Anda di halaman 1dari 8

BERMADZHAB DALAM FIQIH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Fiqih

Dosen pengampu:

Faqih Abdul Aziz,Lc. M.A.

Oleh:

Iskandar Zulkarnaen

M. An’im Falahudin

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL ANWAR


SARANG REMBANG
2018
Bermadzhab dalam Fiqih

Oleh: Iskandar Zulkarnaen & M. An’im Falahudin

I. Pendahuluan
Di zaman Rasulullah masih hidup, ketika ada suatu permasalahan yang para sahabat
kurang memahaminya, mereka langsung menanyakan kepada Rasulullah sehingga masalah
tersebut bisa cepat terselesaikan. Akan tetapi, setelah Nabi wafat, para sahabat
menggunakan pengalaman-pengalaman diri sendiri yang mereka dapat dari perkataan,
perbuatan serta kebiasaan Nabi ketika masih hidupnya. Di tahap ini mereka ber-egang
teguh kepada Al qur’an, Hadits dan perkataan para sahabat. Seiring berkembangnya zaman
persoalan semakin bertambah dari waktu ke waktu, namun tidak semua solusi dari
permasalahan tersebut bisa ditemukan di Al qur’an dan Hadits, sehingga dilakukan jalan
ijtihad sendiri, termasuk melakukan qiyas (analogi) sebagai syara’
Madzhab pun mulai bermunculan. Sebagai contoh ada madzhab sunni yang terdiri
dari madzhab syafi’i, maliki dan lain – lain. Juga ada madzhab syi’I yang terdiri dari
madzhab zaidi dan ja’rani yang semua itu perlu kitaketahui untuk dijadikan pertimbangan
dalam melaksanakan keislaman kita.
Madzhab merupakan cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embrio dari
perbedaan madzhab ini adalah karna perbedaan cara pandang dan analisis terhadap nash
(teks) walau mereka mempunyai dasar yang sama yaitu Al quran dan Hadits. Namun
perbedaan tersebut dianggap wajar dalam Fiqih, karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya, di antaranya yaitu faktor intuisi, faktor interaksi sosial budaya, dan
faktor adaptasi dengan lingkungan dan perkembangan zaman.
Di sisni pemakalah akan menjelaskan srdikit tentang madzhab, bermadzhab dalam
fiqih, biografi imam madzhab serta pola pikir mereka.
II. Pembahasan
1. Pengertian
Secara bahasa, kata Madzhab berasal dari bahasa arab yaitu bentuk shighat isim makan
dari lafadz dzahaba yadzhabu yang berarti jalan yang dilalui. Di sisi lain, kata
Madzhab merupakan bentuk mashdar mĩm dari dzahaba yadzhabu yang berarti
berpendapat.1 Sedangkan merurut istilah kata madzhab mempunyai pengertian yang
berbeda – beda dikalangan ulama’ fiqih.
 Wahbah Az Zuhaili member batasan madzhab sebagai segala hukum yang
mengandung masalah baik dilihat dari metode yang mengantarkan kepada
kehidupan secara keseluruhan maupun aspek hukumnya sebagai pedoman
hidup2

