Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Dosen Pembimbing

GTW

Disusun Oleh :

Agisni Aulia Silfa Putri Aufi Lana

Irma Luthfiani Ichwan Santoso

Akbar Habibi Syifa Ananda

Adam Diwa Dewi Retno

Ikhlasul Amal Irfan Fadilah

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Ilmu Administrasi Publik 2018

Kelas F
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena
atas segala limpahan Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW sebagai panutan bagi umat muslim.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Sistem Pendidikan
Kewarganegaraan dengan judul “Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Hukum Islam”.
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Sistem Politik Indonesia,
Ibu Dr. Endang Sulastri, M.Si. yang telah membimbing Kami dalam penulisan makalah ini dan
tentunya kepada teman-teman yang banyak membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT, dan
kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca dan para pemerhati
pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 20 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................


DAFTAR ISI ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................
1.1 Tujuan Penulisan .............................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................
2.1 Hak Asasi Manusia .........................................................................................
2.2 Peran hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional Indonesia
2.3 Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional .............................
BAB III PENUTUP .....................................................................................................
3.3 Kesimpulan .....................................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai pemimpin, setiap manusia
harus mengerti terlebih dahulu hak-hak dasar yang melekat pada dirinya seperti kebebasan,
persamaan, perlindungan dan sebagainya. Hak-hak tersebut bukan merupakan pembererian
seseorang, organisasi, atau negara, tapi adalah anugerah Allah yang sudah dibawa sejak lahir ke
alam dunia. Hak-hak itulah yang kemudian disebut dengan Hak Asasi Manusia. Tanpa
memahami hak-hak tersebut adalah mustahil ia dapat menjalankan tugas serta kewajibannya
sebagai khalifah Tuhan. Namun persoalannya kemudian, apakah setiap manusia dan setiap
muslim sudah menyadari hak-hak tersebut? Jawabannya, mungkin belum setiap orang, termasuk
umat islam menyadarinya. Hal ini mungkin akibat rendahnya pendidikan atau sistem social
politik dan budaya di suatu tempat yang tidak kondusif untuk anak dapat bekembang dengan
sempurna (Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam 2003:5).
Dalam sudut pandang Islam Hak Asasi Manusia suadah diatur berdasarkan atau berpedoman
pada Al-Qur’an dan Hadist. Karena Al-Qur’an dan Hadist merupakan pedoman hidup bagi
seluruh manusia yang ada di bumi ini pada umumnya dan bagi umat islam pada khususnya oleh
karena itu umat munusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya apabila tidak ingin hak-
haknnya diramapas oleh orang lain, maka hendaknya ia harus mengetahui hak-haknya dan selalu
memperjuangkannya selama tidak mengambil atau melampui batas dari hak-hak orang lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?
b. Bagaimanakah konsep Hak Asasi Manusia dalam hukum islam?
c. Apa saja Contoh Kasus Pelanggaran HAM Dari Sudut Pandang Islam?

1
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui perbedaan pandangan antara Islam dan Barat tentang HAM
3. Untuk mengetahui HAM menurut hokum islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia

2.1.1. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam kandungan
dan setelah lahir ke dunia (kodrat) yang berlaku secara universal dan diakui oleh semua orang.

HAM adalah singkatan dari Hak Asasi Manusia, dimana masing-masing kata tersebut
memiliki makna. Kata “Hak” dalam hal ini berarti sebagai kepunyaan atau kekuasaan atas
sesuatu, sedangkan “Asasi” adalah sesuatu hal yang utama dan mendasar. Jadi, pengertian
HAM secara singkat adalah suatu hal yang mendasar dan utama yang dimiliki oleh manusia.

Menurut John Locke, pengertian HAM adalah hak-hak yang langsung diberikan Tuhan
kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan apapun di
dunia yang bisa mencabutnya. HAM ini sifatnya mendasar (fundamental) bagi kehidupan
manusia dan pada hakikatnya sangat suci.

Sedangkan menurut UU No 39 Tahun 1999 pasal 1 pengertian HAM adalah seperangkat


hak yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dimana
hak tersebut merupakan anugerah yang wajib di dilindungi dan hargai oleh setiap manusia.

2.1.2. Ciri-ciri Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia memiliki ciri khusus yang tidak terdapat pada jenis hak lain nya,
berikut ini adalah ciri khusus HAM.

1. HAM tidak diberikan kepada seseorang, melainkan merupakan hak semua orang, baik
itu hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial, dan hak budaya
2. HAM tidak dapat dicabut, dihilangkan, atau diserahkan
3. HAM bersifat hakiki, yaitu hak yang sudah ada sejak manusia lahir ke dunia

3
4. HAM sifatnya universal sehingga berlaku bagi semua manusia tanpa memandang status,
suku, gender, dan berpedaan lainnya.

2.1.3 Macam-macam Hak Asasi Manusia

Berikut ini adalah macam-macam HAM :

1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)

Ini merupakan hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi setiap individu.
Beberapa contoh hak asasi pribadi diantaranya:

 Kebebasan untuk bepergian, bergerak, berpindah ke berbagai tempat.


 Kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
 Kebebasan dalam berkumpul dan berorganisasi.
 Kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan sesuai
keyakinan masing-masing individu.

2. Hak Asasi Politik (Political Rights)

Ini merupakan hak asasi yang terkait dengan kehidupan politik seseorang. Beberapa contoh
hak asasi politik diantaranya:

 Hak untuk untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan.


 Hak dalam keikutsertaan kegiatan pemerintahan.
 Hak dalam mendirikan partai politik dan organisasi politik.
 Hak dalam membuat usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)

Ini adalah hak mendapatkan kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Beberapa contoh hak asasi hukum diantaranya:

 Hak untuk mendapat perlakukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

4
 Hak seseorang untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanaan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)

Ini merupakan hak masing-masing individu terkait dengan kegiatan perekonomian.


Beberapa contoh hak-hak asasi ekonomi diantaranya:

 Kebebasan dalam kegiatan jual-beli.


 Kebesasan dalam melakukan perjanjian kontrak.
 Kebebasan dalam penyelenggaraan sewa-menyewa dan hutang-piutang.
 Kebebasan dalam memiliki sesuatu.
 Kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang pantas.

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Ini merupakan hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara pengadilan. Beberapa
contoh hak-hak asasi peradilan diantaranya:

 Hak untuk mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan.


 Hak untuk mendapatkan persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan, dan penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)

Ini merupakan hak individu terkait dengan kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh hak
asasi social budaya, yaitu:
 Hak untuk menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
 Hak untuk mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

2.2 Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

5
2.2.1 Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan manusia,
lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah
makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga
mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar
persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan
terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud
tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri. Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip
dasar tentang persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia.
Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan
yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainya
hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kaum
adalah yang paling takwa.” Sedangkan kebebasan merupakan elemen penting dari ajaran
Islam. Kehadiran Islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agar terhindar dari
kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama, politik dan ideologi.
Namun demikian, pemberian kebebasan terhadap manusia bukan berarti mereka dapat
menggunakan kebebasan tersebut mutlah, tetapi dalam kebebasan tersebut terkandung hak
dan kepentingan orang lain yang harus dihormati juga. Mengenai penghormatan terhadap
sesama manusia, dalam Islam seluruh ras kebangsaan mendapat kehormatan yang sama.
Dasar persamaan tersebut sebenarnya merupakan manifestasi dari wujud kemuliaan manusia
yang sangat manusiawi. Sebenarnya citra kehormatan tersebut terletak pada ketunggalan
kemanusiaan, bukan pada superioritas individual dan ras kesukuan. Kehormatan diterapkan
secara global melalui solidaritas persamaan secara mutlak. Semua adalah keturunan Adam,
jika Adam tercipta dari tanah, dan mendapat kehormatan di sisi Allah, maka seluruh anak
cucunya pun mendapatkan kehormatan yang sama, tanpa terkecuali. Pada dasarnya HAM
dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah

6
atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam).
Konsep ini mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu :
1. hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama),
2. hifdzu al-mal (penghormatan atas harta benda),
3. hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan
individu)
4. hifdzu al-‘aql (penghormatan atas kebebasan berpikir)
5. hifdzu alnasl (keharusan untuk menjaga keturunan).
Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya menghasilkan
tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas
individu, individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
negara dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.
2.2.2 Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam
Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam memberikan penghargaan
yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama bagi umat
Islam telah meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul
pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain :
1. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping
itu, Al-Qur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat.
2. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitar 150 ayat tentang ciptaan dan makhluk-
makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat Al-
Hujarat ayat 13.
3. Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang
berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat
yang diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash.
4. Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan
memaksa untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan
aspirasi. Misalnya yang dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.

7
Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi Muhammad saw telah memberikan
tuntunan dan contoh dalam penegakkan dan perlindungan terhadap HAM. Hal ini misalnya
terlihat dalam perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara hak-hak manusia dan hak-hak
kemuliaan, walaupun terhadap orang yang berbeda agama, melalui sabda beliau : “Barang
siapa yang menzalimi seseorang mu’ahid (seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian
damai) atau mengurangi haknya atau membebaninya di luar batas kesanggupannya atau
mengambil sesuatu dari padanya dengan tidak rela hatinya, maka aku lawannya di hari
kiamat.” Pengaturan lain mengenai HAM dapat juga dilihat dalam Piagam Madinah dan
Khutbah Wada’.
Kedua naskah yang berkenaan dengan Nabi ini kemudian menjadi masterpeacenya
HAM dalam perspektif Islam. Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan antara berbagai
golongan di Madinah dalam menegakkan ikatan kebersamaan dan kemanusiaan. Adapun
golongan masyarakat di Madinah pada masa itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu golongan
Islan yang terdiri dari golongan Anshar dan Muhajirin, golongan Yahudi dan para penyembah
berhala. Di tengah-tengah pluralitas masyarakat seperti ituNabi saw berusaha membangun
tatanan kehidupan bersama yang dapat menjamin hidup berdampingan secara damai dan
sejahtera. Prakteknya, Nabi saw mempererat persaudara Muhajirin dan Anshar berdasarkan
ikatan akidah. Sedangkan terhadap mereka yang berlainan agama, beliau mempersatukannya
atas ikatan sosial politik dan kemanusiaan. Bukti konkretnya adalah adanya kesepakatan yang
tertuang dalam piagama Madinah tersebut. Adapun inti dari Piagam Madinah ini meliputi
prinsip-prinsip persamaan, persaudaraan, persatuan, kebebasan, toleransi beragama,
perdamaian, tolong menolong dan membela yang teraniaya serta mempertahankan Madinah
dari serangan musuh. Berikut adalah substansi ringkasan dari Piagam Madinah :
1. Monotheisme, yaitu mengakui adanya satu tuhan. Prinsip ini terkandung dalam
Mukadimah, pasal 22, 23, 42 dan bagian akhir pasal 42.
2. Persatuan dan kesatuan (pasal 1, 15, 17, 25 dan 37). Dalam pasal-pasal ini ditegaskan
bahwa seluruh penduduk Madinah adalah satu umat. Hanya ada satu perlindungan,
bila orang Yahudi telah mengikuti piagam ini, berarti berhak atas perlindungan
keamanan dan kehormatan. Selain itu, kaum Yahudi dan orang-orang muslim secara
bersama-sama memikul biaya perang.

8
3. Persamaan dan keadilan (pasal 1, 12, 15, 16, 19, 22, 23, 24, 37 dan 40). Pasal-pasal ini
mengandung prinsip bahwa seluruh warga Madinah berstatus sama di muka hukum
dan harus menegakkan hukum beserta keadilan tanpa pandang bulu.
4. Kebebasan beragama (pasal 25). Kaum Yahudi bebas menjalankan ajaran agama
mereka sebagaimana juga umat Islam bebas menunaikan syari’ah Islam.
5. Bela negara (pasal 24, 37, 38 dan 44). Setiap penduduk Madinah, yang megakui
Piagam Madinah, mempunyai kewajiban yang sama untuk menjunjung tinggi dan
membela Madinah dari serangan musuh, baik serangan dari luar maupun serangan dari
dalam.
6. Pengakuan dan pelestarian adat kebiasaan (pasal 2-10). Dalam pasal-pasal ini
disebutkan secara berulang-ulang bahwa seluruh adat kebiasaan yang baik di kalangan
Yahudi harus diakui dan dilestarikan.
7. Supremasi syari’at Islam (pasal 23 dan 24). Inti pokok dari supremasi ini adalah setiap
perselisihan harus diselesaikan menurut ketentuan Allah SWT dan sesuai dengan
keputusan Muhammad saw.
8. Politik damai dan perlindungan internal serta permaslahan perdamaian eksternal juga
mendapat perhatian serius dalam piagam ini (pasal 15, 17, 36, 37, 39, 40, 41 dan 47).
Khutbah Wada’ sampai sekarang sering dikenal sebagai khutbah atau pidato perpisahan
Nabi Muhammad saw dengan umat Islam seluruh dunia dan penegasan kesempurnaan ajaran
Islam yang telah disampaikannya. Padahal sebenarnya lebih dari itu, dalam khutbah yang
bertepatan dengan pelaksanaan wukuf di Arafah pada tanggal 19 Dzulhijjah 11 H itu, terdapat
hal lain yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia di muka bumi, yaitu komitmen
Islam yang telah menjunjung tinggi nilai-nilai asasi manusia. Di mana pada saat itu Nabi saw
menyerukan :“Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta benda kamu sekalian
adalah suci bagi kamu, seperti hari dan bulan suci ini, sampai datang masanya kamu
sekalian di hadapan Allah. Dan kamu menghadap Allah, kamu semua akan dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatan kamu.”
Di samping pengaturan-pengaturan seperti tersebut di atas, dewasa ini terlihat adanya
usaha-usaha dari negara-negara Islam untuk merumuskan suatu dokumen mengenai HAM
yang Islami, artinya mengacu pada AL-Qur’an dan Sunnah. Hal ini antara lain dapat dilihat
pada :

9
1. Deklarasi Islam Universal tentang Hak Asasi Manusia
Deklarasi ini disusun dalam Konferensi Islam di Mekkah pada tahun 1981. Deklarasi ini
terdiri dari 23 pasal yang menampung dua kekuatan dasar, yaitu keimanan kepada Tuhan dan
pembentukan tatanan Islam. Dalam pendahuluan deklarasi ini dikemukakan bahwa hak-hak
asasi manusia dalam Islam bersumber dari suatu kepercayaan bahwa Allah SWT, dan hanya
Allah sebagai hukum dan sumber dari segala HAM. Salah satu kelebihan dari deklarasi ini
adalah bahwa teksnya memuat acuanacuan yang gamblang dan unik dari totalitas peraturan-
peraturan yang berasal dari AlQur’an dan Sunnah serta hukum-hukum lainnya yang ditarik
dari kedua sumber tersebut dengan metode-metode yang dianggap sah menurut hukum Islam.
Dalam deklarasi ini antara lain dijelaskan bahwa :
1. Penguasa dan rakyat adalah subjek yang sama di depan hukum.
2. Setiap individu dan setiap orang wajib berjuang dengan segala cara yang tersedia
untuk melawan pelanggaran dan pencabutan hak ini.
3. Setiap orang tidak hanya memiliki hak, melainkan juga mempunyai kewajiban
memprotes ketidakadilan.
4. Setiap muslim berhak dan berkewajiban menolak untuk menaati setiap perintah yang
bertentangan dengan hukum, siapa pun yang memerintahkannya.
2. Deklarasi Cairo
Deklarasi ini dicetuskan oleh menteri-menteri luar negeri dari negara-negara
Oraganisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1990. Peran sentral syari’at Islam sebagai
kerangka acuan dan juga pedoman interpretasi dari Deklarasi Cairo ini terwujud pada
dokumen itu sendiri, terutama pada dua pasal terakhirnya yang menyatakan bahwa semua hak
asasi dan kemerdekaan yang ditetapkan dalam deklarasi ini merupakan subjek dari syari’ah
Islam, syari’ah Islam adalah satu-satunya sumber acuan untuk penjelasan dan penjernihan
pasal-pasal deklarasi ini.
2.2.3 Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia
Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum Islam antara lain adalah :
1. Hak hidup.
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang merupakan karunia
dari Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum islam terhadap hak hidup manusia dapat
dilihat dari ketentuan-ketentuan syari’ah yang melinudngi dan menjunjung tinggi darah dan

10
nyawa manusia, melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.
Membunuh adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan balasan neraka, sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al-Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai berikut : “Dan barang siapa
membunuh seorang muslim dengan sengaja maka balasannya adalah jahannam, kekal dia di
dalamnya dan Allah murka atasnya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang
berat.” Setiap tindakan pembunuhan atau pun perbuatan yang membahayakan orang lain
mesti memiliki korelasi, secara langsung maupun tidak, dengan keutuhan hidup di muka
bumi. Pembunuhan terhadap satu orang saja, sama artinya dengan pembunuhan terhadap
seluruh manusia, sebaliknya memelihara kehidupan satu orang saja berarti memelihara
kehidupan manusia seluruhnya, sebagaimana terlihat dalam firman Allah dalam Surat Al-
Maidah ayat 32, yang berarti : “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia. Dan barang siapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua
manusia.” Adanya ketentuan qishash merupakan konsekuensi dari larangan membunuh.
Qishash dalah sanksi hukum mengenai kejahatan terhadap diri dan jiwa orang lain. Qishash
ini diwajibkan oleh Allah sebagai tindakan pencegahan, untuk memelihara kelangsungan
hidup umat manusia yang adil, aman dan tenteram. Pengaturan mengenai qishash ini tertuang
dalam Surat Al-Baqarah ayat 178, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
kepada kamu qishash dalam perkara pembunuhan; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba sahaya dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan perempuan.” Islam
mengharamkan bunuh diri untuk menjamin hak hidup, sebagaimana sabda Nabi saw yang
mengatakan : “Barang siapa menerjunkan dirinya dari suatu bukit, lalu mati, maka dia kekal
di dalam neraka jahanam. Dan barang siapa meneguk racun lalu mati, maka racunnya tetap
berada di tangannya yang akan diteguknya dalam api jahanam, dia kekal di dalamnya. Dan
barang siapa membunuh diri dengan sepotong besi maka besi itu tetap berada di tangannya,
dan akan ditusuk-tusuk perutnya dengan besi itu dalam neraka jahanam dan dia kekal di
dalamnya.” Bahkan Islam tidak membenarkan kita memikirkan soal membunuh diri dan
mencitacitakan mati. Mengharap-harap supaya lekas mati tidak dibenarkan dalam Islam,
karena kalau kita terus hidup dapat menambah kebaikan dan memperbaiki kesalahan.

11
2. Hak kebebasan beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM, termasuk di dalmnya
kebebasan menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang
keras adanya pemaksaan keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan
yang salah.” Kemederkaan beragama terwujud dalam bentuk-bentuk yang meliputi antara
lain:17 Pertama, tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu
atau paksaan untuk menanggalkan suatu agama yang diyakininya. Kedua, Islam memberikan
kekuasaan kepada orang-orang non-Islam (Ahli Kitab) untuk melakukan apa yang menjadi
hak dan kewajiban atau apa saja yang dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan hukum
Islam. Ketiga, Islam menjaga kehormatan Ahli Kitab, bahkan lebih dari itu mereka diberi
kemerdekaan untuk mengadakan perdebatan dan bertukar pikiran serta pendapat dalam
batasan-batasan etika perdebatan serta menjauhkan kekerasan dan paksaan. Islam telah
memberikan respon positif terhadap kebebasan beragama yang tercermin dalam bentuk
kerukunan dan toleransi antar pemeluk agama. Hal ini tercermin dalam bnetuk larangan
memaki sembahan penganut agama lain, meskipun menurut pandangan Islam hal itu termasuk
syirik atau menyekutukan Allah, sebagaimana dikatakan dalam Surat Al-An’am ayat 108,
yang artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan.” Namun demikian, kerukunan dan toleransi antar pemeluk agama ini hanya
terbatas dalam hal-hal yang bersifat muamalah atau kemasyarakatan, tidak ada toleransi
dalam hal akidah dan keyakinan, sebagaimana firman Allah dalam Surat Yunus ayat 41, yang
artinya : “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjanmu. Kamu terlepas dari apa yang aku
kerjakan dan aku terlepas dari apa yang kamu kerjakan.”
3. Hak atas keadilan.
Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin mutlak untuk
menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Sunnah
yang mengajak untuk menegakkan keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat
90, yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji , kemungkaran dan

12
permusuhan.” Keadilan adalah hak setiap manusia dan menjadi dasar bagi setiap hubungan
individu. Oleh karena itu, merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada
penguasa yang sah, dan menjadi kewajiban bagi para pemimpin atau penguasa untuk
menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi warganya.
4. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di antara manusia tanpa
memndang warna kulit, ras atau kebangsaan, melainkan menjadikannya realitas yang penting.
Ini berarti bahwa pembagian umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-
kelompok dan suku-suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras
atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari ras atau suku lain.
Al-Qur’an menjelaskan idealisasinya tentang persamaan manusia dalam Surat Al-Hujarat ayat
13, yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling takwa.”
Dengan demikian, adanya pembagian ras manusia bukan berarti satu bangsa bisa
membanggakan dirinya karena superioritasnya terhadap yang lain, juga bukan dimaksudkan
agar satu bangsa bisa melecehkan bangsa yang lain. Karena pada dasarnya keunggulan
seseorang atas yang lain hanyalah atas dasar keimanan dan ketakwaannya kepada Allah,
bukan warna kulit, ras, bahasa atau kebangsaan. Hal ini juga dijelaskan oleh Nabi SAW
melalui sabdanya : “Orang Arab tidak memiliki superioritas terhadap non-Arab, juga orang
non-Arab tidak memiliki superioritas atas orang kulit hitam, atau orang kulit hitam tidak
superior terhadap orang kulit putih. Kamu semua adalah anak-anak Adam dan Adam
diciptakan dari tanah.” Adanya pengakuan terhadap persamaan dalam Islam juga mencakup
persamaan kedudukan di depan hukum. Islam memberikan kepada umatnya hak atas
kedudukan yang sama di hadapan hukum, artinya setiap orang mempunyai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang sama. Dengan demikian, setiap orang juga harus diperlakukan dan
diberikan sanksi yang sama dalam menjalankan suatu ketentuan hukum. Hal ini misalnya
terlihat dalam ketentuan Surat Al-Maidah ayat 38, di mana seorang pencuri, baik dia laki-laki
maupun perempuan, dikenai hukuman yang sama, yaitu potong tangan, sebagai balasan dari
apa yang telah mereka perbuat. Contoh lainnya dapat dilihat dalam sabda Nabi SAW, yang
menyatakan : “Bangsa yang terdahulu menjadi binasa, karena hukum mereka memilih tempat

13
berlakunya. Apabila bangsawan yang mempunyai kedudukan yang bersalah, maka mereka itu
tidaklah menjalankan yang dituntut oleh hukum, tapi apabila rakyat biasa yang melakukan
kesalahan, maka mereka lalu menghukumnya. Demi Allah! Kalaulah anakku, Fatimah yang
mencuri, niscaya akan kupotong tangannya.”
5. Hak mendapatkan pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Setiap orang
berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan kesanggupan alaminya. Dalam Islam,
mendapatkan pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi
setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Bukhari : “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” Pentingnya pendidikan ini,
karena melalui pendidikan orang akan menyadari harga dirinya dan martabatnya sebagai
manusia, dengan pendidikan dapat membuka akal pikiran manusia terhadap kenyataan hidup
dalam alam semesta ini dan terhadap hubungan manusia dengan Tuhan-nya dan hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan dengan pendidikan pula orang dapat menyadari dan
memperjuangkan hak-haknya. Di samping itu, Allah SWT juga memberikan penghargaan
terhadap orang yang berilmu, di mana dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 dinyatakan bahwa
Allah SWT meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu.
6. Hak kebebasan berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalam
batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak seorangpun
diperbolehkan menyebarkan fitnah dan berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan
mencemarkan nama baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah
mengemukakan ide atau gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Sejak semula, kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat telah dikenal
dalam Islam. Sudah merupakan tradisi di kalangan sahabat untuk bertanya kepada Nabi SAW
tentang beberapa masalah berkenaan dengan perintah Allah SWT yang diwahyukan
kepadanya. Apabila Nabi SAW menyatakan bahwa dirinya tidak mendapat petunjuk dari
Allah, maka para sahabat boleh menyatakan pendapatnya denagn bebas. Hal ini misalnya
terlihat dalam peristiwa perang Badar, di mana Nabi SAW memilih suatu tempat khusus yang
dianggapnya pantas untuk menyerang musuh, namun sahabat menyarankan mengambil
tempat lain, dan Nabi SAW menyetujuinya, karena tempat tersebut lebih strategis. Kebebasan

14
berpendapat dan mengeluarkan pendapat juga dijamin dengan lembaga syura, lembaga
musyawarah dengan rakyat, yang dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38, yang
artinya : “Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.” Prinsip
musyawarah ini sangat penting dalam Islam, karena menurut Al-Qur’an, setiap orang
diperintahkan untuk mengadakan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai urusan duniawi
yang dihadapinya.
7. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apa pun
untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surat Al-Baqarah ayat 188 yang artinya : “Dan janganlah sebagian kamu memakan
harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa
urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya.” Oleh karena itu, Islam melarang riba dan
setiap usaha yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan.
Di samping itu, Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang
halal, kecuali untuk kemaslahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti rugi yang
setimpal bagi pemiliknya.
8. Hak mendapatkan pekerjaan
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai kewajiban.
Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin, sebagaimana sabda Nabi saw : “Tidak
ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan
dari tangannya sendiri.” (HR. Bukhari). Di samping itu, Islam juga menjamin hak pekerja,
seperti terlihat dalam hadits : “Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya.”
(HR. Ibnu Majah). Adapun konsepsi Islam tentang hak bekerja adalah pertama, bekerja dan
berusaha dalam Islam adalah wajib, maka setiap orang muslim dituntut bekerja dan berusaha
dalam memakmurkan hidupnya. Sebaliknya Islam tidak menyukai orang yang malas bekerja
(pengangguran). Islam juga memandang rendah kepada orang yang mengemis, yang
mengantungkan hidupnya kepada orang lain dengan meminta-minta. Kedua, Islam
menganjurkan kebebasan dalam mencari rezeki dan kebebasan untuk mengumpulkan
kekayaan, dan setiap muslim bebas memilih pekerjaan yang hendak dikerjakannya, sepanjang

15
pekerjaan itu dalam jalan yang diridhai oleh syari’at Islam. Ketiga, Islam menetapkan bahwa
tiap-tiap pekerjaan itu adalah ibadah.
2.2.4 Perbedaan pandangan antara Islam dan Barat tentang Hak Asasi Manusia

Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan
HAM dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh perangkat-perangkat
internasional. HAM dalam Islam didasarkan pada premis bahwa aktivitas manusia sebagai
khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan dunia Barat, bagaimanapun, percaya bahwa pola
tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum negara atau sejumlah otoritas yang
mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan publik yang aman dan perdamaian semesta.
Selain itu, perbedaan yang mendasar juga terlihat dari cara memandang terhadap HAM
itu sendiri. Di Barat, perhatian kepada individu-individu timbul dari pandangan-pandangan
yang besifat anthroposentris, dimana manusia merupakan ukuran terhadap gejala tertentu.
Sedangkan Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha
Tinggi dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Berdasarkan atas pandangan yang
bersifat anthroposentris tersebut, maka nilai-nilai utama dari kebudayaan Barat seperti
demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat yang mendukung
tegaknya HAM itu berorientasi kepada penghargaan terhadap manusia. Dengan kata lain
manusia menjadi akhir dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda keadaanya pada dunia Timur (Islam) yang bersifat theosentris, larangan dan
perintah lebih didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Al-
Qur’an menjadi transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia disuruh untuk hidup
dan bekerja diatas dunia ini dengan kesadaran penuh bahwa ia harus menunjukkan
kepatuhannya kepada kehendak Allah swt. Mengakui hak-hak dari manusia adalah sebuah
kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.

16
NO HAM Universal Declaration HAM Menurut Islam
of Human Rights
1. Bersumber pada pemikiran filosofi Bersumber pada ajaran al-Qur’an dan
semata Sunnah Nabi Muhammad SAW
2. Bersifat antrophosentris Bersifat theosentris
3. Lebih mementingkan hak daripada Keseimbangan antara hak dan kewajiban
kewajiban
4. Lebih bersifat individualistik Kepentingan sosial diperhatikan
5. Manusia dilihat sebagai pemilik Manusia dilihat sebagai makhluk yang
sepenuhnya hak-hak dasar dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, dan oleh
karena itu mereka wajib bersyukur dan
menjaganya

2.3 Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia dari Sudut Pandang Islam

Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM, antara lain:

1. PELANGGARAN HAM OLEH TNI


Umumnya terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, dimana (dikemudian hari
berubah menjadi TNI dan Polri) menjadi alat untuk menopang kekuasaan. Pelanggaran HAM
oleh TNI mencapai puncaknya pada akhir masa pemerintahan Orde Baru, dimana perlawanan
rakyat semakin keras.
2. KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MALUKU
Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2 tahun
5 bulan; untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan relatif
stabil, sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan
Buru) sampai saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit
diprediksikan, beberapa waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan yang lalu
sampai sekarang telah terjadi aksi kekerasan lagi dengan modus yang baru ala ninja/penyusup

17
yang melakukan operasinya di daerah – daerah perbatasan kawasan Islam dan Kristen (ada
indikasi tentara dan masyarakat biasa).
Akibat konflik/kekerasan ini tercatat 8000 orang tewas, sekitar 4000 orang luka – luka,
ribuan rumah, perkantoran dan pasar dibakar, ratusan sekolah hancur serta terdapat 692.000
jiwa sebagai korban konflik yang sekarang telah menjadi pengungsi di dalam/luar Maluku.
Komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik, sehingga perasaan saling curiga
antar kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang menginginkan
konmflik jalan terus. Perkembangan situasi dan kondisi terakhir tidak ada pihak yang
menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga masyrakat mencari
jawaban sendiri dan membuat antisipasi sendiri.
Wilayah pemukiman di Kota Ambon sudah terbagi 2 (Islam dan Kristen), masyarakat
dalam melakukan aktifitasnya selalu dilakukan dilakukan dalam kawasannya hal ini terlihat
pada aktifitas ekonomi seperti pasar sekarang dikenal dengan sebutan pasar kaget yaitu pasar
yang muncul mendadak di suatu daerah yang dulunya bukan pasar hal ini sangat dipengaruhi
oleh kebutuhan riil masyarakat; transportasi menggunakan jalur laut tetapi sekarang sering
terjadi penembakan yang mengakibatkan korban luka dan tewas; serta jalur – jalur distribusi
barang ini biasa dilakukan diperbatasan antara supir Islam dan Kristen tetapi sejak 1 bulan
lalu sekarang tidak lagi juga sekarang sudah ada penguasa – penguasa ekonomi baru pasca
konflik.
3. PELANGGARAN HAM ATAS NAMA AGAMA
Kita telah mengenal banyak sekelompok manusia dengan atribut agama, berlindung
dalam lembaga agama, mereka justru melakukan kejahatan kemanusiaan (crimes against
humanity) entah itu Kristen, Islam atau agama apapun. Atas nama ‘agama yang suci’ mereka
melakukan ‘pelecehan yang tidak suci’ kepada sesamanya manusia. Akhir abad 20 atau awal
abad 21, akhir-akhir ini kita disuguhi sajian-sajian berita akan kebobrokan manusia yang
beragama melanggar hak asasi manusia, misalnya kelompok Al-Qaeda dan sejenisnya
menteror dengan bom, dan olehnya mungkin sebagian dari kita telah prejudice menempatkan
orang-orang Muslim di sekitar kita sama jahatnya dengan kelompok ‘Al-Qaeda’.
Di sisi lain Amerika Serikat (AS) sebagai ‘polisi dunia’ sering memakai ‘isu terorisme
yang dilakukan Al-Qaeda’ untuk melancarkan macam-macam agendanya. Invasi AS ke Iraq,
penyerangan ke Afganistan dan negara-negara lain yang disinyalir ‘ada terorisnya’. Namun
kehadiran pasukan AS dan sekutunya di Iraq tidak berdampak baik, mungkin pada awalnya

18
terlihat AS dengan sejatanya yang super-canggih menguasai Iraq dalam sekejap, namun
pasukan mereka babak-belur dalam ‘perang-kota’, ini mengingatkan kembali sejarah buruk,
dimana mereka juga kalah dalam perang gerilya di Vietnam. Kegagalan pasukan AS
mendapat kecaman dari dalam negeri, bahkan sekutunya, Inggris misalnya. Tekanan-tekanan
ini membuat PM Inggris Tony Blair memilih mengakhiri karirnya sebelum waktunya baru-
baru ini. Karena ia berada dalam posisi yang sulit : menuruti tuntutan dalam negeri ataukah
menuruti tuan Bush.
4. PELANGGARAN HAM OLEH MANTAN GUBERNUR TIM-TIM
Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak
Asasi Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan
dijatuhi vonis 3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan
tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar
berdasarkan rasa keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu
keputusan politik yang dibuat Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing hitam
atau tumbal politik. Beberapa hal yang dapat disimak dari keputusan pengadilan tersebut
adalah sebagai berikut ini.
Pertama, vonis hakim terhadap terdakwa Abilio sangat meragukan karena dalam Undang-
Undang (UU) No 26/2000 tentang Pengadilan HAM Pasal 37 (untuk dakwaan primer)
disebutkan bahwa pelaku pelanggaran berat HAM hukuman minimalnya adalah 10 tahun
sedangkan menurut pasal 40 (dakwaan subsider) hukuman minimalnya juga 10 tahun, sama
dengan tuntutan jaksa. Padahal Majelis Hakim yang diketuai Marni Emmy Mustafa
menjatuhkan vonis 3 tahun penjara dengan denda Rp 5.000 kepada terdakwa Abilio Soares.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia di atas dapatlah kita tarik
kesimpulan bahwa Islam itu adalah agama yang asy-syumul (lengkap). Ajaran Islam meliputi
seluruh aspek dan sisi kehidupan manusia. Islam memberikan pengaturan dan tuntunan pada
manusia, mulai dari urusan yang paling kecil hingga urusan manusia yang berskala besar.Dan
tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap HAM.
Memang tidak dalam suatu dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat suci Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi saw.

Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Qur’an dan Hadist dan umat islam harus
benar-benar mengetahui hak-hak yang diberikan kepadanya dan menggunakan haknya tersebut
sebaik-baiknya selama tidak bertentangan dan melanggar hak orang lain.

20
DAFTAR PUSTAKA
Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Rajawali Pers,
Jakarta, 2000.
Eggi Sujana, HAM dalam Perspektif Islam, Nuansa Madani, Jakarta, 2002.
http://dhanielalu.blog.com/makalah-ham-dan-pandangan-islam-tentang-ham
file:///C:/Users/samip/Pictures/perdata-yefrizawati.pdf

21
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah Ahmad (ed), Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional : Cet. I;
Bandung: Gema Insani Press, 1996.

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 1990. Hlm. 209

Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dan Tata
Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Mediapratama, 2001

22

Anda mungkin juga menyukai