Anda di halaman 1dari 16

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi telah menstimulasi pendidikan untuk dapat beradaptasi


sesuai dengan tuntutan zaman dan menumbuhkan kesempatan belajar bagi peserta didik
(grown learning). Model pembelajaran adalah sebuah metodologi untuk melaksanakan
perubahan. Pembelajar adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-
fungsinya dengan menggunakan metodologi untuk membelajarkan peserta didik dengan
cara yang tidak konstan, artinya pembelajar harus berinovasi dan menciptakan
perubahan yang baik pada dirinya maupun pada peserta didik.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu
model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan
masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih
mendasar.
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang siswa
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat
yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas. Siswa diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai
penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model
Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu
masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut
siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.
Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran
berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk
membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar
mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan
menjadi pembelajaran yang mandiri.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang
dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang
kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah
keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

B. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL)
menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu:
1. Permasalahan sebagai kajian.
2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3. Permasalahan sebagai contoh
4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5. Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik

C. Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah


Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1. Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan
temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatih Siswa sebagai problem Masalah sebagai awal
solver tantangan dan motivasi
* Asking about thinking ( * peserta yang aktif * menarik untuk
bertanya tentang * terlibat langsung dalam dipecahkan
pemikiran) pembelajaran * menyediakan
* memonitor * membangun kebutuhan yang ada
pembelajaran pembelajaran hubungannya dengan
* probbing ( menantang pelajaran yang
siswa untuk berfikir ) dipelajari
* menjaga agar siswa
terlibat
* mengatur dinamika
kelompok
* menjaga berlangsungnya
proses

D. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah


Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:
1. Tugas perencanaan
Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan
banyak perencanaan sepeti halnya model pembelajaran yang terpusat pada siswa
lainnya:
a) penetapan tujuan
Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga
dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa
b) merancang situasi masalah yang sesuai
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan
dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara ini dapat meningkatkan motivasi
siswa. Masalah sebaiknya otentik (berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa),
mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan
konsisten dengan tujuan kurikulum
c) organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai
material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, di
perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakykuan di luar sekolah.
2. Tugas interaktif
a) orientasi siswa terhadap masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk
memperoleh masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan
terhadap masalah yang penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara
yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran
berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang
dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah
b) mengorganisasikan siswa untuk belajar
Diperlukan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa
memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan
c) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
 Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber. Siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif
dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.
 Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa
diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru member
bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
 Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan
hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik. Tugas guru pada akhir
pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi
proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

E. Tujuan dan Hasil Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah


Tujuan utama PBL ini menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011) adalah untuk
mengarahkan peserta didik mengembang kemampuan belajar kolaboratif, kemampuan
berpikir dan strategi-strategi belajarnya sehingga peserta didik bisa belajar dengan
kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (self-directed learning
strategies) (Hsiao,1996).

Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
2. Pemodelan peranan orang dewasa.
Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis
masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan
aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas
mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
 PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
 PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog
dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat memi peran yang diamati
tersebut.
PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
femannya tentang fenomena itu.
3. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pebelajar. Pebelajar harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,
dibawah bimbingan pembelajar (Barrows, 1996). Dengan bimbingan pembelajar yang
secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan
pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, pebelajar
belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam kehidupan kelak
(Ibrahim dan Nur, 2004).
Daftar Pustaka

Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press
Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan
(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning)
Posted on 27 Mei 2013 by Pakde sofa

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning)

Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai


perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan
Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang terdiri dari self instruction
(dari dalam internal) dan eksternal instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang
bersifat internal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran.
Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan
sendirinya akan menjadi prinsipprinsip pembelajaran .

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran dapat berhasil jika ada
feed back atau balikan yang baik antara guru dengan peserta didik atau siswa.
Seorang guru harus berusaha sebaik mungkin agar siswa dapat membentuk tingkah
laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir
dan memahami apa yang dipelajari, sehingga akan membentuk suatu perubahan
pada diri siswa sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah
terjadi feed back antara guru dan siswa maka diharapkan tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai.

Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik


secara terprogram agar siswa mampu belajar secara aktif. Proses pembelajaran
dilakukan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. Sebagai suatu
sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa,
guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang
ada harus diorganisasikan sehingga antar semua komponen terjadi kerjasama,
karena itu guru tidak hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja,
tetapi ia harus memperhatikan dan mempertimbangkan komponen secara
keseluruhan.

Salah satu model yang dilakukan untuk menarik perhatian siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung yaitu melalui pembelajaran dengan melakukan apersepsi
atau pembukaan dengan menghubungkan materi yang telah disampaikan dengan
materi yang akan disampaikan. Apersepsi ini dilakukan untuk menarik perhatian
siswa sehingga siswa fokus pada materi yang diberikan dan dalam pemberian materi
sebaiknya harus disertai media yang mendukung sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien, kemudian mengakhiri pelajaran dengan
menarik kesimpulan. Variasi gaya penyajian, model pembelajaran, menggunakan
media yang menarik disesuaikan dengan materi pelajaran, maka diharapkan proses
pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan dan
dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman dan merubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan
prilaku siswa Dalam rangka mencapai tujuan kurikuler lembaga menyelenggarakan
serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Setiap
kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu tuntutan agar subjek belajar
setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap sesuai dengan isi
proses pembelajaran tersebut.

Komponen-Komponen Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam
kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran untuk
menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. kegiatan
belajar mengajar sebagai suatu sistem mengandung sejumlah komponen yang
meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber serta evaluasi.

a. Tujuan
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah cita-cita yang ingin disampaikan
dalam kegiatannya. Dimana terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
anak didik.

b. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Bahan sebagai sumber belajar membawa pesan untuk tujuan pengajaran.

c. Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai.

d. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.

e. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan.

f. Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan / materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan
kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

g. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dan
sesuatu.

Model Pembelajaran
Istilah Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari
pada strategi, metode , dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu
pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang


sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran.
Kegiatan belajar yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan penuh keahlian
guru dapat menghasilkan suasana dan proses pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang
berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran
yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru.

Macam-Macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran langsung (Direct instruction),


model pembelajaran kooperatif, (Cooperatif learning), model pembelajaran
berdasarkan masalah (Problem based learning), model pembelajaran diskusi
(Discussion), dan model pembelajaran strategi (Learning strategi).

a. Pembelajaran langsung (Direct Instruction)


Pembelajaran langsung (direct instruction) adalah pembelajaran yang dirancang
untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural, yang disusun dengan baik dan diajarkan secara bertahap
(step by step). Yang dimaksud pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan untuk
mengetahui tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedual adalah pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu

b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Kauchak dan Eggen mendefinisikan belajar kooperatif sebagai bagian dari strategi
mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam
mempelajari sesuatu. Pembelajaran kooperatif juga dinamakan ”pengajaran teman
sebaya”
c. Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem-Base Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran siswa pada
masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri ,
menumbuhkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan
dapat meningkatkan kepercayaan diri sendiri

Masalah autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa
dalam kehidupan sehari-hari.

d. Diskusi (Discussion)
Diskusi adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya
dialog antar guru dan siswa , serta antara siswa dengan siswa.

e. Learning Strategis
Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Sebagai landasan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pembelajaran


berbasis masalah:
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis
masalah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi
berorientasi masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang cirri utamanya


pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,
penyelidikan autentik, kerjasama dan
menghasilkan karya atau hasil peraga. Model pembelajaran menyajikan masalah
autentik dan bermakna sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan
menemukan sendiri.

Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang
harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis
dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting.
Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam
tingkat berfikir lebih, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana
belajar.

Guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah berperan sebagai penyaji masalah,


penanya, mengadakan dialog membantu menyelesaikan masalah, dan memberi
fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat
meningkatkan pertumbuhan intelektual siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah
hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
membimbing pertukaran gagasan.

Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan


masalah, dan ketrampilan intelektual.
b. Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran melalui pengalaman
nyata atau simulasi sehingga ia dapat mandiri

Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan


Pengaturan pembelajaran masalah berkisar pada masalah ataunpertanyaan yang
penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu
haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:
1 Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata dari
pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2 Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan
masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.

3 Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami


siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa.

