TESIS
MUHAMAD HASBI
1006800945
TESIS
MUHAMAD HASBI
1006800945
Tanda tangan :
iii
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-
Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Dalam Melakukan
Olahraga Di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah.”. Tesis ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Selama penyusunan tesis ini, peneliti telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Wiwin Wiarsih, MN selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyusunan tesis.
2. Ns. Sukihananto, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis.
3. Dewi Irawaty, MA, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
4. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Puskesmas Praya yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.
6. Seluruh dosen dan civitas akadek Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, khususnya Peminatan Keperawatan Komunitas yang telah
memberikan banyak bimbingan dan arahan serta pembelajaran berarti kepada
peneliti.
7. Orang tua tercinta atas doa yang selalu mengiringi peneliti selama masa studi
8. Istri tercinta dan anak tersayang, Hania Syakira, yang menjadi sumber
semangat bagi peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Seluruh teman CHN angkatan 2010, yang telah memberikan banyak
dukungan selama proses pembelajaran dan proses penyelasain tesis ini
10. Seluruh responden, atas bantuan dan kesediaan mengikuti penelitian ini
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesain tesis ini
Peneliti
vi
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Yang Menyatakan,
(Muhamad Hasbi)
vii
viii
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................ vix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 13
1.3 Tujuan 14
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 14
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 14
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 15
1.4.1 Manfaat bagi pelayanan keperawatan Komunitas............. 15
1.4.2 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu.................................... 15
1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian selanjutnya ................................. 15
xi
xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
Hal
xiv
Halaman
xv
xvi
xvii
Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang serius, karena pola kejadiannya mengalami peningkatan dan menjadi
penyebab kematian dan kecacatan. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 70% kematian penduduk dunia tahun 2005 disebabkan penyakit
tidak menular, meliputi: 30% karena penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker 13%, penyakit kronis 9%, penyakit saluran pernapasan kronis 7%,
kecelakaan 7%, dan 2% penyakit DM (Kemenkes RI, 2008.a). Kematian akibat
penyakit tidak menular di Indonesia juga mengalami peningkatan. yaitu dari
41,5% tahun 1995 meningkat menjadi 49,9% pada 2001 dan 59,5% pada 2007
(Kemenkes RI, 2012). Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit
tidak menular yang terus mengalami peningkatan prevalensi dan berkontribusi
1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lombok Tengah sebesar 2.943 kasus, dan mengalami peningkatan sebesar 4,4 %
atau 3.074 kasus pada tahun 2010 (Dinkes Kota Praya, 2011). Peningkatan yang
signifikan kasus DM di Lombok Tengah terjadi di wilayah kerja puskesmas
Praya. Kasus DM di Puskesmas praya selama tiga tahun terahir terus mengalami
peningkatan, yaitu tahun 2009 sebesar 516 kasus meningkat sebesar 63 % atau
840 kasus pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 2,9 % atau
865 kasus. Penderita DM dengan komplikasi seperti hipertensi, penyakit jantung,
katarak, dan ulkus pada kaki di puskesmas Praya mencapai 5% (Puskesmas
Praya, 2011). Peningkatan prevalensi DM ini membutuhkan perhatian dan tindak
lanjut, karena peningkatan prevalensi biasanya akan diikuti peningkatan
komplikasi yang membahayakan terhadap penderita DM itu sendiri.
DM selain dikenal sebagai penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko. Penderita
DM dapat beresiko mengalami komplikasi baik akut yaitu hipoglikemi dan kronis
yaitu penyakit jantung, pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan,
impotensi, ulkus pada kaki, dan gangren (Kemenkes RI, 2008.c). Kondisi ini
menempatkan penderita DM termasuk dalam vulnerable group. Menurut
Swanson dan Nies (1997), kondisi vulnerable merupakan kondisi dimana individu
terpapar atau tidak telindungi dari lingkungan membahayakan kesehatan baik
lingkungan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mata, ginjal dan saraf. Pengendalian glukosa dalam darah dapat dilakukan
melalui diet, aktivitas fisik/olahraga dan obat. Diet dan aktivitas fisik termasuk
dalam kategori pengeloloaan nonfarmakologi, sedangkan penggunaan obat-obatan
merupakan pengelolaan farmakologi (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009).
Hasil penelitian Yoga, Julianti, dan Pramono (2011) tentang hubungan antara
empat pilar pengelolaan DM (diet, olahraga, obat, dan edukasi) dengan
keberhasilan pengelolaan DM menunjukan hasil bahwa Faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan pengelolaan DM adalah keteraturan olahraga. Keteraturan
olah raga mempengaruhi keberhasilan pengelolaan DM sebesar 40%
Judith (2007) mengemukakan bahwa olahraga secara teratur adalah salah satu
faktor penting dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan serta
berperan penting dalam penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2, khususnya
dalam mengontol gula darah. Manfaat olahraga bagi penderita DM adalah
menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan sensivitas insulin, menurunkan
berat badan, dan meningkatkan fungsi jantung serta menurunkan tekanan darah
(Praet & Loan, 2009).
Universitas Indonesia
menunjukan hasil bahwa program aerobic dan jalan dapat menurunkan glukosa
darah sebesar 37%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua belah pihak atau lebih
berdasarkan keterbukaan dan saling menguntungkan (Depkes RI, 2005). Perawat
komunitas membangun dan membina jejaring kerja sama dengan pihak pihak
yang terkait dalam upaya penanggulangan DM baik level individu, keluarga, dan
masyarakat. Pihak-pihak terkait tersebut adalah profesi kesehatan lainnya seperti
dokter, ahli gizi; stakeholder seperti Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten; sponsor, organisasi penderita DM, tokoh masyarakat dan kader
setempat. Anderson dan Mcfarlane (2010) menyatakan bahwa kemitraan perawat
komunitas dan masyarakat sangat penting untuk pengambilan keputusan dalam
rangka meningkatkan penyembuhan dan derajat kesehatan masyarakat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Variabel lain pada struktutur HBM adalah variabel demografi (umur, jenis
kelamin, pekerjaan, etnis), psikososial (personality, tingkat sosial, peer group),
dan variabel struktur (pengetahuan tentang penyakit, lamanya menderita
penyakit). Variabel-variabel tersebut diperkirakan dapat memberikan kontribusi
tidak langsung terhadap prilaku penderita DMdalam melakukan olah raga
(Berman & Sneyder, 2012).
Universitas Indonesia
Olah raga bagi penderita DM merupakan salah satu bentuk pencegahan tersier
yang memberikan efek menurunkan glukosa dalam darah dan mencegah terjadi
komplikasi. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan efektifitas olah raga
dalam pengelolaan DM, namun sebagian besar penderita DM di masyarakat
belum banyak melakukan kegiatan olah raga sebagai salah satu bentuk terapi.
Kurtz (1990 dalam Haris 2007) mengemukakan bahwa sekitar 70-80% penderita
DM tidak patuh dalam melakukan olahraga. Penelitian ini mengidentifikasi faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olah raga.
Pertanyaan penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan
penderita DM dalam melakukan olah raga di wilayah kerja puskesmas Praya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya berbagai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita
DM dalam melakukan olah raga di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok
Tengah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini akan mengemukakan beberapa konsep dan teori serta hasil penelitian
yang terkait dengan bidang penelitian yang akan menjadi landasan dan rujukan
dalam penelitian. Konsep dan teori tersebut meliputi: populasi DM sebagai
populasi rentan, konsep asuhan keperawatan komunitas pada populasi DM,
konsep kepatuhan dan olah raga pada populasi DM, konsep Health Belief Model
(HBM).
16
Universitas Indonesia
mengalami penurunan kesehatan fisik, psikis, dan sosial seiring dengan perjalanan
penyakit.
Universitas Indonesia
lamanya proses perjalanan penyakit yang terjadi pada individu atau lamanya
individu mengalami kondisi sakit seperti penyakit DM, kanker, dan tuberculosis
(Stanhope & Lancaster, 2004). Kondisi kronis yang dialami oleh populasi
penderita DM membutuhkan bantuan penanganan dari tenaga kesehatan yaitu
dokter, perawat, dan ahli gizi, serta tenaga kesehatan lainnya berupa pemberian
pengobatan, perawatan, pencegahan kecacatan, dan pendidikan kesehatan tentang
penyakit diabetes (PERKENI 2011).
Faktor health risk (resiko kesehatan) sebagai salah satu karakteristik populasi
rentan mengandung arti bahwa populasi rentan mengalami pengalaman yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Perawat komunitas sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan mempunyai
peran penting dalam penanggulangan penyakit tidak menular seperti penyakit
DM. Peran perawat komunitas dalam penanggulangan penyakit DM dapat
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat sebagai area intervensi
keperawatan komunitas (Allender, Rector, & Warner, 2010). Allender dan
Spradley (2005) mengemukakan bahwa hal yang utama dilakukan oleh perawat
komunitas dalam menjalankan peran pada praktek keperawatan komunitas adalah
melakukan upaya pencegahan terhadap masalah kesehatan. Pencegahan
mengandung arti melakukan antisipasi terhadap masalah kesehatan secepat
mungkin untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ketidakmampuan dan
keparahan. Upaya pencegahan kesehatan dapat dilakukan dalam 3 tingkat
pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier (Leavel & Clark,
1965, dalan Ervin, 2002).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas yaitu
memberikan konseling kepada individu dan keluarga tentang cara pencegahan
kecacatan. Perawat komunitas juga dapat melaksanakan peran sebagai pemberi
perawatan kesehatan langsung, yaitu melakukan perawatan luka, mengajarkan
senam untuk penderita DM. Nies dan McEwen (2007) mengemukakan bahwa
membangun kerja sama dengan keluarga sangat penting dalam pelaksanaan
pencegahan tersier sebagai dasar promosi kesehatan.
Universitas Indonesia
DM meliputi diet, olah raga, obat, manajemen stres, dan kontrol teratur.
Pendidikan kesehatan pada tahap pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan memelihara stabilitas kesehatan. Perawat komunitas mendorong
kelompok penderita DM untuk melakukan follow up secara teratur, mengajarkan
tentang cara mencegah hiperglikemi berulang, menjarkan individu dan keluarga
tentang modifikasi diet untuk DM, dan mengajarkan bagaimana memelihara
stabilitas kesehatan (Allender & Spradley, 2005).
Universitas Indonesia
2.3.3 Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk
meningkatkan penguasaan seseorang dalam mengambil keputusan untuk
mengubah hidup (Kreisberg, 1992 dalam Allender & Spradley, 2005). Hithcock,
Schubert, dan Thomas (1999) memaknai konsep pemberdayaan sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformasi
kepada masyarakat meliputi: dukungan, kekuatan ide baru, dan kekuatan untuk
mandiri sehingga membentuk pengetahuan baru. Pemberdayaan, kemitraan
memiliki hubungan yang kuat dan mendasar. Kemitraan yang dijalin memiliki
prinsip yaitu bekerja sama dengan masyarakat, sehingga perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul
partisipasi aktif masyarakat (Nies & McEwan, 2007).
Universitas Indonesia
2.3.4 Partnership
Partnership diartikan suatu kerjasama formal antara individu– individu,
kelompok-kelompok, dan organisasi-organisasi untuk mencapai tujuan
(Kemenkes RI, 2011). Allender dan Spradley 2005 memberikan definisi
partnership adalah suatu kesepakatan antara orang-orang (agency) untuk tujuan
saling menguntungkan. Partnership bisa dilaksanakan dalam lingkup yang besar,
yaitu mencakup hubungan multinasional seperti hubungan dengan pemerintah,
legislasi, dan juga partnership bisa dalam area yang kecil.
2.3.5.1 Observasi
Hithcock, Schubert, dan Thomas (1999) mengemukakan observasi merupakan
kegiatan yang dilaksanakan terus menerus selama kunjungan dan di mulai sejak
dilakukan pengkajian terhadap popolasi. Observasi terhadap populasi penderita
DM meliputi: observasi perilaku terkait perilaku beresiko seperi aktivitas fisik,
diet, interaksi dengan keluarga, tetangga, dan komunitas. Observasi diperlukan
untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada populasi penderita DM
.
2.3.5.2 Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan sarana penyembuhan yang tidak disadari,
menimbulkan respon tubuh berupa energi sehingga menimbulkan efek
Universitas Indonesia
DM terdiri dari 2 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 (Fox & Kilvert,
2010). Diabetes tipe 1 atau yang dikenal dengan diabetes ketegantungan insulin
merupakan gangguan metabolik yang ditandai kenaikan kadar gula darah akibat
kesurakan sel beta pankreas yang menyebabkan tidak terproduksi insulin sehingga
memerlukan penambahan insulin dari luar. Sedangkan diabetes tipe 2 atau yang
dikenal dengan diabetes tidak ketergantungan insulin adalah gangguan metabolik
Universitas Indonesia
yang ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah yang disebabkan
penurunan pengeluaran insulin oleh sel beta pangkreas (Kemenkes RI, 2008.b).
Diabetes tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak ditemukan pada
penderita diabetes, yaitu hampir 90 % dari keseluruhan penderita DM (Gonder,
Frederick, Cox, & Clarke, 2002). Diabetes Melitus tipe 2 ini selalu dikaitkan
dengan umur dan obesitas. Hasil studi epidemiologi di Amerika Serikat
menunjukan bahwa hampir 11% penderita DM tipe 2 berumur 65 keatas dan 6%
berumur antara 45-64 tahun, sementara hanya 1,5% penderita DM tipe 2 berumur
antara 18-44 tahun (Harris, 1998).
Keller (2006) menjelaskan bahwa kelebihan berat berat badan dan obesitas
berperan utama terhadap peningkatnya kejadian penyakit DM. Mekanisme
patologi dari asam bebas dan tertimbunya adipose dihubungkan dengan gangguan
sensivitas insulin. Penelitian dilakukan oleh kelompok Penelitian Program
Pencegahan Penyakit Diabetes di Amerika Serikat (2002) menunjukan bahwa
penyakit DM dapat dicegah pada kelompok resiko melalui penurunan berat badan
dan meningkatkan kegiatan olah raga.
Olahraga merupakan salah satu bagian dari upaya pencegahan primer dan
sekunder penyakit DM. Olahraga sebagai pencegahan sekunder yaitu ditujukan
Universitas Indonesia
pada kelompok resiko tinggi penyakit DM, sedangkan untuk pencegahan sekunder
yaitu dikaitkan dengan komplikasi pada orang yang telah didiagnosa menderita
penyakit DM. Olahraga memberikan manfaat yaitu meningkatkan sensivitas
insulin, menurunkan glukosa darah dan tekanan darah, menurunkan berat badan,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan sirkulasi, menghilangkan stress
(American Diabetes Association, 2008). Penelitan eksperimen terhadap 15 orang
kelompok kontrol dan 15 kelompok intervensi dengan melakukan olah raga 4 kali
/minggu selama 8 minggu pada penderita DM dewasa mengurangi glycosilat
hemoglobin (HbA1C) tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan berat badan (Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal 2001). Penelitian
meta-analysis dilakukan oleh Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal (2003)
menyimpulkan bahwa peningkatan intensitas olah raga dapat meningkatkan kerja
jantung dan menurunkan kadar gula dalam darah (HbA1C) pada pasien DM tipe
2. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sigal et al. (2007) menyimpulkan
bahwa olah raga aerobic dan latihan resisten meningkatkan HbA1C tetapi kontrol
gula darah menjadi lebih bagus, bila kedua kegiatan tersebut digabungkan.
Kesimpulan bahwa kegiatan olah raga merupakan strategi yang tepat untuk
memodifikasi faktor resiko dalam menurunkan angka kejadian diabetes dan
munculnya komplikasi.
Universitas Indonesia
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam melakukakn olahraga meliputi: 1) kondisi
dapat memperburuk gangguan metabolic penderita DM, yaitu beratnya penyakit
dan komplikasi seperti penyakit jantung, hipertensi, gangguan penglihatan,
gangguan fungsi ginjal, dan kelainan pada kaki; 2) gangguan pada kaki.
Mencegah gangguan pada kaki ketika melakukan aktivitas olahraga, penderita
DM harus mengenakan sepatu yang sesuai, kaki harus selalu bersih dan kering,
dan memeriksa kondisi kaki setiap sebelum dan sesudah melakukan olahraga.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.1.1 Umur
Beberapa laporan hasil penelitian telah menunjukan pengaruh umur terhadap
perilaku olohraga. Penelitian yang dilakukan Barnes (2000) menyimpulkan bahwa
peningkatan usia adalah salah satu faktor menurunya aktivitas kegiatan olahraga.
Di Amerika Serikat, lebih dari 60% usia lanjut tidak melaksanakan olahraga
secara teratur (U.S Departement of Health and Human Service, 2001). Faktor
yang paling berpengaruh terhadap penurunan aktivitas olahraga pada usia lanjut
adalah menurunya status kesehatan, rendahnya persepsi atau keyakinan terhadap
pentingnya olahraga bagi kesehatan, adanya penyakit kronis, keterbatasan
mobilisasi, dan kekuatiran terhadap adanya rasa nyeri (Dishmann, (1994 dalam
Dominic & Morey, 2006). Faktor lain yang berpengaruh terhadap penurunan
aktivitas olahraga usia lanjut adalah tingkat pendidikan, riwayat dalam melakukan
olahraga, dan sosial kognitif meliputi: dukungan sosial, self-efficacy, persepsi
manfaat dan hambatan yang dirasakan (Brawley, 2003)
Universitas Indonesia
aktivitas olahraga rendah. Data dari National Health Interview Survey tentang
ketidakpatuhan menjalankan olahraga antara ras yang berada di Amerika meliputi:
54 % ras Hispanik, 46% ras American Indian, 42% ras Asia, dan 36% ras kulit
putih. Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam melakukan olahraga
antara ras dan etnis minoritas tersebut adalah sosial ekonomi (Dismann, 1994).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Glanz, Rimer, dan Viswanath, (2008) mengemukakan bahwa Health Belief Model
(HBM) banyak digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan.
Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan
oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia
untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958 dalam Glanz, Rimer, dan
Viswanath, 2008). Persepsi individu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
yang mempengaruhi intrapersonal perilaku kesehatan. Health Belief Model
(HBM) digunakan secara luas untuk membantu menentukan alasan seseorang
terlibat dalam aktivitas tertentu yang atau tidak meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan (Fridmen, Bowden & Jones, 2002).
Konstruksi utama Health Belief Model (HBM) memiliki empat persepsi yaitu: 1)
persepsi keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), 2) persepsi
kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), 3) persepsi manfaat yang
dirasakan (perceived benefits), dan 4) persepsi hambatan yang dirasakan
(perceived barriers). Masing-masing persepsi, secara individu atau dalam
kombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Konstruksi
HBM selanjutnya mengalami pengembangan, yaitu isyarat untuk bertindak (cues
to action), faktor motivasi (motivating factors), dan self – efficacy.
Kontruksi lain yang ada pada HBM adalah faktor pemodifikasi (modify factors),
yang memberikan kontibusi tidak langsung terhadap perilaku kesehatan individu.
Faktor pemodifikasi meliputi: demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku,
dan status sosial); variabel psikologi (kepribadian, tingkat sosial, dan peer group);
dan variabel struktur (pengetahuan tentang penyakit, lamanya menderita
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kepatuhan
Melakukan
Olahraga
Isyarat Bertindak
(Cues to Action)
- Dukungan
Keluarga
Sumber : The Health Belief Model dalam Glanz K., Rimer B.K., Viswanath K
(2008) ; Dominic dan Morey (2006)
Universitas Indonesia
Bab ini akan menguraikan tentang kerangka konsep, hasil dari rangkaian konsep
teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi
operasional. Kerangka konsep merupakan landasan berpikir untuk melakukan
suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori. Hipotesis merupakan
pernyataan sementara yang perlu diuji apakah hipotesi diterima atau ditolak.
Definisi operasional mendefinisikan variabel penelitian ke dalam kerangka kerja
penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini berasal dari struktur dari Health Belief
Model (HBM) meliputi: faktor pemodifikasi (modifying factors), persepsi
individu (individual perception), dan isyarat bertindak (clues to action) (Breman
& Sneyder,2012). Faktor pemodifikasi adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi individu, meliputi: demografi (umur, jenis kelamin, suku,
pendapatan); variabel sturuktur (pengetahuan dan lama menderita penyakit).
Persepsi individu meliputi: persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi
manfaat, dan persepsi hambatan. Isyarat bertindak (clues to action) merupakan
faktor fisik atau lingkungan yang dapat menumbuhkan motivasi untuk berprilaku
sehat. Isyarat bertindak meliputi: dukungan keluarga dan lama menderita penyakit
Berdasarkan urain diatas, maka kerangka konsep peneltian ini sebagai berikut:
Faktor Pemodifikasi
(Modifying Factors):
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Suku
4. Pendapatan
5. Pengetahuan tentang
olah raga bagi DM
6. Lama menderita DM
Patuh
7. Pengetahuan
Persepsi Individu
(Individual Perceptions)
Kepatuhan
7. Kerentanan Melakukan
8. Keseriusan
Olahraga
9. Manfaat
10. Hambatan Tidak
Patuh
Isyarat Bertindak
(Cues to Action) :
11. Dukungan Keluarga
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
42
3.2 Hipotesis
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
45
Pernyataan (-) :
SS = 1 S =2
TS = 3 STS = 4
Variabel Dependen
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
BAB 4
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, populasi, sampel dan metode
sampling, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan
data, uji coba alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan rencana
analisis data.
46
Universitas Indonesia
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan populasi sehingga dapat mewakili populasi tersebut. Sampel juga dapat
diartikan sebagai bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga
dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh penderita diabetes melitus yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Praya Kabupaten Lombok Tengah Nusa
Tenggara Barat
Jumlah sampel ini kemudian dikoreksi untuk menghindari drop out pada sampel
penelitian dengan prediksi sample drop out sebesar 10 %. (Sastroasmoro &
Ismael, 2001). Perhitungan besar sampel akhir setelah dilakukan koreksi adalah:
110 + 10% = 122
Universitas Indonesia
Perhitungan dan distribusi sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Universitas Indonesia
Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Secara Proposional di Wilayah Kerja Puskesmas
Praya Tahun 2011
(n = 865)
Universitas Indonesia
Februari sampai pertengahan Mei, pengambilan data mulai bulan Mei mingggu ke
empat sampai Juni minggu ke dua, dan tahap penyusunan laporan pada minggu
ke ketiga dan ke empat bulan Juni 2012.
Universitas Indonesia
4.5.1.2 Prinsip mengharagai harkat dan martabat (respect for human dignity)
Prinsip ini adalah prinsip menghargai hak dan martabat responden untuk
menentukan nasib sendiri. Respect for human dignity meliputi: (1) Hak untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam sebuah penelitian (right to self determination),
yaitu responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
responden atau tidak, tanpa ada sanksi apapun. (2) Hak untuk mendapatkan
jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure), yaitu peneliti
memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu
yang terjadi kepada responden. (3) Responden mendapat informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan (Jaji, 2009).
Pada penelitian ini, responden yang menjadi subyek penelitian diberi informasi
tentang maksud dan tujuan penelitian sebelum menyatakan kesediaan menjadi
responden. Setiap responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau menolak
menjadi responden dengan cara menandatangani informed concent (terlampir).
Universitas Indonesia
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
bersifat rahasia (confidentiality). Penelitian ini, Peneliti menjaga kerahasiaan
informasi yang diberikan responden dengan tidak menampilkan nama dan alamat
asal responden dalam kuesioner, peneliti hanya menggunakan kode responden.
Peneliti juga memperlakukan semua responden sama, yaitu semua responden
diberikan penjelasan tentang manfaat, tujuan, dan prosedur penelitian. Peneliti
juga menetapkan responden berdasarkan proporsi untuk setiap kelurahan yang
telah ditentukan atau dihitung sebelumnya, dengan tujuan responden mempunyai
hak yang sama untuk diikutkan dalam penelitian.
Universitas Indonesia
4.6.2 Kuesioner B
Kuesioner B yaitu kuesioner variabel persepsi individu, terdiri dari: persepsi
kerentanan terdiri 6 peryataan (favourrable dan unfavourrable) dengan
menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil uji kenormalan terhadap data kerentanan
menggunakan uji Kolmogorof –Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel
kerentanan tidak berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur
untuk kerentanan adalah 1 = baik bila ≥ cut of point score median dan 2 =
kurang bila ≤ cut of point score median. Persepsi keseriusan terdiri dari 10
pernyataan (favourrable dan unfavourrable) dengan menggunakan skala likert,
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Hasil uji kenormalan terhadap data keseriusan menggunakan uji Kolmogorof –
Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel keseriusan tidak berdistribusi
normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk keseriusan adalah 1 = baik
bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤ cut of point score median.
Persepsi manfaat terdiri 7 peryataaan. Hasil uji kenormalan terhadap data manfaat
menggunakan uji Kolmogorof –Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel
manfaat tidak berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk
manfaat adalah 1 = baik bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤
cut of point score median. Persepsi hambatan terdiri 9 pernyataan. Hasil uji
kenormalan terhadap persepsi hambatan menggunakan uji Kolmogorof –Smirnov
diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel manfaat tidak berdistribusi normal (p
value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk keseriusan adalah 1 = baik bila ≥ cut of
point score median dan 2 = kurang bila ≤ cut of point score median.
4.6.3 Kuesioner C
Kuesioner C merupakan kuesioner dukungan keluarga yang diukur dengan skala
likert 1-4 yang terdiri dari 6 peryataan (favourrable dan unfavourrable) dengan
pilihan jawaban selalu, sering. kadang-kadang, dan tidak pernah. Pernyatan
favourrable diberikan nilai 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2
untuk jawaban kadang-kadang , dan nilai 1 untuk untuk jawaban tidak pernah.
Pernyataan unfavourrable diberi nilai 4 untuk jawaban tidak pernah, 3 untuk
Universitas Indonesia
jawaban kadang, 2 untuk jawaban sering, dan nilai 1 untuk jawaban selalu. Hasil
uji kenormalan terhadap data dukungan keluarga menggunakan uji Kolmogorof –
Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel dukungan keluarga tidak
berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk dukungan
keluarga adalah 1 = baik bila ≥ cut of point score median dan 2 = kurang bila ≤
cut of point score median.
4.6.4 Kuesioner D
Universitas Indonesia
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan pada variabel pengetahuan, persepsi
(kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan), dan variabel dukungan keluarga.
Hasil uji validitas sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Hasil item peryataan yang valid diambil sebagai item peryataan yang digunakan
sebagai kuesioner dalam penelitian, sedangkan item peryataan yang tidak valid
dihilangkan dengan pertimbangan bahwa item peryataan yang valid sudah
mewakili sebagai alat ukur
Tabel 4.2
Hasil uji reliabilitas instrument penelitian kepatuhan penderita DM melakukan
olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah 2012
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
untuk suku bukan sasak; pendapatan diberi kode 1 untuk pendapatan tinggi dan 2
untuk pendapatan rendah; pengetahuan diberi kode 1 untuk pengetahuan baik, dan
kode 2 untuk pengetahuan kurang; lama menderita penyakit diberi kode 1 untuk
kurang dari 6 bukan dan kode 2 untuk lebih dari 6 bulan; persepsi kerentanan,
keseriusan, manfaat dan persepsi hambatan diberi kode 1 untuk persepsi baik dan
kode 2 untuk persepsi kurang; dukungan keluarga diberi kode 1 untuk baik dan
kode 2 untuk kurang; Kepatuhan olahraga diberi kode 1 untuk patuh dan kode 2
untuk tidak patuh
Universitas Indonesia
Tabel 4.3
Daftar Uraian Variabel dan hasil analisis univariat
Universitas Indonesia
Tabel 4.4
Analisis Bivariat dan Uji Statistik Antara Dua Variabel
Variabel
No Variabel Independen Uji statistik
Dependen
1. Umur Kepatuhan t test independen
berolah raga
2. Jenis kelamin Kepatuhan Chi square
berolah raga
3. Suku Kepatuhan Chi square
berolah raga
4. Pendapatan Kepatuhan Chi square
berolah raga
5. Pengetahuan Kepatuhan Chi square
berolah raga
6. Lama menderita Kepatuhan Chi square
penyakit berolah raga
7. Persepsi Kerentanan Kepatuhan Chi square
berolah raga
Universitas Indonesia
Tabel 4.5
Analisis Multivariat dan Uji Statistik Regresi Logistik Berganda
Variabel
No Variabel Independen Uji statistik
Dependen
1. Jenis kelamin Kepatuhan Regresi logistik
2. Pengetahuan berolah raga berganda
3. Persepsi Manfaat
4. Persepsi Hambatan
5. Dukungan keluarga
Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Hasil uji kenormalan variabel pengetahuan, kerentanan, keseriusan, manfaat,
hambatan, dan dukungan keluarga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas
Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Variabel n p value
63
6
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
64
Tabel 5.2
Distribusi penderita DM berdasarkan umur di wilayah kerja puskesmas Praya
Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Tabel 5.2 menunjukan bahwa rata – rata penderita DM berumur 57.70 tahun,
umur termuda 33 tahun dan tertua 72 tahun. Hasil estimasi interval dapat
disimpulkan 95% diyakini rata-rata umur penderita DM di wilayah kerja
puskesmas Praya adalah diantara 56.45 sampai dengan 58.94.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
65
Tabel 5.3
Distribusi Penderita DM berdasarkan jenis kelamin, suku, dan pendapatan di
wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Tabel 5.3 menunjukan bahwa jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar
54.9%, dengan distriribusi suku memperlihatkan lebih dari separuh berasal dari
suku Sasak yaitu sebanyak 59.8%. Hasil analisa juga menujukan bahwa sebagian
besar (60.7%) penderita DM mempunyai pendapatan tinggi
Tabel 5.4
Distribusi Penderita DM berdasarkan lama menderita sakit dan pengetahuan di
wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
66
Tabel 5.5
Distribusi persepsi kerentanan, keseriusan penderita DM di wilayah kerja
puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Tabel 5.6
Distribusi persepsi manfaat, hambatan penderita DM di wilayah kerja puskesmas
Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Hasil analisa yang terlihat pada tabel 5.6 menunjukan bahwa persepsi manfaat
penderita DM terbanyak adalah baik sebesar 53.3%, dan separuh lebih (54%)
responden memiliki persepsi hambatan baik.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
67
Tabel 5.7
Distribusi dukungan keluarga dalam kepatuhan melakukan olahraga di wilayah
kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Tabel 5.8
Distribusi kepatuhan penderita DM melakukan olahraga responden di wilayah
kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
68
Tabel 5.9
Analisa hubungan umur dengan kepatuhan olahraga penderita DM di wilayah
kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Minimum -
Variabel Mean p value
Maksimum
Umur
Patuh 57.67 - 2.574 ; 2.492 0.974
Tidak patuh 57.71
Tabel 5.9 menunjukan bahwa umur rata-rata penderita DM yang patuh melakukan
olahraga adalah 57.67 tahun, sedangkan umur yang tidak rata-rata 57.71 tahun .
Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur penderita
DM dengan kepatuhan melakukan olahraga ( p : 0.974).
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
69
Tabel 5.10
Analisa hubungan jenis kelamin, suku, dan pendapatan dengan
kepatuhan olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Total OR (95%CI)
Kepatuhan p value
Variabel Tidak n
Patuh %
patuh
n % n %
Jenis Kelamin
(1.176 ;
Perempuan 30 54.5 25 45.5 55 100 2.455 0.026*
5.124)
Laki-laki 22 32.8 45 67.2 67 100
Suku
(0.624 ;
Sasak 33 45.2 40 54.8 73 100 1.303 0.605
2.721
Bukan sasak 19 38.8 30 61.2 49 100
Pendapatan
0.511 ;
Tinggi 32 43.2 42 56.8 74 100 1.000
2.225
Rendah 20 41.7 28 58.3 48 100
Ket : * bermakna pada α 0.05
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
70
Tabel 5.11
Analisa hubungan lama menderita sakit, dan pengetahuan dengan kepatuhan
olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan
Juni 2012 (n=122)
Total OR (95%CI)
Kepatuhan p value
Variabel Tidak n
Patuh %
patuh
n % n %
Lama menderita
sakit
(0.727 ;
< 6 bulan 26 48.1 28 51.9 54 100 1.500 0.360
3.094)
≥ 6 bulan 26 38.2 42 61.8 68 100
Pengetahuan
(1.299 ;
Baik 35 53.8 30 46.2 65 100 2.745 0.013*
5.801)
Kurang 17 29.8 40 70.2 57 100
Ket : * bermakna pada α 0.05
Tabel 5.11 menunjukan bahwa proporsi penderita DM yang menderita sakit lebih
dari 6 bulan lebih besar (61.8%) dibandingkan penderita DM yang sakit kurang
dari 6 bulan (51.9%) untuk tidak patuh melakukan olahraga. Hasil uji Chi Square
diperoleh hasil p= 0.360, artinya tidak ada hubungan bermakna antara lama
menderita sakit dengan kepatuhan melakukan olahraga. Tabel 5.11 juga
menunjukan bahwa proporsi penderita dengan pengetahuan kurang lebih banyak
(70.2%) tidak patuh melakukan olahraga dibandingkan penderita DM dengan
pengetahuan baik (46.2%). Hasil uji Chi Square diperoleh hasil p= 0.013, artinya
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
71
Tabel 5.12
Analisa hubungan persepsi kerentanan dan persepsi keseriusan dengan kepatuhan
melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
OR
Kepatuhan Total (95%CI) p value
Variabel Tidak n
Patuh %
patuh
n % n %
Kerentanan
(0.547 ;
Baik 29 43.9 37 56.1 66 100 1.125 0.892
2.312)
Kurang 23 41.1 33 58.9 56 100
Keseriusan
(0.435 ;
Baik 26 41.3 37 58.7 63 100 0,892 0.897
1.829)
Kurang 26 41.1 33 55.9 69 100
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
72
Tabel 5.13
Analisa hubungan persepsi manfaat dan hambatan dengan kepatuhan melakukan
olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah
bulan Juni 2012 (n=122)
OR
Kepatuhan Total (95%CI) p value
Variabel Tidak n
Patuh %
patuh
n % n %
Manfaat
(0.165 ;
Baik 34 52.3 31 47.7 65 100 0.347 0.016*
0.729)
Kurang 18 31.6 39 68.4 57 100
Hambatan
(1.622 ;
Baik 37 56.1 29 43.9 66 100 3.487 0.002*
7.498)
Kurang 26 41.1 33 55.9 69 100
Ket : * bermakna pada α 0.05
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
73
Tabel 5.14
Analisa hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan olahraga penderita DM
di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Total OR
Kepatuhan p value
(95%CI)
Variabel Tidak n
Patuh %
patuh
n % n %
Dukungan
Keluarga
(2.174 ;
Baik 37 60.7 24 39.3 61 100 4.728 0.000*
10.281)
Kurang 15 24.6 46 75.4 61 100
Ket : * bermakna pada α 0.05
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
74
Tabel 5.15
Hasil analisis bivariat dalam penentuan kandidat multivariat pada faktor
pemodifikasi, faktor persepsi, dan isyarat bertidak terhadap kepatuhan melakukan
olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya, Juni 2012
(n=122)
No Variabel p value
Faktor Pemodifikasi
1 Umur 0.976
2 Jenis kelamin 0.016*
3 Suku 0.481
4 Pendapatan 0.863
5 Lama menderita sakit 0.272
6 Pengetahuan 0.007*
Faktor Persepsi
7 Persepsi kerentanan 0.749
8 Persepsi keseriusan 0.755
9 Persepsi manfaat 0.005*
10 Persepsi hambatan 0.001*
Isyarat Bertindak
11 Dukungan keluarga 0.000*
*masuk seleksi model multivariat (p value < 0.25)
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
75
Tabel 5.12 menunjukan bahwa variabel yang dapat masuk seleksi pada tahap uji
mulivariat meliputi jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi
hambatan, dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel yang tidak bisa ikut pada
tahap uji multivariat adalah variabel umur, suku pendapatan, lama menderita sakit,
persepsi kerentanan, dan persepsi keseriusan, disebabkan karena lima 6 variabel
tersebut mempunyai nilai p value lebih besar dari variabel nilai p value
pembanding (p value > 0.25)
Tabel 5.16
Hasil analisis multivariat jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi
hambatan, dan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan olahraga
penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya, Juni 2012 (n=122)
Variabel p OR 95%CI
Jenis kelamin 0.002 5.117 1.799 – 14.55
Pengetahuan 0.033 2.853 1.067- 7487
Persepsi manfaat 0.000 0.120 0.040 – 0.357
Persepsi hambatan 0.001 5.805 2.036–16.552
Dukungan keluarga 0.000 10.047 3.425-29.468
Konstanta - 6.468
Tabel 5.13 menunjukan bahwa semua variabel mempunyai nilai p value kurang
dai 0,05, (p value < 0.05), sehingga semua variabel tersebut merupakan
pemodelan akhir multivariat. Hasil analisis multivariat dapat disimpulkan bahwa
11 variabel independen ternyata ada 5 variabel yang diduga berhubungan dengan
kepatuhan melakukan olahraga penderita yaitu jenis kelamin, pengetahuan,
persepsi manfaat, persepsi hambatan dan dukungan keluarga. Hasil analisis
didapatkan Odd Ratio terbesar adalah dukungan keluarga (OR =10.047), artinya
Dukungan keluarga adalah variabel yang yang dominan berpengaruh terhadap
kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian didapat dan membandingkan dengan
literatur serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, serta
bagian akhir bab ini juga menyajikan keterbatasan dan implikasi penelitian untuk
keperawatan.
77
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa rerata umur responden yang patuh
melakukan olahraga adalah 57.67 tahun, sedangkan rerata umur yang tidak patuh
adalah 57.71 tahun. Hal ini menunjukan bahwa rerata umur responden baik yang
patuh maupun tidak patuh melakukan olahraga adalah sama, yaitu 57 tahun,
dimana umur tersebut termasuk kategori dewasa pertengahan (Berman & Sneyder
2012), Hasil analisa statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
umur dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.974).
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Suhadi, (2011)
mengemukakan bahwa umur mempengaruhi kepatuhan penderita hipertensi usia
lanjut dalam melakukan perawatan hipertensi di wilayah puskesmas Serondol
Semarang.
Umur dewasa pertengahan (57 tahun ) merupakan usia pra lansia, dimana fungsi
dan integrasi mulai mengalami penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
aktivitas sudah mulai kurang, dan muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
status kesehatan menurun (Berman & Sneyder 2012). Kondisi ini mengakibatkan
penurunan motivasi dalam melakukan kegiatan olahraga. Rendahnya status
kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penuranan aktivitas
usia lanjut (Rhodes, Martin, Taunton, Donnelly, & Elliot, 1999). Hal ini di
dukung oleh hasil penelitian Brawley, Rajeski, dan King (2003), mengemukakan
faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas pada orang usia lanjut adalah
kehadiran penyakit kronis, keterbatasan gerak, dan kekuatiran terhadap
munculnya nyeri.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
79
Hasil uji bivariat menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak tidak patuh
melakukan olahraga (67.2%) dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung
oleh hasil statistik yang menunjukan ada hubungan bermakna antara jenis kelamin
dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.026 ; OR :
2.455). Laki –laki mempunyai peluang 2.455 kali untuk tidak patuh melakukan
olahraga dibandingkan perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Didarloo et al, (2011) menyatakan ada hubungan antara
umur dengan aktivitas fisik pada penderita DM di Iran. Jenis kelamin secara
konsisten berpengaruh terhadap kegiatan olahraga, dimana laki-laki mempunyai
tingkat aktivitas olahraga lebih besar dibandingkan perempuan (Dominic &
Morey, 2006), tetapi hasil penelitian ini menunjukan bahwa laki-laki lebih tidak
patuh dibandingkan perempuan.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
80
bersama yang dalam aplikasinya antara lain tercermin dalam wujud kerja sama
atau gotong royong. Kondisi ini menyebabkan kaum laki-laki suku Sasak jarang
melakukan aktivitas olahraga. Kemungkinan faktor lain adalah jenis olah raga
yang dilakukan oleh penderita DM di puskesmas praya adalah olahraga yang lebih
banyak mengarah pada jenis olahraga kebugaran seperti senam, dimana olahraga
jenis ini banyak disenangi oleh kaum perempuan. Hasil wawancara dengan
penanggungjawab program penyakit tidak menular puskesmas praya mengatakan
bahwa olahraga yang biasa dilakukan oleh penderita DM di puskesmas praya
adalah olahraga senam DM.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa penderita DM dari suku Sasak lebih
patuh melakukan olahraga (45.2%) dibandingkan suku lain (38.8). Suku minoritas
yang mengalami penyakit kronis mempunyai perilaku aktivitas rendah.
Dibandingan suku mayoritas. Hasil analisa statisrik juga menunjukan bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara suku dengan kepatuhan penderita DM dalam
melakukan olahraga (p value 0.605). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Barnes, Moris, dan Kaufusi (2004) mengatakan ada perbedaan
perilaku kepatuhan antara pasien DM suku Tongan dan suku dari Eropa di
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
81
Selandia Baru, dimana suku Tongan memiki perilaku kontrol kesehatan yang
rendah dibandingakan pasien dari suku Eropa. Perbedaan hasil temuan ini,
kemungkinan faktor penyebab adalah alkulturasi suku , yaitu pembauran suku
yang satu dengan suku yang lain, melahirkan kesatuan baru dengan nilai norma
dan budaya yang berbeda, seperti sikap tidak tidak mendukung dan tidak peduli
satu sama lain.
Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan
dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 1.000). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Suhadi, (2011) menyatakan tidak ada
hubungan antara usia dengan kepatuhan penderita hipertensi usia usia lanjut
dalam melakukan perawatan hipertensi di wilayah puskesmas Serondol Semarang.
Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Hanson dan Chen,
(2007) mengatakan ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku kesehatan,
dimana pendapatan berhubungan denagan perilaku kesehatan orang dewasa.
Dimana individu dengan status ekonomi (pendapatan rendah) memungkinkan
mempunyai perilaku kesehatan yang rendah pula , seperti kurang aktivitas fisik,
dan perilaku merokok yang berlebihan.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
82
Kemungkinan faktor penyebab dari perbedaan hasil dengan penelitian ini adalah
faktor dukungan keluraga. Hasil penelitian diperoleh bahwa hanya (50%)
penderita DM mendapat dukungan dari keluarga untuk melakukan olahraga,
berarti masih ada sepauh yang tidak mendukung penderita DM melakukan
olahraga, Meskipun mempunyai pendapatan tinggi, kurang dukungan keluarga
dapat menurunkan motivasi dalam melakukan olahraga.
Hasil statistik menyatakan tidak ada hubungan antara lama menderita sakit
dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 0.360). Hasil
penelitian sejalan dengan hasil penelitian Suhadi (2011) tentang kepatuhan
penderita hipertensi usia lanjut dalam melakukan tindakan keperawatan hipertensi.
Hal ini menunjukan bahwa durasi menderita penyakit, tidak mempengaruhi
perilaku kesehatan individu. Kemungkinan faktor penyabab adalah faktor
psikologis yang dialami oleh penderita DM. Soegondo, Soewondo, & Subekti,
(2009) mengemukakan bahwa individu yang terdiagnosa menderita penyakit DM
baik lama maupun baru mempunyai emosi yang sama, yaitu sikap menyangkal,
marah, dan rasa cemas.
Faktor lain adalah durasi menderita DM. Penderita DM yang mengalami sakit lama
mengalami kejenuhan dan beresiko terjadinya komplikasi. Diabetes Melitus (DM) selain
dikenal sebagai penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko. Penderita dengan durasi
menderita penyakit DM lebih dari 6 bulan mengalami kecendrungan komplikasi baik
akut yaitu hipoglikemi dan kronis yaitu penyakit jantung, pembuluh darah, gagal ginjal,
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
83
gangguan penglihatan, impotensi, ulkus pada kaki, dan gangren (Kemenkes RI, 2008.c).
Hal ini didukung oleh penelitian Manderson, Kokanovic, Klimidis (2005)
membuktikan bahwa 40% penderita DM tipe 2 kelompok imigran yang tinggal
di Melbourne mengalami gangguan sirkulasi, 63.3% gangguan pada mata, 26,7%
gangguan jantung, 6,7% mengalami stroke, gangguan ginjal dan masalah pada
kaki. Kondisi komplikasi dengan penurunan kondisi fisik dapat menurunkan motivasi
untuk melakukan aktivitas/olahraga
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
87
adalah pada area 2, yaitu tentang konsep sehat dalam konteks masyarakat.
Masyarakat menganggap sehat adalah orang yang dapat bekerja atau menjalankan
pekerjaannya sehari-hari. Sedangkan sakit, suatu kondisi dirasakan oleh
seseorang, dimana individu tidak bisa bangkit dari tempat tidur, dan tidak dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari.
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
88
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
89
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (2010) bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi. Kelas
sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan. Dalam keluarga kelas
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,
sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau
otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
90
dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan
kelas sosial bawah. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita
DM mempunyai pendapatan tinggi. Hal ini bisa berarti keluarga mempunyai
berada pada tingkat dukungan afeksi atau keterlibatan yang tinggi terhadap
anggota keluarga lain
.
6.1.4 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita DM dalam
Melakukan Olahraga
Kurt Lewin (1951 dalam Azwar, 2011) merumuskan suatu model hubungan
perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
lingkungan. Karakteristik individu meliputi motif, nilai-nilai, dan sikap interaksi
satu sama lain dan berinteraksi pula dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan
memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku.
Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber dukungan
keluarga yaitu natural dan artifisal. Dukungan keluarga yang natural diterima
seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan dngan orang
yang berbeda disekitarnya. (anak, istri, suami). Sedangkan dukungan keluarga
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
92
pada penelitian ini lebih didominasi oleh variabel persepsi, Sedangkan untuk
mendiskripkan hasil temuan diperlukan variabel – variabel lain seperti
pekerjaan, pendidikan yang tidak ada dalam komponen HBM. Kondisi ini
menyulitkan peneliti dalam menjastifikasi hasil penelitian.
Hasil penelitian ini, juga dapat memberikan implikasi pada instansi kesehatan,
yaitu Dinas kesehatan dan Puskesmas, dalam upaya mengatasi dan meningkatkan
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
93
kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan –kebijakan pelayanan
kesehatan masyarakat seperti kebijakan terhadap program perkesmas, yang
diupayakan menjadi program wajib di puskesmas. Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan di masyarakat dapat meningkatkan dan
mengembangkan kegiatan puskesmas di luar gedung seperti kunjungan rumah,
posyandu dan kegiatan posbindu, serta peningkatan kesehatan keluarga.
Temuan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya terutama penelitian yang berkaitan jenis dukungan keluarga yang
berperan dalam kepatuhan penderita penyakit kronis , khususnya DM
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini disampaikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran rekomendasi
penelitian
7.1 Simpulan
Mengacu pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
7.1.1 Faktor pemodifikasi (modifying factors) penderita DM di wilayah kerja
puskesmas Praya adalah sebagai berikut:
Rata-rata umur penderita DM adalah 57.70 tahun. Jenis Kelamin terbanyak
adalah laki-laki, sebagian besar berasal dari suku Sasak. berpenghasilan
tinggi, lama menderita sakit terbanyak adalah lebih dari 6 bulan,
pengetahuan tentang olahraga sebagian besar mempunyai pengetahuan
baik.
7.1.2 Faktor pesepsi penderita DM di wilayah puskesmas Praya meliputi:
Persepsi kerentanan dan keseriusan penderita DM terhadap penyakit baik,
persepsi manfaat dan hambatan terhadap olahraga juga baik.
7.1.3 Isyarat bertindak yaitu dukungan keluarga menunjukan bahwa dukungan
keluarga yang diperoleh penderita DM seimbang, separuh memperoleh
dukungan keluarga baik, dan separuh memperoleh dukungan keluarga
kurang
7.1.4 Kepatuhan penderita DM melakukan olahraga terbanyak adalah tidak
patuh
7.1.5 Tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan dalam melakukan
olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
7.1.6 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam melakukan
olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p value =
0.026 ; OR: 1.500) .
7.1.7 Tidak ada hubungan antara suku dengan dengan kepatuhan melakukan
olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
94
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
95
7.2 Saran
Terkait dengan simpulan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan
demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini adalah :
7.2.1 Instansi Kesehatan
7.2.1.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah
Dinas kesehatan diharapkan mengeluarkan kebijakan tentang pembentukan
kelompok-kelompok dukungan sosial di setiap puskesmas seperti kelompok
penderita DM, kelompok penderita hipertensi. Puskesmas diberi tanggungjawab
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
96
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Aday, L. A. (2001). At risk in America (2nd ed.). San Francisco: John Wiley &
Sons.
Alwan. (2009). Global strategies for the Prevention od Diabetes and Other
Noncommunicable diseases, Wold Health Organization: United State of
America
Belza B, Topolski T, Kinne S, Patrick D.L., Ramsey S.D. (2002) Does adherence
make a difference? Results from a community-based aquatic exercise
program. Nurs Res.;51(5):285–291.
Boulé, N. G., Haddad, E., Kenny, G. P., Wells, G. A. & Sigal, R. J. (2001).
Effects of exercise on glycemic control and body mass in type 2 diabetes
mellitus: a meta-analysis of controlled clinical trials. The Journal of the
American Medical Association, 286(10), 1218-27.
Boulé, N. G., Kenny, G. P, Haddad, E., Wells, G. A. & Sigal, R. J. (2003). Meta-
analysis of the effect of structured exercise training on cardiorespiratory
fitness in Type 2 diabetes mellitus. Diabetologia, 46(8), 1071-81.
Brawley L.R., Rejeski W.J., King A.C. (2003) Promoting physical activity for
older adults:the challenges for changing behavior. Am J Prev
Med.;25:172–183
Brownson R.C, Eyler A.A, King A.C, Brown D.R, Shyu Y.L, Sallis J.F.
(2000).Patterns and correlates of physical activity among US women 40
years and older. Am J Public Health.;90:267–270.
Clark DO, Stump TE, Damush TM. (2003). Outcomes of an exercise program for
older women recruited through primary care. J Aging Health.;15(3):567–
585.
Davila N. (2010). Physical Activity in Poerto Rico Adults with Type 2 Diabetes
Melitus. United State of America.
Fox, D. C., & Kilvert, D. A. (2010). Bersahabat Dengan Diabetes Tipe 2. Bogor:
Penebar Plus
Glanz K., Rimer B.K., Viswanath. (2008). Health Behavior and Health
Education: Theory, Research, and Practice. Jossey-Bass: Francisco.
Haris, M.A. (2007). The Family's Involment in Diabetes Care and the Problem of
Helping.
Hogan, P., Dal, T., Nikolov, P. (2003). Economic Cost of Diabetes in U.S. in
2002. Diabetes Care , 26 (3); 32-40
Kaakinen J.R., Duff V.G.,Coehlo D.P., Hanson. Family Health Care Nursing;
Theory Practice and Research. Philadelphia: FA Davis Company.
Keller, U. (2006). From obesity to diabetes. International Journal for Vitamin and
Nutrition Research, 76(4), 172-177.
King AC, Blair S.N, Bild D.E, et al. (1992). Determinants of physical activity and
interventions in adults. Med Sci Sports Exerc.;24(6):S221–S236.
Morey M.C., Pieper C.F., Crowley G.M., Sullivan R.J., Puglisi C.M.
(2002).Exercise adherence.
Myles S.E., Tamborlane W.V., Grey M. (2010) Perception of the Impact of Type
1 Diabetes on Low-Income Families. The Diabetes Educator. 36: 318
Nafisa, A.M Ferreira C,V, M,S, Kulkarni, S,V Frederick, N.R Pinto, (2011).
Prevalence of Diabeteic Complications in Rural Goa India. Indian Journal
Community Med, 36 (4): 283 – 286
Pereira M.G., Cross L.B., Almaida P., Machado. (2008) Impact of Family
Environment and Support on Adherence, Metabolic Control and Quality of
Life in Adolencets with Diabetes. International Journal of Behavior
Madicene. 15:187-193
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Praet, S.F.E., Loan, L.J.C.V. (2009). Exercise Therapy in Type 2 Diabetes. Acta
Diabetol Journal, 46: 263-278
Sallis J.F, Haskell W.L, Fortmann S.P, Vranizan KM, Taylor C.B, Solomon D.
S.(1996) Predictors of adoption and maintenance of physical activity in a
community sample. Prev Med ;15:331–341
Serour, M., Alqhennaei, H., Al-Saqabi, S., Mustafa, A.R., Ben-Nakhi, A. (2007).
Cultural factors and Patiens Adherence to Lifestyle Measures. British
Journal of General Practice, 57: 291-295
Sigal, R. J., Kenny, G. P., Boulé, N. G., Wells, G. A., Prud’homme, D., Fortier,
M., Reid, R. D., Tulloch, H., Coyle, D., Phillips, P., Jennings, A. & Jaffey,
J. (2007). Effects of aerobic training, resistance training, or both on
glycemic control in type 2 diabetes. Annals of Internal Medicine, 147, 357-
369.
Singh MA. (2002). Exercise to prevent and treat functional disability. Clin Geriatr
Med.;18(3):431–462
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing. St.
Louis Missouri: Mosby.
Swanson, J. M., & Nies, M. A. (1997). Coomunity Health Nursing: Promoting the
Health of Aggregates. Philadelphia: W.B. Saunder Commpany.
Tokmakidis, S.P., Zois, Z.E., Volaklis, K.A., Kosta, K., Touvara, A.M. (2004).
The Effects of a Combined Strength and Aerobic Execise Program on
Glucose Control and Insulin Action in Women With Type 2 Diabetes. Eur
Jurnal Physiol, 92: 437 – 442
U.S. Department of Health and Human Services (2003). Physical Activity and
Health: A Report to the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. Department
of Health and Human Services.
KUISIONER PENELITIAN
Judul Tesis:
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
KUESIONER A
FAKTOR PEMODIFIKASI
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan jawaban dan
memberikan tanda centang (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan
Identitas Responden
1. Umur : …………….. tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Suku :
Sasak Bukan Sasak
KUESIONER B
PERSEPSI INDIVIDU
Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang (√) disebelah kanan
pernyataan sesuai dengan pendapat anda.Tidak ada jawaban yang salah atau benar
I
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
Penyakit DM / kencing manis saya
1 akan bisa menjadi parah bila tidak
diobati
2 Olahraga tidak bisa mencegah
terjadinya komplikasi DM
Penyakit DM /kencing manis dapat
3 menyebabkan saya tidak mampu
merawat diri (mandi, berpakaian)
4 Penyakit DM/kencing manis dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal
Penyakit DM /kencing manis dapat
5 tidak menyebabkan gangguan pada
mata dan penurunan penglihatan
Penyakit DM /kencing manis dapat
6 menyebabkan luka tidak cepat
sembuh
III
Sangat
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju tidak
No setuju setuju
setuju
1 Olahraga membuat saya sehat
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
1 Saya malu melakukan olahraga
KUESIONER C
DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang (√) disebelah kanan
pernyataan sesuai dengan kondisi yang anda alami. Tidak ada jawaban yang
salah atau benar
Kadang- Tidak
No Pernyataan Selalu Sering
kadang pernah
1 Keluarga saya menemani saya
berolahrga
2. Keluarga menasehati saya untuk
melakukan olahraga
3 Keluarga saya memuji saya kalau
saya berolahraga
4 Keluarga mengantarkan saya
ketempat – tempat olahraga
5 Keluarga melatih dan membimbing
saya berolahraga
6 Keluarga menjelaskan manfaat
olahraga terhadap penyakit saya
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang sesuai dengan kondisi /keadaan anda saat ini.
1. Apakah anda melakukan aktivitas jasmani seperti jalan, lari, bersepeda, berenang
dalam seminggu ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila Ya, Berapa kali anda melakukan aktivitas jasmani tersebut dalam seminggu :
a. Lebih dari atau sama dengan 3 (tiga) kali seminggu
b. Kurang dari tiga kali seminggu
3. Bila ya, Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam setiap melakukan aktivitas
jasmani :
a. 20 - 30 menit
b. Kurang dari 20 menit
Mengingat hasil penelitian ini penting bagi kemajuan keilmuan keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas maka peneliti sangat mengharapkan jawaban yang sejur-jujurnya
demi keabsahan data yang diperoleh. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan dampak yang negatif bagi siapapun. Peneliti akan tetap menjunjung tinggi
harkat dan martabat responden, mempertahankan kerahasiaan data yang diperoleh mulai
dari proses pengumpulan, pengolahan, sampai penyajian data.
Peneliti mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kesediaannya menjadi responden
penelitian.
Mataram , Mei 2012
Peneliti
Muhamad Hasbi
Setelah membaca penjelasan penelitian, saya mengetahui tujuan dan manfaat dari
penelitian yang berjudul Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita
diabetes melitus dalam melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya
Kabupaten Lombok Tengah
Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
saya sebagai responden. Saya telah memahami bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan akibat yang merugikan bagi saya. Dengan ini saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan
dari siapapun dan saya menyatakan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
(……………………….) (................................ )
Peneliti
(……………………………………………)