PENDAHULUAN
Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
2. Pemodelan peranan orang dewasa.
Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis
masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan
aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas
mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog
dengan yang lain sehingga pebelajar secara bertahap dapat memi peran yang diamati
tersebut.
PBL melibatkan pebelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
femannya tentang fenomena itu.
3. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pebelajar. Pebelajar harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,
dibawah bimbingan pembelajar (Barrows, 1996). Dengan bimbingan pembelajar yang
secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan
pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, pebelajar
belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam kehidupan kelak
(Ibrahim dan Nur, 2004).
Daftar Pustaka
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press
Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri, Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan
(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning)
Posted on 27 Mei 2013 by Pakde sofa
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran dapat berhasil jika ada
feed back atau balikan yang baik antara guru dengan peserta didik atau siswa.
Seorang guru harus berusaha sebaik mungkin agar siswa dapat membentuk tingkah
laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir
dan memahami apa yang dipelajari, sehingga akan membentuk suatu perubahan
pada diri siswa sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah
terjadi feed back antara guru dan siswa maka diharapkan tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai.
Salah satu model yang dilakukan untuk menarik perhatian siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung yaitu melalui pembelajaran dengan melakukan apersepsi
atau pembukaan dengan menghubungkan materi yang telah disampaikan dengan
materi yang akan disampaikan. Apersepsi ini dilakukan untuk menarik perhatian
siswa sehingga siswa fokus pada materi yang diberikan dan dalam pemberian materi
sebaiknya harus disertai media yang mendukung sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien, kemudian mengakhiri pelajaran dengan
menarik kesimpulan. Variasi gaya penyajian, model pembelajaran, menggunakan
media yang menarik disesuaikan dengan materi pelajaran, maka diharapkan proses
pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan dan
dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Tujuan pembelajaran adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman dan merubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan
prilaku siswa Dalam rangka mencapai tujuan kurikuler lembaga menyelenggarakan
serangkaian kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Setiap
kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu tuntutan agar subjek belajar
setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap sesuai dengan isi
proses pembelajaran tersebut.
Komponen-Komponen Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam
kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran untuk
menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. kegiatan
belajar mengajar sebagai suatu sistem mengandung sejumlah komponen yang
meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber serta evaluasi.
a. Tujuan
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah cita-cita yang ingin disampaikan
dalam kegiatannya. Dimana terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada
anak didik.
b. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Bahan sebagai sumber belajar membawa pesan untuk tujuan pengajaran.
d. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.
e. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan.
f. Sumber Pelajaran
Sumber belajar merupakan bahan / materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan
kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dan
sesuatu.
Model Pembelajaran
Istilah Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari
pada strategi, metode , dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu
pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain.
Masalah autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Diskusi (Discussion)
Diskusi adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya
dialog antar guru dan siswa , serta antara siswa dengan siswa.
e. Learning Strategis
Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang
harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis
dan menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-konsep penting.
Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru
harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam
tingkat berfikir lebih, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana
belajar.
2 Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan
masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
4 Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan
dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh
materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang
tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e. Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan
bersama-sama antar siswa dengan siswa , baik dalam kelompok kecil maupun besar,
dan bersama-sama antar siswa dengan guru.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
a. Pengertian PBL
Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai
suatu masalah yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan PBL
siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, dengan
pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran
melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat
digunakan lagi (Nurhadi dalam Rusmiyati, 2007: 12).
Problem Based Learning dikenal dengan nama lain seperti pembelajaran proyek
(Proyect-based teaching), pendidikan berdasarkan pengalaman (Experience-based
education), pembelajaran autentik (Authentic Learning), dan pembelajaran berakar pada
kehidupan nyata (Anchored Instruction).
Dalam pengajaran berdasarkan masalah guru berperan sebagai panyaji,
mengadakan dialog, membantu dan memberikan fasilitas penyelidikan. Selain itu, guru
juga memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan
intelektual siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengajaran berdasarkan
masalah adalah pemberian masalah kepada siswa yang berfungsi sebagai motivasi
untuk melakukan proses penyelidikan. Di sini guru mengajukan masalah, membimbing
dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.
b. Ciri-ciri PBL
Pengajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengajaran berdasarkan masalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan
masalah yang secara sosial dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2) Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain
Meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu
sosial), masalah yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam
pemecahannya siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
3) Penyelidikan autentik
PBL menuntut siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata.
4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan
masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video,
maupun program komputer.
5) Kerjasama
PBL mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun
keuntungan bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling
memberikan motivasi dalam tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
c. Pelaksanaan PBL
Pelaksanaan model pengajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa tahap antara
lain:
1) Orientasi siswa pada masalah
Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat
dalam identifikasi masalah. Masalah diajukan oleh guru merupakan masalah yang
dalam penyelesaiannya memungkinkan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh
sesuatu yang dapat memunculkan ketertarikan dan memotivasi inkuiri. Orientasi siswa
pada masalah menentukan tahap selanjutnya sehingga masalah harus menarik dan
menimbulkan rasa ingin tahu.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar
Siswa dikelompokkan secara bervariasi dengan memperhatikan tingkat kemampuan
yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam
kelompoknya. Guru bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan penyelidikan sampai mereka benar-benar memahami situasi masalahnya.
Kemudian siswa mengajukan penjelasan dalam berbagai hipotesis dan pemecahan
masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru mendorong semua ide, memerima
sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep-konsep yang salah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah produk baik berupa laporan, model fisik,
video, maupun program komputer.
5) Manganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu menganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan
keterampilan intelektual siswa, kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran.
d. Kelebihan PBL
PBL memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pengajaran lainnya, di
antaranya sebagai berikut:
1) Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas
2) Mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain.
3) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa
menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut.
4) Membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru kepada siswa
secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa
belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya kelak.
e. Kekurangan PBL
Sama halnya dengan model pengajaran yang lain, PBL juga memiliki beberapa
kelemahan/hambatan dalam penerapannya (Ricard I Arends dan Ibrahim dalam
Rusmiyati, 2007: 17). Kelemahan dari pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut:
1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBL. Dalam
pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah
memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas
laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBL.
2) Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu
jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar
waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah.
3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.
Siswa tidak dapat memperoleh pemahaman materi secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan karena standar satu jam pelajaran di sekolah yang tidak mencukupi untuk
pelaksanaan PBL.
f. Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Tabel 2.1 Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase 1. Orientasi Guru mrnyampaikan Siswa mendengarkan
siswa terhadap tujuan belajar, tujuan belajar yang
masalah autentik menjelaskan logistik disampaikan oleh guru
yang diperlukan, dan dan mempersiapkan
memotivasi logistik yang diperlukan.
menggunakan
kemampuannya
memecahkan maslah.
Fase 2. Guru membantu siswa Siswa mendefinisikan
Mengorganisasi mendefinisikan dan dan mengorganisasikan
siswa dalam mengorganisasikan tugas tugas belajar yang di
belajar belajar yang diangkat. angkat.