LAPORAN KASUS
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD)
Disusun Oleh:
1
Nama : Ny. AS
Agama : Islam
LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Cemas
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Awalnya perasaan cemas timbul pasca gempa dan tsunami yang terjadi
bulan September tahun 2018. Saat itu pasien sedang berada di rumahnya yang
berada di kampung Lere. Pasien saat gempa berada di dalam rumah sendirian
2
dan tidak bisa keluar sampai gempa berhenti. Sejak saat itu pasien merasa
cemas dan takut sendirian. Keluhan cemas semakin berat saat terutama bila
pasien mengingat kejadian gempa tersebut. Tetapi saat ini keluhan cemas dan
takut sudah mulai berkurang tetapi muncul kembali jika terjadi gempa.
Pasien sudah beberapa kali berobat di poli jiwa dan mendapatkan terapi.
Pasien merasa rasa cemas dan takut sudah berkurang. Pasien tidak ada riwayat
kejang, infeksi otak, trauma capitis, dan hipertensi sebeulmnya. Pasien tidak
ada riwayat penggunaan NAPZA.
Saat ini pasien tinggal bersama suaminya di Palu. Sebelum gempa pasien
hanya tinggal berdua dengan suaminya di Palu sedangkan kedua anaknya di
Jakarta. Tetapi saat ini pasien berencana akan pindah di rumah anaknya yang
berada di Jakarta. Pasien sadar dirinya sakit dan menyadari sepenuhnya
tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
Faktor Stressor Psikososial
Stressor psikososial yang dialami oleh pasien adalah adanya trauma
akibat kejadian gempa bumi sehingga pasien takut sendirian dan
sekarang pasien tinggal jauh dengan kedua anaknya
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya
- Gangguan psikiatri sebelumnya ada
- Trauma capitis (-)
- Infeksi otak (-)
- Kejang (-)
3
- Riwayat psikiatri sebelumnya pasien sudah sering berobat ke poli jiwa
RS Undata sejak gempa tahun 2018.
- Riwayat putus obat (-)
4
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita hal yang sama.
F. Situasi Sekarang
Saat ini pasien hanya tinggal berdua dengan suaminya sedangkan anak-
anaknya tinggal di jakarta.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.
Pasien mengatakan bahwa ia ingin cepat sembuh sehingga bias kembali
beraktivitas seprti semula lagi.
5
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
Halusinasi : Tidak Ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak Ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses berpikir
Arus pikiran :
A. Produktivitas : Cukup ide
B. Kontinuitas : Relevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. Preokupasi : Tidak ada
B. Gangguan isi pikiran : Tidak Ada
F. Pengendalian impuls
Baik
G. Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 6 : menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.
6
b. Tanda vital :Tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi:
97x/menit, suhu: 36,6 oC, pernapasan 20 x/menit.
c. Kepala :Dalam batas normal
d. Leher :Dalam batas normal
e. Thorak : Dalam batas normal
f. Abdomen : Dalam batas normal
g. Ekstremitas : Dalam batas normal
2. STATUS NEUROLOGIK :
a. GCS : E4M6V5
b. Fungsi kortikal luhur : Dalam batas normal
c. Fungsi kognitif : Dalam batas normal
d. Fungsi sensorik : Dalam batas normal
e. Fungsi motorik : Dalam batas normal
f. Refleks cahaya langsung/tidak langsung (+)/(+)
g. Pemeriksaan n. Cranialis & perifer: Tidak dilakukan pemeriksaan
h. Pemeriksaan tekanan intrakranial: Tidak dilakukan pemeriksaan
7
Tidak terdapat gannguan interna dan trauma serta infeksi pada kepala
pasien.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis, didapatkan adanya gejala klinis bermakna
dan menimbulkan penderitaan (distress) berupa cemas juga disertai
dengan jantung berdebar-debar, pusing, keringat dingin, tangan gemetar
serta nyeri ulu hati dan sulit tidur. Sehingga menimbulkan hendaya
(disability) dalam pekerjaan dan penggunaan waktu luang atau senggang.
Hal ini dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status pasien, tidak
ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, berupa halusinasi,
waham, gangguan isi pikiran, dan gangguan psikomotorik. Sehingga
dapat didiagnosis sebagai gangguan jiwa non psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan status interna dan
neurologis diperoleh tidak adanya kelainan yang mengindikasikan
gangguan umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak, berdasarkan
anamnesis pasien tidak memiliki riwayat terjadinya trauma yang berat
pada kepala sehingga diagnosa gangguan mental dapat disingkirkan oleh
karena itu pasien didiagnosis sebagai Gangguan Mental Non Organik.
Berdasarkan deskripsi di atas, pasien didiagnosis secara umum sebagai
gangguan anxietas sebab ditemukan beberapa gejala, seperti cemas,
jantung berdebar-debar, sulit tidur, dan nyeri ulu hati. Keadaan ini juga
berlangsung sejak delapan bulan yang lalu. Sehingga, sesuai untuk
kriteria diagnosis menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV-TR) yaitu gangguan anxietas.
Berdasarkan gambaran kasus di atas, pada pasien ini mengalami suatu
gangguan non psikotik dan non organik. Gangguan anxietas terjadi akibat
trauma yang dialami pasien. Berdasarkan Diagnostic and Statistical
8
Manual of Mental Disorder (DSM IV-TR), pasien dapat dikategorikan
sebagai gangguan stress pascatrauma.
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan organic.
Aksis IV
Stressor psikososial yang dialami oleh pasien adalah adanya trauma
akibat kejadian gempa bumi sehingga pasien takut sendirian dan sekarang
pasien tinggal jauh dengan kedua anaknya.
Aksis V
GAF (Global Assessment of Functioning) scale yang sesuai untuk pasien
ini adalah 60 - 5 berupa gejala sedang (moderate) dan disabilitas sedang.
9
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor penunjang :
a. Dukungan dari keluarga
b. Menyadari kondisinya sakit
c. Kepatuhan minum obat
d. Tidak ada riwayat penggunaan zat
X. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
Kalxetin (Fluoxetin) 10 mg 2x1
Alprazolam 0,25 mg 2x1
Non Psikofarmaka
a. Edukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik;
- Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, dan efek samping pengobatan.
- Memotifasi agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol
setelah pulang dari peerawatan.
- Membantu agar dapat kembali melakukan aktifitas sehari-hari
secara bertahap.
- Menggali kemampuan yang bisa dikembangkan.
b. Edukasi terahadap keluarga
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan yang dialami
pasien agar keluarga lebih memaklumi kondisi pasien
- Menyarankan agar lebih telaten dalam pengobatan pasien
dengan membawa kontrol secara teratur, memperhatikan agar
minum obat secara teratur, dan memberikian dukungan agar
mempunyai aktifitas yang positif.
XI. FOLLOW UP
10
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya
efek samping obat yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, B.J., Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Ed. 2. ECG. Jakarta.
2. Maslim R, 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
3. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
11