1 Lihat kamus al munawwwir

2 Wahbah Al – Zuhaili, Al Fiqh Al Islami Wa Adillatuhu, (Beirut: Dar Al Fikr 1989) juz 1, hal. 127
 Muslim Ibrahim mendefinisikan madzhab sebagai aliran pikiran yang
merupakan hasil ijtihad seorang mujtahid yang digali dai Al – qur’an dan Al –
hadits.3
Sedangkan yang dimaksud bermadzhab adalah sebagaimana dikatakan Imam Tãj Ad Dĩn
As Subki dalam kitabnya Jam’ul Jawãmi’ juz 2 halaman seratus duapuluh tiga bahwa
bermadzhab adalah ‫ إلتزام غير المجتهد مذهبا ا معيينّا ا يعتقده أرجح أو مساويا ا لغيره‬yang berarti berpegang
teguhnya seseorang yang bukan Mujtahid kepada Madzhab tertentu yang dianggapnya
lebih unggul atau setara dengan Madzhab lainnya.4
2. Sejarah Lahirnya Madzhab
Secara umum, proses lahirnya Mazhab yang paling utama adalah usaha para
murid imam madzhabyang menyebarkan dan menanamkan pendapat para imamnya
kepada masyarakat dan juga disebabkan adanya pembukuan pendapat para imam
madzhab sehingga memudahkan tersebarnya pendapat tersebut di kalangan
masyarakat.5
Dari mata rantai sejarah,ini jelas terlihat korelasi pemikiran fiqih dari zaman
sahabat, tabi’in hingga munculnya madzhab – madzhab fiqih pada periode berikutnya,
meskipun jumlah madzhab tidak terbatas kepada keempat madzhab besar tersebut.6
Thaha Jabir Al – Uwaini, menjelaskan bahwa Madzhab fiqih Islam yang muncul
setelah sahabat dan tabi’in berjumlah tiga belas aliran yang beraliran ahlussunnah.
Yaitu:
1. Abu Sa’id Al – Hasan ibn Yasar Al – Bashri.
2. Abu Hanifah An – Nu’man ibn Tsabit.
3. Al – Auza’I Abu ‘Amr ‘Abdur Rahman ibn ‘Amr ibn Muhammad.
4. Al – Laits ibn Sa’id
5. Sufyan ibn Sa’id ibn Masruq Ats – Tsauri.
6. Malik ibn Anas Albahi
7. Sufyan ibn ‘Uyainahmuhammad ibn Idris Asy – Syafi’iy.
8. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal.
9. Daud ibn ‘Ali al – Ashbahani Al – Baghdadi.
10. Ishaq Ibn Rahawi.
11. Abu Tsawur Ibrahim ibn Khalid.
Mereka itulah yamg dikenal dengan para Imam Madzhab. Inilah madzhab –
madzhab fiqih yang dikenal di kalangan sunni. Selain itu, terdapat pula madzhab –
madzhab yang beraliran syi’ah, seperti madzhab Zaidiyah, Madzhab Imamiyah,
madzhab Ismailiyah, dan madzhab Abadiyyah.7

3 Muslim Ibrahim, pengantar Fiqih maaran, (Jakarta, Erlangga,1991), hal.27

4 Lihat kitab Jam’ul Jawãmi’, hal. 123

5 Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2008), hal 33.

6 Ibid, hal. 39.

7 Harun Nasution, Islami Ditinjau dari Berbagai aspek, jilid 2, (Jakarta: UI - Press, 1985), hal. 14.
3. Biografi Imam Madzhab
Berikut biografi Imam Madzhab yang dianut mayoritas orang Indonesia
a. Imam Asy – Syafi’iy
Beliau adalah: Abu ‘abdillah Muhammad ibn Idris. Lahir pada tahun 150 H. di
tanah Ghuzah, sebuah wilayah di Asqalan yang letaknya dekat pantai Lautan Putih
(Laut Mati) sebelah tengah Palestina (Syam), dan wafat di Mesir pada tahun 204 H.
Imam syafi’iy bertempat di Baghdad selama beberapa tahun, kemudian beliau
kembali ke Makkah untuk membangun kembali Majlis Ta’lim yang telah
dirintisnya di Makkah.8
Sekitar tahun 195 H. beliau kembali lagi ke Baghdad. Pada waktu itu beliau
berusia 45 tahun dan beliau sudah menjadi seorang Mujtahid dengan metodologi
ijtihadyang mencapai taraf sempurna serta madzhab yang memiliki corak tersendiri.
Dalam membangun kontruksi madzhabnya, imam asy – Syafi’iy menetapkan
beberapa sumber hukum, sebagai dasar dan pondasi pemikiran madzhabnya.9
 Mengikuti Al – Kitab dan As – Sunnah.
 Mengikuti Kebenaran dan dan dalil.
 Berpedoman pada Ijma.
 Memprioritaskan pendapat Sahabat Nabi.
 Menetapkan sumber hukum Qiyas.
 Mengambil hukum asal sebagai pijakan hukum.
 Al – Istishhab.
 Al – Istiqra’.10
Pola fikir dan faktor yang mempengaruhinya yaitu:
- Faktor pluralisme pikiran: Imam asy Syafi’iy lahir dan hidup sangat jauh
berbeda dengan Imam Madzhab sebelumnya. Pada masa Imam asy Syafi’iy
hidup, sudah banyak ahli fikih, baik sebagai murid Imam Abu Hanifah atau
Imam Malik. Akumulasi pemikiran fiqih Fuqaha’ baik dari Makkah, Madinah,
Irak, Syam, Mesir menjadikan Imam asy – Syafi’iy memiliki wawasan luas
tentang berbagai aliran peikiran fiqih.11
- Faktor Sosial Budaya: faaktor ini juga ikut mempengaruhi pola pemikiran
Imam Syafi’iy dengan qaul qadim dan qaul jadid.12
b. Imam Al – Malikiy
Imam Malik memiliki nama lengkap Abu ‘Abdullah Malik bin Anas bin Malik.
Beliau asli keturunan bangsa Arab. Beliau lahir di Madinah pada tahun 93 H.

8 Tim Pembukuan Purna 2011, Jendela Madzhab, (Kediri: Lirboyo Press), hal. 2

9 Ibid, hal. 2

10 Ibid, hal. 4 – 5.

11 Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal.207.

12 Ibid, hal.208
bertepatan dengan wafatnya Anas ibn Nadhar, salah satu juru ahli laden setia Nabi
Muhammad.
Syahdan, kualitas keilmuan Imam Malik tidak dapat diragukan lagi. Beliau
menguasai semua bidang ilmu agama. Bahkan Ulama’ sepakat menobatkannya
sebagai pemimpin dalam segala bidang ilmu,seperti Hadits, Fiqih, dan yang
lainnya.
Sumber – sumber hukum dalam madzhab Maliki yaitu sebagai berikut:
- Penjelasan (baca; makna) literal al – Qur’an (Nash al – Kitab).
- Penjelasan umum al – Qur’an (al – ‘Umum).
- Pemahaman terbalik yang terdapat di al – Qur’an (mafhum
Mukhãlafah).
- Pemahaman utama yang didapat dari makna tersirat Al – Qur’an
(al – mafhum al aulawi).
- Tanda alasan hukum yang diungkap oleh Al – Qur’an (al Tanbih
‘ala al – Ilah).
- Penjelasan literal Hadits.
- Penjelasan umum Hadits (al ‘umum).
- Pemahaman terbalik yang terdapat di Hadits (mafhum
mukhalafah).
- Pemahaman utama yang diungkap oleh Hadits (mafhum aulawi).
- Tanda alasan hukum yang diungkap oleh Hadits.
- Perbuatan penduduk Madinah.
- Perkataan sahabat.
- Sadd adz – Dzarã’I’.
- Ijma’.
- Qiyas.
- Istihsan.
- Istishhab.
Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik Lahir di Madinah yang dikenal
sebagai Daerah Hadits dan tempat tinggal sahabat Nabi. Fuqaha’ di sini lebih
mengerti Hadits dari pada Fuqaha lainnya. Madinah pun merupakan suatu tempat
yang masih bernuansa kampung dan sederhana. Suatu kehidupan yang menjadikan
Al – Qur’an dan As – Sunnah serta Ijma’ sahabat sudah cukup untuk dijadikan
sebagai dasar acuan keputusan hukum. Madinah sebagai tempat asal yang dekat
dengan Makkah. Atas hal ini wajarlah kalau Imam Malik lebih menguasai Hadits
dan kurang menggunakan rasio disbanding Imam Abu Hanifah, karena faktor sosial
budaya masyarakat.13
c. Imam Hambali
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.
Beliau lahir di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 H. Pada saat itu
pemerintahan dikendalikan oleh khalifah Muhammad al Mahdi dari dinasti
Abbasiyah III, pusat pemerintahannya bertempat di kota Baghdad. Ayah Imam

13 Dedi supriadi, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal. 207.
Ahmad wafat di usia 30 tahun., saat itu Imam Ahmad masih kecil. Oleh karena itu
beliau diasuh oleh Ibunya.
Ibn al – Qayyim dalam karya monumentalnya, I’lãm al muwaqqi’ĩn
menginformasikan Bahwa fatwa fatwa Ibn Hanbal bersumber pada lima dasar:
1. Nash (al – Qur’an dan Hadits).
Tiap kali Ibn Hanbal hendak berfatwa dan beliau menemukan dasarnya dalam
nash maka fatwa yang beliau sampaikan selalu mengikuti ketetapan sumber
tersebut.
2. Pendapat yang di sepakati sahabat.
Jika dalam al – Qur’an dan Hadits beliau tidak menemukan keterangan yang
hendak difatwakan, beliau mencarinya pada pendapat sahabat. Apabila
ditemukan dan pendapat tersebut disepakati oleh sahabat yang lain maka
beliau menggunakannya.
3. Pendapat yang diperselisihkan sahabat.
Apabila permasalahan yang dicari ternyata diperselshkan di kalangan sahabat,
maka beliau memilih salah satunya yang sesuai dengan al – Qur’an dan
Hadits.
4. Hadits mursal dan hadits dla’if.
Dalam menggali hukum Ibn hanbal juga berpegang pada Hadits Mursal dan
Hadits dla’if.kedua Hadits ini menurutnya lebih unggul dari pada Qiyas.
Namun perlu diketahui bahwa beliau membagi hadits menjadi dua: shahih dan
dla’if. Oleh karena itu hadits dla’if yang dijadikan kakipijak referensial oleh
beliau pada dasarnya masih menjadi bagian dari hadits shahih dan hasan.
Bukan dla’if yang bathil , mungkar, ataupu yang diriwayatkan atas dasar
praduga.
5. Qiyas
Ketika permasalahan yang dicari hukumnya tidak ditemukan di nash, pendapat
sahabat sahabat yang disepakati atau diperselisihkan, dan dalil lainnya maka
beliau dengan terpaksa menggunakan Qiyas.14
d. Imam Hanafi
Imam Abu Hanifah yang bernama asli Abu Hanifah an Nu’man bin Tsabit lahir di
tahun 80 H. dan wafat di kota Baghdad pada tahun 150 H. dalam usia 70 tahun.
Beliau merupakan Imamnya para ahli ra’yi, seorang faqih di kota Iraq, dan masuk
dalam jajaran al Hafidz dalam bidang Hadits.15
Sumber – sumber hukummadzhab Hanafi adalah sebagai berikut;
 Al – Qur’an.
 Hadits.
 Fatwa – fatwa dari Sahabat.
 Qiyas.
 Istihsan.

14 Tim Pembukuan Purna 2011, Jendela Madzhab (Kediri: Lirboyo Press, 2011), hal. 203.

15 Ibid, hal.99
 Al ‘Urf.16
III. Kesimpulan
Madzhab adalah hasil Ijtihad seorang imam mujtahid tentang hukum sesuatu masalah.
Proses lahirnya Mazhab yang paling utama adalah usaha para murid imam madzhabyang
menyebarkan dan menanamkan pendapat para imamnya kepada masyarakat dan juga
disebabkan adanya pembukuan pendapat para imam madzhab sehingga memudahkan
tersebarnya pendapat tersebut di kalangan masyarakat.
IV. Penutup
Itulah sedikit penjelasan kami tentang madzhab. Dengan penuh kesadaran bahwa setiap
manusia pasti punya kekurangan, pemakalah mohon maaf jika terdapat kesalahan atau
kekurangan baik dari segi penulisan atau lainnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca. Terimakasih.

16 M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002), hal 188.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Ali. “Perbandingan Mazhab” (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002).
Ibrahim, Muslim. “ Pengantar Fiqih Maaran” (Jakarta: Erlangga, 1991).
Nasution, Harun. “Islami Ditinjau dari Berbagai Aspek” jilid 2. (Jakarta:UI – Press, 1985).
Supriadi, Dedi. “Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru” (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2008).
Tim Pembukuan Purna 2011. “Jendela Madzhab” (Kediri, Lirboyo Press, 2011).
Nasution, Islami Ditinjau dari Berbagai aspek, jilid 2, (Jakarta: UI - Press, 1985), hal. 14.

Anda mungkin juga menyukai