Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia

Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13


p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Implementasi Project Based


Learning (PJBL) Berpendekatan Saintifik
Farida Daniel1)
1)
Prodi Pendidikan Matematika STKIP SOE, NTT,Indonesia
E-mail:faridaniel46@gmail.com

Abstrak.Kemampuan berpikirkritismatematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Soe rendah. Upaya peningkatannya
diterapkan model PjBL berpendekatan saintifik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir
kritis pada kedua kelas sampelberdasarkan kategori kemampuan awal yaitu kategori atas, menengahdan
bawah.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatifmodelquasi eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diajarkan model PjBL berpendekatan saintifik lebih baik dari siswa
yang diajarkan tanpa model tersebut pada ketiga kategori yaitu kategori atas, menengah dan bawah. Perbedaan yang
paling tinggi terdapat pada kategori bawah sehingga model PjBL berpendekatan saintifik paling efektif dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis untuk siswa pada kategori kemampuan awal yang rendah.

Kata Kunci: Berpikir Kritis, Model PjBL, Saintifik

Geometri merupakan salah satu cabang


I. PENDAHULUAN matematika yang menempati posisi strategis untuk
Pembelajaran matematika di sekolah tidak mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
hanya berkaitan dengan penguasaan materi Geometri berfungsi untuk mengembangkan
matematika sebanyak-banyaknya, melainkan juga kemampuan berpikir analitis, kritis dan kreatif dan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi juga penting bagi siswa untuk meningkatkan
misalnya kemampuan berpikir siswa. Dewey wawasan keruangan. Hasil wawancara dengan
dalam [1] mengatakan bahwa sekolah harus salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP
mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak- Negeri 3 Soe, kabupaten Timor Tengah Selatan
anak. Selanjutnya menurut Ruggiero berpikir propinsi Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa
adalah segala aktivitas mental yang membantu banyak siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal
merumuskan atau memecahkan masalah, membuat geometri. Siswa hanya mengerjakan soal dengan
keputusan, atau memenuhi keinginan untuk berfokus pada penggunaan rumus. Dari pekerjaan
memahami; berpikir adalah sebuah pencarian siswa pada ulangan harian materi geometri yaitu
jawaban, sebuah pencapaian makna [1]. materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa kelas VIII
Menurut Ennis dalam[2] berpikir kritis adalah tahun pelajaran 2013/2014 lalu diketahui kesulitan
berpikir secara beralasan dan reflektif yang masuk tersebut dikarenakan siswa masih belum terbiasa
akal atau berdasarkan nalar dengan menekankan dan kurang kritis saat berhadapan dengan soal-soal
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus non rutin karena kemampuan matematika siswa
dipercayai atau diyakini untuk menentukan apa masih rendah.
yang akan dikerjakan. Kemampuan berpikir kritis Berdasarkan fakta yang ditemukan, perlu
dapat bermanfat untuk menghadapi berbagai dilakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan
kemungkinan dan memiliki karakteristik yang berpikir kritis melalui pembenahan dalam proses
paling mungkin dapat dikembangkan melalui pembelajaran. Dibutuhkan suatu model
pembelajaran matematika [3]. pembelajaran yang mendukung peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa. Model Project

7
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

Based Learning (PjBL) dapat diterapkan dalam menghasilkan produk kerja yang dapat
mengatasi masalah yang timbul selama proses dipresentasikan kepada orang lain [5]. PjBL
pembelajaran. Alasan rasional penggunaan model didasarkan pada teori konstruktivisme,
ini adalah model ini berbasis proyek dan berhubungan dengan psikologi kognitif dan
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk konsep pembelajaran dalam konteks. Tujuan
menggali konten (materi) dengan menggunakan utama dari PjBL adalah untuk menghilangkan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya dan fenomena lambannya pengetahuan siswa, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Model membuat siswa memiliki kemampuan pemecahan
ini menuntut pengajar dan atau siswa masalah, meningkatkan motivasi belajar siswa,
mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding kemampuan berpikir kritis, keterampilan
question) dalam memecahkan sebuah masalah komunikasi, dan kemampuan mengumpulkan data.
yang diberikan sehingga melatih siswa berpikir PjBL merupakan model yang menggunakan
kritis. belajar kontekstual, dimana para siswa berperan
Menurut Jones, Rasmussen dan Moffitt aktif untuk memecahkan masalah,mengambil
sebagaimana dikutip oleh [4], PjBL adalah tugas- keputusan,meneliti,mempresentasikan dan
tugas yang diberikan berdasarkan pertanyaan atau membuat dokumen [6]. PjBL dirancang untuk
masalah-masalah yang menantang, melibatkan digunakan pada permasalahan kompleks yang
siswa dalam perancangan, pemecahan masalah, diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan
memberi keputusan, atau menyelidiki aktivitas, memahaminya. PjBL bisa memastikan hasil yang
memberikan pada siswa hak secara otonomi lebih efektif dengan memungkinkan siswa untuk
selama periode waktu dan berujung pada produk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan
nyata atau presentasi. Model PjBL yang disajikan memungkinkan mereka untuk menghasilkan
dengan pendekatan scientific (saintifik)atau yang sesuatu dan bekerjasama dengan orang lain [7].
lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah, Langkah-langkah pembelajaran dalam PjBL
diharapkan akan mendorong siswa lebih aktif dan sebagaimana yang dikembangkan oleh [8] terdiri
tidak cepat menyerah saat menghadapi kesulitan dari:
dalam pembelajaran. Pendekatan saintifiksendiri a. Start With the Essential Question
dalam pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
menanya, menalar, mencoba, dan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
mengkomunikasikan sehingga akan memperkuat penugasan siswadalammelakukan
penalaran dan sikap kritis siswa dalam rangka suatuaktivitas. Mengambil topik yang
pencarian (penemuan) jawaban dan pengerjaan sesuaidengan realitas dunia nyata dandimulai
proyek yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar
siswa akan memahami bagaimana pentingnya berusaha agar topik yang diangkat relevan
belajar matematika dan secara tidak langsung untuk para siswa.
siswa akan termotivasi untuk belajar matematika. b. Design a Plan for the Project
Tujuan penelitian ini adalah Perencanaan dilakukan secara kolaboratif
menghasilkankajian mengenai perbedaan antara pengajar dan siswa. Dengan demikian
kemampuan berpikir kritis antara siswa pada kelas siswa diharapkan akan merasa "memiliki" atas
yang mendapat pembelajaran model PjBL proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
berpendekatan saintifik dengan siswa pada kelas aturan main, pemilihanaktivitas yang dapat
yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan mendukung dalam menjawab pertanyaan
model tersebut berdasarkan kategori kemampuan esensial, dengan cara mengintegrasikan
awal siswa. berbagai subjek yang mungkin, serta
PjBL merupakan model pembelajaran yang mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
memberikan kebebasan kepada siswa untuk untuk membantu penyelesaian proyek.
merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan c. Create a Schedule
proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya

8
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

Pengajar dansiswa secara kolaboratif menyusun dipandang sejalan dengan prinsip pendekatan
jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. saintifik/ilmiah adalah problem based learning,
Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) PjBL, inkuiri, dan group investigation. Model-
membuatwaktuuntukmenyelesaikanproyek, (2) model tersebut mengajarkan kepada siswa untuk
membuat batas waktu penyelesaian proyek, mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari
(3)membawasiswa agar merencanakan cara solusi, menguji jawaban sementara dengan
yang baru, (4) membimbing siswa ketika melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta
mereka membuatcarayang melalui penginderaan), dan pada akhirnya menarik
tidakberhubungandenganproyek, dan (5) simpulan dan menyajikan secara lisan maupun
meminta siswa untuk membuatpenjelasan tertulis.
(alasan) tentang pemilihan suatu cara. [9] memberikan konsepsi bahwa pendekatan
d. Monitor the Students and the Progress of the ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
Project mencakup komponen:
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan a. Mengamati
monitor terhadap aktivitas siswa selama Mengamati dapat dilakukan antara lain
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan melalui kegiatan mencari informasi, melihat,
dengancaramemfasilitasi siswa pada setiap mendengar, membaca, dan atau menyimak.
proses. Dengan kata lain pengajar b. Menanya
berperanmenjadi mentor bagi aktivitassiswa. Menanya untuk membangun pengetahuan
Agar mempermudah proses monitoring, dibuat siswa secara faktual, konseptual, dan prosedural,
sebuahrubrik yang dapat merekam hingga berpikir metakognitif, dapat dilakukan
keseluruhanaktivitas yang penting. melalui kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan
e. Assess the Outcome diskusi kelas.
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar c. Mencoba
dalam mengukur ketercapaian standar, berperan Mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau
dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing mencoba untuk meningkatkan keingintahuan
siswa, memberi umpan balik tentang tingkat siswa dalam mengembangkan kreatifitas, dapat
pemahaman yang sudah dicapai siswa, dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas,
membantu pengajar dalam menyusun strategi kejadian atau objek tertentu, memperoleh
pembelajaran berikutnya. informasi, mengolah data, dan menyajikan
f. Evaluate the Experience hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar.
Padaakhir proses pembelajaran, pengajar d. Mengasosiasi
dansiswa melakukan refleksi terhadap Mengasosiasi dapat dilakukan melalui
aktivitasdan hasil proyek yang sudahdijalankan. kegiatan menganalisis data, mengelompokan,
Proses refleksi dilakukan baik secaraindividu membuat kategori, menyimpulkan dan
maupun kelompok. Pada tahap ini siswa memprediksi atau mengestimasi.
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan e. Mengkomunikasikan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Mengomunikasikan adalah sarana untuk
Pengajar dan siswa mengembangkan diskusi menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk
dalam rangka memperbaiki kinerja selama lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik,
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat dilakukan melalui presentasi, membuat
ditemukan suatu temuan baru(new inquiry) laporan, dan atau unjuk kerja.
untuk menjawab permasalahan yang diajukan Berpikir kritis membutuhkan usaha seseorang
pada tahap pertama pembelajarannya. untuk mengumpulkan, menafsirkan, menganalisis
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam dan mengevaluasi informasi untuk tujuan tiba
pembelajaran menuntut adanya perubahan setting pada suatu kesimpulan yang dapat diandalkan dan
dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda valid [10]. Berpikir kritis merupakan perwujudan
dengan pembelajaran tradisional. Model yang dari berpikir tingkat tinggi (high order

9
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

thinking).Dengan melibatkan siswa secara aktif sendiri. Dari kajian teori tentang kemampuan
dalam kegiatan berbasis proyek atau kolaboratif berpkir kritis diatas, dapat digunakan untuk
dapat mendorong pengembangan berpikir kritis membuat kisi-kisi tes kemampuan berpikir kritis
jika instruksi model proses berpikir, menggunakan dan selanjutnya membuat tes kemampuan berpikir
teknik interogasi yang efektif dan membimbing kritis.
siswa proses berpikir kritis [11]. Efektivitas
instruksi berpikir kritis dipengaruhi oleh kondisi II. METODE
lingkungan instruksional yang terdiri dari variabel Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
pembelajaran (strategi pengajaran dan pendekatan mengikuti model quasi-experimental yang
instruksional berpikir kritis), dan sampai batas didesaindalam bentuk non-equivalent (pre-test and
tertentu dari variabel yang berhubungan dengan post-test) control-group design[14]. Desain
siswa [12]. penelitian ini melibatkan dua kelas sampel, yaitu
Krulik dan Rudnick dalam [13] membagi kelas eksperimendan kelas kontrol. Kedua kelas
indikator kemampuan berpikir kritis kedalam diberi pre-test untuk mengetahui kemampuan awal
beberapa bagian, yaitu (1) pengujian, siswa. Kelas eksperimen dikenai
penghubungan, pengevaluasian semua aspek dari perlakuan/treatmentyakni pembelajaran
suatu situasi atau masalah; (2) penetapan fokus dilaksanakan dengan menggunakan model PjBL
pada bagian dari situasi atau masalah; (3) berpendekatan saintifik sedangkan kelas kontrol
pengumpulan dan pengorganisasian informasi; (4) dilaksanakan pembelajaran seperti biasa tanpa
validasi dan menganalisis informasi; (5) penentuan menggunakan model pembelajaran tersebut. Pada
kelayakan suatu jawaban; (6) penarikan akhir pembelajaran, dilaksanakan post-test bagi
kesimpulan yang valid; (7) analisis dan refleksif di siswa pada kedua kelas untuk mengetahui
alam nyata. kemampuan berpikir kritis siswa.
Glazer dalam [13] menyatakan terdapat tiga Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
indikator dalam berpikir kritis, yaitu (1) siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Soe. Sampel pada
pembuktian, yakni kemampuan untuk penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik
membuktikan suatu pernyataan secara deduktif cluster random sampling. Teknik ini digunakan
(menggunakan teori-teori yang telah dipelajari untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
sebelumnya); (2) generalisasi adalah kemampuan diteliti (sumber) data sangat luas [15]. Pada
untuk menghasilkan pola atas persoalan yang penelitian ini teknik tersebut digunakan untuk
dihadapi untuk kategori yang lebih luas; (3) menentukan satu kelas eksperimen dan satu kelas
pemecahan masalah, yakni kemampuan kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen
mengidentifikasi unsur yang diketahui, dinyatakan, menggunakan model PjBL berpendekatan
dan memeriksa kecukupan unsur yang diperlukan saintifik sedangkan pembelajaran pada kelas
dalam soal, menyusun model matematika dan kontrol menggunakan pembelajaran langsung.
menyelesaikannya serta memeriksa kebenaran Teknik pengumpulan data berupa Tes
hasil atau jawaban. Kemampuan Berpikir Kritis (TKBK). Soal TKBK
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, yang diberikan berbentuk essay test. Analisis data
indikator berpikir kritis yang akan digunakan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas
dalam penelitian ini adalah perpaduan indikator sebagai uji prasyarat, dilanjutkan dengan uji
berpikir kritis yang dikemukakan Krulik dan kesamaan rata-ratadanujianova 2 jalur. Uji
Rudnick dalam [13] yaitu analisis dan refleksif di kesamaan dua rata-rata bertujuan untuk
alam nyata dengan indikator berpikir kritis yang mengetahui rata-rata kemampuan awal kedua
dikemukakan oleh Glazer dalam [13] yaitu kelas sebelum pembelajaran sama. Uji anova 2
generalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur jalur digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-
kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan, rata nilai TKBK padakelas eksperimen dan
penyelidikan, mencoba suatu proses, menemukan, kelaskontrolberdasarkankategorikemampuanawals
menyimpulkan dan membangun pengetahuannya iswa.

10
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa ada perbedaan kemampuan berpikir kritis
antara siswa pada kelas yang mendapat
pembelajaran model PjBL berpendekatan saintifik
dengan siswa pada kelas yang tidak mendapatkan
pembelajaran dengan model tersebut. Begitu juga
untuk kemampuan berpikir kritis siswa disetiap
kategori baik kategori atas, menengah dan bawah
dari kedua kelas semuanya berbeda. Karena
Gambar 2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Kategori
terdapat perbedaan maka dilakukan uji
lanjutanuntuk mengetahui perbedaan yang terjadi
tersebut. Berdasarkan Gambar 2 menunjukan
Hasil uji lanjutan kemudian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada kategori
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang atas pada kelas kontrol lebih baik dari kemampuan
mendapat pembelajaran model PjBL berpikir kritis siswa kategori menengah dan bawah
berpendekatan saintifik lebih baik dari kelas eksperimen dan juga lebih baik dari
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang kemampuan berpikir kritis siswa menengah dan
tidak mendapatkan pembelajaran dengan model bawah pada kelas kontrol. Demikian juga untuk
tersebut pada ketiga kategori yaitu kategori atas, kemampuan berpikir kritis siswa kategori
menengah dan bawah. Perbedaan antara tiap menengah pada kelas kontrol lebih baik dari
kategori pada kedua kelas dapat juga dilihat pada kemampuan berpikir kritis siswa kategori bawah
Gambar 1 dan Gambar 2. kelas eksperimen dan juga lebih baik dari
kemampuan berpikir kritis siswa kelas bawah
kelas kontrol.
Adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis
siswa pada kedua kelas disebabkan karena
perlakuan pembelajaran yang berbeda pada kedua
kelas tersebut. Pada kelas yang diajarkan
menggunakan model PjBL berpendekatan saintifik
pembelajarannya terpusat pada siswa dan peran
guru adalah sebagai fasilitator dan motivator.
Siswa bekerja secara berkelompok sesuai tahapan
Gambar. 1Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Kelas
PjBL untuk membangun pengetahuannya sendiri
dan bekerjasama dengan teman dalam
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen
penyelesaian proyek dan latihan soal. Hal ini
lebih baik dari kemampuan berpikir kritis siswa kelas sesuai dengan teori konstruktivisme dalam
kontrol pada setiap kategori baik kategori atas, pembelajaran matematika yaitu bahwa peranan
menengah dan bawah. Perbedaan yang paling tinggi guru bukan sebagai pemberi jawaban akhir atas
terdapat pada kategori bawah sehingga model PjBL pertanyaan siswa melainkan mengarahkan mereka
berpendekatan saintifik paling efektif dalam untuk membentuk (mengkonstruksi) pengetahuan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis untuk siswa matematika sehingga diperoleh struktur
pada kategori kemampuan awal yang rendah. matematika seperti yang dikemukakanoleh[16].
Pada kelas yang tidak diajarkan dengan model
PjBL berpendekatan saintifik siswa menerima
penjelasan langsung dari guru seperti biasa.

11
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

Penjelasan tersebut berupa definisi, rumus, contoh semua kategori baik kategori atas, menengah dan
soal dan soal latihan untuk dikerjakan oleh siswa. bawah. Ini berarti selain model pembelajaran,
Perbandingan kemampuan berpikir kritis kedua kemampuan awal siswa juga mempengaruhi
kelas penelitian pada uji lanjutan adalah belajar siswa. Proses asimilasi pengetahuan yang
kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen telah dimiliki siswa sebelum pembelajaran dengan
lebih baik dari kelas kontrol. Ini disebabkan peran pengetahuan baru yang diperoleh dalam
siswa dalam mengkonstruksi ide, menganalisis pembelajaran akan berjalan baik jika siswa
dan merefleksikan masalah kemudian berusaha memiliki pengetahuan awal yang cukup. Hasil ini
memecahkannya, serta melakukan generalisasi sesuai dengan teori belajar dari Ausubel tentang
lebih baik ketika mendapat pembelajaran model belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan
PjBL berpendekatan saintifik. Hal ini sesuai suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
dengan hasil penelittian [11] yang menyimpulkan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
bahwa untuk menanamkan keterampilan berpikir struktur kognitif seseorang [18].
kritis siswa dalam kelas maka siswa tidak menjadi
penerima informasi, tetapi sebagai IV. KESIMPULAN DAN SARAN
penggunainformasi. Lingkungan belajar yang
KESIMPULAN
secara aktif melibatkan siswadalam penyelidikan
informasi dan penerapan pengetahuanakan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka
mempromosikan keterampilan berpikir kritissiswa. diperoleh kesimpulan pada penelitian
Hasil penelitian dari [17] juga mengemukakan iniyaituterdapat perbedaan antara kemampuan
bahwa pembelajaran dengan model PjBL lebih berpikir kritis pada kelas yang diajarkan dengan
efektif daripada pembelajaran model tradisional model PjBL berpendekatan saintifik dengan kelas
dilihat pada prestasi belajar matematika siswa. yang tidak menggunakan model tersebut
PjBL mempunyai pengaruh yang positif terhadap berdasarkan kategori kemampuan awal siswa.
sikap belajar siswa karena dengan menyelesaikan Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang
proyek dalam kelompok siswa menjadi lebih diajarkan dengan model PjBL berpendekatan
kreatif dan mampu bekerja sama. saintifik lebih baik dari kelas yang diajarkan tanpa
Pembelajaran model PjBL berpendekatan menggunakan model pembelajaran tersebut baik
saintifik mendorong siswa lebih aktif dan lebih pada kategori atas, bawah dan menengah.
memahami konsep ketika melakukan proyek
dibandingkan langsung menerima defenisi dan SARAN
rumus sehingga ketika berhadapan dengan soal-
soal geometri non rutin yang sifatnya menantang Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat
mereka jauh lebih siap dan kritis dalam disarankan beberapa hal, sebagai berikut.
menyelesaikannya. Hal ini sejalan dengan hasil a. Bagi guru, model PjBL berpendekatan saintifik
penelitian [7] yang menyimpulkan bahwa siswa dapat digunakan pada topik pembelajaran yang
yang diajar menggunakan model PjBL lebih baik lain dalam pembentukan kemampuan berpikir
dalam hal keterampilan belajar mandiri daripada kritis siswa. Dalam implementasinya model ini
siswa yang diajar menggunakan model akan lebih baik jika guru lebih kreatif
konvensional. Begitu juga dengan penelitian dari merancang kerangka proyek yang tepat, sesuai
dari [5] bahwa pembelajaran model PjBL dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
meningkatkan hasil belajar siswa. serta didukung oleh fasilitas yang memadai dan
Hasil post-test kemampuan berpikir kritis siswa juga alokasi waktu yang tepat. Guru juga
pada kelas dengan pembelajaran model PjBL hendaknya memotivasi siswa untuk mempunyai
berpendekatan saintifik menunjukkan peningkatan karakter kerja keras dalam kehidupannya serta
dari hasil pre-test dan pada uji lanjutan juga lebih membimbing siswa agar terampil dalam
baik dari kemampuan berpikir kritis siswa pada mempersiapkan proses pembelajaran.
kelas tanpa model pembelajaran tersebut untuk

12
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia
Volum 1 Nomor 1 bulan Maret 2016. Halaman 7-13
p-ISSN: 2477-5967 e-ISSN: 2477-8443

b. Bagi siswa, sangat dibutuhkan adanya [8] The George Lucas Educational Foundation. Instructional Project Based
Learning. Tersedia di http://www.edutopia.org. (diakses 12 November
kemampuanberpikirkritis dalam belajar 2014). 2005.
khususnya dalam proses pembelajaran karena [9] Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Pendekatan Scientific (Ilmiah)
dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik. 2013.
sangat mempengaruhi hasil belajarnya. [10] Chukwuyenum, A. N. “Impact of Critical thinking on Performance in
Mathematics among Senior Secondary School Students in Lagos State”.
c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan IOSR Journal of Research & Method in Education. Vol. 3. No. 5. Hal.
sebagai referensi mencoba menggunakan model 18-25. 2013.
[11] Peter, E. E. “Critical thinking: Essence for teaching mathematics and
PjBL pada materi yang lain. mathematics problem solving skills”.African Journal of Mathematics
and Computer Science Research. Vol. 5. No. 3. Hal. 39-43. 2012.
[12] Tiruneh, D. T., Verburgh, An., & Elen, J. “Effectiveness of Critical
DAFTAR PUSTAKA Thinking Instruction in Higher Education: A Systematic Review of
[1] Johnson, E. B. CTL Contextual teaching and Learning; Menjadikan Intervention Studies”. Higher Education Studies. Vol. 4, No. 1. Hal. 1-
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Terjemahan 17. 2014.
Ibnu Setiawan. Bandung : Kaifa. 2014. [13] Firdaus, dkk.“Developing Critical Thinking Skill of Students in
[2] Fatmawati, H. Mardiyana dan Trianto. “Analisis Berpikir Kritis Siswa Mathematics Learning”.Journal of Education and Learning. Vol 9.No 3.
dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Hal 226-236. 2015.
Bahasan Persamaan Kuadrat (Penelitian Pada Siswa Kelas X Smk [14] Creswell, J. W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014)”.Jurnal Mixed. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elektronik Pembelajaran Matematika.Vol.2. No.9. Hal 899-910. 2014. 2014.
[3] Depdiknas. Kurikulum Standar Kompetensi Matematika Sekolah [15] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas. Alfabeta. 2012.
2006. [16] Suherman, E. dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
[4] Thomas, J.W. A Review of research On Project Based Learning. Bandung: UPI. 2006.
Tersedia di [17] Ozdemir, A. S., Yildiz, F.,Yildiz, S. G. “The Effect of Project Based
http://.ble.org/research/study/reviewofprojectbasedlearning.(diakses 7 Learning in “Ratio, Proportion and Percentage” Unit on Mathematics
Desember 2014). 2000. Success and Attitude”. European Journal of Science and Mathematics
[5] Wang, B. T., Teng, C. W. & Lin Y. H. “Let‘s Go Traveling – Project- Education. Vol. 3, No. 1, Hal 1‐13. 2015.
Based Learning in a Taiwanese Classroom”. International Journal of
[18] Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Information and Education Technology. Vol. 5, No. 2. Hal 84-88.
Konstruktivisme. Surabaya: Prestasi Pustaka. 2007.
2015.
[6] Guo, S., & Yang, Y. “Project-Based Learning: an Effective Approach
to Link Teacher Professional Development and Students Learning”.
Journal of Educational Technology Development and Exchange. Vol.5.
No. 2. Hal. 41-56. 2012.
[7] Bagheri M. dkk. “Effects of Project-based Learning Strategy on Self-
directed Learning Skills of Educational Technology Students”.
Contemporary Educational Technology. Vol. 4. No. 1. Hal. 15-29. 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai