BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
cukup tinggi agar diperoleh hasil yang akurat, sehingga nantinya dapat
kadar zat aktif yang mencapai peredaran darah tidak hanya dipengaruhi
bentuk sediaan dan faktor anatomi fisiologi saluran cerna, tetapi juga
individual dan juga untuk mengoptimasi terapi (Shargel dan Yu, 2005).
Sampai saat ini masalah utama pada analisis obat dalam sampel
yang dianalisis (Kawira, 1994). Dalam analisi sini, kesalahan hasil tidak
boleh lebih dari 10 %, tergantung pula alat apa yang digunakan dalam
berbagai jarak waktu setelah pemberian suatu produk obat. Selama obat
toksik. Waktu mulai kerja sama dengan waktu yang diperlukan obat
8
untuk mencapai MEC. Lama kerja obat adalah selisih waktu antara
waktu mula kerja obat dan waktu yang diperlukan obat turun kembali
pada kurva.
kadar puncak dalam plasma dan area di bawah kurva, waktu untuk
dengan dosis dan tetapan laju absorpsi dan eliminasi obat sedangkan
9
II.1.2 Farmakokinetika
2001).
Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan
rangkaian reaksi, yang dibagi dalam tiga fase: fase farmasetik, fase
II.1.1.1 Absorpsi
eliminasi obat.
2, laju absoprsi obat sama dengan laju eliminasi obat dan tidak
pada saat ini lebih cepat daripada laju absorpsi obat, seperti
cerna dan aliran darah ke tempat absorpsi. Laju absorpsi obat ini
II.1.1.2 Distribusi
II.1.1.3 Eliminasi
2003).
melawan zat asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif lagi
1995).
dapat dibedakan menjadi reaksi fase I dan fase II. Reaksi fase I
1990).
mengalami reaksi fase I saja atau reaksi fase II saja (satu atau
kuat. (2) Usia, terutama pada bayi yang baru lahir semua enzim
obat lain, yang bersifat induksi enzim dan inhibisi enzim (Tjay
dkk., 1995).
empedu obat diresorpsi kembali, liur, air mata, air susu dan
yaitu rentang waktu dimana kadar obat dalam plasma pada fase
obat hanya sepertiga dari dosis biasa dan daya larutnya masing-masing
substituent (Tjay dan Rahardja, 2005). Mekanisme kerja dari obat ini
18
dalam reaksi pembentukan asam folat bakteri (Katzung, 2001). Obat ini
dengan khasiat sama, tetapi PP-nya tinggi, rata-rata 70%, dan plasma
sulfadiazine dengan kelarutan dalam urin yang lebih baik dan dieksresi
bebas per desiliter darah. Kadar puncak darah biasanya tercapai 2-6 jam
rasa pahit, bersifat asam lemah yang lebih banyak larut dalam basa
genetik masing -masing di bawah gen dominan (R) dan resesif (r).
asetilator cepat sedikit lebih rendah dari pada asetilator lambat (Ellard,
et al., 1976).
antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat
sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus
yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi
yang merupakan pita spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum
dan daerah tampak disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini
mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi
II.2 Hipotesa
II.2.1 Ha. Profil kadar trisulfa suku Dayak Kanayatn berbeda signifikan
II.2.2 Ho. Profil kadar trisulfa suku Dayak Kanayatn tidak berbeda