkan oleh Peter L.

16
Lexy, Metode Penelitian Kualitatif., 86-90
17
Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 2001),hlm. 24-25.
18
Gregory Baum, Agama Dalam Bayang-bayang Relativisme: Sebuah Analisis Sosiologi
Pengetahuan Karl Mannheim tentang Sintesa Kebenaran Historis - Normatif, terj. Achmad
Murtajib Chaeri dan Masyhuri Arow (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. 6.
Berger bersama Thomas Luckmann yang secara tegas memuat dialektika

perkembangan pengetahuan yang mendapatkan pondasi dari pemahaman akan

realitas.

Sosiologi pengetahuan menyatakan bahwa tiap orang dalam masyarakat

berpartisipasi dalam “pengetahuan”-nya, dengan cara tertentu. Dengan kata lain,

hanya segelintir orang saja yang menekuni tentang penafsiran teoritis atas dunia,

tetapi setiap orang bagaimanapun hidup dalam satu dunia, apa pun jenisnya.

Karena itu, pertama-tama sosiologi pengetahuan harus menyibukkan diri dengan

apa yang “diketahui” oleh masyarakat sebagai “kenyataan” dalam kehidupan

mereka sehari-hari yang tidak teoritis atau yang pra-teoritis. Dan oleh karena itu,

sosiologi pengetahuan harus mengarahkan perhatiannya pada pembentukan

kenyataan oleh masyarakat (social construction of reality).19 Teori ini kemudian

dibangun berdasarkan 3 tahap pengetahuan manusia yang sifatnya dialektis.

Tiga tahap yang dimaksud dalam dialektika sosiologi pengetahuan adalah

eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah pencurahan

kegiatan yang terus-menerus dari manusia terhadap dunianya, baik yang berupa

kegiatan fisik maupun mental. Obyektivasi adalah momen dimana hasil kegiatan

manusia menyatakan dirinya sebagai realitas obyektif yang harus dihadapi oleh

penciptanya sebagai sesuatu yang berada di luar dan bersifat memaksa.

Internalisasi adalah penyerapan kembali realitas yang sama oleh manusia dalam

kesadaran subyektif. Melalui bahasa pengalaman manusia, baik yang bersifat

pribadi maupun sosial, diobyektivasi, diingat dan dikumpulkan. Dari akumulasi

seperti ini terbentuklah kumpulan pengetahuan yang disimpan secara sosial dan

19
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atasKenyataan:
RisalahTentangSosiologiPengetahuan,terj. Hasan Basari (Jakarta: LP3ES, 2012), hlm. 7.
kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya serta dapat dipelajari

oleh setiap anggota masyarakat.20

H. Sistematika Pembahasan

Bab pertama berisi tentang proposal penelitian yang memberi informasi

tentang deskripsi krisis kenapa penelitian ini dilakukan beserta penjelasan

bagaimana penelitian ini dijalankan.

Bab kedua akan membahas konsep-konsep kunci yang terdapat dalam

judul penelitian guna menjadi pisau analisis di bab selanjutnya. Bab ini penting

untuk memberi landasan teoritis bagi pembaca sebelum membaca pembahasan

di bab selanjutnya.

Bab ketiga akan membahas tentang sejarah dan profil pesantren Al-Anwar

3 Sarang Rembang secara umum.

Bab keempat akan membahas kultur akademik dan bagaimana pesantren

ini berupaya menyelaraskan antara sistem pendidikan model pesantren dan

model pesantren salaf dengan slogan pesantren “Turats dan Modernity”

Bab kelima adalah penjelasan tentang bagaimana respon pesantren Al-

Anwar Sarang Rembang

Bab keenam berupa kesimpulan hasil studi disertai catatan-catatan kritis

hasil dari perjalanan penelitian

Untuk lebih detilnya, sistematika penelitian ini direncanakan sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

20
Ibid.,hlm. VII.
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

F. Metode Penelitian

G. Kerangka Teori

H. Sistematika Pembahasan

Bab II Landasan Teori

A. Radikalisme

B. Pesantren

Bab III PP. Al-Anwar 3 Sarang

A. Sejarah PP. Al-Anwar 3 Sarang

B. Profil PP. Al-Anwar 3 Sarang

Bab IV Kultur Akademik PP. Al-Anwar 3

A. Kurikulum

B. Ekstra Kurikulum

Bab V Respon PP. Al-Anwar 3 terhadap solat berjamaah

A. Eksternalisasi

B. Objektifikasi

C. Internalisasi

Bab VI Penutup

A. Kesimpulan

B. Catatan Kritis
Daftar Pusataka

Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010.
repository.uin-suska.ac.id/6119/2/BAB%20I.pdf (diakses tanggal
01/07/2019.
repository.uinjkt.ac.id/.../SKRISP%20SHOFA1110011000007%20WATE
RMAX.pdf ( diakses tanggal 01/07/2019).
Sentot Haryanto, “Psikologi Shalat”, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007), h. 91.

Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, “Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW”,

(Yogyakarta: Nuha Litera, 2011).

Amir Syarifuddin, “Garis- garis Besar Fiqih”, (Jakarta: Kencana, 2010).

Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka

Publisher, 2007)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D,(Bandung: Alfabeta, 2015)

Anda mungkin juga menyukai