Anda di halaman 1dari 2

Pembahasann

Pasien didiagnosis osteroartritis yang ditandai dengan kedua kaki sakit bila berjalan ,
bagian paha sampai kaki tarasa kaku. Osteoartritis (OA) merupakan penyakit tulang degeneratif
yang ditandai dengan pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai
penyangga, tulang di bawahnya mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi.
Osteoartritis dapat terjadi secara idiopatik (tanpa diketahui sebabnya) atau dapat terjadi setelah
trauma dengan stres berulang. Osteoartritis sering dijumpai pada lansia yang lebih dari 70% pria
dan wanita yang berusia ≥ 65 tahun. Pasien diberikan terapi goongan NSAID yaitu Na
Diklofenak, proxicam dan meloxicam. Namun pemberian terapi NSAID tidak meringankan
gejala yang ditimbulkan pasien serta dalam pemberian NSAID dapat mengganggu kerja ginjal
yang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal. Tramadol merupakan analog sintetik kodein
yang merupakan agonis reseptor opioid yang lemah dalam SSP . Efek analgesiknya ditimbulkan
Oleh hambatan ambilan serotonin dan norepinefrin (Syraif Et al ., 2012) hal ini efektif untuk
pengobatan nyeri sedang (Epstein et al .,2011)
Pasien mengalami asam urat yang ditandai peningkatan nilai asam urat yang dilihat dari
nilai data lab. Pasien diberikan terapi Allopurinol. Allopurinol yang memiliki mekanisme kerja
Allopurinol menghambat xanthine oksidase, enzim yang bertanggung jawab untuk konversi
hipoksantin menjadi xantin menjadi asam urat. Allopurinol dimetabolisme menjadi oxypurinol
yang juga merupakan penghambat xanthine oksidase; allopurinol bekerja pada katabolisme
purin, mengurangi produksi asam urat tanpa mengganggu biosintesis purin vital.hal tersebut
dapat menurunkan nilai asam urat yang didapati oleh pasien.
Pasien mengalami kesulitan BAB yang dilihat dari catatan perkembangan pasien,
kesulitan BAB disebabkan karena efek samping dari pengunan obat-obatan NSAID yang dapat
menyebabkan kesulitan dalam BAB. Pasien diberikan terapi laxadine. Laxadine yang memiliki
kandungan phenolphthalein, glycerin dan pharafin cair serta mekanisme kerja dari kandungan
Phenolphtalein itu sendiri merupakan senyawa organik yang umum digunakan sebagai pH
indikator di laboratorium. Senyawa ini juga memiliki efek pencahar pada usus dengan
merangsang jaringan mukosa usus dan mengendurkan otot-ototnya. Namun senyawa ini sudah
mulai dihindari penggunaannya karena dianggap bersifat karsinogen. Pharafin cair saat
digunakan sebagai obat oral dapat bertindak sebagai pelumas dan menjaga kotoran tetap lembek,
sehingga sering digunakan untuk mengobati sembelit dan fisura dubur. Dan Glycerin
diklasifikasikan sebagai obat pencahar jenis osmotik dengan menarik air dari jaringan sekitar
menuju feses sehingga feses mengandung cukup air untuk dikeluarkan.
Pasien mengalami gangguan elektrolit yangbditandai dengan penurunan nilai Na⁺, K⁺ dan Cl ¯
dan pasien diberikan terapi NS dan D5%. Terapi ini diberikan untuk memperbaiki elektrolit yang
hilang.
Pasien mengalami Hipertensi yang ditandi dengan peningkatan nilai tekanan darah pada
data lab dan pasien juga memiliki riwayat Hipertensi. Pasien diberikan terapi captopril. Captropil
merupakan obat golongan ACEI yang merupakan first line terapi pada hipertensi menurut JNC
8. Cptorpil yang memiliki mekanisme kerja Mekanisme Aksi. Inhibitor kompetitif enzim
pengonversi angiotensin (ACE); mencegah konversi angiotensin I ke angiotensin II,
vasokonstriktor yang kuat; menghasilkan tingkat angiotensin II yang lebih rendah yang
menyebabkan peningkatan aktivitas renin plasma dan pengurangan sekresi aldosterone. Pada saat
penggunaan captropil tekanan darah pasien diharapkan dapat kembali normal.
Pasien mengalami hyperlipidemia yang ditandai dengan peningkatan nilai kolestrerol
total dan nlai TG, pasien diberikan rekomendasi atorvastatin yang memiliki mekanisme keja
Atorvastatin memiliki mekanisme kerja Penghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A
(HMG-CoA) reduktase, enzim pembatas laju dalam sintesis kolesterol (mengurangi produksi
asam mevalonat dari HMG-CoA); ini kemudian menghasilkan peningkatan kompensasi dalam
ekspresi reseptor LDL pada membran hepatosit dan stimulasi katabolisme LDL. Sehingga
kolesterol total dan TG pasien dapat kembali normal setelah diberikan terapi Atorvastatin.

Anda mungkin juga menyukai