4 Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan
dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh
materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang
tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

5 Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat,


baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah.
Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir dan memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar
siswa.

b. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu


Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya
mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.

c. Penyelidikan yang Autentik


Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat
autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah
yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah,
mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan dan menggambarkan
hasil akhir.

d. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya


Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya
dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya hasil penyelesaian
masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporannya.

e. Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan
bersama-sama antar siswa dengan siswa , baik dalam kelompok kecil maupun besar,
dan bersama-sama antar siswa dengan guru.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar


Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok


Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan
proses-proses yang mereka gunakan
Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Pengertian PBL
Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai
suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan PBL
siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran
melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat
digunakan lagi (Nurhadi dalam Rusmiyati, 2007: 12).
Problem Based Learning dikenal dengan nama lain seperti pembelajaran proyek
(Proyect-based teaching), pendidikan berdasarkan pengalaman (Experience-based
education), pembelajaran autentik (Authentic Learning), dan pembelajaran berakar pada
kehidupan nyata (Anchored Instruction).
Dalam pengajaran berdasarkan masalah guru berperan sebagai panyaji,
mengadakan dialog, membantu dan memberikan fasilitas penyelidikan. Selain itu, guru
juga memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
intelektual siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengajaran berdasarkan
masalah adalah pemberian masalah kepada siswa yang berfungsi sebagai motivasi
untuk melakukan proses penyelidikan. Di sini guru mengajukan masalah, membimbing
dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.
b. Ciri-ciri PBL
Pengajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengajaran berdasarkan masalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan
masalah yang secara sosial dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2) Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain
Meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu
sosial), masalah yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam
pemecahannya siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik
PBL menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata.
4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video,
maupun program komputer.
5) Kerjasama
PBL mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun
keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling
memberikan motivasi dalam tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

c. Pelaksanaan PBL
Pelaksanaan model pengajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa tahap antara
lain:
1) Orientasi siswa pada masalah
Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat
dalam identifikasi masalah. Masalah diajukan oleh guru merupakan masalah yang
dalam penyelesaiannya memungkinkan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh
sesuatu yang dapat memunculkan ketertarikan dan memotivasi inkuiri. Orientasi siswa
pada masalah menentukan tahap selanjutnya sehingga masalah harus menarik dan
menimbulkan rasa ingin tahu.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar
Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan tingkat kemampuan
yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam
kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan penyelidikan sampai mereka benar-benar memahami situasi masalahnya.
Kemudian siswa mengajukan penjelasan dalam berbagai hipotesis dan pemecahan
masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru mendorong semua ide, memerima
sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep-konsep yang salah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah produk baik berupa laporan, model fisik,
video, maupun program komputer.
5) Manganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu menganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan
keterampilan intelektual siswa, kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran.
d. Kelebihan PBL
PBL memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pengajaran lainnya, di
antaranya sebagai berikut:
1) Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas
2) Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain.
3) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa
menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut.
4) Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru kepada siswa
secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa
belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya kelak.
e. Kekurangan PBL
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa
kelemahan/hambatan dalam penerapannya (Ricard I Arends dan Ibrahim dalam
Rusmiyati, 2007: 17). Kelemahan dari pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:
1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBL. Dalam
pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah
memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas
laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBL.
2) Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu
jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar
waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah.
3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.
Siswa tidak dapat memperoleh pemahaman materi secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan karena standar satu jam pelajaran di sekolah yang tidak mencukupi untuk
pelaksanaan PBL.
f. Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Tabel 2.1 Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase 1. Orientasi Guru mrnyampaikan Siswa mendengarkan
siswa terhadap tujuan belajar, tujuan belajar yang
masalah autentik menjelaskan logistik disampaikan oleh guru
yang diperlukan, dan dan mempersiapkan
memotivasi logistik yang diperlukan.
menggunakan
kemampuannya
memecahkan maslah.
Fase 2. Guru membantu siswa Siswa mendefinisikan
Mengorganisasi mendefinisikan dan dan mengorganisasikan
siswa dalam mengorganisasikan tugas tugas belajar yang di
belajar belajar yang diangkat. angkat.

Fase 3. Guru mendorong siswa Siswa mengumpulkan


Membantu siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
secara individual informasi yang sesuai, melaksanakan
atau kelompok melaksanakan eksperimen, dan
dalam eksperimen, untuk berusaha menemukan
melaksanakan memperoleh jawaban jawaban atas masalah
penelitian yang sesuai atas masalah. yang di angkat.
Fase 4. Guru membantu siswa Siswa merencanakan dan
Mengembangkan dalam merencanakan dan menyiapkan karya,
dan menyajikan menyiapkan karya seperti video, dan
hasil karya laporan, video, model- menyampaikannya pada
model dan membantunya teman lain.
untuk menyampaikan
kepada teman lain.
Fase 5. Analisis Guru membantu siswa Siswa melakukan refleksi
dan evaluasi melakukan refleksi kegiatan penyelidikannya
proses pemecahan kegiatan penyelidikannya dan proses yang
masalah. dan proses yang telah dilakukan.
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai