LP Hernia
LP Hernia
HERNIA
Oleh :
RIKA ARISKA
2018.04.078
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA
Oleh:
Mahasiswa
RIKA ARISKA
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA
Oleh:
Mahasiswa
RIKA ARISKA
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Klasifikasi
b. Menurut sifat
1. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong
masuk. Pada hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan
tidak ada gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel (hernia tidak masuk
kembali) biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
peritoneum.
3. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung
hernia tidak dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus.
Gambaran klinis obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin
hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini lebih
dimaksudkan hernia irreponibel.
4. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang
masuk ke dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan
system perdarahannya sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus.
Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat dimasukan kembali di sertai
adanya nyeri tekan.
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinik
E. Patofisiologi
G. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses
H. Penatalaksanaan
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging)
untuk melihat keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung
hernia.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
A. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pakerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Nyeri dan ada benjolan di inguinal.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan ,mual muntah.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.
e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya,
klien masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana
dukungan keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam proses
penyembuhan.
f. Riwayat tumbuh kembang
1. Prenatal
Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit kronik lain.
2. Antenatal
Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih / higienis atau tidak. Alat
pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3. Postnatal
Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa tidak.
g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1. Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
2. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
i. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher
Inspeksi: Ekspansi wajah menyeringai,
Mata: Simetris atau tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjungtiva
tidak anemis
Hidung: Terdapat mukus atau tidak, pernafasan cuping hidung.
Teling : Simetris, terdapat mukus atau tidak,.
Bibir: Lembab, tidak ada stomatitis.
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada leher.
2. Dada :
Inspeksi: Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi: Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
3. Abdomen
Inspeksi: terdapat benjolan ingunalis
Palpasi: Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi: dullnes
Auskultasi: Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4. Ekstremitas
Atas: simetris, tidak ada odem
Bawah: simetris, tidak ada odem
j. Pemeriksaan penunjang :
1. Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun
MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat lebih lanjut
keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia
tersebut.
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus
4. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan iskemia jaringan.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
b. Post op
1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan apnea, penurunan
kesadaran.
2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan tidak terkontrol.
3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan sistem motorik.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur tindakan.
Intervensi Keperawatan
a. Post op
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan
rasa nyeri berkurang/ hilang dg KH :
· kx mengungkapkan nyeri berkurang
· skala nyeri berkurang samapai hilang
· Ekspresi wajah rileks dan santai
· Px dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
· Ttv dalam batas normal
INTERVENSI:
1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R. Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
2. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
3. Beri penjelasan pada kx sebab – sebab terjadinya nyeri
R. kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.
4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R. Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah
sehingga dapat mengurangi nyeri.
5. Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R. Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
6. Kolaborasi deengan ti medis untuk pemberian obat analgesik
R. Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri