Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 3

Rahyu Yulinar Romba


Rezky Ramadhani
Ridha Dwi Reski
Ririn
Rizky Oktavia Hardianto
Sela Paramita

Rebreathing dan Non Rebreathing


1. Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula
nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008:66)
2. Tujuan Umum
1. Meningkatkan ekspansi dada

2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen

3. Membantu kelancaran metabolisme

4. Mencegah hipoksia

5. Menurunkan kerja jantung

6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea

7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru
(Aryani, 2009:53)

3. Indikasi
a. Gagal nafas
b. Gangguan jantung
c. Kelumpuhan alat pernafasan
d. Perubahan pola napas
e. Keadaan gawat (misalnya : koma)
f. Trauma paru
g. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
h. Post operasi
i. Keracunan karbon monoksida

4. Kontraindikasi
a. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat
menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker
rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang
tinggi yaitu sekitar 90-95%
b. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
c. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.
5. Hal - hal yang perlu diperhatikan
a. Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas.
Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk
mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien
b. Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien
dengan keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus
mengobservasi lebih sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
c. Pada beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan tidak nyaman karena
merasa “terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat
meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
d. Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan
perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat
menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
e. Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal
kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area
tempat penekanan tersebut.
f. Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan
terapi oksigen
g. Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu
dengan contoh masker.
h. Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
i. Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien,
di bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan
kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen
yang dapat menyebabkan kebakaran.

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening
dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face
mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak
pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali.
a. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan
aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk
dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
Cara pemakaian :
§ Terangkan prosedur pada klien
§ Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
§ Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan
sungkup
§ Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai
kasa pada daerah yang tertekan.
§ Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir
kuncup waktu inspirasi

Keuntungan
§ Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
§ Tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian
§ Kantung oksigen bisa terlipat
§ Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah

b. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%


dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada
saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)

Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.


Keuntungan

§ Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah antara
kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang
tinggi dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
§ Tidak mengeringkan selaput lender

Kerugian
§ Kantung oksigen bisa terlipat
§ Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
§ Tidak nyaman bagi klien
WSD (Water Seal Drainage)

1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan cairan dan udara
melalui selang dada melalui selang dada dan mencegah aliran balik.
2. Tujuan
 Memungkinkan cairan keluar dari ruang pleura
 Memungkinkan udara keluar dari ruang pleura
 Mencegah udara masuk kembali ke ruang pleura
 Mempertahankan agar udara tetap mengembang dengan jalan mempertahankan
tekanan negatif pada interpleura
3. Indikasi
 Pneumothoraks adanya udara dalam rongga pleura
 Hemothoraks, adanya darah dalam rongga pleura
 Empiema, adanya effusi pleura yang mengandung pus
 Thoracotomy surgical
4. Alat dan Bahan
Troly Dressing
Cairan Antiseptik : Betadine
Sarung tangan steril, topi, masker, gaun, duk steril
Anestesi lokal : lidokalin 1%
Drain set steril
Drain penampung atau meddap
Trocar sesuai kebutuhan
Tubing ¼, 1/16
Blade no 11
Jarum dan benang
Y Konektor atau konektor cabe
Tromol kasa
Spuit 5 cc, 2,5 cc, 10 cc
WFI
Sumber suction
Klem
Gunting, plester
Bengkok
2. Persiapan pasien
Kaji status pasien dan TTV
Cek kelengkapan alat dan inform consent
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memberi rasa aman dan nyaman
Mengatur posisi pasien fowler atau semifowler
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3. Langkah kerja pemasangan WSD
 Kulit dibersihkan dan di anestesi
 Dibuat insisi kecil pada kulit
 Penetrasi ruang pleura dengan menggunakan forcep
 Pelebaran dibuat dengan forcep kemudian direnggangkan dengan jari
 Akhir proksimal selang di klem dengan forcep kemudian dimasukkan ke ruang pleura
 Bila pemasangan sulit, trokar metal untuk penetrasi dada, membiarkan selang pada
tempatnya
 Bagian ujung selang eksternal dihubungkan ke unit drainase
 Untuk mencegah selang terlepas, kulit sekitar selang dijahit
 Akhir dari jahitan diikatkan melingkari selang dan diikat
 Pada sisi insisi diberi betadine dan ditutup kasa
 Kasa ukuran 3x4 berlubang diletakkkan pada selang dan diplester kuat pada dada.
Selang di plester pada dada untuk mencegah penarikan selang dan jahitan bila pasien
bergerak
 Foto thorax pasc pemasangan selalu dilakukan untuk menjamin ketepatan posisi
4. Prosedur pencabutan selang dada
a. Indikasi pencabutan:
1) Drainase telah berkurang 50-ml dalam 24 jam jika selang dipasang untuk
hemotoraks
2) Drainase telah berubah dari merah menjadi serosa, tidak terdapat kebocoran
udara dan jumlah kurang dari 100 ml setelah 8 jam
3) Paru-paru telah mengembang kembali (dibuktikan dengan chest x-rays)
4) Status respirasi telah membaik ( Tidak terdapat kesulitan bernafas, suara nafas
bilateral sama, penurunan penggunaan otot aksesori pernafasan, pengembangan
dada simetris dan RR kurang dari 24x/menit)
5) Kebocoran udara telah pulih
b. Alat dan Bahan
 Troli dressing
 Dressing set
 Betadine solution
 Klem
 Sarung tangan steril dan tidak steril
 Spuit 2,5 cc
 Analgesik
 Bengkok
 Plester
 Gunting
c. Persiapan Pasien
 Yakinkan pasien mengerti pengajaran preprosedur
 Pre medikasi pasien dengan analgesik setidaknya 15 menit sebelum prosedur
 Tempatkan pasien pada posisi semifowler
d. Prosedur pencabutan
 Cuci tangan
 Buka set angkat jahitan steril dan siapkan betadine dan kasa
 Lepaskan suction dari chest drainage sistem dan cek terhadap kebocoran udara
[pada ruang water seal
 Angkat plester yang menempel dan tentukan tipe jahitan yang terdapat pada
selang dada
 Konfirmasi bahwa selang bebas dari jahitan dan plester
 Klem setiap selang yang akan dicabut
 Instruksikan pada pasien untuk tarik nafas dalam dan tahan saat setiap selang
diangkat
 Cabut selang dada secara cepat
 Tutup sisi insersi dengan kasa steril dan rekatkan dengan plester
 Kaji pasien setelag prosedur dan bandingkan dengan pengkajian sebelumnya
 Lakukan x-ray
 Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai