Anda di halaman 1dari 135

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah ini diarahkan

menjadi andalan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi, sekaligus dapat berperan

dalam menciptakan peluang lapangan dan kesempatan kerja. Pembangunan

kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan pembangunan daerah Kabupaten

Biak Numfor. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di

bidang tersebut. Pembangunan sektor kepariwisataan diharapkan akan dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) dan memperbaiki kesejahteraan hidup

masyarakat. Berbagai program partisipasi dan bantuan pembangunan kepariwisataan

telah dikembangkan di Kabupaten Biak Numfor, khususnya Biak Timur dan

Kepulauan Padaido oleh lembanga internasional, pemerintah pusat, pemerintah

daerah, lembaga ilmiah, lembaga swadaya masyarakat, swasta dan perseorangan guna

menunjang pengembangan sektor kepariwisataan di daerah ini.

Program pembangunan wisata bahari di kabupaten Biak Numfor diharapkan dapat

menunjang kehidupan ekonomi masyarakat luas, khususnya masyarakat asli

(indigenous people) setempat yang berada di sekitar dan atau dalam lokasi wisata

bahari. Wisata bahari berhubungan dengan pemanfaatan potensi alam bahari yang

berada di daerah ini untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata bahari. Wisata

bahari merupakan kegiatan yang dikaitkan dengan olahraga air, memancing,

berjemur, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar,


balapan mendayung, dan berkeliling taman laut. Kegiatan wisata bahari merupakan

aktifitas yang memerlukan tempat dan peralatan yang memadai serta pengetahuan

yang cukup tentang suatu kawasan bahari. Masyarakat dipandang dapat terlibat dan

atau menunjang dalam kegiatan wisata bahari oleh wisatawan mancanegara dan

domestik dalam penyediaan makanan dan minuman, tempat tinggal (homestay,

cottage), pemandu (guide), pijat tradisional, sarana dan prasarana transportasi,

penyediaan peralatan wisata bahari, hiburan berupa tarian, dan kegiatan – kegiatan

lainnya. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari

diharapkan akan mampu memberikan tambahan pendapatan masyarakat secara

memadai, disamping pendapatan dari sektor pembangunan lainnya.

Pengembangan program pembangunan wisata bahari idealnya akan

mengembangkan pula berbagai jenis lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat

(insitu) maupun masyarakat diluar wilayah (objek) wisata bahari. Kegiatan wisata

bahari idealnya pula akan meningkatkan pelibatan, partisipasi dan peran serta

masyarakat setempat secara aktif didalamnya, sebab masyarakat asli itu bermukim di

sekitar dan atau di dalam objek wisata bahari dilakukan, memiliki lokasi wisata

tersebut sesuai hak adatnya (hak ulayat), kehidupannya masih tergantung dari potensi

sumber daya alam yang ada di wilayahnya (natural endowment), serta kehidupan

sosial ekonominya masih sederhana sehingga perlu ditingkatkan. Kegiatan wisata

bahari diharapkan akan berdampak positif terhadap kesejahteraan (pendapatan)

masyarakat. Finsterbusch (1983 ) mengemukakan studi dampak ekonomi merupakan

studi tentang konsekwensi ekonomi dari suatu rencana kegiatan program

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 2
Padaido dan Biak Timur Daratan
pembangunan. Memfokuskan tentang dampak pada manusia sebagai akibat dari

penerapan kebijakan, program dan proyek pembangunan ( wisata bahari ).

Dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap kehidupan ekonomi

masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat perlu diketahui, dipahami dan

didalami secara baik setelah program pembangunan pariwisata bahari dicanangkan di

daerah ini. Faktor ini merupakan indikator penting tentang sejauhmana program

pembangunan kepariwisataan menguntungkan masyarakat sesuai dengan tujuannya

meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Kecamatan Biak Timur dan

Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor telah ditetapkan oleh pemerintah pusat

dan pemerintah daerah menjadi kawasan wisata bahari. Kondisi pesisir pantai,

terumbu karang (coral reef) dan lautan dinilai memiliki potensi alam yang sangat

potensial dan menarik untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari. Daya tarik

pesisir, terumbu karang, dan kelautan inilah yang membuat pemerintah

menjadikannya sebagai kawasan wisata bahari melalui SK Menteri Kehutanan

No.91/Kpts-97/VI/ 97. Sehubungan dengan kebijakan, program dan kegiatan

pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari maka perlu diketahui

bagaimana dampak program pembangunan wisata bahari terhadap kondisi sosial

ekonomi, khususnya pendapatan masyarakat setempat di kawasan terumbu karang di

Biak Timur Daratan dan kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor.

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dikemukakan beberapa

permasalahan dan atau pertanyaan penelitian sebagai berikut; (1) bagaimanakah

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan kepariwisataan bahari selama ini di

Biak Timur dan Kepulauan Padaido; (2) bagaimanakah kondisi umum pariwisata

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 3
Padaido dan Biak Timur Daratan
bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido; (3) sejauhmana kesiapan dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata bahari didaerahnya; (4) bagaimana

bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di

desanya; (5) seberapa banyak pendapatan masyarakat yang diterima dari kegiatan

wisata bahari di kampungnya (desanya); (6) faktor – faktor apa saja yang

menghambat pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari; dan (7) upaya – upaya

yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor wisata

bahari.

1.2 Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana dampak

kebijakan pembangunan kepariwisataan bahari di Kabupaten Biak Numfor terhadap

perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya pendapatan masyarakat di

kawasan pesisir dan terumbu karang (coral reef) di Biak Timur Daratan dan

Kepulauan Padaido, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

(1) Mengetahui kebijakan, program dan kegiatan pembangunan wisata bahari di

Kabupaten Biak Numfor, khususnya di Biak Timur Daratan dan Kepulauan

Padaido.

(2) Mengetahui kondisi umum pariwisata bahari di Biak Timur Daratan dan

Kepulauan Padaido

(3) Mengetahui kesiapan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya.

(4) Mengetahui bentuk partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan

wisata bahari dikampungnya.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 4
Padaido dan Biak Timur Daratan
(5) Mengetahui faktor – faktor yang menghambat masyarakat terlibat dalam sektor

wisata bahari didaerahnya.

(6) Mengetahui pendapatan masyarakat yang diterima dari kegiatan wisata bahari di

kampungnya.

(7) Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat dari sektor wisata bahari.

1.3 Sasaran

Penelitian ini dilakukan untuk ikut menunjang meningkatkan pendapatan dan

memberdayakan masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan

Biak Timur Daratan Kabupaten Biak Numfor Propinsi Papua.

1.4 Kerangka Konseptual

Istilah pariwisata secara populer telah digunakan masyarakat secara luas, baik

dikalangan instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat, sungguhpun demikian

istilah pariwisata perlu diberi arti sesungguhnya. J. Cristopher Holloway dalam

Pendit (1999) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kepergian orang – orang

sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat – tempat tujuan di luar tempat

tinggal dan bekerja sehari – harinya serta kegiatan – kegiatan mereka selama berada

di tempat – tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud,

termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ ekskursi. Bergeraknya orang –

orang ini dapat dilukiskan sebagai berikut; banyak orang meninggalkan tempat

kediaman atau rumah mereka untuk pergi buat sementara waktu ke tempat lain

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 5
Padaido dan Biak Timur Daratan
(orang – orang yang berbuat ini kebanyakan berasal dari luar negeri) dengan tujuan

benar – benar sebagai konsumen biasa dan sama sekali tanpa tujuan mencari nafkah

atau pekerjaan di tempat yang dikunjungi sementara itu. Orang – orang ini sebagai

orang konsumen yang tidak menghasilkan tetapi mengeluarkan uang mereka untuk

kebutuhan selama kunjungan mereka. Adanya orang – orang luar tersebut dalam

kenyataannya menambah hasil pendapatan masyarakat setempat dan perpajakan

bagi tempat yang mereka kunjungi.

Robert Mc Intosh dalam Pendit (1999) mengemukakan bahwa pariwisata

adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis,

pemerintah, tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan

melayani wisatawan – wisatawan ini serta para pengunjung lainnya. Didalam

Undang – Undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan dikemukakan

pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di bidang

tersebut. Sesuai PATA (Pasific Asia Travel Association) dalam Twelft Annual

Conference Working Paper, Jakarta 1963 dikemukakan bahwa istilah wisatawan

pada prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang – orang yang sedang mengadakan

perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 ( tiga ) bulan di

dalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri dimana biasanya ia tinggal.

Mereka ini meliputi :

1. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang – senang,


untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya.
2. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri
pertemuan, konferensi, musyawarah, atau didalam hubungan sebagai utusan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 6
Padaido dan Biak Timur Daratan
berbagai badan atau organisasi ( ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik,
olahraga, keagamaan, dan sebagainya ).
3. Orang – orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis.
4. Pejabat pemerintah dan orang – orang militer beserta keluarganya yang
diposkan disuatu negara lain hendaknya jangan dimasukkan dalam kategori ini;
tetapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka hal ini dapat
digolongkan sebagai wisatawan ( PATA, 1963)
Wahab (1989) mengemukakan bahwa bentuk pariwisata dapat dibagi sebagai

berikut;

(1) menurut jumlah orang yang bepergian, dibedakan menjadi :


(a) Pariwisata individu
(b) Pariwisata rombongan
(2) menurut maksud bepergian, dibedakan menjadi ;
(a) Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai
(b) Pariwisata budaya
(c) Pariwisata pulih sehat
(d) Pariwisata sport
(e) Pariwisata temu wicara
(3) menurut alat transportasi, dibedakan menjadi ;
(a) Pariwisata darat (bis, mobil pribadi, kereta api)
(b) Pariwisata tirta ( laut, danau,sungai )
(c) Pariwisata dirgantara
(4) menurut letak geografis
(a) Pariwisata domestik nasional
(b) Pariwisata regional
(c) Pariwisata internasional
(5) menurut umur ( umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan )
(a) Pariwisata remaja
(b) Pariwisata dewasa
(6) menurut jenis kelamin

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 7
Padaido dan Biak Timur Daratan
(a) Pariwisata pria
(b) Pariwisata wanita
(7) menurut tingkat harga dan tingkat sosial
(a) Pariwisata taraf lux
(b) Pariwisata taraf menengah
(c) Pariwisata taraf jelata ( Wahab, 1989 ).

Dari kerangka konseptual tentang kepariwisataan diatas menunjukkan bahwa

kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan bahari akan berdampak terhadap

berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan sosial ekonomi

masyarakat.

Kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan akan berdampak terhadap

perkembangan dan atau perubahan kondisi ekonomi setempat dan berbagai pihak

lainnya. Para wisatawan sebagai orang konsumen yang tidak menghasilkan tetapi

mengeluarkan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan selama kunjungan mereka

disuatu tempat wisata yang dalam hal ini adalah Biak Timur daratan dan Kepulauan

Padaido dipastikan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat. Adanya orang – orang luar tersebut (wisatawan) dapat

menambah hasil pendapatan masyarakat setempat melalui berbagai keterlibatan

masyarakat dalam kegiatan dan usaha jasa yang dilakukan oleh masyarakat.

Pariwisata adalah gabungan gejala yang timbul dari interaksi wisatawan, swasta,

pemerintah, dan masyarakat. Analisa dampak pembangunan wisata bahari terhadap

pendapatan masyarakat terumbu karang, dapat diklasifikasikan dalam studi dampak

sosial ekonomi. Menurut Carley dan Bustello (1984:5) ruang lingkup dampak sosial

meliputi aspek demografi, sosial ekonomi, institusi dan psikologis dan sosial

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 8
Padaido dan Biak Timur Daratan
budaya. Dampak ekonomi meliputi angkatan kerja, kesempatan kerja, perubahan

pendapatan, kesempatan berusaha, dan pola tenaga kerja.

Canadian Environmental Assessment Review Council ( CEARC ) yang dikutip

oleh D’Amore (1986:2) merumuskan ruang lingkup studi dampak sebagai berikut:

1. Perubahan yang berhubungan dengan kependudukan


2. Perubahan yang berhubungan dengan aspek ekonomi
3. Perubahan yang berhubungan dengan aspek budaya
4. Perubahan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dimana penduduk
sangat tergantung (mis. Terumbu karang, pesisir pantai, kelautan, dan lainnya)
5. Perubahan yang berkaitan dengan fasilitas publik (mis. pembangunan sarana
dan prasarana wisata bahari, pengembangan jasa wisata bahari, dan lainnya).

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14/ 1994 menyebutkan bahwa rona

lingkungan ekonomi dalam analisa dampak meliputi:

1. Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha (mis. guide, souvenir, makanan dan
minuman).
2. Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam (penyewaan lokasi wisata
bahari untuk lembaga adat atau pemilik hak ulayat)
3. Tingkat pendapatan penduduk (masyarakat Biak timur daratan dan Kepulauan
Padaido)
4. Sarana dan prasarana perekonomian (mis. penyediaan sarana dan prasarana
wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido)
5. Pola pemanfaatan sumber daya alam (pola pemanfaatan objek wisata bahari di
Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido)

Lang dan Armour (1981:89) mengemukakan bahwa perkiraan dampak adalah suatu

proses untuk menentukan siapa yang akan terkena dampak, dengan cara (melalui

proses) seperti apa dan untuk berapa lama dampak itu berlangsung. Secara ringkas

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 9
Padaido dan Biak Timur Daratan
peneliti harus menyajikan; (1) siapa yang terkena dampak (who are going to be

affected). Siapa menujukkan pada berapa orang yang terkena, ciri – ciri mereka

bagaimana (umur, pekerjaan ; sebagai nelayan, petani, pedagang, pemerintahan, dll,

pendidikan ; SD, SMP, SMA, Akademi/ Universitas, suku bangsa ; Biak dan non

Biak, kelompok masyarakat; tokoh masyarakat, pemerintah dan sebagainya). Siapa

juga bisa menunjukkan satuan analisa; individu (kepala keluarga), keluarga (istri,

anak, menantu,dll) atau masyarakat; (2) dalam bentuk apa ( in what way ) mereka

terkena dampak, misalnya penduduk yang berada di sekitar atau dalam kawasan

wisata bahari berdampak dalam bentuk pekerjaan sebagai pemandu, penyedia

transportasi, pengelola cottage/ homestay, penyedia makanan dan minuman,

penyedia honai/ pondokan, dll; dan (3) berapa lama dampak itu berlangsung.Dalam

penelitian diambil rentang waktu 5 tahun kebelakang. Dampak kegiatan pariwisata

dari segi ekonomi sangat penting diketahui, karena hampir semua negara (suatu

masyarakat) mengukur posisi dan manfaat pariwisata dalam suatu kaitannya dengan

penerimaan ekonominya. Dampak ekonomi wisata antara lain:

(1) Akibat terhadap neraca pembayaran


(2) Akibat untuk kesempatan kerja
(3) Akibat dalam mendistribusikan pendapatan
(4) Hasil ganda (multiplier effect)
(5) Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu
(6) Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak)
(7) Hasil “tiruan” yang mempengaruhi masyarakat
(8) Keperluan lainnya (wahab, 1989 )

Dalam pemahaman konseptual seperti ini maka penelitian ini berupaya untuk

mengetahui secara mendalam tentang sejauhmana kebijakan, program dan kegiatan

wisata bahari di Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido berdampak terhadap

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 10
Padaido dan Biak Timur Daratan
kondisi sosial ekonomi masyarakat, khususnya pendapatan keluarga. Indikator

dampak sosial ekonomi menggunakan analisis dalam kerangka konseptual analisis

dampak sosial ekonomi.

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Biak Numfor, khususnya di Biak timur

Daratan dan Kepulauan Padaido. Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh beberapa

pertimbangan; (1) ditetapkan sebagai daerah wisata bahari secara nasional dan

daerah; (2) terdapat kebijakan, program dan kegiatan wisata bahari di daerah ini; (3)

terdapat masyarakat asli yang berada disekitar dan dalam kawasan wisata bahari;

(4) perlu diketahui sejauhmana dampak program pembangunan wisata bahari

terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya pendapatan masyarakat di

kawasan terumbu karang. (lihat Bagan Alir Penelitian)

Tabel 1
Jumlah Responden pada lokasi penelitian di Biak Timur dan Padaido

NO BIAK TIMUR Jumlah NO PADAIDO Jumlah


Responden Responden
1 Desa Saba 8 1 Desa Wundi 4
2 Desa Wadibu 7 2 Desa Pasi 4
3 Desa Anggopi 6 3 Desa Samber Pasi 3
4 Desa Anggaduber 10 4 Desa Mbromsi 6
5 Desa Animi 4 5 Desa Nyansoren 16
6 Desa Tanjung Barari 5 6 Desa Meosmangguandi 2
7 Desa Padaidori 5

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 11
Padaido dan Biak Timur Daratan
Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data lapangan menggunakan metode observasi, wawancara

menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (depth interview) dan dokumentasi.

Metode wawancara menggunakan kuesioner dilakukan terhadap sejumlah anggota

masyarakat di kedua wilayah wisata bahari yang diketahui pernah terlibat kegiatan

wisata bahari di daerahnya. Metode depth interview menggunakan pedoman

wawancara dilakukan terhadap stakeholder tokoh masyarakat, lembaga swadaya

masyarakat, swasta, pemerintah dan pihak Coral Reef Management Program

(COREMAP) yang merupakan pihak – pihak yang dipandang lebih mengetahui

baik perkembangan dan persoalan pembangunan wisata bahari di daerah Biak timur

daratan, kepulauan Padaido dan Kabupaten Biak Numfor umumnya. Kesulitan yang

dihadapi dalam penghitungan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari

antara lain: (1) periode waktu penerimaan pendapatan dari sektor wisata

diperhitungkan 5 (lima ) tahun terakhir sehingga cukup sulit bagi masyarakat untuk

memastikan jumlah penerimaan pendapatan yang diterima secara pasti, tepat dan

rinci serta bentuk – bentuk pengeluaran pendapatan, (2) sumber pendapatan dari

sektor wisata bahari tidak secara terus menerus sepanjang tahun sehingga cukup

sulit untuk menentukan secara pasti rata-rata pendapatan selama 5 (lima) tahun

terakhir,(3) penerimaan pendapatan dari sektor wisata bahari terkadang bukan

dalam bentuk uang tunai (cash), (4) tidak semua kegiatan wisata bahari di

kampungnya, (5) kemampuan masyarakat untuk mengingat yang relatif masih

lemah (terbatas), (6) kadang masyarakat tidak menyadari bahwa kegiatan dan

pendapatan yang dikerjakan dan diperoleh merupakan hasil dari sektor wisata

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 12
Padaido dan Biak Timur Daratan
bahari. Hambatan teknis lainnya adalah keadaan musim angin dan gelombang yang

terjadi dimana dalam sebulan cuaca bisa berubah dalam hitungan minggu.Bila

minggu pertama teduh dan tenang maka minggu berikutnya angin dan

bergelombang.

Tabel 2
Stakeholder Biak Timur Dan Padaido
Jabatan Stakeholder Keterangan Stakeholder Keterangan
Biak Timur Padaido
TOMAS 2 orang 5 orang Ka. Adat
LSM 1 orang Runsram 1 orang Runsram, Pengelola cottage
Pemerintahan 3 orang Kades, Sekdes 2 orang Camat, kades

Tabel 3
STAKEHOLDER KOTA BIAK
Jabatan Jumlah Keterangan
Stakeholder
DIPARDA 1 Ka. Diparda
BAPPEDA 1 Ka. Bappeda
COREMAP 2 Koord. MCS
AKADEMI 3 LIPI, Uncen
HOTEL 1 Manager Hotel Arumbai
TRAVEL 1 Manager Biak Paradise
DIVING CENTRE 1 Pemandu selam pada Biak Diving

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 13
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pengumpulan data – data sekunder juga dilakukan di berbagai institusi yaitu;

Diparda, Coremap, Biak Diving untuk mendapatkan gambaran (kejelasan) yang

lebih baik tentang semua aspek yang berhubungan dengan pembangunan wisata

bahari dan aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan wisata bahari di

kawasan Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido.

Data primer yang diperoleh dari kuesioner diproses menggunakan SPSSpc untuk

mendapatkan berbagai hasil analisis antara lain; jenis , intensitas , ciri, determinan

keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari, perubahan pendapatan

responden, jenis imbalan jasa, bentuk pelayanan dan biayanya, serta jenis pekerjaan

dan jumlah pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari yang dibutuhkan untuk

menjelaskan dampak pembangunan pariwisata bahari terhadap sosial ekonomi

masyarakat. Analisis data menggunakan metode deskriptif analisis memanfaatkan

data-data hasil pengolahan SPSSpc, wawancara mendalam dan data sekunder.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 14
Padaido dan Biak Timur Daratan
Bagan Alir Penelitian

Dampak Wisata Bahari


Terhadap Pendapatan
Masyarakat Kawasan
Terumbu Karang di
Kepulauan Padaido dan Biak
Timur Daratan

Hipotesis Observasi Awal Studi Literatur

Analisis Permasalahan

Penentuan Teknik Pendekatan


Penelitian

Kondisi Sosek Pengumpulan Data Primer


Masyarakat

Pengolahan Data

Analisis dan Interpretasi

Output Penelitian

• Laporan
• Peta Selam dan
gambar Wisata
Bahari

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 15
Padaido dan Biak Timur Daratan
BAB II

KONDISI LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis dan Kegiatan Wisata Bahari Biak Numfor

Secara geografis Kabupaten Biak Numfor terletak pada Bujur Timur 134° 47′ –

136°, dan Lintang Selatan pada 0° 55′ - 30°2′. Luas wilayah sekitar 3.130 km2.

Terdapat sekitar 66 pulau terdiri dari 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Biak, Pulau

Supiori dan pulau Numfor, serta terdapat 62 pulau – pulau kecil yang berada di

sekitarnya, yang merupakan pulau – pulau terumbu, seperti Kepulauan Padaido atas,

Padaido bawah dan Supiori. Secara administrasi, sebelah Utara berbatasan dengan

samudera Pasifik, sebelah Timur berbatasan dengan samudera Pasifik, sebelah Barat

berbatasan dengan selat Woniai, dan sebelah selatan berbatasan dengan selat Yapen.

Topografi wilayah mempunyai kemiringan yang bervariasi. Daerah dataran terdiri

dari dataran rendah, landai, berbukit-bukit, dan berbentuk jajaran perbukitan dengan

ketinggian maksimum 150-200 meter diatas permukaan laut. Terdapat daerah dengan

ketinggian 10-40% dengan tebing-tebing curam mencapai ketinggian 25-50 meter,

serta lereng-lereng curam yang mencapai ketinggian 25-50 meter, serta lereng-lereng

karang dalam komposisi berteras dengan kemiringan lebih dari 20%. Gunung

tertinggi terdapat di Kepulauan Supiori (100-300 meter). Di sebelah Barat dan Utara

pulau Biak terdapat daerah yang bergelombang dengan ketinggian antara 100-200

meter di atas permukaan laut, kemudian membentuk gugusan perbukitan yang

membentang dari arah Barat ke Timur. Semakin ke sebelah Timur daerah ini

membentuk pesisir, kadang terdapat daerah datar berkarang bergelombang menyebar

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 16
Padaido dan Biak Timur Daratan
di sepanjang garis pantai, diselingi dengan pantai berpasir yang panjangnya berkisar

100-200 meter.

Pulau-pulau kecil terdapat di sekeliling Pulau Biak dan Supiori, meliputi gugusan

pulau-pulau Padaido Atas, Padaido Bawah, Pulau Numfor, Pulau Rani,

Meosmangguandi, Meospuri, Meospandi, dan Meoswundi. Topografi pulau-pulau

tersebut bervariasi, seperti; daerah dataran, berbukit-bukit kapur di bagian tengahnya

atau di sekeliling pesisir pulau. Terdapat pulau-pulau yang datar dengan ketinggian

antara 0-5 meter dari permukaan laut, dikelilingi pantai pasir putih yang indah

(yenandir bepyun) sebagai objek wisata pantai. Pulau-pulau kecil ini dikelilingi coral

reef (rose) yang luas, seperti yang terdapat di Kepulauan Padaido dan Biak timur

daratan. Kondisi pasir putih dan dan terumbu karang (coral reef) ini kini telah

menjadi potensi wisata bahari yang dikembangkan oleh pemerintah daerah Biak

Numfor, lembaga swadaya masyarakat (Runsram), swasta dan masyarakat asli di

wilayah tersebut.

Iklim di daerah Biak Numfor, khususnya Biak Timur daratan dan Kepulauan

Padaido dipengaruhi oleh perubahan cuaca setiap tahun oleh karena bertiup angin

secara bergantian dari arah Timur ke Barat disebut wamuren (dalam bahasa daerah

setempat), dan dari arah Barat ke Timur disebut wambaren (dalam bahasa daerah

setempat). Kondisi angin setiap tahun sangat mempengaruhi pula perilaku atau

kegiatan masyarakat setempat didaerah perairan. Pada musim angin menciptakan dan

atau menyebabkan gelombang (ombak) besar yang sangat membatasi pergerakan atau

aktivitas masyarakat setempat dan wisatawan yang ingin berwisata ke Kepulauan

Padaido. Pada bulan-bulan musim gelombang praktis kegiatan wisata bahari di

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 17
Padaido dan Biak Timur Daratan
Kepulauan Padaido tidak bisa berlangsung secara baik dan atau sangat terbatas. Pada

musim gelombang sekitar bulan September sampai dengan Januari setiap tahun

umumnya kegiatan masyarakat nelayan di lautan praktis berhenti pula, seperti

pelayaran, penangkaran ikan, mobilitas dari kepulauan Padaido ke kota Biak dan

sebaliknya serta penyeberangan antar pulau lainnya. Kondisi arus dipengaruhi pula

oleh kondisi musim atau angin juga sehingga mempengaruhi kegiatan dan atau

aktifitas masyarakat nelayan dan wisatawan manca negara maupun domestik. Kondisi

arus yang cukup bergerak kuat kurang menguntungkan atau memberi keamanan

secara tehnis bagi kegiatan penyelaman wisatawan di perairan kepulauan Padaido,

sebagimana diungkapkan seorang anggota LSM yang biasa mengelola wisata bahari

terhadap wisatawan manca negara atau turis internasional.

“…..objek wisata bahari di Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan


menghadapi kendala periode musim gelombang yang berlangsung selama
kurang lebih 6 (enam) bulan di daerah ini. Praktis semua kegiatan wisata
bahari terhenti pada periode musim gelombang. Para wisatawan asing
(manca negara) maupun domestik serta masyarakat setempat sudah
memahami kondisi alam ini. Kondisi geografis (alam) ini pula yang cukup
berpengaruh terhadap pengembangan wisata bahari di wilayah ini, selain
faktor-faktor lainnya….”

Dalam kondisi geografis demikian maka kegiatan wisata bahari praktis hanya bisa

berlangsung sekitar 6 (enam) bulan dalan satu tahun. Kondisi seperti ini memang

berbeda dengan objek wisata bahari lainnya di Indondesia seperti Bali dan Menado

(bunaken) dimana kegiatan wisatanya bisa berlangsung setiap tahun. Pengaruh musim

ini berakibat pula terhadap semakin kecilnya dampak pembangunan pariwisata bahari

terhadap ekonomi masyarakat kawasan terumbu karang. Posisi geografis kabupaten

Biak Numfor memang sangat memungkinkan untuk pengembangan pembangunan

pariwisata, khususnya wisata bahari oleh karena secara internal memiliki potensi alam

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 18
Padaido dan Biak Timur Daratan
bahari yang sangat menarik untuk pengembangan wisata bahari. Kawasan terumbu

karang (coral reef), pesisir, dan biota laut yang ada di daerah ini merupakan salah

satu yang terbaik di dunia sehingga sangat menguntungkan secara ekonomi apabila

dikelola secara profesional dan melibatkan masyarakat secara proporsional. Secara

eksternal posisi geografis daerah ini juga tidak terlepas dari tata kawasan tersebut

terhadap jaringan transportasi nasional dan internasional (apabila penerbangan

internasional di buka kembali) yang akan memperlancar pergerakan wisatawan

internasional dan mancanegara. Pada saat ini wisatawan internasional ke wilayah ini

menggunakan penerbangan rute nasional, tetapi apabila penerbangan internasional

dibuka kembali maka akan sangat mendukung mobilitas turis manca negara ke objek-

objek wisata bahari di wilayah ini.

2.2 Transportasi dan Wisata Bahari di Biak

Kabupaten Biak Numfor pada beberapa saat lalu masih memiliki kemungkinan

sebagai bagian dari kecenderungan umum jaringan transportasi (wisatawan)

internasional yang melintas dan atau singgah memanfaatkan sarana dan prasarana

wisata bahari di Biak Numfor, khususnya wisata bahari di Biak Timur daratan dan

kepulauan Padaido, sebelum wisatawan mancanegara itu melanjutkan ke tujuan

utama. Keadaan ini bisa dipertahankan dan dikembangkan apabila tersedia sarana dan

prasarana wisata bahari yang mampu menarik wisatawan mancanegara. Pembukaan

penerbangan internasional akan sangat mendukung pengembangan wisatawan bahari

ke daerah ini. Hingga kini (Oktober 2002) penerbangan internasional melalui bandara

internasional Frans Kaisepo belum dibuka sejak ditutup beberapa tahun lalu.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 19
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pengembangan penerbangan kota besar di Asia Tenggara dan Pasifik atau Australia

Utara, sebagai asal generasi wisatawan akan bisa diharapkan untuk menunjang

pengembangan wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido. Potensi

wisata di daerah ini bisa menjadi “pintu gerbang” yang berfungsi “mendistribusikan”

dan “menahan” wisatawan mancanegara dan atau domestik apabila materi wisata

bahari dapat semakin berkualitas atau berkembang di Biak Timur Daratan dan

Kepulauan Padaido akan menjadi daya tarik utama wisatawan bahari.

Pengembangan pariwisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido

serta tempat wisata bahari lainnya, sangat erat kaitannya dengan pengembangan

sektor transportasi atau perhubungan, khususnya wisatawan mancanegara atau

wisatawan internasional, sebab wisatawan domestik belum bisa diharapkan untuk

dapat memanfaatkan, menggunakan dan menikmati secara maksimal objek wisata

bahari. Wisatawan domestik secara ekonomi belum terlalu mampu untuk memberikan

kontribusi ekonomi atau pendapatan terhadap masyarakat setempat. Kemampuan

wisatawan domestik untuk memanfaatkan atau menggunakan sarana dan prasarana

penunjang wisata bahari umumnya lebih terbatas di bandingkan wisatawan manca

negara. Pengeluaran dana wisatawan mancanegara untuk berbagai kebutuhannya

dalam wisata bahari biasanya lebih banyak sehingga akan lebih bisa mendukung

secara baik pengembangan wisata bahari di daerah ini.

Secara internal kondisi transportasi dari kota Biak ke lokasi wisata bahari di Biak

Timur Daratan sudah cukup bagus, karena merupakan jalan raya yang sudah beraspal.

Jalan menuju kampung (desa) Saba, Wadibu, Anggopi, Anggaduber, Animi, Tanjung

Barari dapat ditempuh melalui rute jalan raya dari Kota Biak. Waktu yang dibutuhkan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 20
Padaido dan Biak Timur Daratan
setiap wisatawan dari kota Biak ke tempat-tempat wisata (kampung-kampung) itu

sekitar 45-65 menit sehingga tidak terlalu lama. Sarana transportasi yang dapat

dipakai seperti kendaraan umum dan kendaraan roda dua. Sarana dan prasarana

trasportasi yang dapat dipakai seperti kendaraan umum dan kendaraan roda dua.

Sarana dan prasarana transportasi yang baik sangat menunjang pengembangan

kegiatan wisata bahari di Biak Timur Daratan, walaupun memang dipahami kondisi

transportasi yang baik itu hanya merupakan salah satu faktor penunjang

pengembangan wisata bahari di daerah ini, masih ada determinan lainnya yang

mempengaruhi perkembangan wisata bahari di daerah ini. Biasanya para wisatawan

mancanegara dan domestik yang ke Biak Timur daratan menggunakan mobil sewaan,

sedangkan masyarakat kota lainnya biasanya menggunakan kendaraan umum

(angkot), kendaraan pribadi dan roda dua.

Sarana transportasi ke Kepulauan Padaido dari kota Biak selama ini menggunakan

perahu tempel (motor Jonson) yang jadwal keberangkatannya tidak tetap. Biasanya

jadwal keberangkatan masyarakat pulang pergi dari kota Biak ke Kepulauan Padaido

ini disesuaikan dengan kepentingan pemilik perahu, kecuali apabila ada seseorang

dan atau suatu kelompok orang mampu menyewa perahu motor maka ia dapat saja

langsung menyewa untuk berbagai kepentingannya, termasuk kepentingan melakukan

kegiatan wisata bahari. Terdapat kebiasaan masyarakat apabila “hari pasar” maka

masyarakat secara bersama-sama menyewa perahu untuk membawa hasil produksi

rumah tangga untuk dipasarkan didaerah perkotaan Biak. Wisatawan sebagian besar

menggunakan perahu sewaan (carteran) menuju objek-objek wisata bahari, namun

ada pula wisatawan yang ikut bersama-sama rute perjalanan masyarakat menuju

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 21
Padaido dan Biak Timur Daratan
ketempat wisata bahari yang ingin mereka tuju. Biaya sewa (charter) perahu motor

untuk perjalanan dari Biak Kota ke Kepulauan Padaido Atas sekitar Rp.500.000-Rp.

600.000, dan apabila hari pasar maka biaya per orang biasanya sekitar Rp. 30.000

dengan waktu tempuh yang dibutuhkans sekitar 3-3,5 jam lamanya, sedangkan biaya

ke Padaido Bawah dari kota Biak kota apabila menyewa satu perahu biasanya sekitar

Rp. 300.000-Rp. 400.000 sedangkan untuk sewa per orang hanya sekitar Rp. 30.000.

Tabel 4
Waktu dan Cara Pencapaian Lokasi Wisata
Di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido

No Objek Wisata Bahari Jarak (Km) Waktu Tempuh Cara Pencapaian


(menit)

1 Tanjung Barari 44 90 Transport darat


2 Pantai Mnurwar 39 85 Transport darat
3 Pantai Animi 38 80 Transport darat
4 Pantai Anggaduber 32 65 Transport darat
5 Pantai Wadibu 27 50 Transport darat
6 Pantai Bosnik 11 30 Transport darat
7 Padaido Atas 75-100 Transport laut
8 Padaido Bawah 180-200 Transport laut
Sumber:DLLAJ, Biak Numfor, 2002
Catatan : Jarak dan waktu tempuh ke Kepulauan Padaido Bawah dan Padaido Atas tergantung dari
desa dan atau pulau mana yang akan dituju.

2.3 Kondisi Geografis Biak Timur Daratan Wisata Bahari

Kondisi morfologi pantai daerah ini sebagai kawasan wisata bahari di Biak

Numfor menunjukkan beberapa keunikan. Kawasan pantai di daerah ini umumnya

sangat curam. Pada lokasi yang landai terutama di kampung Bosnik sebagai salah satu

objek wisata bahari paling terkenal di Biak Numfor hingga kini masih banyak

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 22
Padaido dan Biak Timur Daratan
dijumpai bekas-bekas kapal perang yang kandas, rusak dan menjadi besi tua. LIPI

(1996) menemukan Porites yang berbentuk boulder banyak dijumpai dan tumbuh

rapat di atas bekas kapal-kapal tersebut. Di sekitar Hotel Marauw yang pernah

menjadi hotel bertaraf internasional di Biak Numfor bahkan di Provinsi Papua, yang

diharapkan sebagai faktor pendukung utama pengembangan wisata bahari berskala

internasional di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido, tetapi sayangnya

sekarang disebut masyarakat Biak sebagai rumah atau hotel “hantu” karena tidak

digunakan atau berfungsi lagi karena bangkrut. Pada kawasan pantai di depan bekas

hotel bertaraf internasional ini yang pernah direncanakan menjadi tempat kasino

internasional tetapi ditolak masyarakat ini, pada kedalaman 1 (satu) meter tutupan

karangnya sangat padat (hampir 100%) dan berkurang pada kedalaman 3 (tiga) meter.

Pada kedalaman itu jenis karang yang mendominasinya adalah Montipora dan

Acropora.

Daerah pantai lainnya di Biak Timur daratan berbentuk pantai curam dimana pada

tebingnya didominasi oleh Dendrophylla nigrescens. Kecerahan pada daerah ini

mencapai 26 meter sehingga sangat cocok untuk olahraga selam sebagai salah satu

objek wisata bahari di kawasan ini. Jenis karang (coral reef) yang dijumpai di daerah

ini adalah 42 jenis, semua jenis ini menjadi objek-objek penyelaman yang menarik

untuk para wisatawan yang tertarik dengan kegiatan menyelam sambil menikmati

keindahan alam bawah laut. Sedangkan jenis ikan yang dijumpai sebanyak 155 jenis.

Ikan Napoleon (Cheillinus undulatus) dan beberapa ikan hias (Chromis sp, Caesiosp)

masih banyak di jumpai di kawasan laut di daerah ini. Potensi dan keanekaragaman

ikan laut ini menjadi salah satu potensi wisata bahari di kawasan ini.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 23
Padaido dan Biak Timur Daratan
Secara umum kondisi terumbu karang di kawasan ini masih cukup baik dengan

terlihatnya pertumbuhan karang dibeberapa lintasan. Kondisi ini ditunjang dengan

semakin kuatnya sistem pengawasan terhadap perilaku atau tindakan untuk

pengrusakan terumbu karang. Kelompok masyarakat, lembaga adat, lembaga

agama,lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan pihak keamanan secara

bersama-sama kini melakukan pengawasan yang semakin meningkat terhadap

pengrusakan terumbu karang dan ekosistemnya.wilayah ini memang memiliki pula

potensi bahan dasar pembuatan bom (bom bekas Perang Dunia II) dan beredarnya

bahan beracun (mis. potas)yang digunakan masyarakat Biak untuk menangkap ikan.

Pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat yang semakin baik tentang

pentingnya pelestarian terumbu karang dan ekosistemnya akan menunjang

pengembangan wisata bahari di wilayah ini.

Kondisi terumbu karang yang beranekaragam disertai kehidupan biota lainnya

serta pesisir pantai pasir putih yang indah memang dimanfaatkan untuk kegiatan

wisata bahari, seperti olah raga selam, snorkeling, dan rekreasi pantai. Tetapi selama

ini, pantai disini lebih banyak atau sering digunakan oleh wisatawan domestik

dibanding wisatawan mancanegara, bahkan dapat dikatakan wisatawan asing yang

memanfaatkan kawasan ini untuk wisata bahari relatif masih terbatas. Pengembangan

wisata bahari dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan wisatawan

domestik pun perlu diperhatikan. Kondisi sosial,politik dan keamanan yang kurang

kondusif pada beberapa tahun terakhir ini memang menjadi salah satu hambatan

utama berkembangnya wisata bahari di kawasan ini. Perumahan masyarakat setempat

yang terus berkembang, semakin padat dan meluas serta semakin dekat dengan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 24
Padaido dan Biak Timur Daratan
wilayah pantai wisata juga telah dan atau akan mengurangi rasa nyaman, kebebasan

dan kenikmatan para wisatawan. Masih adanya oknum-oknum yang dipandang

kurang bersahabat karena berlaku mabuk, kurang bersahabat atau faktor lainnya

terhadap wisatawan turut mempengaruhi kemajuan wisatawan bahari di daerah ini.

Kebiasaan masyarakat setempat suka “menonton” wisatawan yang berpakaian bikini

di pantai juga turut mengurangi kenyamanan wisatawan. Tidak adanya batas-batas

wilayah yang tegas kawasan wisata bahari turut pula mempengaruhi kegiatan wisata

bahari di kampung-kampung ini. Berbagai pihak memang perlu melakukan upaya-

upaya integrated dan komprehensif untuk meningkatkan pembangunan wisata bahari

di daerah ini.

“….kitorang (kita semua) harus tau (memahami) bahwa mengelola atau


mengembangkan pariwisata bahari itu tidak mudah, sebab banyak aspek yang
perlu diperhatikan agar wisatawan bisa datang dan menikmati objek-objek
wisata di daerah ini. Jadi, bukan soal potensi alamnya (pantai,pasir, terumbu
karang) saja yang indah dan bagus. Hal-hal seperti ini yang perlu dipahami
oleh semua pihak disini. Pembangunan pariwisata adalah termasuk upaya
mengurangi dan atau meminimalisasi berbagai aspek yang kurang menunjang
pengembangan wisata itu sendiri. Dalam pemahaman seperti ini maka kalau
sekarang wisata bahari kurang berkembang jangan yang disalahkan hanya
pemerintah daerah saja…”(aparat pemerintah,2002)

2.4 Kondisi Geografis Kepulauan Padaido dan Wisata Bahari

Suharsono dan Leatemia (1995) mengemukakan bahwa pulau-pulau di Kepulauan

Padaido dan kawasan yang terletak di bagian kawasan Biak Timur daratan ini

memiliki berbagai karakteristik yang sesuai dengan jenis kegiatan wisata. Hasil

pengamatan juga menemukan pesisir pantai putih, terumbu karang, dan

keanekaragaman hayati yang ada yang dipandang masih baik, bahkan mungkin

semakin baik bersamaan dengan semakin baiknya pula pengetahuan, pemahaman dan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 25
Padaido dan Biak Timur Daratan
kesadaran serta perilaku masyarakat terhadap potensi bahari di wilayahnya.

Pengawasan yang semakin meningkat terhadap penggunaan bom dan bahan beracun

secara signifikan telah meningkatkan perbaikan potensi bahari di wilayah ini. Dalam

berbagai penelitian di wilayah ini memang menemukan ratusan bekas bom yang

dilakukan masyarakat untuk menangkap dan memperoleh ikan dalam jumlah yang

banyak.

Kondisi dan jenis terumbu karang, pantai pasir putih dan keanekaragaman hayati

di kawasan ini tidak jauh berbeda dengan kawasan pantai di Biak Timur daratan.

Luas terumbu karang datarnya sekitar 9.252 Ha dan terumbu karang yang dibawah

permukaan laut > 5 meter dengan luas sekitar 328,2 Ha. Terdapat 3 (tiga) lagoon

yang terletak disebelah pulau-pulau pada puncak terumbu karang pada kedalaman air

laut sekitar 15-25 meter dengan luas sekitar 3.595 Ha. Roman utama dari terumbu

karang di Kepulauan Padaido adalah kehadiran tutupan lamun (rumput laut) pada

puncak terumbu karang seluas 529 Ha dan jenis yang paling banyak adalah Enhalus

acoroides dan Thalassia hempchii, dimana sekitar 90%-100% permukaan lamun

ditumbuhi kedua jenis ini. Wilayah-wilayah terumbu karang ini hampir sebagian

besar dapat dijadikan lokasi wisata bahari.

Potensi pariwisata bahari di Kepulauan Padaido secara alamiah sebenarnya sangat

menjanjikan. Jumlah jenis terumbu karang di berbagai pulau di Kepulauan Padaido

mencapai puluhan sampai ratusan jenisnya, seperti di Pulau Pakreki sekitar 55 jenis

dengan ikan karang mencapai 194 jenis, di Pulau Wundi jenis terumbu karang 49

jenis dan jenis ikan sebanyak 50 jenis, Pulau Auki jenis terumbu karang sebanyak 14

jenis dan jenis ikan sekitar 104 jenis, sedangkan kawasan pantai Biak Timur

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 26
Padaido dan Biak Timur Daratan
ditemukan 42 jenis terumbu karang dan jenis ikan sebanyak 155 jenis. Rata-rata nilai

kecerahan air di Kepulauan ini memenuhi syarat untuk dijadikan wisata bahari. Hal

ini lebih banyak disebabkan tidak adanya pengaruh sedimentasi dari daratan serta

tidak banyak aktivitas lainnya. Morfologi pantai di hampir seluruh pulau-pulau besar

dapat dikembangkan sebagai kegiatan wisata bahari. Berbagai kegiatan wisata bahari

yang dapat dikembangkan seperti selam,snorkeling, selancar angin, memancing ikan,

rekreasi pantai, berlayar dan kegiatan lainnya.

Keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan dan membangun wisata bahari

akan sangat membantu dalam memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan.

Apabila masyarakat setempat dapat merasakan manfaat dari lingkungan bahari yang

mereka pelihara, maka sebenarnya kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada

pengrusakan lingkungan seperti kegiatan pemboman atau penangkapan ikan dengan

racun dapat diminimalkan. Tetapi dengan belum terlalu majunya kegiatan wisata

bahari di kawasan ini oleh karena berbagai hambatan dan keterbatasan maka bisa

dikatakan masyarakat secara umum masih belum terlalu menjaga kelestarian atau

potensi alam bahari di wilayahnya secara baik. Kondisi ini bisa diperhatikan dari

masih adanya beberapa kegiatan penduduk yang dipandang berpotensi merusak

potensi wisata bahari di wilayahnya seperti penggunaan bom ikan, penggunaan potas

dan melakukan cungkilisasi terumbu karang.

Potensi wisata bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido telah

dikembangkan menjadi berbagai jenis objek wisata bahari seperti wisata bahari alam

bawah laut dan tempat rekreasi pantai. Kondisi alami dan keindahan terumbu karang

di daerah ini termasuk menduduki peringkat 35 terbaik didunia. Biak Diving sebagai

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 27
Padaido dan Biak Timur Daratan
sebuah biro pelayanan jasa penyelaman dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(Runsram) yang berada di kota Biak telah memetakan, menetapkan dan

mengembangkan beberapa daerah-daerah penyelaman dan rekreasi pantai bagi

wisatawan mancanegara dan domestik. Beberapa instruktur selam berasal dari eks

pemandu selam hotel Marauw yang kini telah tutup. Keterlibatan langsung Lembaga

Swadaya Masyarakat dalam memberikan jasa pelayanan kegiatan wisata bahari di

Kepulauan Padaido sangat menonjol, sebagaimana diungkapkan Kepala DIPARDA

Kabupaten Biak Numfor (2002).

“…. Swasta belum berperan secara baik dalam pengembangan wisata bahari
di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Pemerintah daerah hingga
kini masih dalam taraf pemberian penyuluhan sadar wisata dan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari, sedangkan
swasta yang berperan adalah yayasan Runsram dalam melakukan pelatihan
dan penyuluhan pada masyarakat dan menjadi salah satu pihak penyedia
jasa pelayanan wisata bahari di dua daerah dimaksud, lebih khusus di
Kepulauan Padaido…”.

“…. LSM memang sebaiknya ikut serta dalam pembinaan masyarakat sebab
mungkin pola yang digunakan LSM lebih tepat daripada pemerintah. LSM
yang sering turun adalah yayasan Runsram yang juga bekerjasama dengan
COREMAP dan Yayasan Kehati (pimpinan Prof. Dr. Emil Salim) dalam
pemberdayaan masyarakat. Walaupun di masyarakat sendiri ada yang
menerima dan tidak menerima. Didalam masyarakat Biak sendiri kadang
yang menjadi “provokator” adalah oknum cendekiawan dan orang-orang
pejabat dan biasanya keluarganya sendiri. Khusus untuk wisata bahari di
Kepulauan Padaido memang menghadapi kendala geografis seperti periode
musim gelombang ….” (Kepala DIPARDA Biak Numfor, 2002).

“….. masyarakat belum mendapat hasil dari kegiatan wisata bahari.Apabila


SDM dan kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah seperti sekarang
maka sulit bagi masyarakat untuk memperbaiki sosial ekonominya melalui
pembangunan wisata bahari di daerahnya. Potensi wisata bahari memang
masih belum dikembangkan secara baik. Kalau Hotel Marauw dapat
difungsikan maka akan berdampak besar terhadap perbaikan sosial ekonomi
masyarakat kawasan terumbu karang ….”
(Bappeda Biak Numfor 2002).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 28
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pernyataan pejabat pemerintah daerah ini mengindikasikan bahwa wisata bahari

belum berdampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pengelolaan

objek wisata bahari walaupun sudah berkembang dan ditunjang berbagai pihak tetapi

dalam proses perkembangannya masih menghadapi berbagai hambatan atau tantangan

secara internal dan eksternal serta fisik dan non fisik. Kedua kawasan wisata bahari

ini memang telah menjadi objek wisata yang berkembang dengan dinamika

perkembangan dan persoalannya tersendiri, serta diharapkan akan bisa menunjang

kesejahteraan hidup masyarakat setempat. Dampak positif pengembangan wisata

bahari terhadap peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat memang

sangat diperlukan.

2.5 Objek Wisata Bahari

DIPARDA Biak Numfor (2002), Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta (Biak

Diving) dan masyarakat telah menetapkan dan mengetahui tempat dan jenis wisata

bahari di Biak Timur dan Kepulauan Padaido sesuai potensi kawasan itu masing-

masing. Kawasan wisata bahari di Biak Timur daratan adalah di Kampung

Saba,Marauw, Wadibu dan Tanjung Barari dengan jenis objek wisata adalah wisata

bahari dan alam dengan daya tarik utama adalah alam bawah laut dan rekreasi pantai.

Sedangkan Desa Anggaduber jenis objeknya selain wisata bahari dan alam termasuk

pula budaya (kesenian). Kawasan wisata bahari di Kepulauan Padaido seperti di

Kampung Wundi, Pasi, Mbromsi, Pulau Dawi, Meosmangguandi, Yeri, dan Pakreki

dengan objek wisata adalah wisata bahari dan rekreasi pantai, khususnya di Kampung

Wundi selain wisata alam dan rekreasi juga ada wisata dengan objek wisata sejarah.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 29
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 5
FASILITAS PENUNJANG WISATA BAHARI & PENGELOLA
DI BIAK TIMUR
LOKASI FASILITAS PENGELOLA
Kampung Saba Homestay 2 bh, penyewaan alat snorkling, masyarakat,
penyewaan perahu dan pemandu Runsram - BPE

Kampung Wadibu Penyewaan alat snorkling, penyewaan perahu, masyarakat,


penyewaan honai, pemandu,sanggar seni ukir Runsram - BPE
MCK
Kampung Animi Sanggar seni ukir masyarakat
Kampung Anggaduber Penyewaan honai 18 bh, penyewaan perahu, masyarakat
pemandu, sanggar seni tarian, MCK, SSB
Kampung Tanjung Cottage 1 bh, penyewaan perahu, MCK Diparda,
Barari masyarakat
Kampung marauw belum memadai -
Kampung Animi belum memadai -
Sumber : Data survei 2002

Tabel 6
FASILITAS PENUNJANG WISATA BAHARI & PENGELOLA
DI PADAIDO
LOKASI FASILITAS PENGELOLA
Kampung Wundi Cottage 1 bh, penyewaan perahu, pemandu, pos Kades,
polisi, MCK, radio panggil (SSB) masyarakat
Kampung Pasi penyewaan perahu, MCK masyarakat
Kampung Mbromsi homestay 12 bh, penyewaan perahu, pemndu, masyarakat
MCK, radio panggil (SSB)
Pulau Dawi (Kampung Cottge 2 bh, penyewaan perahu dan pemandu, masyarakat,
Nyansoren) sanggar seni tarian, MCK Runsram

Kampung Samber Pasi Belum memadai -

Kampung Belum memadai -


Meosmangguandi
Kampung Padaidori Belum memadai -
Sumber : Data survei 2002

Data-data dimaksud menunjukkan bahwa wisata bahari di kedua kawasan tersebut

mencakup wisata alam bawah laut, tempat rekreasi pantai, sanggar seni, sejarah,

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 30
Padaido dan Biak Timur Daratan
atraksi tarian yospan, atraksi kus-kus, dan atraksi burung, sehingga beberapa

diantaranya adalah objek wisata penunjang atau pelengkap wisata bahari, yang

berdasarkan penduduk setempat di daerah ini belum berfungsi pula secara baik dalam

menunjang wisata bahari. Desa-desa yang dipandang sudah berkembang fasilitas

penunjangnya adalah wisata bahari di Kampung Wundi yang banyak ditunjang oleh

pemerintah daerah Biak Numfor, Pulau Dawi yang hampir seluruhnya dikembangkan

oleh Runsram (LSM), dan Kampung Mbromsi, sedangkan di Biak Timur daratan

yang sudah lebih maju adalah di Tanjung Barari (dikembangkan pemerintah daerah),

Kampung Saba,Wadibu, dan Anggaduber (DIPARDA Biak Numfor, 2002 dan data

hasil survei, 2002).

Berbagai fasilitas penunjang wisata bahari yang tersedia lebih banyak

dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat, lembaga swadaya masyarakat

(Runsram) yang juga dibantu pendanaannya dari organisasi NGO internasional dan

nasional, serta dunia swasta. Kondisi ini menunjukkan masyarakat kawasan terumbu

karang belum banyak dan atau mampu terlibat dalam mengembangkan fasilitas

penunjang wisata bahari didaerahnya. Dalam posisi masyarakat seperti ini sudah

dapat diperkirakan kuat dampak positif dari perkembangan wisata bahari akan paling

banyak dinikmati oleh orang atau kelompok non masyarakat setempat (insitu) seperti

pihak LSM Runsram, Biak Diving, hotel, travel dan pemerintah melalui restribusi atas

objek wisata. Dalam proses perkembangannya ditemukan fenomena terjadinya peta

“kekuasaan” kawasan wisata bahari di Kepulauan Padaido, khususnya Pulau Dawi

banyak dikembangkan oleh LSM Runsram, sedangkan untuk kawasan Biak Timur

lebih banyak dikembangkan oleh pihak Biak Diving. Kondisi ini pada taraf tertentu

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 31
Padaido dan Biak Timur Daratan
turut mempengaruhi kemajuan perkembangan wisata bahari di daerah ini. Idealnya

pihak manapun dapat melakukan aktifitas atau pengembangan wisata daerah di setiap

daerah, sehingga pembangunan wisata bahari ditunjang oleh berbagai penggerak

pembangunan wisata bahari.

Idealnya pula semua pihak yang sekarang melakukan berbagai program dan

kegiatan wisata bahari di daerah ini perlu secara bersama memikirkan dan

mengembangkan pola atau model pengembangan wisata bahari yang lebih banyak

melibatkan masyarakat insitu. Kegiatan-kegiatn wisata bahari yang tidak terlalu

melibatkan masyarakat insitu akan mengakibatkan munculnya persepsi dan

pandangan masyarakat bahwa kawasan bahari mereka hanya digunakan dan atau

dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat luar. Dalam posisi pandang masyarakat ini

maka kemungkinan masyarakat tidak akan berusaha secara baik untuk terlibat,

menganggap wisata bahari bukan bagian dari kehidupan mereka, merasa wisata

bahari hanya untuk orang kota saja, dan pada tahap tertentu dukungan masyarakat

terhadap pengembangan wisata bahari akan menurun, dan apabila ini yang terjadi

maka masyarakat bisa saja kemudian menutup, membatasi, dan atau mengurangi

akses orang luar terhadap pemanfaatan atau pengembangan kawasan wisata alam

yang ada di daerahnya. Kondisi seperti ini pada taraf tertentu sudah mulai nampak.

“…. Selama ini masyarakat kita tidak terlalu memperoleh hasil dari kegiatan
wisata bahari yang ada di desa kami. Hampir semua kegiatan wisata disini
hanya dilakukan oleh beberapa orang tertentu atau kelompok tertentu saja dari
kota sana, sehingga yang untung orang luar itu bukan kitorang (kami orang
kampung) …” (masyarakat,2002).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 32
Padaido dan Biak Timur Daratan
Cara pandang masyarakat setempat (insitu) terhadap program dan kegiatan wisata

bahari didesanya merupakan salah satu determinan yang menentukan perkembangan

wisata bahari di daerah ini.

2.6 Kunjungan Wisatawan

Menghitung jumlah kunjungan wisatawan wisata bahari di kabupaten Biak

Numfor memang menghadapi beberapa persoalan yang berhubungan dengan

ketepatan penghitungan dan konsep tentang kunjungan wisatawan, khususnya

wisatawan mancanegara yang dilakukan dinas terkait selama ini. Semakin tinggi

kunjungan wisatawan ke daerah ini maka diharapkan akan semakin tinggi pula

dampaknya terhadap pendapatan masyarakat setempat. Komisi statistik Perserikatan

Bangsa-Bangsa dan IUOTO mempertimbangkan batasan istilah pengunjung

(visitors) sebagai berikut.

“…untuk tujuan statistik, istilah pengunjung dikatakan setiap orang yang


mengunjungi suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa,
dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang
dibayar oleh negara yang dikunjunginya….”.

Batasan tersebut diatas mencakup wisatawan (tourist) yaitu (1) pengunjung

sementara waktu yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang

dikunjungi dan yang tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi

sebagai berikut (a) waktu senggang (leisure) seperti rekreasi, liburan, kesehatan,

studi, agama dan olah raga; dan (b) dunia usaha, keluarga, misi dan pertemuan; dan

(2) pelancong (excursionist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal

kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal

pesiar).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 33
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pada umumnya seorang yang melakukan perjalanan wisata itu dapat dikatakan

sebagai “wisatawan” internasional (international tourist) bilamana dalam

perjalanannya tersebut melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

(a) Mereka meninggalkan tempat dimana ia biasanya tinggal dan melewati


perbatasan wilayah negaranya sendiri.
(b) Dalam melakukan pembayaran untuk keperluan perjalanan wisata itu, orang
tersebut menukarkan mata uangnya sendiri dengan mata uang negara yang
dikunjunginya.
(c) Ia menggunakan waktunya di negara yang dikunjunginya lebih dari 24 jam dan
mendapat pelayanan dari negara yang dikunjunginya.
(d) Dalam melakukan perjalanan wisata yang ia lakukan, ia semata-mata sebagai
konsumen dari hasil aktivitas perekonomian negara yang dikunjunginya tanpa
mencari nafkah ditempat tersebut (Yoeti, 1987 & Wahab, 1988)

Kunjungan wisatawan internasional di Kabupaten Biak Numfor setiap tahun

dicatat oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor dari beberapa sumber data

seperti hotel,travel,lembaga swadaya masyarakat, dan lainnya. Belum diketahui pasti

memang berapa persentase dari wisatawan itu yang memilih kunjungannya

melakukan kegiatan wisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido.

Semakin tinggi jumlah kunjungan wisatawan maka semakin tinggi pula dampaknya

terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Semakin tinggi jumlah kunjungan

wisatawan bahari (mancanegara dan nusantara) maka diharapkan akan semakin tinggi

pula dampak positifnya terhadap kehidupan masyarakat, khususnya pendapatan

masyarakat setempat di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Tetapi harus

diakui bahwa masyarakat belum terlalu siap untuk terlibat dan menunjang oleh karena

berbagai kelemahan atau rendahnya sumber daya manusia.

Masyarakat asli setempat memang belum terlalu siap atau mampu untuk

menyediakan kebutuhan atau keinginan para wisatawan mancanegara secara baik

seperti menyangkut penginapan, transportasi, makan dan minum serta sarana dan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 34
Padaido dan Biak Timur Daratan
prasarana penunjang wisata bahari lainnya. Padahal aspek-aspek ini sangat

dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan wisata bahari didaerahnya dan

memberikan kontribusi pendapatan terhadap masyarakat, walaupun pemerintah

mengharapkan masyarakat dapat lebih berperan dan terlibat dalam wisata bahari

didaerahnya. Walaupun sektor pariwisata merupakan sektor unggulan pembangunan

daerah ini akan tetapi pihak pemerintah daerah kelihatannya belum mendukungnya

pula secara baik. Kondisi ini bisa diperhatikan dari program dan kegiatan serta dana

penunjang yang relatif masih terbatas dilakukan pemerintah daerah. Disisi lain

investasi swasta dalam pembangunan wisata bahari hingga kini walaupun sudah ada

tetapi belum banyak memberikan dampak positif terhadap masyarakat, padahal

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah ini cukup tinggi.

“…. Memang sudah ada swasta yang mengembangkan sarana dan prasarana
penunjang wisata bahari akan tetapi belum ada pengaruhnya langsung pada
masyarakat setempat. Hotel hanya menangani travel saja dan hanya pulang
pergi. Ada pengusaha dari Timika yang telah membangun usaha diving
center (Biak diving) namun masyarakat belum merasakan dampaknya secara
ekonomi. Keterlibatan masyarakat setempat sangat minim. Kendala lainnya
adalah belum ada sarana akomodasi yang memadai. Sudah ada rapat
koordinasi dengan departemen lain namun hanya sebatas wacana
saja….”(Kepala DIPARDA Biak Numfor, 2002).

Keberadaan potensi dan objek wisata, khususnya wisata bahari memang telah

menarik para wisatawan untuk datang di wilayah ini. Data wisatawan mancanegara

dan wisatawan nusantara tercatat di DIPARDA Biak Numfor sebagai berikut.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 35
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 7
Perkembangan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Biak Numfor
Tahun 1992 – 2001

TAHUN WISMAN WISNUS

1992 5.317 4.585


1993 7.817 29.826
1994 4.783 32.663
1995 3.820 28.647
1996 3.560 28.385
1997 5.114 36.122
1998 4.271 27.552
1999 1.478 25.539
2000 2.094 31.485
2001 2.379 24.836

Keterangan : Wisatawan mancanegara ( Wisman ), Wisatawan Nusantara ( Wisnus )


Sumber : DIPARDA Biak Numfor

Data diatas adalah data wisatawan yang berkunjung ke berbagai jenis objek wisata di

Kabupaten Biak Numfor,sehingga termasuk didalamnya jumlah wisatawan

mancanegara dan nusantara (domestik) yang datang ke objek-objek wisata bahari di

Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Belum diketahui pasti dari jumlah

wisatawan tersebut berapa persen yang melakukan kegiatan wisata bahari di Biak

Timur daratan dan Kepulauan Padaido, tetapi berbagai sumber mengatakan tidak

terlalu banyak wisatawan yang menuju ke Biak Timur Daratan, terutama sejak daerah

ini dilanda gelombang tsunami yang merusak permukiman masyarakat dan fasilitas

sosial umum lainnya. Perasaan takut,was-was, dan tidak nyaman para wisatawan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 36
Padaido dan Biak Timur Daratan
akibat bencana alam tersebut turut mempengaruhi volume kedatangan wisatawan ke

Kepulauan Padaido. Daerah Kepulauan ini juga biasa terjadi kecelakaan laut seperti

akibat gelombang besar dan arus laut yang deras mengakibatkan perahu masyarakat

tenggelam dan hilang bersama sejumlah masyarakat yang berada didalam perahu,

sebagaimana yang terjadi pada sekitar 3 (tiga) tahun yang lalu.

Wisatawan nusantara (domestik) memang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding

wisatawan mancanegara. Walaupun demikian wisatawan mancanegara secara

ekonomi umumnya lebih banyak memberikan dampak ekonomi dibanding wisatawan

nusantara. Pelibatan multi pihak yang terkait dalam wisata bahari hotel,travel biro,

pemandu (guide), lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat setempat (insitu)

lebih banyak dilakukan wisatawan mancanegara dibanding wisatawan domestik.

Daerah asal negara wisatawan mancanegara juga menunjukkan tingkat variasi yang

cukup tinggi, seperti data tabel 8 berikut ini.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 37
Padaido dan Biak Timur Daratan
KUNJUNGAN WISATAWAN DI KABUPATEN BIAK NUMFOR
TAHUN 1992 - 2001

NO ASAL NEGARA 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
1 AMERIKA 980 1,362 1,073 290 142 851 1,117 256 286 109
2 AUSTRALIA 139 256 184 155 95 155 268 51 76 39
3 AUSTRIA - - - - - 71 41 17 61 16
4 BANGLADES - - - - - - - 2 20 2
5 BELANDA 876 1,349 1,307 1,476 692 883 776 190 334 238
6 BELGIA 38 75 58 96 30 198 92 16 11 25
7 BRASILIA - - - - - - 7 1 16 -
8 DENMARK - - - - - 11 12 8 23 4
9 FINLANDIA - - - - - 3 - - - -
10 HONGKONG - - - - - - - - - -
11 INGGRIS 65 170 190 139 41 248 168 52 6 21
12 ITALIA - - - - - 56 182 56 23 34
13 JEPANG 278 356 254 417 351 419 215 180 239 41
14 JERMAN 87 135 258 270 367 353 476 203 118 67
15 KANADA 69 142 176 61 45 299 86 36 107 10
16 KOREA 20 31 79 144 157 301 137 68 130 74
17 MALAYSIA 33 75 73 50 29 26 73 42 77 81
18 NEW COLEDONIA - - - - - - - - 4 34
19 NEW ZEALAND 43 55 32 41 6 92 52 1 8 6
20 NIGERIA - - - - - 1 - - 1 -
21 NORWEGIA - - - - - 9 6 - 5 -
22 PERANCIS 78 127 144 155 99 156 70 85 55 14
23 PORTUGAL - - - - - - - - 10 -
24 RRC - - - - - 7 1 14 26 2
25 SINGAPURA 19 35 61 12 27 72 5 14 14 13
26 SWEDIA 13 35 29 40 16 37 36 19 44 8
27 SWISS 44 73 40 53 13 18 80 29 13 11
28 TAIWAN - 3 10 17 14 28 6 6 9 7
29 THAILAND - - - - - 15 25 31 5 6
30 POLANDIA - - - - - - 34 39 3 -
31 PAPUA NEW GUINEA - - - - - 80 1 4 6 -
32 YUGOSLAVIA - - - - - - 14 - 1 -
33 ARGENTINA - - - - - - 10 - 3 -
34 MEXICO - - - - - - - - - -
35 LAIN - LAIN NEGARA 2,535 3,538 815 404 1,436 725 281 77 61 8
Sumber : DIPARDA Kabupaten Biak Numfor

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 38
Padaido dan Biak Timur Daratan
Penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Biak Numfor mulai

terjadi pada sekitar tahun 1998 akhir, dimana bertepatan dengan ditutupnya

penerbangan internasional di daerah ini yang melayani penerbangan Hawai (AS)

langsung ke Biak Numfor (bandara internasional Frans Kaisepo). Penutupan jalur

penerbangan internasional ini juga kemudian disusul ditutupnya pula Hotel Marauw

yaitu sebuah hotel bertaraf internasional di Biak Numfor yang memang semula salah

satunya didesain khusus untuk menunjang pariwisata bahari di Biak Numfor.

Perkembangan (kemunduran) pembangunan penunjang bidang pariwisata bahari itu

terlihat sangat berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke daerah ini, selain

aspek lainnya seperti misalnya gejolak sosial politik (pergerakan kemerdekaan) yang

menyebabkan menurunnya kunjungan wisatawan ke objek-objek wisata. Determinan

pengembangan wisata bahari di wilayah ini memang sangat kompleks, beragam dan

dimensional yang membutuhkan perhatian dari semua pihak terkait apabila

menginginkan kemajuan pengelolaan wisata bahari di pulau karang ini.

Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik di setiap kampung di

Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido memang tidak sama. Terdapat kampung-

kampung yang tingkat kunjungannya tinggi tetapi ada pula yang sangat jarang terjadi.

Pada kampung-kampung yang sering dikunjungi wisatawan maka tingkat pendapatan

masyarakatpun akan lebih tinggi dibanding desa lainnya. Walaupun demikian tidak

semua masyarakat dimana desanya banyak dikunjungi wisatawan juga mendapatkan

pendapatan tambahan dari kunjungan wisatawan, karena ternyata pula hanya

masyarakat tertentu pula dari desa itu yang bisa mendapatkan tambahan pendapatan

karena keterlibatannya dalam kegiatan wisatawan.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 39
Padaido dan Biak Timur Daratan
“….kunjungan wisatawan asing kampung ini sangat jarang sehingga
masyarakat kampung lebih banyak yang terlibat dalam melayani wisatawan
domestik (lokal). Masyarakat dapat pula memperoleh tambahan pendapatan
dari tarif masuk desa yang sudah diberlakukan seperti kendaraan roda dua
sebesar Rp. 1000,-, taxi (angkot) Rp.2000,- dan tarif bus sebesar Rp. 5000,-.
Disamping itu penduduk dapat pula memperoleh tambahan pendapatan dari
hasil penjualan makanan, minuman, dan penyewaan perahu….”(AR, Desa
Wadibu,2002)

“….wisatawan asing biasa datang ke kampung kami untuk melakukan


kegiatan wisata bahari seperti menyelam, snorkeling dan memotret terumbu
karang. Masyarakat selalu siap melayani wisatawan seperti menyiapkan
makanan (keladi barapen dan kelapa muda). Masyarakat dapat memperoleh
sedikit tambahan pendapatan melalui jasa mereka sebagai pemandu dan
menjual makanan dan minuman…” (MM, Desa Saba,2002).

“….kunjungan wisatawan sudah ada di kampung ini tetapi lebih banyak


wisatawan domestik dibanding wisatawan asing. Keterlibatan masyarakat
sebatas menjaga keamanan dari wisatawan dan menjual makanan dan
minuman. Masyarakat memperoleh pendapatan dari kegiatan wisata bahari
tetapi hanya sedikit saja khususnya beberapa orang yang terlibat serta belum
dapat memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat kampung….” (NI,Kepala
Desa Anggaduber,2002).

2.7 Wisata Bahari dan Cenderamata (Souvenir)

Belum terlalu baiknya kondisi sarana dan prasarana serta pengelolaan wisata

bahari juga menyebabkan belum berkembangnya pula secara baik wisata bahari di

daerah ini. Biasanya bersamaan dengan perkembangan pariwisata bahari selalu diikuti

dengan peningkatan kebutuhan cenderamata yang bercirikan papua, khususnya Biak

Numfor yang mudah diperoleh dan dibawa oleh wisatawan. Pada saat ini di kota Biak

jumlah art shop yang bercirikan daerah Biak belum terlalu menonjol dan berkembang

secara baik. Art shop yang berkembang di kota Biak bisa dikatakan masih bercirikan

art shop Papua umumnya yang banyak diwarnai dengan patung seperti patung asmat

yang memang sudah terkenal secara nasional dan internasional, ukiran, panahan, dan

anyaman dari wilayah lain Papua.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 40
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 9
Art Shop di Kota Biak dan Biak Timur
NO NAMA Jenis dan asal barang Alamat Pengelola Keterangan
1 Iriani art shop Kapak batu, gelang, alas Jl. Imam Bapak Herman 25% yang
piring,koteka,patung (wamena), Bonjol, Biak laku terjual
tifa,noken,patung,perahu,
gntungan kunci (biak),kain batik,
t'shrit (jayapura), panah,noken
(nabire)

2 Mutiara sari art Bingkai mutiara, kerang (maluku), Jl. Selat Bapak 25% yang
shop rumah adat (toraja), kapak batu, Makassar, Biak Pattahalang laku terjual
alas piring, gelang (wamena),
keranjang, piring dari kulit kayu,
sisir bambu, kalung dari kerang
laut, gantungan kunci, patung
(biak), gordyn dari manik-manik
(sorong)

3 Pusaka art hop Patung (wamena), tifa, gambar Jl. Selat Bapak Abu 25% yang
diatas kulit kayu (biak), gantungan Makassar, Biak Karim laku terjual
kunci (biak timur)

4 Antika art shop Piring antik (cina), piring (biak), Jl. Erlangga, Bapak Hj. Basri 25% yang
alas piring dari rotn (wamena) Biak laku terjual

5 Bandara Frans Patung (wamena), tifa, gambar Jl. Moh. Yamin, 25% yang
Kaisiepo art shop diatas kulit kayu, gantungan kunci Biak laku terjual
(biak)
6 Sederhana art shop Patung,gelang (wamena),tifa, Pasar Inpres, 25% yang
gantungan kunci(biak) Biak laku terjual
7 Pengrajin Wainjil Perahu adat, tifa + cenderawasih, Anggopi, Biak Sergius Penjualan
patung duduk, patung tempel Timur Rumbewas berdasarkan
pesanan

Sumber : Data survei 2002

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 41
Padaido dan Biak Timur Daratan
Keberadaan art shop ini menunjukkan bahwa pemilik art shop ini semuanyya

bukan berasal masyarakat asli setempat, sebagian besar pemiliknya adalah

masyarakat asal Sulawesi Selatan yang memang menonjol dalam sektor perdagangan,

barang-barang yang dijual sebagian besar bukan produk dari daerah Biak Numfor

melainkan berasal dari daerah-daerah lain yang memang sudah terkenal produk

souvenir-nya, barang dagangan ini kini jarang dibeli orang dan wisatawan

mancanegara serta wisatawan domestik, barang kerajinan dari masyarakat Biak Timur

Daratan ada yang dijual dan atau dititipkan yaitu ukiran anak kunci, sedangkan ukiran

atau kerajinan tangan dari masyarakat kepulauan Padaido tidak ada. Kondisi ini

menunjukkan bahwa pengembangan wisata bahari di Biak Numfor, khususnya di

Biak Timur daratan dan kepulauan Padaido kurang dapat mengembangkan motivasi,

kemampuan, kreasi dan inisiatif masyarakat untuk bisa menciptakan berbagai

produksi rumah tangga dan kelompok untuk dipasarkan pada wisatawan mancanegara

dan domestik guna meningkatkan pendapatan keluarga atau masyarakat,sehingga bisa

menunjukkan dampak program ekonomi pembangunan wisata bahari terhadap

masyarakat melalui art shop dan atau produksi kerajinan masyarakat kurang

berkembang dan berperan dalam memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat ini.

Pendapatan masyarakat setempat yang berasal dari sektor wisata bahari di

daerahnya memang akan dipengaruhi oleh sejauhmana masyarakat mampu untuk

mengembangkan dan atau menciptakan cenderamata. Jenis cenderamata yang berasal

dari Biak Numfor memang telah dibuat oleh pengrajin lokal, sehingga sudah terdapat

berbagai kemajuan yang cukup berarti, walaupun demikian masih sangat terbatas dari

segi kualitas, kuantitas, artistik dan daya tariknya. Seorang aktivis LSM asal Biak

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 42
Padaido dan Biak Timur Daratan
yang banyak terlibat dalam pengelolaan wisata bahari di Kepulauan Padaido

mengemukakan pandangannya tentang kemampuan masyarakat dalam penjualan

cenderamata.

“…..cenderamata khas Biak Numfor kurang terlalu diminati oleh


masyarakat luas disini. Para wisatawan mancanegara jarang sekali yang
membeli cenderamata buatan masyarakat. Banyak cenderamata yang
dititipkan tidak laku, bahkan cenderung rusak karena sudah terlalu lama
disimpan, terutama yang bahan bakunya dari kayu dan dicat dengan cat
yang kurang berkualitas sehingga makin lama makin mengabur
warnanya…”

Seorang tokoh masyarakat di Biak Kota mengemukakan pendapatnya tentang

persoalan cenderamata (souvenir) bisa menjadi salah satu pendapatan masyarakat.

“…..kualitas, estetika dan kekhususan dari cenderamata disini belum terlalu


baik sebagaimana di daerah wisata lainnya seperti Bunaken dan Bali
sehingga wajar saja kurang terlalu diminati oleh wisatawan. Ini tantangan
bagi masyarakat dan pemerintah disini bila menginginkan agar cenderamata
dapat menjadi bagian dari pengelolaan wisata bahari di daerah ini. Kondisi
ini pula yang kemudian menyebabkan masyarakat kurang terlalu berminat
untuk terus mengembangkan kualitas untuk membuat cenderamata yang
lebih menarik bagi masyarakat lainnya, khususnya para
wisatawan.Cenderamata belum berpengaruh baik terhadap penambahan
pendapatan masyarakat…”.

Dengan adanya bakat alam (alamiah), pelatihan dan pendampingan yang dikelola oleh

Kantor Perindustrian, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan organisasi masyarakat

lainnya maka beberapa anggota masyarakat memang telah mampu membuat batik

(beberapa orang saja), ukiran kayu dan anyaman namun masih terbatas

kemampuannya untuk membuat desain baru, artistik, dan kualitas yang lebih baik.

Peralatan ukir yang masyarakat gunakan masih didatangkan dari Jawa.

Dalam kenyataannya memang ditemukan beberapa anggota masyarakat di Biak

Timur Daratan dan Kepulauan Padaido yang memiliki keahlian dalam membuat

kerajinan tangan dari bahan-bahan alam seperti ukiran, pahatan, dan anyaman.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 43
Padaido dan Biak Timur Daratan
Umumnya keahlian ini diperoleh dari generasi sebelumnya. Produksi cenderamata

diantaranya juga karena adanya pemberian ketrampilan dan pengetahuan terhadap

sejumlah anggota masyarakat. Dalam beberapa wawancara dengan stakeholder

diketahui bahwa persoalan pemasaran menjadi hambatan utama pengembangan

pembuatan cenderamata. Kurangnya demand terhadap barang-barang produksi

masyarakat ini menyebabkan banyak pula masyarakat yang menghentikan usahanya

karena mengalami kerugian. Banyak barang-barang di art shop menjadi rusak karena

lama tersimpan dan tidak dibeli wisatawan atau masyarakat lainnya.

Produksi barang-barang souvenir masyarakat kini bahkan biasanya menanti

adanya pesanan dari pemerintah daerah, sebagaimana yang terjadi di Kampung

Anggopi Biak Timur, dalam hal ini Dinas Perindustrian untuk kepentingan pameran

pada tingkat daerah dan nasional yang biasanya pula dilakukan setahun sekali.

Rendahnya permintaan terhadap barang-barang souvenir buatan masyarakat setempat

ini menyebabkan pula para pengrajin mengalihkan pekerjaan pada pembuatan barang-

barang kebutuhan rumah tangga seperti tempat tidur, lemari, meja,kursi,bufet dan

lainnya. Beberapa jenis kerajinan (souvenir) masyarakat asli setempat di Desa

Anggopi antara lain jenis perahu adat (Rp. 25.000 per buah), Tifa dan burung

cenderawasih (Rp. 50.000,- per buah), patung duduk (Rp. 25.000,- per buah), dan

patung tempel (Rp. 50.000,-per buah).

Di kampung Anggaduber sebagian besar pekerjaan kerajinan dikerjakan oleh para

ibu rumah tangga seperti pembuatan tikar dari pohon sagu dengan harga yang

bervariasi mulai dari Rp. 70.000,-(tikar kecil) sampai dengan Rp. 100.000,- ukuran

besar. Penjualan biasa di pasar-pasar umum kota Biak. Kualitas dan nilai artistiknya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 44
Padaido dan Biak Timur Daratan
memang tikar buatan masyarakat ini masih dianggap kalah baik dengan jenis

kerajinan yang sama buatan masyarakat dari Kalimantan yang banyak pula di jual di

pasar Biak sehingga masih diperlukan ketrampilan dan pengetahuan tambahan dalam

memproduksi tikar yang lebih baik kualitasnya. Tikar ini memang tidak diproduksi

masyarakat setempat untuk kebutuhan para wisatawan tetapi lebih untuk kepentingan

masyarakat umum. Di Kepulauan Padaido juga berlangsung proses yang sama,

dimana produksi kerajinan tangan masyarakat untuk kepentingan souvenir juga

umumnya tidak laku terjual, seperti jenis kalung, tas anyaman, tifa, panah, perahu

kecil (mini), hiasan rambut dari kerang, dan lainnya. Kendala utama yang dihadapi

adalah masalah pemasarannya. Sejumlah masyarakat padaido membawa hasil

kerajinannya ketika waktu pasar di kota Biak sehingga diperuntukkan lebih kepada

masyarakat umum dan bukan wisatawan.

Souvenir yang di tempat wisata bahari maju di daerah lainnya sudah menjadi

penunjang kehidupan ekonomi keluarga, ternyata di Biak Timur dan Kepulauan

Padaido belum berlangsung sebagaimana diharapkan. Banyak penyebabnya,

diantaranya pengembangan wisata memang terkait erat pula dengan kualitas tenaga

kerja masyarakat terampil yang memproduksi souvenir berkualitas, artistik dan

spesifikasi dari Biak tersendiri. Secara umum memang kualitas tenaga kerja yang

menunjang pariwisata bahari di Biak Numfor, khususnya di Biak Timur daratan dan

Kepulauan Padaido masih cukup lemah sehingga perlu mendapat perhatian dari

semua pihak terkait. Pengembangan wisata bahari tidak akan baik apabila

sumberdaya manusia yang menunjang wisata bahari masih seperti sekarang. Kondisi

ini bisa menyebabkan dampak program pembangunan wisata bahari terhadap sosial

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 45
Padaido dan Biak Timur Daratan
ekonomi masyarakat kawasan terumbu karang, khususnya pendapatan keluarga

masyarakat akan rendah pula.

2.8 Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan

Kebijakan pembangunan kepariwisataan di Biak Numfor didasarkan pada SK

Menteri Kehutanan No.91/Kpts-97/VI/97 dan UU No. 9 tahun 1990 tentang

penyelenggaraan pariwisata dan Keputusan Menteri Budaya dan Pariwisata No:Kep-

012/MKP/ IV/ 2001 tentang pedoman perijinan usaha pariwisata, merupakan

serangkaian acuan bagi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk melakukan dan atau

mengembangkan program pembangunan wisata bahari. Kebijakan pembangunan ini

didukung dengan kebijakan Pemerintah Daerah Tingkat I Irian Jaya (kini Papua)

dalam Pola Dasar Pembangunan (Poldas) 1989-1994 dinyatakan bahwa sektor

pariwisata merupakan alternatif utama dalam peningkatan pendapatan daerah.

Sesuai rencana pemerintah daerah Propinsi Papua, maka Biak Numfor akan

dijadikan koridor (gerbang masuk) untuk pengembangan daerah tujuan wisata di Irian

Jaya dengan beberapa pertimbangan seperti Biak memiliki rute penerbangan

internasional. (Biak-Hawai-Los Angelas) yang potensial dan strategis untuk

dikembangkan. Di Biak terdapat 4 (empat) landasan penerbangan yaitu 2 (dua) di

kota Biak yaitu Frans Kaisepo dan Manuhua, satu di Pulau Owi dan satu di pulau

Numfor yang digunakan perintis. Dalam kerangka pengembangan pariwisata maka

Pemerintah Biak Numfor bekerjasama dengan PT. Biak Tourism Development

Coorporation telah meminta jasa konsultan ECFA (Enginering Consulting Firm

Association) dari Jepang tahun 1990 untuk membuat rencana pengembangan awal

(preliminary development plan). Tahun 1991 PT. Biak Irian Tourism Development

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 46
Padaido dan Biak Timur Daratan
bekerjasama dengan Pusat Studi lingkungan (PSL) UNCEN melakukan studi analisis

dampak lingkungan pengembangan daerah wisata Marauw-Biak Timur. Studi ini juga

dilakukan oleh PT. Gubah Laras bersama Direktorat Jenderal Pariwisata yang lebih

memfokuskan perhatian pada peluang pasar, potensi alam dan budaya yang akan

menjadi objek wisata serta strategi pengembangannya. Namun sangat disayangkan

Hotel Marauw yang sudah membeli lahan seluas sekitar 325 Ha itu dan yang

dipercaya dapat menunjang pembangunan pariwisata berskala internasional di daerah

ini, kini sudah tidak berfungsi lagi alias bangkrut dan kini telah menjadi “rumah

hantu” yang ditakuti masyarakat.

Upaya-upaya yang telah dilakukan dan dikembangkan multi pihak itu

menunjukkan adanya suatu strategi pembangunan pariwisata daerah yang dirancang

terencana dan profesional. Tetapi kegagalan berbagai kebijakan daerah, nasional dan

internasional dalam pengembangan pariwisata Biak Numfor seperti pembangunan

hotel Marauw berskala internasional dan tutupnya penerbangan internasional Biak-

Hawai-Los Angelas sangat memukul program pengembangan pariwisata, khususnya

wisata bahari diderah ini. Padahal selama ini dibukanya penerbangan internasional

dan berfungsinya hotel Marauw, tercatat wisatawan internasional yang berkunjung ke

Biak Numfor mencapai ribuan orang. Tercatat sampai pada akhir tahun 1998

wisatawan internasional mencapai 4.271 orang dan pada tahun 2002 turun menjadi

hanya 2.379 orang wisatawan. (DIPARDA Biak Numfor, 2002). Berbagai usaha

untuk membuka kembali penerbangan internasional terus dilakukan tetapi hingga kini

belum berhasil. Diperkirakan apabila penerbangan internasional dibuka kembali maka

akan terjadi peningkatan kembali jumlah wisatawan yang datang ke kota karang (atol)

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 47
Padaido dan Biak Timur Daratan
ini. Selain hotel Marauw sebenarnya sudah tersedia pula sejumlah hotel, travel biro

dan jasa lainnya yang hingga kini siap untuk melayani wisatawan mancanegara dan

nusantara di kota Biak.

2.9 Keterlibatan Multi Pihak (Pemerintah,LSM,Swasta dan lainnya)

1. Pemerintah daerah

Pemerintah daerah Kabupaten Biak Numfor sudah melakukan berbagai upaya

pengembangan program sesuai kebijakan pembangunan kepariwisataan pada tingkat

daerah, propinsi, nasional dan internasional. Pemerintah Kabupaten Biak Numfor

sejak lama telah melakukan berbagai kebijakan, program dan kegiatan, seperti; (1)

mengembangkan kebijakan pembangunan kepariwisataan daerah, (2)

mengembangkan sosialisasi, komunikasi dan edukasi pembangunan wisata bahari

pada tingkat desa (kampung), kecamatan (distrik), kabupaten (Biak Numfor),

propinsi, nasional dan internasional, (3) mengupayakan program peningkatan

partisipasi atau keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan wisata bahari, (4)

pemberian ijin pengembangan wisata bahari kepada semua pihak, (5) melakukan

kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengembangan wisata bahari, (6)

pembangunan sarana dan prasarana wisata bahari di beberapa desa di Biak Timur dan

Kepulauan Padaido,(7) membuat peraturan daerah mendukung pengembangan wisata

bahari,(8) melakukan upaya membuka kembali penerbangan internasional yang

pernah ada sebelumnya,(9) mendukung pengembangan sarana dan prasarana

pendukung wisata bahari, dan (10) melakukan kerjasama pengkajian pengembangan

pariwisata dengan pihak lembaga ilmiah, konsultan dan pihak lainnya.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 48
Padaido dan Biak Timur Daratan
Berbagai kebijakan pembangunan kepariwisataan ini salah satunya ditujukan

untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat setempat kawasan

terumbu karang dalam kegiatan wisata bahari, serta meningkatnya kesejahteraan

hidup masyarakat setempat, khususnya peningkatan pendapatan masyarakat kawasan

terumbu karang. Pada taraf tertentu memang telah terjadi proses perbaikan

pandangan, wawasan, pengetahuan, kesadaran, dan perilaku masyarakat terhadap

program pembangunan wisata bahari. Tetapi proses perbaikan itu belum disertai

dengan perbaikan ekonomi masyarakat yang lebih bermakna sebagai dampak dari

program pembangunan wisata bahari didaerahnya. Berbagai kendala masih cukup

banyak dihadapi masyarakat setempat pada tingkat internal masyarakat sendiri dan

aspek eksternal yang juga turut mempengaruhi pengembangan wisata bahari di daerah

ini.

“…..masalah kepariwisataan, khususnya wisata bahari di daerah ini sangat


kompleks dan tidak mudah menyelesaikannya, karena menyangkut aspek
penguasaan wilayah adat, sumberdaya manusia masyarakat setempat yang
masih rendah, sarana dan prasarana penunjang yang belum mampu
disiapkan masyarakat, kondisi sosial, budaya, politik dan keamanan yang
terkadang kurang menunjang, aspek persaingan, iri hati, kemalasan dan
lainnya…” (Kepala DIPARDA,Kab. Biak Numfor,2002).

“….tidak bisa hanya sosialisasi mengenai jangan merusak terumbu karang


saja. Masyarakat belum mampu menyediakan atau memiliki homestay yang
baik,rumah makan yang bersih serta toilet yang bersih yang dibutuhkan
wisatawan untuk kepentingan wisata bahari, sedangkan yang sudah tersedia
dan dapat dinikmati hanya ikan saja…” (Pimpinan Hotel Arumbai, Biak,
2002).

“….. pemerintah harus memberikan kemudahan, penyediaan sarana dan


prasarana serta dana karena masyarakat secara finansial juga tidak sanggup.
Selain mempersiapkan sumberdaya manusia (pelatihan-pelatihan), dan juga
sangat dibutuhkan baik dari pihak pemerintah maupun swasta….”
(Pimpinan Hotel Arumbai, Biak,2002).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 49
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor masih perlu melakukan berbagai program yang

komprehensif dan integrated untuk terus berusaha meningkatkan partisipasi,

keterlibatan dan penguatan masyarakat dalam upaya semakin meningkatkan peran

dan fungsi masyarakat dalam program wisata bahari di kampungnya masing-masing.

Dalam upaya meningkatkan partisipasi atau pelibatan masyarakat dalam kegiatan

wisata bahari dengan tujuan peningkatan sosial ekonomi masyarakat melalui

pengelolaan wisata bahari, maka pemerintah daerah Papua mengembangkan program

kegiatan berupa pengembangan desa wisata di Kampung Anggaduber tahun 1992

dengan memberikan bantuan dana serta barang kepada masyarakat. Kegiatan lainnya

adalah pelatihan diving kepada sejumlah anggota masyarakat bulan Juli 2002.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Biak Numfor yang menetapkan kawasan Biak

Timur sebagai pengembangan wisata bahari melalui kegiatan sosialisasi sadar wisata

bagi masyarakat sebanyak dua kali. Pembangunan cottage di pulau Wundi dan

Mnurwar. Serta pelatihan diving dilakukan COREMAP pada bulan Februari 2002

yang melibatkan sejumlah anggota masyarakat dari kawasan ini. Program

pengembangan wisata bahari dilakukan kini melalui pembuatan film dokumenter

tentang keindahan alam bawah laut seperti aneka terumbu karang, aneka jenis ikan,

kerang, dan tanaman laut seperti rumpu laut,akar bahar, dan lainnya. Rencananya film

ini akan ditayangkan pada route penerbangan garuda yang melewati 46 negara di

dunia dengan dana bantuan pemerintah kabupaten Biak Numfor sendiri.

Peran pemerintah Kabupaten Biak Numfor melalui DIPARDA juga membangun

cottage di Pulau Wundi dan dikelola oleh Kepala Kampung setempat. Tetapi kembali

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 50
Padaido dan Biak Timur Daratan
pada kunjungan wisatawan di kawasan wisata bahari sebagaimana diungkapkan

kepala Distrik (camat) Kepulauan Padaido (AM).

“….di Pulau Dawi sudah ada homestay yang dibuat berdasarkan kerjasama
antara yayasan Runsram dan keluarga Bapak Zefnat Rumbiak, sedangkan
yang di Desa Wundi dibuat oleh DIPARDA dan dikelola oleh Kepala
Kampung. Kunjungan wisatawan asing dan domestik di Pulau Dawi
memang cukup tinggi tetapi di Desa Wundi jarang ada kunjungan
wisatawan. Sambutan masyarakat bagus dengan keramahtamahan yang
ditunjukkan dan diikuti dengan penjualan beberapa kerajinan masyarakat,
makanan dan minuman, namun kerajinan ini belum ditekuni sebagai sesuatu
mata pencaharian pokok masyarakat. Ada pendapatan tambahan dari
kegiatan wisata bahari walaupun memang tidak banyak. Kelompok
masyarakat yang lebih diuntungkan dalam kegiatan wisata bahari adalah
pemilik transportasi, biro perjalanan, hotel, dan penyedia pelayanan jasa
wisata lainnya”.

Pemerintah Kabupaten Biak Numfor memang masih perlu terus mengembangkan

berbagai strategi untuk semakin meningkatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan wisata bahari, disamping berupaya meningkatkan kunjungan

wisatawan mancanegara dan domestik ke kawasan wisata bahari ini.

2. Lembaga Swadaya Masyarakat (Runsram)

Lembaga Swadaya Masyarakat (Runsram) di daerah ini cukup banyak melakukan

berbagai upaya pengembangan wisata bahari di Kabupaten Biak Numfor. Runsram

sejak lama melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam berbagai hal, seperti

(1) upaya meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat

tentang pentingnya terumbu karang (coral reef) untuk pengembangan wisata

bahari,(2) meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya terumbu karang

dan wisata bahari dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,(3) meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman terhadap masyarakat tentang jenis-jenis keterlibatan

masyarakat dalam wisata bahari,(4) melakukan pemetaan pemanfaatan wilayah

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 51
Padaido dan Biak Timur Daratan
terumbu karang,(5) upaya pengembangan ekonomi masyarakat melalui pembuatan

rumpon,(6) mengembangkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan berbagai fasilitas pelayanan wisatawan bahari didaerahnya,(7)

melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penelitian

dan pengkajian wisata bahari, dan (8) program dan kegiatan penunjang wisata bahari

lainnya.

Lembaga swadaya masyarakat ini perlu pula membentuk Badan Pengelola

Ekowisata (BPE) dimana tujuannya adalah memelihara potensi wisata perairan

termasuk bawah laut bagi kepentingan pariwisata. Pembentukan BPE ini dilakukan

disetiap kampung pada Biak Timur dan kawasan Kepulauan Padaido tetapi belum

berjalan maksimal. Pembentukan ini dilakukan dengan kegiatan sosialisasi pada

masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam bagi kegiatan pariwisata.

Bersama-sama masyarakat juga telah dilakukan pemetaan daerah perairan yaitu

daerah untuk mencari ikan,daerah bebas,daerah konservasi,daerah pelarangan dan

daerah untuk selam bagi wisatawan. Idealnya memang semua kegiatan-kegiatan

dihubungkan dengan issu tentang pariwisata bahari.

Lembaga swadaya masyarakat ini juga berperan dalam menyebarkan informasi

tentang potensi terumbu karang dalam usaha pengembangan pariwisata bahari di

Kabupaten Biak Numfor. Melakukan berbagai kerjasama dengan lembaga

internasional,nasional dan daerah dalam upaya-upaya pengembangan wisata bahari

berbasis potensi sumberdaya alam bahari. Kelompok ini berperan pula menyediakan

fasilitas penunjang wisata bahari, seperti; transportasi, guide,homestay dan penunjang

lainnya di Kepulauan Padaido.Pembangunan homestay dengan sarana dan prasarana

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 52
Padaido dan Biak Timur Daratan
penunjang di pulau Dawi dan beberapa tempat lainnya dilakukan dan atau digerakkan

oleh lembaga ini dengan bantuan penyandang dana. Dalam posisi demikian lembaga

ini selain berperan dalam pemberdayaan masyarakat juga melakukan usaha-usaha

profit oriented yang pada satu sisi dapat menjadi contoh bagi masyarakat, tetapi disisi

lain bisa membatasi masyarakat setempat dalam terlibat dalam kegiatan wisata bahari

di daerahnya. Jaringan kerjasama dengan berbagai pihak cukup banyak sehingga

menjadi LSM yang menonjol dalam sektor pengembangan pariwisata bahari,

khususnya di Kepulauan Padaido yang beberapa pengurusnya berasal dari Kepulauan

Padaido. Tingginya aktivitas LSM ini di Kepulauan Padaido pada taraf tertentu pula

menimbulkan anggapan dalam masyarakat tentang pembagian wilayah operasi

pengembangan wisata bahari dengan kelompok penggerak dan pengusaha wisata

bahari lainnya di daerah ini.

Menyangkut dampak pengembangan wisata bahari terhadap pendapatan

masyarakat di wilayah ini, maka lembaga ini pada taraf tertentu telah melakukan

berbagai upaya berarti. Tetapi upaya itu masih perlu terus dilakukan dari sisi lainnya,

seperti bagaimana agar masyarakat tidak hanya menjadi penyedia kelapa muda dan

ikan bagi kepentingan wisatawan, bagaimana pula membuat sosialisasi agar

penduduk tidak melakukan kegiatan yang kurang menunjang pengembangan wisata

bahari seperti wisatawan (mancanegara dan nusantara) tidak dijadikan tontonan bagi

masyarakat yang membuat rasa tidak atau kurang aman,nyaman, senang dan bebas

menikmati aktivitas wisata baharinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang aspek ini

perlu diberitahukan pada masyarakat sehingga tercipta suatu nilai dan sistem sosial

yang lebih mampu mendukung pengembangan wisata bahari di kawasannya.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 53
Padaido dan Biak Timur Daratan
Bagaimana pula agar tidak semua kebutuhan turis dipenuhi oleh turis itu sendiri.

Upaya-upaya ini akan membuat dampak wisata bahari terhadap perbaikan sosial

ekonomi masyarakat semakin membaik.

3. Biak Diving

Kegiatan wisata penyelaman saat ini banyak dilakukan wisatawan bersama Biak

Diving sebagai pemandu. Menurut pihak Biak diving mereka selama ini selalu

membawa wisatawan ke desa terdekat lokasi penyelaman untuk istirahat dan makan

minum, dan biasanya makanan yang diingini wisatawan adalah ikan dan makanan

laut lainnya serta kelapa muda, dan biasanya mengharapkan masyarakat setempat

yang menyediakannya. Untuk akomodasi biasanya wisatawan menyewa penginapan

di Pulau Wundi dan Dawi serta tergantung dari waktu yang dimiliki wisatawan. Jika

wisatawan hanya punya waktu satu hari untuk menyelam maka setelah aktivitas

mereka langsung pulang ke penginapannya di kota. Sesuai dengan keterangan pihak

biak diving selaku pemandu selam, untuk menyelesaikan penyelaman berdasarkan

peta-peta selam (terlampir) yang telah ada akan membutuhkan waktu sekitar 7-14

hari, sehingga akomodasi dekat lokasi penyelaman sangat dibutuhkan dan diharapkan

akan disediakan oleh masyarakat setempat sehingga dari sisi ini masyarakat setempat

bisa mendapatkan pendapatan tambahan.

Para instruktur penyelam di Biak diving adalah eks penyelam yang dipersiapkan

oleh hotel Marauw internasional. Beberapa diantara penyelam telah mengikuti

pendidikan atau pelatihan selam di Menado. Menurut keterangan kegiatan wisata

bahari saat hotel Marauw beroperasi sudah ramai peminatnya, bahkan telah membuka

web site untuk menjaring tamu datang berwisata bahari di Biak Numfor, namun

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 54
Padaido dan Biak Timur Daratan
setelah hotel ini ditutup wisatawan menjadi menurun. Padahal melalui telepon dan

internet sudah banyak calon wisatawan yang menanyakan dan ingin datang untuk

menikmati wisata bahari di kawasan Biak Timur dan Kepulauan Padaido.Keterlibatan

masyarakat dalam kegiatan wisatawan bahari di hotel ini, ketika itu, cukup banyak

yang bisa menambah pendapatan penduduk setempat. Tetapi masalah yang kadang-

kadang dihadapi pula adalah adanya anggota masyarakat dari kampung-kampung

sekitar tempat penyelaman yang melarang areal kawasan terumbu karang di kunjungi

wisatawan atau digunakan Biak diving untuk menjalankan pengelolaan usaha

baharinya, sehingga ada indikasi didalam masyarakat sendiri terdapat perbedaan dan

atau pertentangan tentang kegiatan dan program pengembangan wisata

bahari.Penyelesaian persoalan ditingkat masyarakat memang perlu dilakukan agar

tidak terjadi persoalan pula antara pihak penyelenggara wisata bahari (Biak diving)

dan masyarakat. Permasalahan ini tentunya akan mempengaruhi perkembangan

wisata bahari yang pada akhirnya pula akan mempengaruhi tingkat dampak positif

kegiatan wisata bahari bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.

Model penyelenggaraan wisata bahari yang dilakukan pihak Biak diving memang

menunjukkan hampir seluruh kegiatan penyelaman didominasi oleh mereka sebagai

penyelenggara. Pendapatan yang diterima pihak pengusaha ini jauh lebih banyak

dibandingkan dengan masyarakat setempat dimana arealnya digunakan untuk

kepentingan penyelaman. Kondisi ini sepertinya sudah mulai dipahami masyarakat

setempat yang kemudian disikapi dengan “melarang”, “menghalangi”, atau

“membatasi” pihak swasta ini melakukan atau mengembangkan kegiatan usahanya di

kawasan terumbu karang “milik” masyarakat itu. Beberapa kebijakan sesungguhnya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 55
Padaido dan Biak Timur Daratan
dapat ditempuh oleh pihak Biak diving untuk supaya masyarakat dapat lebih

kooperatif terhadap penyelenggaraan penyelaman dikawasan terumbu karang itu.

Apabila masyarakat merasa mendapatkan aspek positif dari kegiatan wisata bahari di

daerahnya maka sangat mungkin sekali untuk menunjang setiap kegiatan wisata

bahari didaerahnya. Biasanya semakin tinggi partisipasi suatu masyarakat maka

semakin tinggi pula dampak positif wisata bahari terhadap masyarakat tersebut.

Prospek wisata bahari memang sangat menjanjikan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

“….prospek pariwisata bahari bagus sekali di Biak Timur daratan dan


Kepulauan Padaido, apalagi saat Marauw masih buka, sebab saat itu ketika
mengantar wisatawan mancanegara dari beberapa negara mereka
memberikan komentar positif, sehingga jika didukung dengan sarana dan
prasarana maka dapat menunjang kegiatan wisata bahari. Potensi wisata
bahari ada namun sarana dan prasarananya kurang. Sumberdaya manusianya
perlu pula disiapkan dan sebaiknya buat program dan dijelaskan pada
masyarakat tentang fungsi dari taman laut dan keuntungannya jika
wisatawan datang. Perlu juga untuk memberdayakan masyarakat dengan
mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat seperti group atau
sanggar tari,sanggar nyanyi, pemandu, diver, dan ketrampilan pembuatan
cenderamata….”(Biak Diving Centre,EF,2002).

“…..Mnurwar (tanjung barari), Wadibu dan Opiaref (semuanya di Biak


Timur daratan) adalah tempat yang bagus untuk menyelam, sehingga
masyarakat perlu diajak untuk menata pantainya, membuat kegiatan rekreasi
pantai, sanggar seni dan membuat ukiran. Tetapi yang biasa berlangsung
adalah kami hanya membeli ikan segar dan kelapa muda. Masyarakat disini
hanya bisa berpartisipasi pada taraf seperti itu saja kini….”(Biak Diving
Centre,EF,2002)

Pernyataan pihak Biak diving ini menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa terlibat

secara lebih bermakna dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Apabila

masyarakat hanya bisa berpartisipasi melalui penyediaan ikan segar dan air kelapa

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 56
Padaido dan Biak Timur Daratan
muda maka merupakan indikator bahwa dampak pembangunan pariwisata bahari

terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat belum banyak terjadi.

Biak diving memiliki alat-alat terdiri dari 10 (sepuluh) set scuba diving, tabung

sebanyak 20 buah dan satu buah kompresor. Menurut keterangan hingga kini sudah

sekitar 50 (lima puluh) kali disewakan oleh wisatawan asing untuk melakukan

penyelaman di berbagai tempat, diantaranya di Kepulauan Padaido dan Biak Timur

daratan. Pendapatan atau pemasukan sebulan sekitar Rp. 650.000,- x 2 (orang) = Rp.

13.000.000,- (3 sampai dengan 6 bulan). Penyewaan alat-alat diving juga tidak

berlangsung setiap hari tetapi tergantung dari tingkat kunjungan dan minat dari

wisatawan. Kadangkala 3 (tiga) bulan tidak ada tamu atau terkadang hanya ada satu.

Paket Biak diving dan tarif sebagai berikut.

(1) Island scuba dive tour (minimum two person)


(a) rate Rp. 650.000,-/person/day
(b) include 2 dives (tanks), weigh,dive guide,lunch box,boat
(2) Beach dive tour
(a) rate Rp. 500.000,-/person/day
(b) include 2 dives (tanks),weigh,dive guide,lunch box,transfer VV
(3) Beach night dive tour
(a) rate Rp. 650.000,-/person/day
(b) include 2 dives (tanks),weigh,dive guide,lunch box,transfer VV
(4) Additional 1 dive
(a) day dive Rp. 150.000,-/person
(b) night dive Rp. 200.000/person
(5) Sightseeing tour package (snorkeling)
Island sightseeing tour (minimum 2 person)
(a) rate Rp. 500.000,-/person/day
(b) include mask,snorkel,fins,dive guide,lunch box,boat

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 57
Padaido dan Biak Timur Daratan
(6) Equipment rental
(a) fins,mask,snorkel Rp. 60.000,-/day
(b) BCD Rp. 80.000,-/day
(c) Regulator Rp. 80.000,-/day
(d) Wetsuit Rp. 65.000,-/day.

Paket-paket wisata bahari ini menunjukkan Biak diving sudah mengelola kegiatan

wisata bahari secara baik dan profesional, hanya hingga kini tingkat kunjungan

wisatawan belum sesuai dengan harapan pihak pengusaha, khususnya yang

memanfaatkan pelayanan jasa yang sudah disiapkan. Dalam paket-paket ini memang

terlihat hampir semua kebutuhan wisatawan telah dipenuhi atau disediakan dari pihak

pengusaha, sedangkan keterlibatan masyarakat sifatnya hanya pelengkap saja,

sebagaimana dikemukakan sejumlah stakeholder yaitu hanya dilibatkan untuk

mencari ikan segar dan air kelapa muda pada saat wisatawan menikmati kebutuhan

makan dan minum.

4. Usaha Perjalanan Wisata /Travel

Pihak travel (Biak Paradise) juga mengemukakan hal yang kurang lebih sama

dengan Biak diving bahwa selama ini memang yang lebih diuntungkan dalam wisata

bahari adalah pihak swasta yang mampu menyediakan sarana dan prasarana wisata

bahari yang dibutuhkan wisatawan mancanegara dan domestik. Agar pembangunan

pariwisata bahari dapat memberikan dampak positif yang lebih banyak kepada

masyarakat maka perlu terus meningkatkan berbagai kemampuan pada masyarakat.

“….perlu memberdayakan masyarakat dengan pemberian ketrampilan dan


pekerjaan kepada masyarakat, seperti penyediaan tempat (kawasan)
penyelaman, penyediaan tempat santai, penyediaan perahu, penyewaan
homestay, dan penyediaan makan dan minum. Objek wisata juga perlu ditata
masyarakat lebih baik dari bahan alami dan bersih. Perlu dibuat kelompok

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 58
Padaido dan Biak Timur Daratan
atau group wisata yang akan mendukung setiap kegiatan wisata di
daerahnya…..”(Travel Biak Paradise (B),2002).

“….yang paling diuntungkan kini dalam pembangunan wisata bahari adalah


kelompok masyarakat yang memiliki fasilitas (dunia usaha) memadai seperti
diving centre, pemilik akomodasi (hotel), travel, dan restoran walaupun
memang ada biaya usaha seperti pembangunan fisik, fax, dan
telekomunikasi…..”(Travel Biak Paradise (B),2002).

“…..kurangnya pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan


ketidakmampuan masyarakat menyediakan sarana dan prasarana penunjang
yang memadai merupakan salah satu sebab utama rendahnya partisipasi dan
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari. Pemberdayaan
masyarakat masih perlu terus dilakukan oleh berbagai pihak, karena
keterlibatan masyarakat dalam wisata bahari memang masih
rendah……”(LIPI,Biak Numfor,(LT),2002).

“…..pemerintah yang harus menggerakkan sektor wisata bahari. Walaupun


homestay dan sarana lainnya ada disiapkan masyarakat tetapi kalau
kunjungan wisatawan tidak ada bagaimana ?.Masyarakat juga masih
melakukan berbagai pengrusakan terhadap terumbu karang walaupun sudah
ditingkatkan pengawasannya. Pariwisata dan perikanan dikatakan sebagai
sektor andalan tetapi sesungguhnya dana untuk pembangunan wisata dan
perikanan paling kecil pada kedua sektor tersebut…..”(COREMAP,Biak
Numfor,(MM),2002).

Hampir semua stakeholder yang berhasil diwawancarai mengungkapkan bahwa

tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata bahari di

Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido masih sangat rendah, walaupun sudah

ada peningkatan atau perbaikan. Penyebab rendahnya keterlibatan masyarakat

disebabkan oleh faktor yang beragam, kompleks dan dimensional. Dalam pemahaman

seperti ini maka dampak pembangunan wisata bahari terhadap perbaikan kondisi

sosial ekonomi masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat kawasan terumbu

karang masih sangat rendah. Kondisi ini perlu diperhatikan dan dicermati semua

pihak terkait dalam kerangka membangun strategi dan kebijakan pembangunan wisata

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 59
Padaido dan Biak Timur Daratan
bahari yang lebih mampu memberikan kontribusi ekonomi lebih baik terhadap

masyarakat setempat.

Apabila masyarakat terus tidak dan atau kurang diuntungkan dalam program

pengembangan dan pengelolaan wisata bahari, maka bisa saja akan terjadi dimana

masyarakat sebagai “pemilik” atau “penguasa” adat kawasan wisata bahari

melakukan upaya-upaya sistimatis dan terencana untuk membatasi program

pengembangan wisata bahari di daerahnya masing-masing. Masyarakat memang tidak

harus menjadi kelompok yang terus dikorbankan, kurang diperhatikan dan kurang

diuntungkan dalam kebijakan pembangunan wisata bahari. Pendekatan baru yang

lebih bisa memberikan peluang atau kesempatan kepada masyarakat untuk

mengembangkan dirinya perlu dikembangkan. Kurangnya pelibatan masyarakat

dalam proses pembangunan akan semakin menimbulkan gap yang semakin besar

antara “pemilik” sumberdaya alam dengan para pengusaha wisata bahari di wilayah

itu. Pengembangan kebijakan dan tindakan yang lebih berpihak pada masyarakat asli

memang perlu terus dikembangkan untuk semakin memberdayakan dan menguatkan

masyarakat dan kelembagaannya dalam proses menunjang pembangunan wisata

bahari didaerahnya.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 60
Padaido dan Biak Timur Daratan
BAB III

KARAKTERISTIK MASYARAKAT YANG TERLIBAT


DALAM WISATA BAHARI
DI BIAK TIMUR DARATAN DAN KEPULAUAN PADAIDO

3.1 Karakteristik Masyarakat

Pembangunan pariwisata bahari di Biak Numfor, khususnya di Biak Timur daratan

dan Kepulauan Padaido dipandang oleh hampir semua stakeholder yang

diwawancarai masih sedikit atau rendah sekali keterlibatan masyarakat dalam

program dan kegiatan wisata bahari. Tetapi pada taraf tertentu masyarakat masih ada

yang turut berpartisipasi dan atau terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya.

Pemahaman tentang keterlibatan masyarakat setempat kawasan terumbu karang

merupakan suatu cara untuk mengetahui dan memahami pula sejauhmana dampak

positif pembangunan wisata bahari terhadap perbaikan sosial ekonomi masyarakat di

kawasan terumbu karang. Pemahaman tentang keterlibatan masyarakat dapat melalui

anggota-anggota masyarakat setempat (responden) yang pernah terlibat dan

mendapatkan imbalan jasa bernilai ekonomi seperti uang, barang dan lainnya atas

keterlibatannya dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya, disamping pandangan dan

tanggapan masyarakat desa kawasan terumbu karang terhadap kegiatan wisata bahari

selama ini.

Karakteristik anggota masyarakat (responden) di Biak Timur dan Kepulauan

Padaido yang pernah terlibat atau berpartisipasi dalam kegiatan wisata bahari dapat

menunjukkan secara lebih rinci bagaimana karakteristik anggota masyarakat setempat

terhadap kegiatan wisata bahari di desanya masing-masing seperti jenis

kelamin,umur,pendidikan,ketrampilan,pekerjaan,status keluarga, suku bangsa (ethnic

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 61
Padaido dan Biak Timur Daratan
group), kedaerahan, dan karakteristik penduduk lainnya. Aspek ini merupakan salah

satu cara untuk melihat bagaimana dampak pembangunan wisata bahari terhadap

masyarakat kawasan terumbu karang di Biak timur daratan dan Kepulauan Padaido.

3.1.1 Status dalam Keluarga

Keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya

dilihat dari sisi status mereka dalam keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 10
Status Keluarga dalam masyarakat di Biak Timur dan Padaido
No Status Keluarga Frekuensi Prosentase

1. Kepala Keluarga 61 78,2


2. Ibu Rumah Tangga 11 14,1
3. Anak 6 7,7

Jumlah 78 100
Sumber : Data Survei 2002
Catatan : 4 (empat) responden tidak menjawab jelas

Data ini menunjukkan para kepala keluarga yang paling banyak terlibat dalam

kegiatan wisata bahari dan disusul kaum ibu rumah tangga. Apabila dikaitkan dengan

jenis keterlibatan anggota masyarakat sebagaimana yang dikemukakan para

stakeholder di daerah perkotaan Biak bahwa masyarakat hanya bisa terlibat dalam

mencari ikan segar dan buah kelapa muda maka memang aktivitas ini paling banyak

dilakukan oleh kaum laki-laki dan kemudian ditunjang oleh kaum perempuan.

Mencari atau mengail ikan di laut lepas sesuai adat kebiasaan memang hanya bisa

atau pantas dilakukan oleh kaum laki-laki oleh karena dari sisi sosial budaya atau adat

istiadat dipandang merupakan pekerjaan laki-laki dan tidak pantas atau layak

dilakukan oleh kaum perempuan, sedangkan untuk memasaknya dan menyajikannya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 62
Padaido dan Biak Timur Daratan
pada para wisatawan dilakukan oleh kaum perempuan dan bukan oleh kaum laki-laki.

Kaum perempuan sesuai “kodratnya” yang ditentukan oleh adat istiadatnya maka

diwajibkan untuk memasak dan menyediakannya pada keluarga dan atau para turis

yang ingin mengkonsumsi ikan masak atau ikan bakar segar. Dalam masyarakat Biak

memang ada nilai sosial budaya yang masih bertahan dan ditaati oleh masyarakat

tentang pembagian kerja sesuai gender tentang jenis pekerjaan yang “layak” atau

“pantas” dilakukan oleh kaum laki-laki dan tidak “layak” atau “pantas” dilakukan

oleh kaum perempuan. Perempuan juga dipandang kurang pantas secara sendirian

untuk mendekati atau bersama-sama dengan orang lain (wisatawan} secara sendirian

tanpa didampingi oleh kaum laki-laki (suaminya atau saudara laki-lakinya).

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari sesuai jenis kelamin maka

paling banyak kaum laki-laki (84,1%) dan perempuan lebih sedikit (15,9%).

Pengaruh budaya dalam kehidupan masyarakat setempat memang masih kuat

berlangsung.Sistem dan nilai adat istiadat tradisional masyarakat pedesaan

dikampung-kampung Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido masih berpengaruh

kuat terhadap perilaku dan kebiasaan dalam kehidupan masyarakatnya . Pengaruh

nilai dan sistem adat istiadat masyarakat memang kemudian menyebabkan kaum

perempuan akan sulit terlibat banyak dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya di

bidang kaum laki – lakinya. Cara –cara pergaulan antara kaum perempuan dan laki –

laki dengan orang di luar masyarakat adatnya atau dengan orang asing (wisatawan )

sudah diatur dan mengatur secara cukup ketat setiap perilaku kebiasan masyarakat

adat disini walaupun demikian , oleh karena kaum laki – laki yang terlibat paling

banyak adalah kepala keluarga maka hasil pendapatan yang diperolehnya kemudian

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 63
Padaido dan Biak Timur Daratan
merupakan pendapatan keluarga yang nantinya akan dikonsumsi atau dimanfatkan

secara bersama dalam keluarga.

3.1.2 Status Dalam Masyarakat

Apabila anggota masyarakat yang terlibat atau berpartisipasi dalam kegiatan

wisata bahari di daerahnya dikelompokkan berdasarkan statusnya dalam masyarakat

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 11
Status masyarakat Biak timur dan Padaido
No Status Masyarakat Frekuensi Prosentase

1. Masyarakat Biasa 42 54,5


2. Tokoh Pemerintah 12 15,6
3. Tokoh Agama 9 11,7
4. Tokoh Adat 8 10,4
5. Tokoh Pemuda 3 3,9
6. Tokoh Wanita 3 3,9

Jumlah 77 100
Sumber : Data survei 2002
Catatan : 5 (lima) responden tidak menjawab jelas

Dalam berbagai wawancara dengan masyarakat di kampung-kampung ini, bisa

diketahui bahwa anggota masyarakat biasa yang paling banyak terlibat dalam

kegiatan wisata bahari di desanya itu umumnya mereka adalah anggota dan atau

partisipan dalam lembaga swadaya masyarakat yang biasa membantu wisatawan

melakukan kegiatan wisata bahari di kedua daerah wisata tersebut. Anggota

masyarakat biasa ini pula yang umumnya sudah mendapatkan berbagai bimbingan,

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 64
Padaido dan Biak Timur Daratan
penyuluhan dan pelatihan dari berbagai pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), Pemerintah Daerah, Organisasi Masyarakat dan Instansi Lainnya.

Data ini menunjukkan pula bahwa proses pemberdayaan dan penguatan masyarakat

dalam upaya meningkatkan pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

wisata bahari dikampungnya, sangat penting dan strategis sehingga perlu terus

diperhatikan dan ditingkatkan. Tinggi rendahnya proses pemberdayaan masyarakat

akan berpengaruh pula terhadap tinggi rendahnya keterlibatan masyarakat dalam

kegiatan wisata bahari. Bagi masyarakat yang sudah mendapat pengetahuan dan

pelatihan tentang wisata bahari, akan memahami bagaimana cara atau strategi untuk

bisa terlibat dalam kegiatan wisatawan yang datang ke daerahnya.

“… wisatawan ada yang datang kesini tetapi biasanya pemandu (guide)


yang datang membawa (mengantar) wisatawan ke tempat tujuan wisata,
langsung pulang dan tidak singgah di kampung. Kami didesa selalu
terlambat informasi (peluang untuk terlibat), karena pemandu tinggal di
kota sana (kota Biak) sehingga mereka tahu informasi lebih cepat dan
dapat dihubungi segera oleh travel, yayasan dan hotel … “ (anggota
masyarakat (SR), Desa Mbromsi, 2002).

Biasanya pula setiap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sudah memiliki para

pemandu dan orang-orang khusus yang akan segera dihubungi untuk mempersiapkan

segala sesuatu yang berhubungan dengan kedatangan wisatawan mancanegara atau

nusantara. Dalam kondisi demikian, memang para anggota masyarakat lainnya tidak

memiliki jaringan atau hubungan dengan sesuatu instansi, maka mereka sangat sulit

terlibat dalam suatu kegiatan wisata bahari. Dalam posisi seperti ini, anggota

masyarakat biasa yang akan banyak memperoleh pendapatan dari kegiatan wisata

bahari adalah mereka yang mampu membangun hubungan dengan pihak-pihak yang

berhubungan dengan kegiatan wisata bahari di daerah perkotaan.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 65
Padaido dan Biak Timur Daratan
3.1.3 Pendidikan Masyarakat

Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini berdasarkan

pendidikannya terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 12
Pendidikan Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari
Di Biak Timur dan Padaido
No Pendidikan Frekuensi Prosentase

1. SD 21 26,6
2. SLTP 31 39,2
3. SLTA 24 30,4
4. Diploma/ Akademi 3 3,8
Jumlah 79 100
Sumber : Data Survei 2002
Catatan : 3 (tiga) responden tidak menjawab dengan jelas

Temuan ini bisa memberikan pemahaman lebih spesifik, seperti anggota masyarakat

dengan pendidikan rendah pun (SD) dapat terlibat dalam kegiatan wisata bahari di

daerahnya, karena memang keterlibatannya tidak membutuhkan pendidikan atau

pengetahuan, tetapi cukup hanya mampu untuk mencari ikan yang banyak atau bisa

memanjat pohon kelapa untuk memetik buahnya. Dalam proses keterlibatan ini maka

pendidikan, pengetahun, ketrampilan dan kemampuan spesifik masyarakat kurang

dibutuhkan. Tetapi pada sisi lain, apabila memperhatikan pendidikan anggota

masyarakat yang terlibat maka sesungguhnya pendidikan berpengaruh cukup kuat

dalam keterlibatan masyarakat

Bisa dipastikan bahwa seseorang warga kampung dengan pendidikan yang baik

akan lebih mampu untuk melibatkan diri dalam kegiatan wisata bahari yang

berlangsung di kampungnya. Aspek ini ditunjukkan dengan sebagian besar anggota

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 66
Padaido dan Biak Timur Daratan
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari memiliki pendidikan SLTP ke

atas. Pelibatan diri dalam kegiatan wisata bahari memang membutuhkan beberapa

kemampuan seperti tidak ada hambatan psikologis untuk berhubungan dengan orang

lain (wisatawan), kemampuan berkomunikasi bahasa Indonesia dan asing (Inggris)

dengan baik, memiliki keahlian khusus dalam aspek kepariwisataan bahari (guide),

mempunyai hubungan atau jaringan (networking) dengan orang atau pihak yang

berkaitan dengan pengelolaan wisata bahari di perkotaan Biak, mempunyai kekuasaan

tertentu (adat) atas kawasan wisata, masuk dalam sebuah institusi atau lembaga yang

mengelola kegiatan wisata bahari dan mampu menyediakan sarana dan prasarana

wisata bahari.

3.1.4 Pekerjaan dan Suku Bangsa

Warga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya ternyata

cukup bervariasi seperti data pada tabel berikut ini.

Tabel 13
Pekerjaan Pokok Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari
Di Biak Timur dan Padaido
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Nelayan 35 45,5
2. Petani 32 41,6
3. Buruh 1 1,3
4. Pegawai Negeri 5 6,5
5. Pengrajin 1 1,3
6. Lainnya 3 3,9
Jumlah 77 100
Sumber : Data survei 2002
Catatan : 5 (lima) responden tidak menjawab jelas

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 67
Padaido dan Biak Timur Daratan
Hal yang cukup menggembirakan, ternyata anggota masyarakat yang memiliki

pekerjaan pokok sebagai nelayan dan petani adalah yang paling banyak terlibat dalam

kegiatan wisata bahari di daerahnya. Kondisi ini bisa merupakan indikator, bahwa

kegiatan wisata bahari berdampak pada penambahan pekerjaan dan atau menambah

pendapatan masyarakat yang selama ini menggantungkan kehidupan keluarganya

sebagai nelayan dan petani tradisional masyarakat asli setempat, karena hampir

seluruh (94,2%) anggota masyarakat terlibat adalah suku bangsa Biak dan hanya

sedikit (5,8%) suku bangsa non Biak. Temuan ini menunjukkan bahwa program

pembangunan wisata di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido berdampak

terhadap pertambahan pekerjaan untuk masyarakat asli kawasan terumbu karang.

Tingginya keterlibatan masyarakat asli Biak dalam kegiatan wisata bahari di daerah

ini, bisa terjadi karena hampir seluruh masyarakat yang tinggal di kedua kawasan

terumbu karang ini adalah masyarakat asli suku Biak, kawasan laut terumbu karang

memang dikuasai secara adat masyarakat asli, sehingga hanya mereka pulalah yang

pertama dan memiliki keleluasaan untuk terlibat, dan masyarakat non Biak yang

tinggal di wilayah ini sangat kurang, khususnya di Kepulauan Padaido. Walaupun

tingkat keterlibatan masyarakat tinggi dalam kegiatan wisata bahari ini, akan tetapi

secara ekonomi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah dibanding pendapatan

yang diperoleh dari pengelolaan wisata bahari itu sendiri seperti Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), Biak Diving, travel dan hotel, yang juga hampir seluruh

pemiliknya atau pengelolanya masyarakat non Biak, kecuali Lembaga Swadaya

Rumsram yang hampir semua pengurusnya pemuda asli Biak dan memiliki akses

sesuai kedaerahan dan adat di wilayah wisata.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 68
Padaido dan Biak Timur Daratan
Lembaga adat dan masyarakat adat memang memiliki kekuasaan yang besar

terhadap penguasaan kawasan terumbu karang di wilayah ini.Semua kegiatan wisata

bahari yang akan dikembangkan di daerah ini, perlu mendapat persetujuan dari

lembaga atau masyarakat adat. Pengaruh lembaga adat dalam kegiatan wisata bahari

bisa diperhatikan dari pemberian ijin oleh lembaga adat untuk melakukan semua

kegiatan usaha wisata bahari, model kerjasama dengan lembaga adat, dan pemberian

imbalan kepada masyarakat adat atas kegiatan wisata bahari yang dilakukan oleh

pihak manapun. Warga non Biak yang akan terlibat dalam kegiatan wisata bahari

biasanya perlu mendapat ijin dari pihak adat. Masyarakat migran inipun sudah sangat

memahami kekhususan ini, sehingga tidak akan melakukan kegiatan apapun tanpa

persetujuan pihak adat. Pihak pemerintah pun apabila akan mengembangkan suatu

program pembangunan wisata bahari, perlu bekerjasama dengan pihak adat setempat.

Dalam posisi budaya seperti ini, maka masyarakat adat memiliki peluang dan

kesempatan yang lebih besar dalam melibatkan diri ke dalam kegiatan wisata bahari

di kampungnya dibanding masyarakat pendatang atau migran yang berasal dari

kabupaten lain di Propinsi Papua maupun luar propinsi Papua. Wewenang, kekuasaan

dan peluang ini memang belum termanfaatkan secara baik karena berbagai kendala

seperti rendahnya pendidikan, pengetahuan, wawasan, pandangan, ketrampilan,

lembaga sosial, sistem sosial dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Lembaga

adat dan masyarakat adat ideal nya memang harus mampu menyediakan atau

mengembangkan prasarana dan sarana pariwisata. Masyarakat asli perlu memahami

bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke

tempat atau daerah yang sama sekali masih asing baginya. Karena jauh dari tempat

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 69
Padaido dan Biak Timur Daratan
tinggalnya maka ia memerlukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan

keinginannya, yaitu semenjak berada di daerah asalnya sampai kembali ketempat

tujuan, hingga ia kembali ke rumahnya. Oleh karena itu sebelum seseorang wisatawan

melakukan perjalanan wisata, terlebih dahulu ia ingin mengetahui tentang:

(a). fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah tujuan wisata

yang akan dikunjunginya (Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido).

(b).fasilitas akomodasi, yang merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau

daerah tujuan yang akan dikunjunginya.

(c). fasilitas catering services, yang dapat memberi pelayanan mengenai makanan dan

minuman sesuai dengan selera masing-masing.

(d). objek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjunginya.

(e). aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjungi tersebut.

(f). fasilitas perbelanjaan, dimana ia dapat membeli barang pada umumnya dan

souvenirs pada khususnya.

(g).tempat atau toko, dimana ia dapat membeli atau reparasi kamera dan mencuci

serta mencetak film hasil pemotretan ( Yoeti, l987 ).

Kebutuhan yang diperlukan wisatawan wisata bahari memang sangat beragam dan

perlu disediakan oleh semua pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat) yang terlibat

dalam usaha jasa wisata bahari. Masyarakat setempat yang memiliki atau mempunyai

otoritas atas sebuah kawasan wisata bahari memang belum cukup untuk dapat terlibat

secara maksimal dalam pengelolaan wisata bahari di daerahnya. Mayasrakat asli

setempat memang belum terlalu mampu menyediakan prasarana dan sarana wisata

sebagaimana dimaksud di atas. Masyarakat masih membutuhkan waktu lama untuk

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 70
Padaido dan Biak Timur Daratan
mengembangkan diri dan kemampuan, agar dapat menyediakan prasarana dan sarana

wisata bahari di daerahnya masing-masing agar dapat lebih mampu mendapatkan

dampak positif dari wisata bahari.Dalam kenyataannya, hampir semua prasarana dan

sarana penunjang pariwisata ini hanya mampu dikembangkan secara maksimal oleh

kelompok pengusaha dan lembaga swadaya masyarakat. Walaupun demikian,

berbagai prasarana dan sarana wisata bahari sudah mulai sanggup disiapkan oleh

masyarakat setempat dengan bantuan pemerintah, swasta, lembaga swadaya

masyarakat dan institusi terkait lainnya.

Kelompok masyarakat di perkotaan Biak yang mampu menyediakan fasilitas

penunjang pariwisata, khususnya wisata bahari memang hampir seluruhnya

kelompok masyarakat pendatang yang sudah lama puluhan tahun berada dan tinggal

di pulau karang ini. Pemilik hotel, biro perjalanan, agen wisata, catering, penyediaan

sarana dan prasarana selam termaju, semuanya dimiliki masyarakat pendatang,

kecuali sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) banyak dikembangkan oleh

penduduk asli setempat. Kelompok masyarakat di perkotaan ini memang selalu

melibatkan beberapa masyarakat kampung untuk bekerjasama, berkoordinasi,

partisipasi dan terlibat dalam kegiatan wisata bahari yang diselenggarakan disetiap

kampung. Tetapi dari sisi jenis keterlibatan maka pendapatan yang akan diperoleh

masyarakat kampung tidak akan banyak. Pendapatan yang diperolehpun biasanya

bukan dari wisatawan, tetapi dari pihak penyelenggara wisata itu.

“… selama ini memang yang diuntungkan dari pihak hotel atau swasta,
karena wisatawan menginap di hotel dan melakukan kegiatan wisata
setelah itu kembali lagi ke hotel. Pemerintah harus memberikan
kemudahan, penyediaan sarana dan prasarana serta dana karena
masyarakat secara finansial juga tidak sanggup.Selain mempersiapkan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 71
Padaido dan Biak Timur Daratan
sumber daya manusia (pelatihan-pelatihan), dana juga dibutuhkan baik
dari pihak pemerintah maupun swasta … “(Hotel Arumbai (JR), 2002).

3.2. Bentuk Keterlibatan Masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari merupakan bagian yang

sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan di daerah ini. Tinggi rendahnya

keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari, akan menentukan tinggi

rendahnya pula keberhasilan pembangunan kepariwisataan bahari yang perlu

dikembangkan melalui penetapan strategi, kebijakan, program dan kegiatan wisata

bahari oleh pemerintah daerah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, lembaga agama

dan pihak lainnya. Indikator pembangunan kepariwisataan dapat diperhatikan dari

sejauhmana keterlibatan pemerintah (state), swasta (private sector) dan masyarakat

seperti penduduk asli setempat, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga adat (civil

society) dalam bidang pembangunan ini. Apabila keterlibatan masyarakat kampung

dalam pembangunan wisata bahari rendah, maka bisa dipastikan perkembangan

bidang wisata bahari tidak akan berdampak baik sebagaimana diharapkan bersama.

Umumnya kelompok masyarakat (civil society) yang selalu tertinggal dalam

melibatkan diri dalam berbagai kegiatan bidang pembangunan, tidak terkecuali di

daerah ini sehingga perlu mendapat perhatian dari semua pihak terkait.

Bentuk dan keterlibatan masyarakat dapat menjadi indikator adanya dampak

pembangunan pariwisata bahari terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Walaupun sejumlah stakeholder insitu dan sites mengungkapkan keterlibatan

masyarakat setempat kawasan terumbu karang masih rendah dalam kegiatan wisata

bahari di kampungnya masing-masing, tetapi pada taraf tertentu sudah ada partisipasi

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 72
Padaido dan Biak Timur Daratan
dan keterlibatan masyarakat. Umumnya semakin tinggi dampak pembangunan

pariwisata, khususnya wisata bahari terhadap masyarakat, maka biasanya semakin

tinggi pula tingkat keterlibatan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pemerintah

daerah Kabupaten Biak Numfor memang mengharapkan agar pembangunan wisata

bahari di daerah ini dapat memberikan kontribusi ekonomi yang lebih luas dan berarti

pada masyarakat dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat

sesuai potensi sumber daya alam bahari yang dimilikinya.

Keterlibatan masyarakat memang dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks,

beragam dan dimensional. Keterlibatan masyarakat sangat ditentukan oleh

sejauhmana masyarakat kampung mampu berpartisipasi dan berperan serta dalam

setiap kegiatan wisata bahari di kampungnya masing-masing. Kendala pendidikan,

ketrampilan, pandangan, wawasan, kemampuan berbahasa asing, keberanian dalam

berkomunikasi dan interaksi sosial dengan wisatawan, kemampuan membangun

jaringan atau hubungan kerja dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program wisata

bahari, dan ketepatan strategi, kebijakan dan program pembangunan wisata bahari

yang dikembangkan pemerintah daerah dan swasta akan sangat menentukan tinggi

dan rendahnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini.

Keterlibatan masyarakat setempat dalam kegiatan wisata bahari ditentukan oleh

tingkat kunjungan wisatawan, daerah tujuan wisata yang dipilih wisatawan, kegiatan

wisata bahari yang ditentukan penyelenggara, tersedianya akomodasi dan restoran,

kelengkapan sarana yang disiapkan masyarakat dan kondisi iklim. Sebagaimana

dipahami bahwa perubahan musim gelombang dan tidak musim gelombang yang

umumnya berganti dua kali dalam setahun, sangat menentukan berlangsungnya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 73
Padaido dan Biak Timur Daratan
kegiatan wisata bahari di daerah tujuan wisata bahari ini. Kegiatan wisata bahari

praktis terhenti pada saat musim gelombang yang berlangsung hampir 6(enam) bulan

dalam setahun.

. Berbagai kendala dan atau masalah memang dihadapi masyarakat dalam

meningkatkan keterlibatannya mengelola kegiatan wisata bahari di daerahnya dapat

dipahami melalui berbagai berbagai pernyataan dari berbagai kalangan masyarakat di

dua daerah wisata bahari ini.

“… masyarakat kurang sekali terlibat karena kurang mempersiapkan diri


untuk melayani wisatawan mancanegara dan domestik. Disini baru
dilakukan pelatihan pramuwisata yang diadakan satu kali. Kesulitan juga
pada segi bahasa (Inggris) dan sarana prasarana wisata bahari yang masih
kurang lengkap …” (ZM, Kampung Wundi, 2002 ).

“… sudah ada Badan Pengelola Ekowisata (BPE) namun belum jalan.


Pengurus sudah dibentuk dan program sudah dibuat tetapi belum jalan.
Pengetahuan untuk melayani wisatawan yang masih kurang. Fasilitas yang
tidak menunjang, dan kurang pengetahuan akan bahasa asing (Inggris) … “
(W, Kampung Pasi, 2002 ).

“ … kesulitan masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan


asing adalah, masalah bahasa asing serta cara pelayanan (penyediaan)
makanan dan minuman. Walaupun demikian pemahaman masyarakat
terhadap pembangunan wisata bahari semakin baik dibanding sebelumnya
… “ (ZR, P.Dawi, Kampung Nyansoren, 2002).

“ … kegiatan wisata bahari sudah cukup baik disini sehingga objek-objek


wisata bahari perlu dijaga masyarakat jangan sampai rusak. Sarana dan
prasarana penunjang wisata bahari sudah ada dari pihak COREMAP 4
(empat) buah speed boat, 8 (delapan) motor tempel dan satu buah kapal.
Tetapi kunjungan wisatawan kurang sekali. Pada tahun 1995 rata-rata setiap
bulan ada satu kali wisatawan yang berkunjung, tetapi setelah ditutupnya
penerbangan langsung Biak-Honolulu, maka jarang sekali wisatawan yang
berkunjung.Apabila ada wisatawan yang berkunjung, maka biasanya
masyarakat melayaninya dengan menjual kelapa muda, ikan, lobster,
kepiting segar … “ (F, KampungWundi, 2002).

” … wisatawan lokal (domestik) yang kadang-kadang datang, sedangkan


wisatawan asing tidak pernah datang, hanya ke Pulau Dawi. Hanya memang
masyarakat yang bantu memasak dan terlibat sebagai porter (pemikul

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 74
Padaido dan Biak Timur Daratan
barang wisatawan). Masyarakat sebenarnya kurang sekali terlibat, karena
kegiatan wisata baharinya dilakukan ditempat lain (Pulai Dawi). Masyarakat
tidak memperoleh pendapatan karena wisatawan tidak singgah di sini (Pulau
Pasi), sehingga kurang dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi
masyarakat desa ini … “ (Kepala Kampung Pasi (TK), 2002).

“ … apabila ada kunjungan wisatawan domestik atau asing, maka


masyarakat menjual makanan tradisional seperti keladi, papeda, petatas,
ikan asar, ikan bakar, dan kelapa muda. Memang tidak semua masyarakat
memperoleh pendapatan, hanya yang mempunyai sarana dan prasarana
wisata. Kegiatan wisata bahari tidak dapat memeperbaiki kondisi ekonomi
masyarakat kampung karena jarang wisatawan yang berkunjung ini
sehingga pendapatan juga sedikit dibanding dengan usaha lainnya.
Masyarakat yang paling diuntungkan adalah masyarakat kota yang
mempunyai sarana transportasi dan pemandu, karena biasanya dari kota
langsung diantar ke lokasi objek wisata kemudian diantar kembali
ke kota … “ (SR,Kampung Mbromsi, 2002).

Berbagai ungkapan memperlihatkan betapa sulitnya masyarakat setempat hingga

kini mendapatkan pendapatan dari program pembangunan wisata bahari.

Mengharapkan program pembangunan wisata bahari dapat memberikan dampak

positif lebih banyak memang membutuhkan waktu lama. Berbagai upaya yang

komprehensif dan integrated, masih perlu dilakukan secara baik dan

berkesinambungan. Walaupun dampak ekonominya masih rendah tetapi tetap

dampaknya sudah ada dalam kehidupan masyarakat secara psikologis, sosial, budaya,

dan ekonomi. Berbagai bentuk pengadaan pelayanan terhadap wisatawan terus

dipersiapkan dan dikembangkan masyarakat guna melayani wisatawan yang datang

ke daerahnya secara pribadi ataupun bekerjasama dengan lembaga swadaya

masyarakat, swasta dan pemerintah daerah setempat.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 75
Padaido dan Biak Timur Daratan
3.2.1 Model Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan dan atau partisipasi masyarakat desa, kawasan terumbu karang di

Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido tentunya melalui berbagai cara, sehingga

pemahaman terhadap aspek ini akan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam

tentang bagaimana masyarakat dapat terlibat dan menunjang kegiatan wisata bahari di

kampungnya (desanya). Pemahaman ini pula berguna dalam upaya meningkatkan

peran atau fungsi masyarakat dalam menunjang program wisata bahari di daerah ini.

Tabel 14
Model Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari

No. Cara Terlibat Masyarakat Frekuensi Prosentase

1. Berusaha sendiri untuk terlibat 31 39,2


2. Dilibatkan oleh penyelenggara wisata 29 36,7
3. Ditentukan aparat desa setempat 12 15,2
4. Di tentukan lembaga adat setempat 5 6,3
5. Lainnya 2 2,6

Jumlah 79 100

Sumber : Data survei, 2002.


Catatan : 3 (tiga) responden tidak menjawab jelas

Data menunjukkan umumnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari

ini dilakukan atau terjadi atas usaha sendiri masyarakat secara mandiri. Hal ini bisa

berarti anggota-anggota masyarakat tersebut secara mandiri berusaha ikut terlibat

dalam kegiatan wisata bahari. Kelompok masyarakat itu sadar apabila tidak berusaha

sendiri, maka tidak akan dapat terlibat serta memahami dan menyadari bahwa

keterlibatan dalam kegiatan wisata bahari akan mendatangkan pendapatan tambahan

pada keluarga. Termasuk dalam kategori kelompok masyarakat ini, adalah

masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan, pandangan dan wawasan yang baik

terhadap kegiatan wisata bahari di kampungnya. Kelompok masyarakat ini biasanya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 76
Padaido dan Biak Timur Daratan
memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan relasi sosial dengan

kelompok masyarakat lainnya (wisatawan mancanegara dan domestik), mempunyai

pengalaman cukup memadai dalam membangun hubungan komunikasi dengan orang

lain, bukan merupakan kelompok masyarakat yang tertutup, biasanya memiliki

pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang lebih baik dibandingkan

anggota masyarakat lainnya, serta memiliki pengetahuan atau pengalaman yang lebih

baik tentang kepariwisataan. Diperkirakan kelompok masyarakat yang masuk

kategori ini adalah, kelompok masyarakat yang memiliki akses dan litigimasi

terhadap wilayah kegiatan wisata bahari serta secara ekonomi mampu menyediakan

sejumlah sarana dan prasarana penunjang wisata bahari seperti transportasi, makanan

dan minuman, dan akomodasi di kampungnya.

Kelompok masyarakat berikutnya yaitu anggota-anggota masyarakat yang terlibat

karena memiliki hubungan sosial dan atau relasi kerja dengan para penyelenggara

atau agen wisata bahari di Kabupaten Biak Numfor. Para penyelenggara wisata bahari

memang dalam program penyelenggaraan kegiatan wisatanya mempunyai jaringan

kerja dengan pihak-pihak atau orang-orang yang dipandang dapat menunjang

program kerjanya secara baik, tidak terkecuali anggota masyarakat di kampung-

kampung tempat wisata bahari dilakukan. Pihak-pihak itu, diantaranya adalah

anggota-anggota masyarakat kampung (desa) yang berada di lokasi kegiatan wisata

baharinya. Kelompok masyarakat ini yang mempunyai akses atau kekuasaan terhadap

wilayah wisata bahari yang sering digunakan oleh wisatawan, seperti anggota

masyarakat pemilik hak ulayat yang berkuasa atas wilayah laut tempat kegiatan

wisata bahari dilakukan, anggota pemuda kampung yang berpengaruh, pengurus

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 77
Padaido dan Biak Timur Daratan
organisasi di kampung dan anggota masyarakat yang memang secara sengaja dididik

penyelenggara wisata bahari untuk terlibat dan menunjang kegiatan wisata bahari di

daerahnya. Kelompok anggota masyarakat ini biasanya sudah dihubungi oleh pihak

penyelenggara wisata bahari apabila para wisatawan akan berkunjung di

kampungnya.Tugas dan fungsinya pun sudah ditetapkan, sehingga mereka sudah

mengetahui apa yang harus dilakukan apabila para wisatawan datang ke daerahnya.

Kelompok masyarakat yang cukup banyak terlibat dalam kegiatan wisata bahari

adalah anggota masyarakat yang ditunjuk oleh pihak aparat kampung (kepala

kampung) untuk turut terlibat dalam suatu kegiatan wisata bahari di kampungnya.

Kelompok masyarakat ini umumnya telah mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan

penyuluhan tentang wisata bahari yang dilakukan oleh pihak pemerintah Kabupaten

Biak Numfor atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Dalam kondisi seperti ini maka

sesungguhnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan di setiap kampung tidak dapat

dilakukan sesuka hati masyarakat, tetapi ada ketentuan-ketentuan yang harus ditaati

oleh semua orang. Seseorang tidak bisa dengan leluasa terlibat dalam suatu kegiatan

wisata bahari apabila tidak memiliki wewenang khusus. Pembatasan keterlibatan ini

menyebabkan tidak semua masyarakat dapat terlibat sehingga dampak pembangunan

wisata bahari juga tidak dialami oleh semua masyarakat. Keterlibatan anggota

masyarakat juga dipengaruhi oleh ijin yang diberikan lembaga masyarakat adat

setempat terhadap seseorang anggota masyarakat, walaupun untuk kasus ini tergolong

rendah jumlahnya.

Temuan ini menunjukkan pula tidak semua anggota masyarakat dapat terlibat dalam

kegiatan wisata bahari yang ada di daerahnya. Kelompok masyarakat ini jelas

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 78
Padaido dan Biak Timur Daratan
merupakan masyarakat kebanyakan di kampung-kampung, walaupun mungkin

sesungguhnya mereka ingin sekali terlibat dalam kegiatan wisata bahari didaerahnya.

Persoalan yang sering dihadapi masyarakat kebanyakan adalah jumlah wisatawan

yang tidak terlalu banyak, sehingga memang tidak banyak membutuhkan keterlibatan,

partisipasi atau peran masyarakat dalam sebuah kegiatan wisata bahari. Jumlah

wisatawan yang sedikit dan tidak terlalu sering datang berpengaruh pula terhadap

jumlah pelayanan yang diperlukan, jumlah kebutuhan makanan dan minuman yang

dibutuhkan, jumlah guide yang terbatas, dan kebutuhan sarana dan prasarana

penunjang yang juga tidak terlalu banyak. Kondisi ini memang yang lebih banyak

terjadi dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Dalam kondisi ini pula wajar saja

apabila anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari di suatu

kampung hanya terbatas dan kemungkinan hanya anggota-anggota masyarakat yang

itu-itu juga. Dalam pemahaman seperti itu pulalah maka dapat dipahami apabila

kebanyakan masyarakat beranggapan pembangunan wisata bahari di daerahnya

kurang memberikan kontribusi ekonomi yang berarti kepada masyarakat.

3.2.2 Jenis Keterlibatan Masyarakat

Jenis keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya dapat

digunakan untuk menganalisis sejauh mana dan semampu apa anggota masyarakat

kampung dapat terlibat dalam kegiatan wisata bahari dan memperoleh pendapatan

tambahan individu atau keperluan keluarganya. Jenis keterlibatan masyarakat dalam

kegiatan wisata bahari turut mempengaruhi pula tinggi rendahnya pendapatan yang

diperoleh dari keterlibatannya dalam suatu kegiatan wisata bahari. Data ini juga

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 79
Padaido dan Biak Timur Daratan
penting untuk memahami sejauhmana masyarakat mampu mengembangkan

keterlibatannya pada sisi-sisi pembangunan wisata bahari dari tahun ke tahun,

misalnya apakah keterlibatan masyarakat hanya pada bentuk menyumbang tenaga

secara fisik, sehingga bisa dipastikan lemahnya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan kepariwisataan di daerah ini. Kondisi ini pula dapat digunakan untuk

memahami dampak pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari di

kampung-kampung Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan. Tinggi rendahnya

pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari sangat tergantung pula pada jenis-

jenis keterlibatan masyarakat pada sektor pembangunan ini. Tinggi rendahnya

pendapatan masyarakat dari sektor ini memang tergantung dari beberapa aspek, selain

jenis kegiatan atau keterlibatan, yaitu intensitas keterlibatan masyarakat, volume

keterlibatan dalam kegiatan wisata, kemampuan memberikan pelayanan terbaik

terhadap wisatawan, tingkat kepuasan para wisatawan, dan lama tinggal wisatawan di

suatu kampung tempat wisata bahari.

Tabel 15
Jenis Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan
Wisata Bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
No Jenis Keterlibatan Frekuensi Prosentase

1. Guide (pemandu) wisata bahari 16 20,8


2. Porter (buruh) 4 5,2
3. Homestay (pondokan) 11 14,3
4. Rumah makan 3 3,9
5. Jasa Transportasi 15 19,5
6. Penyewaan peralatan wisata bahari 4 5,2
7. Pemandu dan Homestay 1 1,3
8. Pemandu dan penyewaan jasa transportasi 4 5,2
9. Homestay dan jasa transportasi 6 7,8
10. Rumah makan dan jasa transportasi 1 1,3
11. Lainnya 12 15,6

Total 77 100
Sumber : Data survei, 2002
Catatan : 5 (lima) responden tidak menjawab

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 80
Padaido dan Biak Timur Daratan
Data tabel menunjukkan jenis keterlibatan masyarakat asli setempat kawasan

terumbu karang (coral reef) cukup bervariasi sehingga bisa menggambarkan

kemampuan masyarakat setempat untuk mengisi sejumlah pekerjaan yang diperlukan

dalam menunjang kegiatan wisata bahari dikampungnya. Dipahami pula bahwa

jumlah frekuensi yang tinggi tidak bisa sekaligus menggambarkan pula jumlah

tertinggi pendapatan yang diperoleh dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan

wisata bahari di kampungnya, seperti sebagai penyedia tenaga untuk porter akan

lebih sedikit pendapatan yang diperoleh dibandingkan misalnya dengan jasa

transportasi antar kota Kabupaten Biak Numfor dengan tempat-tempat wisata bahari

di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido walaupun jumlah keterlibatannya

hanya satu kali saja.

Jenis pekerjaan dan atau keterlibatan masyarakat kampung kawasan terumbu karang

yang paling banyak (20,8%) adalah sebagai tenaga guide sehingga menarik untuk

dianalisis, karena jenis pekerjaan ini membutuhkan keahlian tertentu seperti bisa

menguasai sedikit bahasa asing (Inggris) apabila itu dilakukan untuk wisatawan

mancanegara (asing). Hal ini dimungkinkan apabila anggota masyarakat yang terlibat

itu sudah pernah mengikuti kursus atau pelatihan bahasa asing yang dilakukan oleh

pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat maupun pihak lainnya.

Pelatihan dan penyuluhan tentang pengembangan wisata bahari terhadap masyarakat

kampung dipandang cukup berhasil dengan munculnya tenaga-tenaga kerja yang

memiliki keahlian mengembangkan pekerjaan sebagai guide. Seorang pemandu juga

setidaknya mengetahui tentang semua kegiatan wisata bahari misalnya tentang

tempat-tempat aman, tepat dan paling indah untuk melakukan kegiatan penyelaman.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 81
Padaido dan Biak Timur Daratan
Penyediaan jasa transportasi juga menunjukkan angka terbanyak kedua (19,5%)

jenis keterlibatan masyarakat kampung. Jenis kegiatan ini bisa berarti penyediaan jasa

transportasi untuk kegiatan lokal atau sekitar kegiatan wisata bahari di kampung

seperti penggunaan dan atau penyewaan perahu-perahu kecil tradisional penduduk

setempat untuk mendukung kegiatan wisata bahari di sekitar kampung seperti

penyelaman dan pengangkutan barang-barang wisatawan dalam melakukan

mobilitasnya di kampung wilayah wisata. Penyediaan transportasi juga bisa berarti

wisatawan memanfaatkan perahu-perahu bermotor (motor jonson) untuk melakukan

mobilitas di derah perairan wisata bahari dalam jarak yang jauh dan membutuhkan

pengangkutan barang atau orang dalam jumlah yang lebih banyak. Jenis pekerjaan ini

dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan pada masyarakat

klasifikasi tinggi. Apabila jumlah barang dan orang banyak serta jarak mobilitas jauh

dan tinggi maka bisa dipastikan penyedia jasa ini akan memperoleh pendapatan jutaan

dari para wisatawan sekali terlibat. Para wisatawan atau penyelenggara wisata

biasanya sudah mengetahui orang-orang tertentu yang dipandang memiliki keahlian

dan pengalaman dalam bekerjasama dengan penyelenggara wisata. Belum diketahui

pasti memang berapa proporsi anggota masyarakat yang hanya menyediakan perahu

tradisional dan perahu motor.

Jenis kegiatan atau pekerjaan yang juga cukup banyak atau menonjol (14,3%)

dalam melibatkan masyarakat kampung sekitar kawasan terumbu karang, penyediaan

rumah pondokan (homestay) untuk para wisatawan di kampungnya. Menarik untuk

dicermati aspek ini karena sebelum pembangunan pariwisata bahari dicanangkan di

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 82
Padaido dan Biak Timur Daratan
daerah ini, maka hampir bisa dipastikan masyarakat tidak mengenal sektor

penyediaan jasa wisata bahari ini.

“… semula kitorang (kami) di kampung ini merasa heran mengapa orang-


orang bule itu mau tinggal di rumah-rumah sederhana yang dibangun
masyuarakat. Kitorang (kami) pikir para bule itu tidak mau tinggal di
rumah-rumah sederhana yang dibangun masyarakat kampung, tetapi
ternyata mereka itu mau dan senang sekali. Orang bilang dorang itu
(wisatawan mancanegara) malah sudah bosan tinggal di hotel-hotel mewah
di kota sana. Kitorang baru sadar bahwa yang dorang cari di kampung itu
adalah pondokan seperti itu … “ (anggota masyarakat kampung, 2002).

“ … pelatihan, penyuluhan dan bimbingan yang selama ini diberikan oleh


pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat serta pihak swasta
kemudian telah membuka pengetahuan, wawasan, pandangan dan kreativitas
masyarakat kampung untuk mengembangkan wisata bahari di kampungnya
masing-masing. Memang dampaknya belum terlalu banyak diperoleh oleh
masyarakat, tetapi perkembangan yang ada sekarang bisa dikatakan
merupakan sesuatu yang membanggakan. Kondisi ini tentunya perlu
ditunjang terus oleh semua pihak, sehingga semua masyarakat kampung
dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya melalui potensi alam bahari
yang ada di wilayahnya masing-masing … “ (tokoh masyarakat, 2002).

Kondisi yang menarik pula adalah adanya anggota masyarakat yang dapat

mengembangkan diri untuk terlibat dalam beberapa jenis pekerjaan yang berkaitan

dengan kegiatan wisata bahari di kampungnya, seperti sebagai pemandu wisatawan

dan penyedia jasa transportasi, pemandu wisatawan sekaligus sebagai penyewaan

sarana dan prasarana transportasi untuk wisatawan, menyediakan homestay dan jasa

transportasi serta menyediakan rumah makan sekaligus jasa transportasi. Keadaan

ini menunjukkan bahwa ada beberapa orang kampung di Biak Timur daratan dan

Kepulauan Padaido yang semakin mampu berkembang dan mengembangkan diri

sebagai penunjang utama pengembangan wisata bahari di kampungnya. Kelompok

masyarakat ini bisa dikategorikan sebagai kelompok inti masyarakat (core societies}

yang paling berhasil dan paling banyak memperoleh pendapatan dari pengembangan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 83
Padaido dan Biak Timur Daratan
kegiatan wisata bahari di kampungnya atau di distriknya. Kelompok masyarakat ini

memang biasanya tidak banyak, sebagaimana pula pada sektor-sektor pembangunan

lainnya.

Jenis pekerjaan lainnya yang cukup banyak (15,6%) ditemukan, adalah jenis

pekerjaan lainnya. Seteleh ditelusuri ternyata kelompok masyarakat ini tidak

memahami secara baik dimana jenis keterlibatannya disebut sebagai suatu jenis

pekerjaan dalam kgiatan wisata bahari. Kelompok ini ternyata tidak menganggap

pekerjaannya sebagai pekerjaan yang dipandang memberikan kontribusi pendapatan

yang berarti bagi dirinya dan atau keluarganya. Termasuk dalam kategori ini adalah

anggota masyarakat yang hanya ikut-ikut saja secara sukarela dalam suatu kegiatan

wisata bahari di daerahnya. Kelompok ini beranggapan bahwa mengikuti atau terlibat

dalam suatu kegiatan wisata bahari hanya sebagai suatu hobby, kesenangan dan main-

main saja, sehingga walau tidak diberi uangpun oleh wisatawan dipandang tidak apa-

apa.

“ … kalau saya itu hanya senang-senang saja ikut bule-bule para wisatawan
itu, saya sudah senang dan bangga apabila bisa pergi-pergi bersama dengan
wisatawan asing, yang penting saya bisa makan dan minum. Kita kan bangga
juga bisa bersama-sama dengan wisatawan di daerah ini. Jadi, uang itu bukan
tujuan, dikasih atau tidak dikasih bagi saya sama saja. Hitung-hitung bisa
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan pengalaman bergaul dengan
wisatawan asing, yang pada akhirnya menguntungkan juga buat kita nanti … “
(pemuda, 2002).

“ … banyak hal yang bisa kita peroleh dengan melibatkan diri dalam kegiatan
wisatawan mancanegara itu, sehingga tidak perlu harus selalu mengejar uang,
malah terkadang dapat menurunkan tingkat kepercayaan wisatawan terhadap
kitorang … “ (pemuda kampung, 2002).

Tergolong kelompok masyarakat ini yang paling banyak ditemukan, adalah kaum

muda kampung dan kota yang mempunyai pendidikan relatif cukup baik. Tetapi

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 84
Padaido dan Biak Timur Daratan
sebenarnya kelompok ini kurang menyadari bahwa sesungguhnya apabila kehadiran

mereka dapat memberikan keceriaan, semangat, keamanan dan kelancaran kegiatan

wisata bahari pariwisata itu maka adalah layak saja apabila para wisatawan itu

memberikan imbalan atas jasanya. Perspektif berpikir begini mungkin belum terlalu

dipahami secara baik oleh kelompok masyarakat ini, padahal jumlah anggota

masyarakat yang terlibat dengan posisi pekerjaan seperti ini cukup banyak. Pada sisi

lain, sebenarnya pandangan hidup seperti ini malah bisa sebaliknya dapat

dimanfaatkan oleh para wisatawan yang biasa agak sulit dalam memberikan imbalan

jasa yang memadai atau wajar kepada pihak-pihak yang membantunya, sebab tidak

bisa disangkal pula ada banyak juga wisatawan yang pandai memanfaatkan jasa

masyarakat kampung guna menekan pengeluaran biaya atas kegiatan wisata yang

dilakukan dan dinikmatinya .

Jenis pekerjaan penyediaan rumah makan yang dikembangkan oleh masyarakat

kampung terhadap para wisatawan umumnya dalam bentuk yang masih sederhana,

tidak sebagaimana rumah makan yang sudah maju di daerah-daerah perkotaan.

Kemampuan masyarakat kampung menyediakan makanan dan minuman bagi

wisatawan umumnya masih dalam penyediaan makanan “rakyat” dan atau “makanan

alamiah” seperti papeda, keladi,ubi jalar, singkong (bakar dan rebus), ikan, udang,

cumi-cumi dan kepiting segar yang langsung ditangkap oleh masyarakat setempat dan

disediakan khusus untuk wisatawan. Selain itu untuk minuman umumnya masyarakat

hanya menyediakan air kelapa muda yang memang disenangi oleh umumnya

wisatawan mancanegara maupun domestik. Pemenuhan konsumsi wisatawan melalui

penyediaan makanan dan minuman seperti menjadi salah satu ciri khas dan daya tarik

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 85
Padaido dan Biak Timur Daratan
tersendiri dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Secara alamiah memang sumber

daya alam laut di wilayah ini menyediakan berbagai makanan dan minuman yang

memadai untuk kebutuhan wisatawan. Tetapi dalam kaitannya dengan penerimaan

pendapatan melalui jenis pekerjaan ini tergolong tidak terlalu besar, karena cukup

banyak juga kebutuhan wisatawan dibawa dari daerah perkotaan, terutama jenis

makanan kalengan, sehingga tidak semua kebutuhan dipenuhi di daerah wisata.

Perkembangan rumah makan di kampung-kampung memang masih sangat minim

karena konsumennya tidak banyak. Mengharapkan sesama orang kampung sebagai

konsumennya juga kurang tepat, sedangkan wisatawan yang datangpun mungkin

setahun hanya satu sampai dua kali saja.

3.2.3 Intensitas Keterlibatan Masyarakat

Pemahaman tentang keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan wisata bahari

di kampungnya dapat dijadikan indikator untuk memahami sejauhmana masyarakat

kampung dapat meningkatkan pendapatannya dari sektor wisata bahari di daerahnya.

Rendahnya intensitas keterlibatan masyarakat kampung atas semua kegiatan wisata

bahari di kampungnya merupakan petunjuk kurang berperannya sektor ini dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat asli yang bermukim di wilayah kawasan

terumbu karang Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 86
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 16
Intensitas Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
Tahun 2002

No Intensitas Keterlibatan Masyarakat Frekuensi Prosentase

1. Selalu terlibat 26 32,5


2. Kadang-kadang saja terlibat 37 46,3
3. Jarang terlibat 16 20
4. Jarang sekali terlibat 1 1,3

Jumlah 80 100
Sumber: Data survei, 2002
Catatan : 2 (dua) responden tidak menjawab

Temuan ini menunjukkan tidak semua kegiatan wisata bahari di satu kampung itu

dapat melibatkan anggota-anggota masyarakat secara terus menerus sepanjang ada

kedatangan wisatawan mancanegara dan domestik. Beberapa kemungkinan sebab-

sebab tidak semua anggota masyarakat selalu terlibat adalah (1) penyelenggara wisata

bahari berbeda-beda sehingga mengakibatkan para anggota masyarakat memiliki

jaringan kerja berbeda akan tidak dapat terlibat,(2) terdapat sejumlah anggota

masyarakat yang memiliki keahlian yang sama sehingga apabila salah satunya

terlibat, maka lainnya tidak dapat lagi terlibat, (3) kemungkinan para wisatawan

telah membawa beberapa orang dari kota yang bisa menggantikan tenaga kerja di

kampung tempat wisata, (4) para penyelenggara wisata bahari telah menyiapkan

semua kebutuhan para wisatawan dari perkotaan, (5) sesuai pengalaman sebelumnya

masyarakat tidak dapat memberikan pelayanan standard atau sesuai yang diinginkan

para wisatawan, dan (6) keberadaan anggota masyarakat di kampung yang tidak

berada di tempat ketika wisatawan datang.

Walaupun demikian, cukup banyak anggota masyarakat yang selalu terlibat dalam

setiap kegiatan wisata bahari di kampungnya. Kelompok masyarakat ini kemung

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 87
Padaido dan Biak Timur Daratan
kinan memang sudah disiapkan oleh pemerintah kabupaten, distrik (kecamatan) dan

kampung (desa), lembaga swadaya masyarakat dan swasta (agen penyelenggara

wisata). Anggota masyarakat ini kemungkinan pula merupakan individu-individu

yang memiliki jaringan tetap dengan para penyelenggara wisata bahari di Kabupaten

Biak Numfor. Mereka telah dididik secara khusus oleh berbagai instansi untuk

menunjang kegiatan wisata bahari, memiliki kemampuan dan pengalaman lebih

banyak dengan kegiatan wisatawan mancanegara dan domestik, dan menganggap

sektor pariwisata sebagai lapangan pekerjaan yang penting dalam menunjang

pendapatan keluarga.

“ … beberapa orang yang terlibat secara intensif dalam kegiatan wisata bahari
di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido, memang merupakan orang-
orang yang semula pernah bekerja di Hotel Marauw yang bekerja sebagai
pemandu wisata dan para penyelam, sehingga mereka telah memiliki
pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang sangat baik dalam
kegiatan wisata bahari … “ (agen wisata bahari, 2002).

“ … dalam sepengetahuan saya, memang para guide dan penyelam di


beberapa agen wisata di daerah ini adalah bekas karyawan Hotel Marauw
yang memang sudah berpengalaman di bidangnya … “ (tokoh pemerintah
kampung, 2002).

“ … ada pula anggota masyarakat di kampung ini yang menjadi anggota tetap
suatu lembaga swadaya masyarakat, seperti Rumsram, mereka tinggal di
kampung atau di pulau Dawi dan apabila ada kelompok wisatawan yang
dikelola oleh lembaganya, maka otomatis mereka terlibat dalam sepanjang
kegiatan wisata bahari di kampungnya … “ (anggota masyarakat kampung,
2002).

Terdapat pula sejumlah anggota kelompok masyarakat (responden) kampung-

kampung kawasan terumbu karang yang pernah terlibat dalam kegiatan wisata bahari,

akan tetapi keterlibatannya jarang sekali. Kelompok ini bisa dikatakan hanya secara

kebetulan saja terlibat dalam kegiatan wisata bahari, mereka tidak berhubungan

secara resmi dengan agen penyelenggara wisata bahari di perkotaan. Bisa dipastikan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 88
Padaido dan Biak Timur Daratan
karena keterlibatannya jarang sekali, maka pendapatan yang dihasilkan tidak akan

banyak. Keterlibatannya juga diperkirakan kuat hanya pada sektor jasa yang tidak

banyak menghasilkan uang. Jenis anggota masyarakat, kelompok ini cukup banyak

prosentasenya dalam populasi keseluruhan responden.

3.2.4 Ciri Keterlibatan Masyarakat

Ciri keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di kampung-kampung

kawasan terumbu karang di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido merupakan

bagian dari upaya untuk memahami bagaimana sesungguhnya ciri keterlibatan

masyarakat secara lebih mendalam. Pemahaman ini akan memberikan masukan

kepada semua pihak terkait tentang dinamika perkembangan wisata bahari di daerah

ini. Dalam sisi sosial budaya masyarakat kampung misalnya maka dapat dipastikan

bahwa kaum laki-laki akan lebih banyak terlibat dibanding kaum perempuan dalam

kegiatan wisata bahari di kampung. Hal ini disebabkan sesuai sistem dan nilai adat

istiadat setempat tidak terlalu memberikan kebebasan terhadap kaum perempuan

untuk berhubungan dengan kelompok masyarakat dari luar lingkungan kampungnya.

Dalam pemahaman seperti ini pula, maka bisa dipastikan bahwa kepala keluarga

(laki-laki) akan lebih banyak terlibat dibanding para ibu rumah tangga. Budaya

patriarchi menyebabkan kaum perempuan selalu dibatasi keterlibatannya dalam

dalam sektor publik. Sistem pembagian kerja sesuai gender dalam kehidupan

masyarakat kampung telah menempatkan kaum perempuan di kampung lebih banyak

bekerja di ranah domestik dibanding ranah publik. Dalam masyarakat kampung

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 89
Padaido dan Biak Timur Daratan
memang kehidupan masyarakat masih terikat kuat dengan sistem dan nilai sosial

budaya tradisional.

Tabel 17
Ciri Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido Tahun 2002

No Ciri Keterlibatan Masyarakat Frekuensi Prosentase

1. Kepala Keluarga 33 40,2


2. Ibu Rumaha Tangga 6 7,5
3. Anak-anak 7 8,8
Famili/ Sepupu
4. 11 13,8
Kepala Keluarga & Ibu Rumah Tangga
5. Kepala Keluarga & Anak-anak
8 10,0
6. Kepala Keluarga & Famili/ Sepupu 6 7,5
7. Ibu Rumah Tangga & Anak-anak 6 7,5
8. Ibu Rumah Tangga & Famili/ Sepupu 2 2,5
1 1,3
Jumlah 80 100

Sumber : Data Survei, 2002


Catatan : 2 (dua) responden tidak menjawab

“…..kitorang (kami) punya adat istiadat disini memang menyebabkan kaum


perempuan tidak akan secara leluasa terlibat dengan orang-orang (wisatawan)
yang dianggap bukan orangnya sendiri (orang sesama kampung). Hal ini
berakibat sekali dalam keterlibatan perempuan apabila ada kunjungan
wisatawan …” (anggota masyarakat kampung, 2002)

“…..menghadapi para wisatawan ini “lebih cocok”,”lebih pantas” dan “lebih


layak” dilakukan laki-laki dibanding perempuan. Kalau perempuan terlalu
aktif dengan para wisatawan itu “tidak layak” dan “ tidak wajar”. Makanya di
kampung ini para laki-laki yang lebih banyak berperan atau terlibat. Kalaupun
ada perempuan biasanya selalu ada suaminya atau saudaranya laki-laki…”
(tokoh masyarakat kampung, 2002).

Data tabel dan ungkapan diatas memang menunjukkan keterlibatan kaum laki-laki

lebih banyak atau dominan dibandingkan kaum perempuan. Pengertian Kepala

Keluarga bisa diasosiasikan dengan kaum laki-laki, demikian pula pemahaman

tentang anak-anak lebih dipahami sebagai anak laki-laki dibanding anak perempuan,

walaupun memang ada kegiatan wisata bahari yang melibatkan kaum perempuan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 90
Padaido dan Biak Timur Daratan
seperti memasak dan menyediakan makanan dan minuman untuk wisatawan.

Keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari juga ditemukan

melibatkan beberapa anggota keluarga terdekat lainnya, dan atau masih ada

hubungan-hubungan keluarga, sebagaimana pula pada data diatas yang menunjukkan

keterlibatan bersama-sama antara Kepala Keluarga bersama ibu Rumah Tangga,

Kepala Keluarga (bapak) dengan anak-anaknya, Kepala Keluarga dengan familinya

atau sepupu, ibu Rumah Tangga dengan anak-anaknya serta ibu Rumah Tangga

dengan familinya atau sepupunya. Kondisi ini pula pada satu sisi bisa menunjukkan

bahwa ikatan sistem kekeluargaan di kampung digunakan untuk menunjang atau

mengembangkan keterlibatan anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari di

kampungnya.

3.2.5 Determinan Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata bahari di kampungnya

tentunya ditentukan oleh aspek yang beragam dan kompleks pula. Dalam konteks ini

maka perlu dipahami bagaimana persepsi, pandangan, dan pemikiran masyarakat

kampung tentang determinan (faktor-faktor yang mempengaruhi) keterlibatan

seseorang atau sekelompok orang dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya.

Analisis ini bisa berguna untuk lebih memahami kendala pengembangan

pembangunan bidang kepariwisataan didaerah ini.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 91
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 18
Determinan Keterlibatan Masyarakat Dalam Kegiatan Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
(dalam perspektif masyarakat kampung)
No Determinan Keterlibatan Masyarakat Frekuensi Prosentase

1. Penguasaan bahasa asing 2 2,5


2. Memiliki sarana/ prasarana 14 17,5
3. Memiliki hubungan kerja dengan pengelola wisata 10 12,5
4. Pemilik wilayah adat 14 17,5
5. Sebagi aparat pemerintah kampung 5 6,3
6. Bahasa asing & memiliki sarana 16 20
7. Bahasa asing & menguasai adat (hak ulayat) 2 2,5
8. Bahasa asing & sebagai aparat kampung 1 1,3
9. Pemilik sarana & hubungan kerja dengan agen 6 7,5
10. Pemilik sarana & menguasai adat 6 7,5
11. Pemilik sarana & aparat kampung 1 1,3
12 Hubungan kerja & sebagai aparat kampung 1 1,3
Jumlah 80 100
Sumber : Data Survei, 2002
Catatan : 2(dua) responden tidak menjawab

Berdasarkan data tabel diatas dipahami bahwa sebagian masyarakat terlibat dalam

kegiatan wisata bahari di kampungnya oleh karena memiliki sesuatu keahlian atau

kemampuan dalam bahasa Inggris untuk melakukan komunikasi dengan para

wisatawan mancanegara, maupun membangun sarana dan prasarana penunjang wisata

bahari di kampungnya, memiliki atau mempunyai hubungan kerja dan atau jaringan

kerja dengan para pengelola program atau kegiatan wisata bahari di perkotaan Biak

Numfor, anggota masyarakat yang mempunyai hak ulayat atas kawasan wisata bahari

yang dijadikan kegiatan wisata bahari, dan anggota masyarakat kampung yang

menjadi aparat pemerintahan desa sehingga mempunyai wewenang atas semua

kegiatan pembangunan yang ada di kampung.

Secara spesifik dapat dikatakan bahwa anggota masyarakat yang paling intensif

dalam melibatkan diri dalam kegiatan wisata bahari, khususnya wisatawan asing yang

paling banyak memberikan kontribusi pendapatan terhadap masyarakat adalah (1)

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 92
Padaido dan Biak Timur Daratan
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan bahasa asing (Inggris), (2) memiliki

sarana dan prasarana penunjang wisata bahari, (3) anggota masyarakat sebagai

pemilik wilayah adat di kawasan wisata bahari, dan (4) anggota masyarakat yang

memiliki hubungan kerja atau bekerja dalam suatu institusi atau agen pengelola

wisata bahari di daerah ini. Sedangkan latar belakang lainnya walaupun berpengaruh

tetapi tidak terlalu kuat mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang memasuki

kegiatan wisata bahari di daerahnya masing-masing. Determinan ini kemudian telah

membatasi anggota masyarakat kampung lainnya untuk terlibat dalam kegiatan wisata

bahari. Apabila masyarakat lainnya tidak berusaha untuk mendapatkan kemampuan-

kemampuan diatas maka bisa dipastikan akan terus tidak dapat terlibat dalam kegiatan

wisata bahari di daerahnya.

“…..terus terang saja kitorang (kami) begini susah untuk terlibat dalam
kegiatan wisata bahari yang ada di kampung ini karena banyak hal, seperti
kitorang tidak tahu bahasa Inggris sedikitpun, sehingga bagaimana mungkin
kitorang mau terlibat, dorang (wisatawan) mau tanya barang sederhana saja
kitorang sutara tahu apa-apa. Jadi memang harus bisa sedikit-sedikitlah,
sebab pada umumnya mereka itu tidak tahu bahasa Indonesia….”(anggota
masyarakat,2002)

“….dorang (anggota masyarakat yang terlibat) bisa terlibat dengan baik


karena sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan sehingga mudah saja.
Kitorang jangan paksa-paksa mau terlibat nanti kitorang malu
sendiri….”(anggota masyarakat, 2002).

Pemberdayaan, penguatan, pendampingan dan penyuluhan terhadap masyarakat asli

setempat kawasan terumbu karang dalam kerangka peningkatan sumberdaya manusia

melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan masalah kepariwisataan, khususnya

wisata bahari menjadi aspek penting yang perlu terus dikembangkan oleh semua

pihak seperti masyarakat sendiri, pemerintah, swasta dan Lembaga Swadaya

Masyarakat, agar masyarakat secara keseluruhan dan lebih maksimal dapat terlibat

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 93
Padaido dan Biak Timur Daratan
dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya sehingga kemudian akan dapat

memperbaiki kehidupan sosial, budaya dan ekonominya melalui pengembangan

wisata bahari di daerah ini. Tanpa keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam

sektor pembangunan unggulan ini maka pembangunan kepariwisataan di Kabupaten

Biak Numfor diperkirakan hanya akan diperuntukkan dan atau menguntungkan

sekelompok kecil masyarakat perkotaan saja yang secara sosial ekonomi

sesungguhnya kehidupannya sudah mapan.

Masih relatif kurangnya keterlibatan masyarakat dalam sektor wisata bahari di

kampung-kampung ini memang disebabkan oleh aspek yang sangat kompleks,

beragam dan dimensional serta tidak mudah untuk dipecahkan. Penanganan

keterlibatan masyarakat perlu dilakukan secara integrated, multi disiplin dan holistik,

tidak bisa hanya pada satu atau dua sisi saja pendekatan. Persoalan psikologis, sosial,

budaya, ekonomi, politik, kebijakan, ideologi, keamanan, dan kenyamanan wisatawan

turut berpengaruh dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam sektor

pembangunan unggulan di Kabupaten Biak Numfor ini. Persoalan di tingkat

masyarakat saja tidak mudah untuk dipecahkan sehingga dalam pemahaman demikian

maka perlu adanya kesepahaman bersama, keinginan bersama, kehendak bersama,

dan kemauan bersama semua pihak ( multi pihak) terkait untuk berjuang bersama-

sama membangun sektor pembangunan unggulan di pulau karang tercinta ini.

Persoalan pada tingkat institusi pemerintah hingga kini juga tidak mudah untuk

dipecahkan seperti walaupun Kabupaten Biak Numfor telah mencanangkan sektor

pembangunan pariwisata sebagai sektor unggulan pembangunan daerah ini tetapi

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 94
Padaido dan Biak Timur Daratan
realisasi konsep kebijakan ini hingga kini dipandang belum terlalu baik oleh kalangan

internal pemerintah daerah sendiri.

“…..kita juga bingung dengan strategi, kebijakan dan program pembangunan


di daerah ini, sebab walaupun telah dicanangkan sektor kepariwisataan
sebagai sektor unggulan pembangunan daerah ini tetapi dana pembangunan
untuk sektor ini sangat minim, sehingga bagaimana mungkin kita dapat
mengembangkan sektor wisata bahari, sesuatu yang tidak mungkin….” (aparat
pemerintah, 2002).

“….. perlu ada kerjasama yang lebih baik antara semua pihak yang bergerak
di sektor kepariwisataan di daerah ini. Pemerintah daerah propinsi Papua,
Kabupaten Biak Numfor serta swasta nasional dan daerah misalnya harus
lebih diberi peran yang lebih aktif dan leluasa dalam mengembangkan sektor
kepariwisataan. Kasus Hotel Marauw yang ditutup menjadi salah satu contoh
dimana salah satu penunjang utama sektor pariwisata di daerah ini menjadi
terbengkalai, padahal investasi yang ditanamkan dalam hotel bertaraf
internsional itu menjadi sia-sia, bahkan kini dijuluki masyarakat sebagai
“rumah hantu”…..” (tokoh masyarakat,2002).

“…..daerah kabupaten ini disebut-sebut orang sebagai kota wisata, tetapi aneh
juga, oleh karena kita sangat jarang melihat orang-orang bule di daerah ini.
Perlu pemikiran kembali tentang strategi, kebijakan dan program
pembangunan kepariwisataan di daerah ini….”(Tokoh masyarakat Propinsi
Papua,2002).

Upaya meningkatkan keterlibatan, partisipasi, peran dan fungsi masyarakat asli

setempat di kawasan terumbu karang hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari

keseluruhan upaya dan persoalan pembangunan kepariwisataan di daerah ini sehingga

perlu mendapat perhatian dari semua pihak terkait seperti masyarakat sendiri (civil

society), swasta (private sector) dan pemerintah (state). Memperhatikan berbagai

permasalahan yang dikemukakan maka dapat diperkirakan bahwa upaya

meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kerangka upaya memperbaiki

kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor wisata bahari di daerah ini

perlu proses dan waktu yang panjang.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 95
Padaido dan Biak Timur Daratan
BAB IV

DAMPAK WISATA BAHARI

4.1 Perkembangan Wawasan dan Perilaku Ekonomi Masyarakat

Bagaimanapun juga bisa dikatakan pembangunan kepariwisataan selama ini telah

memberikan kontribusi yang berarti terhadap pembangunan secara keseluruhan di

daerah ini. Proses pengembangan pembangunan di segala bidang pada taraf tertentu

telah ditunjang oleh pembangunan bidang kepariwisataan. Perkembangan sektor

swasta melalui penyediaan, pengembangan dan pembangunan hotel-hotel di daerah

ini merupakan indikator penting pembangunan kepariwisataan walaupun mengalami

berbagai persoalan tetapi tetap bertahan dan terus bergerak maju ke depan. Jumlah

hotel yang terus bertambah hingga kini merupakan hasil kalkulasi ekonomi akan terus

berkembangnya sektor kepariwisataan di Kabupaten ini. Kini (di tahun 2002) telah

selesai dibangun pula sebuah hotel berbintang dan berdasarkan diskusi dengan

pengurus hotel terungkap bahwa pembangunan hotel baru merupakan implikasi dari

suatu studi kelayakan atau kalkulasi ekonomi yang menunjukkan pengembangan

kepariwisataan ke depan akan lebih baik, apalagi apabila terjadi perubahan strategi

pembangunan, seperti pembukaan kembali rute penerbangan internasional antara Biak

Numfor (Frans Kaisepo) langsung dengan Hawai (Honolulu) atau Amerika Serikat.

“…..ketika masih ada route penerbangan internasional maka tingkat


kunjungan atau kedatangan wisatawan mancanegara ke daerah ini sangat
tinggi dibanding ketika rute penerbangan internasional ditutup.Rencana
pembukaan kembali rute penerbangan internasional ini diprediksikan
kuat akan meningkatkan kembali jumlah kunjungan atau kedatangan
wisatawan intenasional ke daerah ini, baik sebagai daerah tujuan wisata
utama maupun daerah sasaran wisata antara….”(swasta,2002).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 96
Padaido dan Biak Timur Daratan
Keberadaan dan masih beroperasinya terus agen-agen wisata bahari di daerah

perkotaan dan kampung-kampung juga merupakan indikator masih berjalan dan

berlangsungnya sektor wisata bahari walaupun belum berkembang secara maksimal.

Keberadaan sarana dan prasarana penunjang wisata bahari yang dikembangkan pihak

pemerintah daerah, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan anggota

masyarakat umum lainnya menunjukkan kalkulasi atau perhitungan ekonomi terhadap

pengembangan sektor kepariwisataan kini dan masa depan dipandang sebagai sektor

usaha yang masih menjanjikan secara ekonomi dalam pembangunan daerah ini.

Masih bertahannya toko-toko souvenir diperkotaan pada saat proses perkembangan

pembangunan kepariwisataan belum berlangsung dengan biak bisa merupakan

indikator lain bahwa sektor ini masih terus berjalan, walaupun pada taraf yang masih

belum terlalu baik. Penjualan beberapa barang souvenir, walaupun tidak banyak tetapi

masih terus berlangsung sehingga menunjukkan masih bergeraknya sektor

pembangunan kepariwisataan.

Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor menunjukkan wisatawan

mancanegara dan domestik masih terus berkunjung atau berdatangan, walaupun tidak

sebanyak ketika masih ada penerbangan internasional. Tingkat hunian di hotel-hotel

walaupun masih rendah akan tetapi tetap menunjukkan keberlangsungan, sehingga

menunjukkan daerah ini masih menjadi daerah tujuan utama atau sasaran antara

wisatawan mancanegara dan domestik. Publikasi tentang potensi atau keindahan

terumbu karang dan potensi laut lainnya sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru

dunia sebagai bagian dan akibat dari program-program pemasaran paket wisata bahari

yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah daerah, swasta dan lembaga swadaya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 97
Padaido dan Biak Timur Daratan
masyarakat (LSM). Sejumlah wisatawan yang datang ke wilayah ini juga

mengemukakan kedatangan mereka karena mendapat informasi dari sejumlah

wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke daerah ini.

Pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari di Biak Timur daratan

dan Kepulauan Padaido belum dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat

kampung di daerah ini. Sebagian masyarakat asli di kawasan terumbu karang di Biak

Timur daratan dan Kepulauan Padaido belum bisa memperoleh pendapatan tambahan

dari bidang pembangunan ini, karena berbagai kendala yang dihadapi.Penduduk

kampung yang sudah mampu terlibat dalam kegiatan-kegiatan wisata bahari di

kampungnya, sudah akan dapat merasakan dampak positif ekonomi dari

pembangunan wisata bahari selama ini. Kelompok masyarakat yang sudah mampu

terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya memperoleh pendapatan

ekonomi dengan beberapa klasifikasi seperti klasifikasi rendah, sedang dan tinggi.

Jenis keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari disini, dipisahkan dengan

kelompok masyarakat di perkotaan yang juga memperoleh pendapatan dari sektor

pembangunan ini. Kelompok terakhir ini memperoleh pendapatan jauh lebih banyak

dari pendapatan masyarakat kampung.

Kelompok masyarakat yang selama ini sudah mampu melibatkan diri dan

keluarganya dalam berbagai kegiatan wisata bahari di kampungnya masing-masing

memberikan penjelasan tentang peranan atau kontribusi pembangunan sektor wisata

bahari di daerahnya terhadap pendapatan keluarga, sebagai berikut.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 98
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 19
Kontribusi Sektor Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat (Responden) di Biak
Timur daratan dan Kepulauan Padaido.

No. Kontribusi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Frekuensi Prosentase


Masyarakat

1. Dapat menambah pendapatan keluarga 64 82,1


2. Sedikit berpengaruh terhadap pendapatan keluarga 12 15,4
3. Tidak berpengaruh terhadap pendapatan keluarga 10 12,5

Jumlah 78 100

Sumber : Data survei, 2002


Catatan : 4 (empat) responden tidak menjawab

Temuan ini menunjukkan adanya dampak positif pembangunan kepariwisataan

terhadap kehidupan ekonomi masyarakat kampung, walaupun taraf pengaruhnya

belum terlalu mampu untuk meningkatakan secara cepat kehidupan ekonomi

masyarakat. Kontribusi sektor wisata bahari memang masih dinikmati oleh sebagian

kecil masyarakat kampung di dua kawasan tersebut, tetapi sebagian besar (82,1%)

masyarakat kampung yang sudah terlibat itu berpendapat dan atau beranggapan

bahwa sektor pembangunan ini sangat membantu penambahan pendapatan keluarga

di kampung-kampung. Kelompok masyarakat ini memang tergolong dalam kelompok

masyarakat yang sudah berhasil (beruntung) memanfaatkan pembangunan sektor

kepariwisataan di wilayah dengan berbagai strategi secara individu maupun

kelompok. Pembangunan wisata bahari memang telah memberikan dampak positif

terhadap penduduk kampung yang bermukim di kawasan terumbu karang, walaupun

memang belum maksimal dibanding masyarakat kota yang secara ekonomi sudah

mampu menyediakan program-program wisata dengan lebih baik.

“ … para pemilik hotel dan punya fasilitas kegiatan wisata bahari yang
hingga kini lebih diuntungkan. Koordinasi dan kerjasama antara pemilik
modal dan masyarakat , memang belum berkembang dengan baik.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 99
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pemerintah daerah perlu lebih menciptakan peluang kepada masyarakat
kampung, agar dapat lebih banyak memperoleh keuntungan ekonomi ...“
(Yayasan Rumsram, 2002)

“ … perlu memang menciptakan kegiatan-kegiatan untuk masyarakat


kampung. Jika pariwisata berjalan, maka masyarakat perlu disiapkan
supaya dapat ikut serta di dalamnya seperti melalui group tari, nyanyian,
pemandu (guide), diver dan cenderamata … “ (Biak Diving Center,
(EF),2002).

Keterbatasan masyarakat kampung untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari,

memang dipandang banyak pihak karena masalah sumber daya manusia, kerjasama

dan lemahnya sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain, walaupun memberikan dampak

positif bagi sekelompok masyarakat kawasan ini, tetapi karena kontribusinya masih

relatif kecil diantara anggota masyarakat sendiri ada yang masih melihat sektor

pembangunan sebagai sesuatu yang belum bisa digunakan sebagai pekerjaan utama

atau pekerjaan pokok keluarga, sehingga wajar apabila ada masyarakat yang

walaupun sudah terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya, tetapi masih

belum percaya benar dengan keunggulan sektor ini dibanding sektor usaha yang

selama ini dilakukan masyarakat kampung seperti menjadi nelayan dan petani

tradisional.

Dalam pemahaman masyarakat seperti itulah, maka ditemui adanya perbedaan

pandangan dalam masyarakat tentang “ditutupnya” beberapa kawasan pantai karena

dipetakan menjadi kawasan wisata bahari. Ditemukan ada anggota masyarakat yang

menyetujui dan kurang menyetujui penutupan atau peruntukkan beberapa kawasan

pantai kepentingan pengembangan wisata bahari, karena dipandang merugikan atau

membatasi perilaku dan kebiasaan masyarakat kampung. Perlu dipahami bahwa salah

satu strategi pengembangan wisata bahari di daerah ini, adalah dibatasinya beberapa

kawasan perairan pantai dari berbagai kegiatan masyarakat seperti memancing,

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 100
Padaido dan Biak Timur Daratan
menjaring, cungkilisasi, balobe, penggunaan potas, akar tuba dan bom untuk

menangkap ikan oleh karena sudah ditetapkan, diperuntukkan digunakan sebagai

kawasan wisata bahari.

Tabel 20
Pandangan Masyarakat Tentang Penggunaan Kawasan Terumbu Karang Dalam
Pembangunan Wisata Bahari di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido

No Pemanfaatan Kawasan Terumbu karang Frekuensi Prosentase


1. Lebih menguntungkan secara ekonomi 41 52,6
2. Mengurangi sumber pendapatan masyarakat 14 17,9
3. Wisata bahari kurang menguntungkan masyarakat 3 3,8
4. Lebih menyusahkan masyarakat kampung 15 19,2
5. Ditutup dan tidak sama saja bagi ekonomi masyarakat 5 6,4
Jumlah 78 100
Sumber : Data Survai, 2002
Catatan : 4 (responden) tidak menjawab

Mencermati pandangan masyarakat kampung ini maka sebagian besar masyarakat

(52,6%) beranggapan prospek pengembangan wisata bahari di kampungnya dalam

kerangka memperbaiki kehidupan sosial ekonomi keluarga sudah cukup baik.

Termasuk dalam kelompok masyarakat ini adalah mereka yang memiliki intensitas

keterlibatan kegiatan wisata bahari lebih baik dibanding anggota masyarakat

lainnya, atau memiliki kegiatan wisata bahari yang lebih tinggi dibanding anggota

masyarakat lainnya. Walaupun demikian masih cukup banyak anggota masyarakat

yang walaupun pernah terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampung, tetapi

mungkin karena memperoleh pendapatan tidak banyak atau tidak memuaskan, maka

masih beranggapan penutupan atau pemetaan beberapa kawasan perairan untuk

kepentingan pengembangan wisata bahari dipandang mengurangi pendapatan

keluarga, karena tidak lagi dapat memancing atau mencari ikan secara bebas. Bisa

saja daerah yang diperuntukkan sebagai tempat wisata justru memiliki potensi laut

yang lebih baik dibanding kawasan perairan lainnya.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 101
Padaido dan Biak Timur Daratan
Belum baiknya pengembangan wisata bahari menimbulkan pemahaman sebagian

masyarakat lain bahwa program pengembangan pembangunan wisata bahari malah

menyebabkan masyarakat tidak secara leluasa untuk mencari ikan, udang, cumi-

cumi atau kepiting di wilayah perairan adatnya. Bagi masyarakat yang kurang

mendapatkan keuntungan dari kegiatan wisata bahari di kampungnya malah bisa

beranggapan program pengembangan kepariwisataan di kampungnya malah dapat

lebih menyusahkan ekonomi keluarga. Dalam kondisi ini maka apabila program

wisata bahari tidak membaik, maka bisa saja jumlah orang yang beranggapan

program wisata bahari tidak menguntungkan masyarakat malah akan semakin

bertambah jumlahnya, sehingga akan menjadi persoalan baru dan serius bagi

program pembangunan wisata bahari, meningkatnya jumlah masyarakat yang

menolak pengembangan wisata bahari di kampung-kampung. Tidak membaiknya

pembangunan wisata bahari akan dapat melemahkan keinginan masyarakat untuk

ikut terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya, tidak diperkenankannya

kegiatan wisata bahari oleh masyarakat adat, dan melemahnya keinginan

masyarakat untuk membangun sarana dan prasarana penunjang wisata bahari di

kampungnya, sebagaimana ungkapan-ungkapan berikut ini.

“….masyarakat belum siap mentalnya. Kadang bule yang datang tidak


dapat menikmati wisatanya karena dijadikan tontonan oleh masyarakat.
Masyarakat masih memerlukan waktu cukup lama untuk meningkatkan
wawasan, pandangan dan persepsi terhadap pembangunan
wisata….”(Diparda Biak Numfor (JT), 2002).

“…masyarakat belum menikmati hasil pembangunan wisata bahari dengan


baik, kalaupun ada hanya sedikit. Yang menikmati sebenarnya adalah
orang-orang yang memiliki fasilitas….” (Bappeda Kabupaten Biak
Numfor (MI), 2002).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 102
Padaido dan Biak Timur Daratan
“…..masyarakat belum menikmati hasil pembangunan wisata bahari
dengan baik. perlu memberdayakan masyarakat, memberikan pekerjaan
kepada masyarakat seperti penyediaan tempat, penyediaan perahu,
penyewaan homestay, penyediaan makanan dan minuman, objek perlu
diperbaiki dan ditata dari bahan yang alami saja. Buat kelompok atau
pribadi untuk menata objek wisata dan daya tarik wisata….”. (Travel Biak
Paradise (B),2002)

Pandangan – pandangan ini menunjukkan masyarakat yang terlibat dan

memperoleh pendapatan dari wisata bahari masih rendah dan meyebabkan masih

banyaknya masyarakat berpandangan pembangun wisata bahari tidak memberikan

keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Biasanya memang pandangan masyarakat

akan disesuaikan dengan kondisi yang dihadapinya. Apabila semakin banyak

masyarakat memperoleh dampak positif dari program pembangunan wisata bahari

di kampungnya , maka semakin banyak pula pandangan positif masyarakat terhadap

sektor pembangunan ini, demikian sebaliknya. Memperhatikan proporsi pandangan

masyarakat dapat diperkirakan masih banyak masyarakat belum menikmati

keuntungan ekonomi dari pembangunan wisata bahari di kampungnya.

Temuan ini bisa menjadi masukan penting bagi semua pihak bahwa apabila proses

perkembangan wisata bahari masih seperti sekarang ini, maka bisa saja terjadi

sekelompok masyarakat yang selama ini mendukung sektor pembangunan ini

kemudian mengurangi dukungannya, dan apabila ini terjadi maka bisa merupakan

suatu pukulan, tantangan atau hambatan bagi upaya-upaya yang selama ini

dilakukan dengan susah payah dan tidak sedikit. Disinilah kontuinitas program

pembangunan wisata bahari dalam kehidupan masyarakat perlu terus dilakukan

secara terencana, terkoordinasi dan terintegrasi.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 103
Padaido dan Biak Timur Daratan
“…..ada memang bule (wisatawan mancanegara) yang datang ke kampung
ini tetapi terbatas. Ada yang mendapatkan pendapatan dari kegiatan ini
tetapi sedikit saja dan itu pun jarang. Apalagi sekarang wisatawan sudah
jarang sekali datang….”(pengelola homestay Desa Nyansoren (ZR), 2002).

“…..pendapatan dari wisata bahari ada tetapi sedikit saja, apalagi kegiatan
wisata sudah tidak seperti dahulu lagi.Masyarakat biasanya sebatas menjual
cenderamata. Biasanya orang-orang tertentu saja yang terlibat dengan orang-
orang kota sebagai penyelenggara wisata….”(anggota masyarakat Desa pasi
(W),2002).

“…..masyarakat memperoleh sedikit pendapatan, tetapi tidak semua, karena


tergantung dari siapa yang mampu melayani kebutuhan wisatawan.
Masyarakat kurang terlibat karena kurang mempersiapkan diri untuk
melayani wisatawan. Belum dapat memperbaiki ekonomi masyarakat karena
pendapatan yang diperoleh tidak besar dan tidak semua masyarakat desa
menikmatinya….”(anggota masyarakat Desa Wundi (ZM), 2002).

Kesediaan masyarakat mengembangkan beberapa kawasan terumbu karang di

kampung menjadi wilayah wisata merupakan suatu strategi pengembangan ekonomi

rakyat sekaligus dukungan dari masyarakat terhadap program ini. Motivasinya

adalah mengharapkan agar wilayah-wilayah yang diperuntukkan guna kegiatan

wisata itu dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih baik dari

sebelumnya, walaupun untuk itu mereka harus berkorban untuk melakukan aktivitas

laut pada tempat-tempat di luar zonasi kawasan wisata. Pengembangan sektor

pariwisata telah mengubah perilaku ekonomi masyarakat kampung. Perilaku

ekonomi masyarakat kini semakin beragam dengan berkembangnya sektor

pembangunan wisata bahari, yang semula hampir seluruhnya bekerja sebagai

nelayan tradisional, petani tradisional, perkebunan (dusun) kelapa, tukang besi,

perdagangan (kios), jasa transportasi antar pulau, pegawai negeri, pegawai swasta,

kerajinan rumah tangga, peternakan dan merambah hasil hutan.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 104
Padaido dan Biak Timur Daratan
4.2 Perubahan Perilaku Ekonomi Masyarakat

Dampak pembangunan kepariwisataan terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat kampung dipahami melalui pendapat masyarakat terhadap perubahan

dan atau perkembangan perilaku ekonomi masyarakat kampung. Pandangan umum

masyarakat kampung dapat dijadikan sebagai indikator adanya perkembangan

perilaku ekonomi masyarakat kampung sebagai dampak pembangunan wisata

bahari terhadap kehidupan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan

wisata bahari memang belum menjamin seseorang kemudian memiliki pandangan

positif terhadap sektor ini, karena apabila keterlibatannya tidak menghasilkan

keuntungan ekonomi yang diharapkan, maka pandangannya tidak akan terlalu baik

terhadap sektor ini, bahkan mungkin sebaliknya. Perkembangan dan atau perubahan

ekonomi masyarakat kampung dipahami sebagai terjadinya perubahan perilaku

ekonomi masyarakat sebagai akibat dikembangkannya kegiatan wisata bahari.

Apabila perilaku ekonomi masyarakat menjadi bertambah banyak dan sumber

pendapatan masyarakat bertambah sebagai akibat pembangunan wisata bahari di

daerahnya maka bisa dikatakan telah terjadi perkembangan perilaku ekonomi

masyarakat kampung. Sebaliknya, apabila perilaku ekonomi dan sumber

pendapatan masyarakat malah berkurang, maka pembangunan wisata bahari

terhadap masyarakat di kampung-kampung berdampak negatif terhadap kondisi

ekonomi masyarakat.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 105
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 21
Perubahan/ Perkembangan Pendapatan Responden
Dari Sektor Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido

No Perkembangan Ekonomi Masyarakat Frekuensi Prosentase


1. Menambah pendapatan keluarga 64 82,1
2. Sedikit saja berpengaruh terhadap pendapatan 12 15,4
3. Tidak berpengaruh sama sekali 2 2,6
Jumlah 78 100
Sumber : Data Survai, 2002
Catatan : 4 (empat) responden tidak menjawab

Data menunjukkan sebagian besar masyarakat (responden) berpandangan sektor

wisata bahari yang dikembangkan di kampungnya telah memberikan keuntungan

ekonomi bagi dirinya, keluarga dan masyarakatnya. Dalam kehidupan masyarakat

kampung yang serba terbatas kondisi sosial ekonominya maka sekecil apapun atau

berapapun saja pendapatan tambahan dari sektor ekonomi baru dalam lingkungan

kehidupannya, maka masyarakat akan beranggapan atau berpendapat telah terjadi

perubahan atau perkembangan dalam ekonomi keluarga atau masyarakatnya.

Pendapatan masyarakat kampung yang selama ini memang masih rendah, karena

pendapatan masyarakat hanya diperoleh dari jenis pekerjaan yang secara ekonomi

memiliki tingkat dan nilai ekonomi rendah. Masih rendahnya sumberdaya manusia

dan terbatasnya lapangan pekerjaan produktif menyebabkan masyarakat hidup

dalam kondisi yang serba terbatas taraf ekonominya sepanjang hidup. Kondisi ini

memang paling banyak terjadi pada masyarakat kampung di Kabupaten Biak

Numfor dan Provinsi Papua pada umumnya. Masyarakat masih banyak yang hidup

pada garis kemiskinan atau pra sejahtera.

“…..masyarakat disini banyak yang tidak mampu. Apabila turis


(wisatawan mancanegara) datang kesini paling masyarakat disini hanya
mampu menyediakan kelapa muda dan ikan saja….”(anggota masyarakat
Desa Wundi (F),2002).

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 106
Padaido dan Biak Timur Daratan
“….program pembangunan ini tidak dapat memperbaiki kondisi ekonomi
masyarakat desa oleh karena hanya berguna bagi masyarakat yang
mengantar turis atau orang yang terlibat dalam kegiatan itu. Masyarakat
kurang terlibat karena turis jarang sekali datang dan kalaupun terlibat
hanya sebagai penyewa perahu jonson dan pemandu…..”(kepala Desa
Pasi(TK),2002).

Bagi masyarakat kota yang umumnya kehidupan sosial ekonominya lebih baik

dibanding dengan masyarakat kampung, maka akan sulit untuk berpandangan

pendapatan yang sedikit dan jarang diterima dari salah satu sektor usaha merupakan

suatu kejadian ekonomi yang memberikan nilai ekonomi dan perkembangan berarti

dalam kehidupan ekonomi keluarga. Tetapi, bagi masyarakat kampung yang

memiliki kondisi sosial ekonomi rendah atau sangat sederhana, maka mendapatkan

uang dalam jumlah sedikit pun akan sangat berharga atau berarti sekali dalam

kehidupannya. Dalam pemahaman seperti ini, maka berapa pun jumlah uang dan

seberapapun jarangnya pendapatan yang diperoleh dari sektor wisata bahari, maka

akan sangat dihargai keberadaannya. Disinilah kebanyakan posisi hidup masyarakat

kampung Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan. Pemasukan pendapatan dari

sektor pariwisata walaupun masih sederhana tetap dipandang sebagai sumber

pendapatan yang memberi keuntungan ekonomi.

Terjadinya perubahan perilaku ekonomi masyarakat perlu dipahami dalam

konteks yang sederhana pula. Terjadinya perkembangan pengetahuan, wawasan dan

pandangan masyarakat tentang kawasan perairannya yang dapat dijadikan sebagai

kegiatan wisata bahari sudah merupakan suatu perubahan kondisi ekonomi

masyarakat. Pada tahap yang lebih maju adalah masyarakat kampung mendukung

atau menyediakan kawasan kampungnya dijadikan kegiatan wisata bahari, maka

sudah merupakan proses perkembangan atau kemajuan perilaku ekonomi yang

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 107
Padaido dan Biak Timur Daratan
sangat penting, dan apabila kemudian ditindaklanjuti dengan menyiapkan

kemampuan diri untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari yang merupakan suatu

nilai, sistem dan perilaku ekonomi baru dalam kehidupannya, maka dipandang

sebagai adanya perubahan yang cukup bermakna dalam sistem kehidupan ekonomi

masyarakat. Perubahan atau perkembangan perilaku ekonomi masyarakat kampung

kearah yang lebih tinggi membutuhkan proses waktu yang tidak singkat dan

kendala yang beragam, kompleks dan dimensional. Perkembangan perilaku

ekonomi masyarakat juga berarti mampu mengubah pola kehidupan ekonomi yang

sudah mapan dalam kehidupan dari generasi ke generasi. Berarti pula berubahnya

sistem dan nilai sosial budaya (adat istiadat) masyarakat yang selama ini menjadi

pegangan hidup sebagian besar masyarakat kampung, sehingga lambannya

kemajuan perilaku ekonomi masyarakat tidak dapat dipandang sebagai suatu

kegagalan pembangunan sektor wisata.

Pada pemahaman seperti ini maka bisa dikatakan pembangunan sektor wisata

bahari di daerah ini telah berdampak cukup besar terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat, suatu perubahan yang terkadang tidak bisa dipahami baik oleh sebagian

masyarakat pula. Masyarakat kampung disini memang tidak dapat diharapkan untuk

mampu secara cepat menyediakan semua fasilitas termaju penunjang wisata bahari

di kampungnya. Kemampuan itu hanya dimiliki oleh kelompok pemodal besar yang

tinggal di perkotaan dan bukan di kampung. Masyarakat karena kondisinya yang

sederhana, hanya mampu untuk terlibat dan berpartisipasi sesuai dengan

kemampuan sederhana yang ada pada mereka. Segmen usaha masyarakat kampung

memang berbeda dengan masyarakat kota, sehingga wajar adanya masyarakat

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 108
Padaido dan Biak Timur Daratan
kampung tidak akan mendapatkan pendapatan yang besar dari sektor pembangunan

ini.

“….masyarakat di kampung memang hanya akan mampu memenuhi


segmen usaha tersendiri dalam kegiatan wisata bahari, demikian pula para
pemilik modal. Secara keseluruhan memang akan terjadi proses yang
saling melengkapi atau membutuhkan diantara mereka, sehingga yang
penting adalah bagaimana strategi, kebijakan dan kegiatan wisata bahari
dapat lebih memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat kampung
yang perlu lebih mendapat perhatian. Mekanisme ekonomi pasar memang
akan menciptakan perilaku ekonomi dimana para pemilik modal (pemilik
hotel, biro perjalanan, agen wisata, toko souvenir, penyedia sarana dan
prasarana penunjang wisata bahari terlengkap, termaju dan bermutu) yang
akan mendapatkan keuntungan banyak dari suatu
usaha…”(akademisi,2002).

“… Usaha wisata bahari bermutu membutuhkan penamanan modal yang


tidak sedikit.Sektor ini membutuhkan kemampuan ilmu pengetahuan ,
teknologi, manajemen khusus, ketrampilan spesifik dan modal yang cukup
sehingga tidaklah mungkin bisa dilakukan oleh masyarakat
kampung.Upaya yang perlu dilakukan untuk menguatkan atau
memberdayakan masyarakat kampung adalah memberikan kemampuan
(pendidikan, ketrampilan, wawasan, pandangan, kesadaran, motivasi,
insiatif dan modal) kepada masyarakat untuk semakin mampu mengisi
sektor-sektor usaha wisata bahari yang dapat dilakukan masyarakat
kampung, tetapi ini semua butuh proses waktu panjang dan tidak bisa
dalam waktu singkat….”(akademisi,2002).

“…..masyarakat di kampung masih memerlukan proses waktu lama untuk


dapat terlibat secara lebih bermakna dalam sektor wisata bahari, bahkan
perlu memperhatikan aspek-aspek yang tidak terkait langsung dengan
kegiatan wisata bahari, seperti pola pikir, kebiasaan, perilaku, pandangan,
motivasi, inisiatif, etos kerja, etika berusaha, komunikasi, pergaulan,
kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Hal-hal seperti ini yang malah
biasanya kurang diperhatikan masyarakat kita…..”(akademisi,2002).

Beragam persiapan memang harus dilakukan dan disiapkan masyarakat kampung

kawasan terumbu karang. Masyarakat perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan

wisatawan. Para costumer atau pengguna jasa wisata bahari adalah kelompok

masyarakat yang memiliki kondisi sosial, budaya, dan ekonomi lebih maju, sehingga

dalam menikmati pelayanan jasa dituntut sejumlah standar kehidupan yang biasa

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 109
Padaido dan Biak Timur Daratan
dalam kehidupannya. Dalam posisi ini maka dampak pembangunan pariwisata bahari

akan memberikan peluang ekonomi pada masyarakat kampung apabila dibangun

suatu strategi, kebijakan, program dan kegiatan wisata bahari yang lebih berpihak

pada masyarakat kampung (pro local policy).

4.3 Jenis Imbalan Jasa Wisatawan

Kontribusi pembangunan sektor wisata bahari melalui keterlibatan masyarakat

kampung dalam kegiatan wisata bahari berbeda-beda seperti jenis, bentuk dan jumlah

imbalan yang diberikan wisatawan terhadap masyarakat. Aspek ini perlu dipahami

untuk mengetahui karakteristik kepariwisataan di daerah ini. Wisatawan ada yang

bisa memberikan imbalan jasa dalam jumlah yang besar, ada juga yang memberikan

dalam jumlah terbatas atau minim, ada pula yang memberikan bukan dalam bentuk

uang cash. Biasanya masyarakat menerima saja sejumlah uang atau sesuatu barang

yang diberikan para wisatawan dan tidak memberikan patokan tertentu, kecuali pada

layanan jasa yang sudah ditetapkan tarifnya oleh penyedia jasa wisata bahari.

Tabel 22
Jenis Imbalan Jasa Wisatawan Terhadap Masyarakat Di Kampung
Di Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido
No Jenis Imbalan Jasa Wisatawan Frekuensi Prosentase
1. Uang 73 92,4
2. Barang berharga/perhiasan 2 2,5
3. Bentuk Souvenir 1 1,3
4. Makan dan Minum saja 2 2,5
5. Tidak diberikan 1 1,3
Jumlah 79 100
Sumber : Data Survai,2002
Catatan : 3(tiga) responden tidak menjawab

Hampir semua bentuk imbalan jasa atas keterlibatan masyarakat kampung dalam

kegiatan wisata bahari diberikan para wisatawan dalam bentuk uang cash sedangkan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 110
Padaido dan Biak Timur Daratan
dalam bentuk lainnya seperti barang-barang berharga, bentuk souvenir, dan dalam

bentuk makanan dan minuman saja ternyata hanya sedikit sekali. Kondisi ini kurang

lebih sama dengan tempat-tempat wisata lainnya di Indonesia. Dari sisi masyarakat

juga umumnya lebih senang apabila imbalan jasa yang diberikan dalam bentuk uang

sedangkan bentuk lainnya kurang disenangi.

“…..hampir semua pelayanan jasa disini memang ditetapkan dibayar


dengan uang cash, seperti membayar transportasi,penginapan
homestay,makanan dan minuman, pemikulan barang (porter), guide dan
penyewaan barang selalu dalam bentuk uang. Kalaupun ada yang
memberikan barang-barang lain biasanya dianggap sebagai pembayaran
tambahan atas kepuasan atau kesenangan yang diperoleh
wisatawan….”(pengelola homestay,2002).

Pada satu sisi pemberian imbalan jasa dalam bentuk uang ini sekaligus memberikan

penguatan atas asumsi bahwa pada taraf tertentu telah terjadi dampak ekonomi

terhadap kehidupan masyarakat di kampung-kampung dimana terdapat kegiatan

wisata bahari. Pembangunan wisata bahari telah memberikan tambahan pendapatan

bagi masyarakat di kampung yang terlibat dalam kegiatan wisata, walaupun memang

harus diakui proporsi jumlah anggota masyarakat yang hingga kini pernah terlibat dan

mendapatkan pendapatan tertentu dari sektor wisata bahari masih relatif sedikit. Hal

ini berbeda dengan para pengelola wisata bahari yang lebih banyak mendapatkan

pendapatan (income) atas kegiatan wisata selama ini di Kabupaten Biak Numfor.

Belum ada memang analisis atau perhitungan berapa sesungguhnya pendapatan real

masyarakat yang diperoleh dari sektor pembangunan ini, demikian pula para

pengelola wisata di daerah perkotaan.

Mengenai pandangan atau anggapan masyarakat kampung terhadap pendapatan

yang diperoleh dari sektor wisata bahari selama ini, maka kurang dari setengah

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 111
Padaido dan Biak Timur Daratan
(39,2%) mengatakan sudah cukup puas dengan pendapatan yang diterima dari sektor

wisata bahari di kampungnya, walaupun tidak berlangsung secara terus menerus,

tetapi lebih banyak (43%) masyarakat yang mengatakan pendapatan dari sektor ini

dipandang biasa-biasa saja, karena tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan

keluarga, bahkan terdapat sejumlah masyarakat (17,7%) yang pernah terlibat dalam

kegiatan wisata bahari tetapi beranggapan pendapatan yang diperoleh kurang

memadai. Lebih banyaknya masyarakat yang beranggapan sektor pembangunan ini

tidak terlalu memberikan sumbangan pendapatan yang memadai disebabkan oleh

sejumlah faktor seperti jarangnya para turis yang datang ke kampungnya, merasa

jarang terlibat dalam keseluruhan kegiatan wisata bahari yang ada di kampungnya,

imbalan jasa yang diberikan jumlahnya sedikit, dan mengetahui lebih banyak jumlah

pendapatan yang diberikan pada orang lain (yang juga terlibat) dibanding imbalan

pada diri sendirinya sendiri.

Peruntukkan atau pengeluaran pendapatan dari sektor wisata bahari ternyata

sebagian besar (63,3%) digunakan untuk keperluan memenuhi kebutuhan primer

(pokok) masyarakat seperti makan dan minum keluarga. Masyarakat yang kondisi

sosial ekonomi rendah maka hampir seluruh pengeluaran atas pendapatan yang

diperoleh hampir seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum

keluarga, sehingga sulit untuk mengharapkan masyarakat untuk menabung, sebab

umumnya pula pendapatan yang diperoleh tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan

dasar dan dalam jumlah terbatas pula. Hal ini terjadi pada hampir semua penduduk

miskin atau kurang mampu secara ekonomi, sedangkan pengeluaran untuk kebutuhan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 112
Padaido dan Biak Timur Daratan
sekunder dan tersier jarang dilakukan oleh karena pendapatan dari sektor ini memang

tidak cukup dibelanjakan untuk kebutuhan yang lebih mahal harganya.

Menariknya pengeluaran terbanyak kedua (25,3%) masyarakat digunakan untuk

membiayai pendidikan anak-anak untuk sekolah, sehingga pada taraf tertentu

pembangunan sektor wisata di daerah ini telah memberikan peran cukup baik bagi

perbaikan atau peningkatan pendidikan anak-anak yang merupakan sektor paling

penting dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia, sedangkan pengeluaran

lainnya dalam prosentase yang lebih kecil diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan

pakaian keluarga, memperbaiki rumah, membeli perhiasan dan bersenang-senang

seperti membeli minuman coca cola, pepsi, fanta, lemon, dan beer, makanan ringan

seperti biscuit, gula-gula, bakso, mie pangsit, membeli rokok serta menikmati fasilitas

sosial umum di kota Biak Numfor.

4.4 Penggunaan Pendapatan

Pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari di kampungnya ternyata juga

dimanfaatkan untuk pengembangan sektor usaha lainnya yang selama ini menjadi

pekerjaan pokok masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan

pesisir pantai Biak Timur daratan. Pendapatan sektor ini walaupun sebagian besar

mengatakan tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga atau rumah tangga, tetapi

pendapatan yang “sedikit” tersebut juga digunakan untuk membeli peralatan nelayan

masyarakat (60,4%). Pengeluaran untuk pembelian peralatan nelayan ini dapat

dipahami oleh karena memang sistem mata pencaharian pokok keseharian penduduk

di kampung-kampung ini adalah sebagai nelayan tradisional menggunakan perahu

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 113
Padaido dan Biak Timur Daratan
tradisional dan nelayan yang lebih maju perlengkapannya menggunakan motor tempel

atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai motor jonson. Pekerjaan sebagai nelayan

tradisional selain sebagai sumber mata pencaharian dan pendapatan pokok

masyarakat sehari-hari juga untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga sehari-hari.

Pengeluaran pendapatan untuk keperluan pembelian atau pengadaan peralatan

nelayan bisa dilakukan karena harga sejumlah peralatan nelayan memang murah

seperti mata kail dan tali nelon. Perilaku ekonomi masyarakat ini berkembang karena

adanya pemahaman atau pemikiran sesuai pengalaman bahwa sektor pariwisata di

kampungnya memang belum dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian pokok

keluarga sehari-hari.

Pengeluaran lain dari pendapatan sektor wisata ini digunakan masyarakat untuk

membeli peralatan pertanian seperti pisau, parang, linggis, dan pacul. Peralatan ini

juga tidak terlalu memiliki nilai ekonomis yang tinggi (mahal) sehingga dapat dibeli

dengan biaya yang relatif rendah. Fungsi peralatan ini juga hampir sama dengan

peralatan nelayan oleh karena selain sebagai nelayan tradisional maka masyarakat di

daerah ini juga umumnya memiliki kebun atau ladang dalam skala yang tidak terlalu

luas, yang ditanami berbagai tanaman seperti ketela pohon (kasbi), keladi, petatas,

pepaya, dan sejumlah jenis tanaman sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang,

buncis, kangkung, tomat, lengkuas dan kunyit. Umumnya produksi pertanian

masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, dan kalau

ada sisa produksi pertanian itu akan dijual ke pasar pada hari-hari pasar di kota Biak

Numfor.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 114
Padaido dan Biak Timur Daratan
Pengeluaran lain yang disebut masyarakat untuk keperluan keluarga yang

diistilahkan masyarakat disini sebagai keperluan yang “kecil-kecil” yaitu seperti

membeli garam, gula, kopi, susu (sekali-kali), vetsin (mis.ajinomoto, sasa), bumbu,

dan rokok, tetapi walaupun demikian tidak semua kebutuhan “kecil-kecil” ini

dipenuhi seluruhnya dari pendapatan sektor wisata, sehingga bisa disimpulkan

pembelian barang-barang kebutuhan keluarga ini lebih banyak berasal dari sektor

pendapatan lainnya.

“……ah pemasukan dari sektor wisata bahari di daerah ini tidak terus-
terus, bahkan bisa dikatakan jarang terjadi. Biasanya sudah lama lagi
baru kita dapat pemasukan pendapatan dari kunjungan wisatawan ke
kampung ini, itupun apabila kita terlibat atau dilibatkan oleh agen
pengadaan wisata bahari….”(anggota masyarakat desa,2002)

Ungkapan anggota masyarakat ini bisa menggambarkan walaupun mereka sudah

mendapatkan pendapatan dari keterlibatannya dalam kegiatan wisata bahari, tetapi

masih dianggap sebagai pendapatan yang belum terlalu berarti dalam menunjang

kebutuhan keluarga sehari-hari. Pendapatan masyarakat di kampung-kampung ini

memang masih terbanyak dari sektor nelayan dan pertanian. Pada “hari-hari pasar”

memang terlihat kegiatan mobilitas penduduk dari kampung-kampung Kepulauan

Padaido dan Biak Timur daratan menuju ke pasar-pasar di kota untuk memasarkan

berbagai produksi keluarga. Kegiatan perdagangan lebih banyak dilakukan oleh kaum

perempuan dibandingkan kaum laki-laki. Perilaku perdagangan masyarakat di daerah

ini masih dipengaruhi oleh sistem pembagian kerja sesuai gender, sistem dan nilai

sosial budaya (adat istiadat) masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat memang

masih ditemukan adanya pandangan tentang jenis pekerjaan yang “layak”,”pantas”

dan “cocok” dilakukan atau dikerjakan oleh laki-laki, dan pekerjaan yang dipandang

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 115
Padaido dan Biak Timur Daratan
“tidak layak”,”kurang pantas” dan “kurang tepat” dilakukan oleh kaum perempuan.

Sistem pembagian kerja sesuai gender ini masih sangat mempengaruhi sistem dan

pekerjaan kaum laki-laki dan perempuan di daerah ini. Pekerjaan sebagai pedagang

atau memasarkan hasil produksi rumah tangga di pasar dalam pandangan masyarakat

disini merupakan “pekerjaan perempuan” sehingga “tidak layak” dilakukan oleh

kaum laki-laki. Indikator masih kuatnya pembagian kerja ini adalah dominannya

kaum perempuan yang berdagang (berjualan) dibandingkan kaum laki-laki. Dalam

pemahaman masyarakat kampung seperti ini maka kaum laki-laki akan merasa malu

atau rendah diri apabila berjualan di pasar.

4.5 Penyewaan Akomodasi

Dampak pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari terhadap masyarakat

asli kawasan terumbu karang dapat diperhatikan dari sejauhmana dan atau semampu

apa kalangan masyarakat dapat menyediakan akomodasi yang diperlukan dan atau

dibutuhkan wisatawan di kampungnya. Dampak program pembangunan wisata bahari

terhadap kondisi ekonomi masyarakat asli setempat dapat diperhatikan dari

sejauhmana masyarakat mampu menyediakan sarana dan prasarana akomodasi dalam

kegiatan wisata bahari. Keberadaan dan perkembangan sarana dan prasarana

akomodasi merupakan indikator kemajuan kemampuan keterlibatan, partisipasi dan

peran masyarakat. Pengadaan dan penyewaan akomodasi untuk para wisatawan

merupakan sektor lapangan kerja yang membutuhkan pengetahuan, teknologi,

ketrampilan, wawasan, pandangan dan motivasi spesifik yang lebih maju.

Kemampuan masyarakat menyediakan akomodasi bisa dipandang sebagai suatu

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 116
Padaido dan Biak Timur Daratan
langkah maju yang patut dihargai, sebab merupakan suatu adopsi inovasi baru yang

dikembangkan masyarakat, walaupun kuantitas dan kualitas keberhasilan adopsi

inovasi ini memang masih belum terlalu baik, tetapi sudah merupakan langkah maju

penting perkembangan budaya-ekonomi masyarakat kampung sebagai dampak

pembangunan kepariwisataan.

Di Kepulauan Padaido atas terdapat dua cottage di Pulau Dawi yang dikelola oleh

Bapak Zefnat Rumbiak, yang juga adalah pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) Runsram. Jumlah kunjungan ke tempat wisata ini dari tahun 1998 berdasarkan

buku tamu yang ada berjumlah 68 kali dan hampir seluruhnya wisatawan

mancanegara dengan lama tinggal sekitar dua hari sampai dengan seminggu, namun

ada pula wisatawan yang pernah tinggal sampai dua minggu, bahkan pernah ada satu

keluarga wisatawan asing yang tinggal sampai satu bulan. Faktor keindahan alami

bawah laut dan pulau-pulau,ketenangan dan kenyamanan tempat,serta kualitas dan

bentuk pelayanan jasa yang diberikan merupakan alasan wisatawan tinggal lebih lama

dari jadwal yang sebelumnya sudah direncanakan. Biasanya para wisatawan yang

datang hanya merencanakan untuk tinggal selama satu sampai dua hari, namun

setelah melihat alam serta aktivitas yang dapat dilakukan, maka lama tinggalnya

kemudian diperpanjang. Tarif yang diberlakukan masyarakat sebagai pengelola

cottage dan pelayanan jasa wisata lainnya di Pulau Dawi Kepulauan Padaido terhadap

wisatawan yang datang ke lokasi wisata bahari ini sebagai berikut.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 117
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 23
Bentuk Pelayanan dan Biayanya di Dawi Island Cottage
Di Kepulauan Padaido Atas
No Item Price
A. Transportation

1. Boat Rental; Dawi-Biak (pp) Rp. 1.200.000


Boat rental; (1-5) person include gas
1. Samakur Island (2 hours) Rp. 50.000
2. Snorkling (2 hours) Rp. 50.000
2. Boat rental, Padling (1-2 person)
1. Around Dawi Island (4 hours) Rp. 50.000
2. To Runi Island (4 hours) Rp. 75.000

B. Accomodation
1. Room Rp. 50.000 per person per night
2. Cooking fee Rp. 30.000 per day
3. Water for bath Rp. 5.000 per person per day
C. Food
1. Pelagis fish Rp. 7.500 per kilo
2. Demersal fish Rp. 10.000 per kilo
3. Lobster Rp. 60.000 per kilo
4. Crabs Rp. 25.000 per kilo
5. Coconut Rp. 1.000 once

D. Shows
1. Kus-kus Rp. 25.000
2. Yospan dance Rp. 250.000
Sumber : Data primer,2002.

Pihak swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terlihat sudah mampu

menyediakan suatu kelengkapan pelayanan wisata bahari secara profesional,

sebagaimana berlangsung pula pada kawasan wisata bahari termaju lainnya di

Indonesia. Belum diketahui secara pasti dari mana modal pembangunan homestay dan

semua fasilitas penunjangnya, sebab ada donor agency yang biasa memberikan dana

bantuan kepada sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat dalam kerangka

meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat kampung (community development

programe). Di wilayah kawasan wisata bahari di pulau Wundi (Wundi Island

Cottage) juga kurang lebih sama pelayanan jasa wisata baharinya yang menyangkut

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 118
Padaido dan Biak Timur Daratan
accommodation yaitu room cottage seharga Rp. 25.000 per day dan cooking fee Rp.

20.000 per day.

“…..penyelenggaraan wisata bahari belum berjalan dengan baik dan


baru ada dua homestay di Pulau Dawi yang dibangun atas kerjasama
yayasan Runsram dan Bapak Zefnat Rumbiak, sedangkan cottage di
pulau Wundi dibangun oleh DIPARDA dan dikelola oleh Kades.
Sambutan masyarakat terhadap pembangunan wisata bahari baik.
masyarakat kampung menjual beberapa kerajinan rakyat dan
menyediakan makanan dan minuman sederhana. Di pulau Dawi dan
Wundi masyarakat sudah mendapatkan sedikit kesejahteraan dari
pembangunan pariwisata…”(Camat Kepulauan Padaido,(AM),2002).

“…..masyarakat menyediakan perahu dayung, bantal renang


(pelampung), kelapa muda, mengawasi wisatawan yang berenang,
membuat bangku-bangku untuk tempat duduk wisatawan, dan
membersihkan pantai. Masyarakat juga bisa memperoleh tambahan
melalui tariff masuk desa yang sudah ditetapkan, misalnya kendaraan
roda dua seharga seribu rupiah, taxi (angkot) dua ribu rupiah, bus (bis)
lima ribu rupiah, penjualan makan dan penyewaan perahu dayung.
Tetapi semua belum bisa memperbaiki ekonomi masyarakat kampung
ini….”(anggota masyarakat Biak Timur,(AR),2002).

“…..kaum laki-laki biasanya menimba air untuk keperluan mandi


wisatawan dan kaum perempuan membantu menyediakan makanan
dan minuman yang terkadang juga disiapkan dari kota….”(anggota
masyarakat Desa Wundi,2002).

“….masyarakat mendapatkan sedikit pemasukan (pendapatan) dari


pembersihan pantai,pemandu,kegiatan menyelam, dan menjual kelapa
muda. Tetapi semuanya itu belum dapat memperbaiki kondisi ekonomi
masyarakat,karena tidak semua masyarakat kampung terlibat dalam
kegiatan itu …..”(anggota masyarakat Desa Saba(MM),2002)

“….keterlibatan masyarakat masih sebatas menjaga keamanan dan


menjual makanan dan minuman (kelapa muda). Masyarakat biasanya
hanya membersihkan pantai dan menyewakan perahu, sehingga
masyarakat hanya memperoleh sedikit saja pemasukan (pendapatan)
itupun bagi yang terlibat saja ….”(anggota masyarakat Desa
Anggaduber (NI),2002)

Mengenai penyediaan layanan makanan dan minuman dari masyarakat di kampung-

kampung ini, maka aspek yang perlu diperhatikan adalah (1) menyangkut adanya

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 119
Padaido dan Biak Timur Daratan
makanan spesifik yang merupakan ciri khas makanan di suatu wilayah wisata bahari

sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, (2) ketersediaan artinya

apabila para wisatawan membutuhkannya maka sudah siap disajikan, (3) menyangkut

penyajian yang memberikan rasa senang, unik dan keindahan,(4) menyangkut

kebersihan yaitu makanan dan minuman harus dipandang sebagai makanan dan

minuman yang bersih dan tidak menimbulkan perasaan kurang bersih dan tidak

menimbulkan perasaan kurang bersih bagi wisatawan (misalnya banyak lalat

disekeliling, serta piring dan gelasnya dipandang kurang bersih), (5) harga makanan

dan minuman yang tidak terlalu mahal menurut kemampuan para wisatawan, (6)

makanan dan minuman tersebut masih dalam kondisi segar, dan (7) tempat pelayanan

makanan dan minuman perlu pada tempat-tempat yang dipandang wajar dan

menyenangkan bagi wisatawan.

Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan perhatian masyarakat kampung terhadap

aspek-aspek pokok makanan dan minuman ini bisa menyebabkan para wisatawan

akan membawa semua atau sebagian besar kebutuhan makan dan minumnya dari

daerah perkotaan, yang berarti pula akan menutup satu sisi usaha kegiatan ekonomi

masyarakat yang bisa mendatangkan pendapatan cukup baik dalam kegiatan wisata

bahari. Kondisi ini cukup terlihat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini, sehingga

mendorong para pengusaha dibidang ini untuk mengembangkan paket-paket makanan

dan minuman yang biasanya disediakan oleh pihak penyelenggara wisata bahari.

Kompetisi untuk menyajikan makanan dan minuman yang berkualitas dan spesifik

memang terpaksa terjadi karena ia merupakan salah satu kompetisi ekonomi yang

umum berlangsung dalam dunia bisnis.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 120
Padaido dan Biak Timur Daratan
4.6 Penyediaan Makanan dan Minuman

Dampak dari pengembangan wisata bahari di daerah ini terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat kampung kawasan terumbu karang salah satunya adalah

berkembangnya pelayanan jasa penyediaan makanan dan minuman dalam sistem

kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Bentuk pelayanan makanan dan minuman

yang disediakan kepada wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara

(domestik) di Biak Timur daratan dan kepulauan Padaido umumnya dalam bentuk

makanan tradisional khas lokal seperti keladi, petatas, papeda, ubi kayu, ikan, udang

besar (lobster), cumi-cumi dan kepiting serta minuman air kelapa muda, sebagai suatu

bentuk pelayanan jasa akomodasi yang mampu dilakukan masyarakat asli setempat

terhadap wisatawan bahari. Saat ini proses penjualan atau pemasaran kelapa muda

oleh masyarakat asli setempat yang memiliki dusun (kebun) kelapa paling banyak

berlangsung di Biak Timur daratan daripada di Kepulauan Padaido, terutama pada

saat liburan atau minggu. Wisata bahari yang umum berlangsung hampir setiap

musim liburan adalah jenis wisatawan domestik rekreasi pantai dari masyarakat kota

Biak. Para wisatawan domestik umumnya memang hanya melakukan kegiatan

rekreasi pantai, sedangkan bentuk wisata bahari lainnya seperti menyelam jarang

dilakukan. Jenis wisata bahari penyelaman hampir seluruhnya dilakukan wisatawan

mancanegara. Tingkat kunjungan wisatawan domestik ke Kepulauan Padaido rendah

dibanding ke Biak Timur daratan, karena menyangkut biaya,jarak,transportasi dan

keamanan dalam perjalanan ke Kepulauan Padaido.

Masyarakat setempat biasanya memasarkan kelapa muda di berbagai tempat liburan

keluarga seperti di pinggiran pantai tempat wisata umum seperti di Bosnik, Biak

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 121
Padaido dan Biak Timur Daratan
Timur daratan. Kelapa muda per buah Rp. 1.500,- per buah di Biak Timur sedangkan

di Kepulauan Padaido seharga Rp.1.000,- per buah. Penyediaan kelapa muda oleh

masyarakat setempat memang sangat populer di kalangan wisatawan domestik,

sebagaimana pula yang banyak terjadi di lokasi wisata bahari di kabupaten lainnya.

Para wisatawan domestik yang ke Kepulauan Padaido lebih banyak yang

menginginkan ikan segar dibanding kelapa muda. Harga ikan segar di Padaido atas

seharga Rp. 7.500,- per kilogram sehingga lebih murah dibanding di Padaido Bawah

yaitu sebesar Rp. 10.000,- per kilogram. Di Pulau Dawi sebagai kawasan wisata

paling populer di Kepulauan Padaido Atas untuk mencari ikan, udang (lobster) dan

kepiting masih cukup mudah didapat sehingga menjadi salah satu daya tarik utama

wisatawan datang ke tempat wisata ini. Dalam posisi harga seperti itu maka dapat

diperkirakan berapa pendapatan yang bisa diperoleh masyarakat melalui penyediaan

makanan dan minuman bagi wisatawan yang kini kedatangannya (kunjungannya)

jarang terjadi. Apalagi kedatangan wisatawan ke tempat-tempat wisata cenderung

terbatas dan keterlibatan masyarakat kampung pada setiap kegiatan wisata bahari di

daerahnya juga terbatas, atau bahkan banyak yang langsung ditangani para penyedia

jasa yang lebih banyak berasal dari masyarakat perkotaan Biak. Masyarakat setempat

memang belum terlalu mampu menyediakan makanan dan minuman sebagaimana

yang mampu disediakan oleh para penyedia jasa wisata swasta lainnya.

4.7 Pendapatan Masyarakat dari Sektor Wisata Bahari

Perhitungan pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari memang cukup sulit

untuk dipastikan karena beberapa hal, seperti periode waktu penerimaan pendapatan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 122
Padaido dan Biak Timur Daratan
dari sektor wisata diperhitungkan 5 (lima) tahun terakhir sehingga cukup sulit bagi

masyarakat untuk memastikan jumlah penerimaan, periode yang lama itu membuat

sulit bagi anggota masyarakat yang pernah terlibat untuk mengingat secara pasti, tepat

dan rinci jumlah pendapatan dan bentuk-bentuk pengeluaran pendapatan, sumber

pendapatan dari sektor wisata bahari tidak secara terus menerus sepanjang tahun

sehingga cukup sulit untuk menentukan secara pasti rata-rata pendapatan selama 5

(lima) tahun terakhir, penerimaan pendapatan dari sektor wisata terkadang biasanya

bukan dalam bentuk uang tunai (cash), tidak semua kegiatan wisata bahari di

kampungnya, dan kemampuan mengingat penduduk di kampung yang masih relatif

lemah (terbatas) sehingga cukup menyulitkan peneliti memastikan secara tepat

pendapatan masyarakat sebenarnya. Kondisi ini menyebabkan data dan analisis dalam

penelitian tentang penerimaan pendapatan masyarakat setempat di kawasan terumbu

karang dari sektor pariwisata bahari bukanlah merupakan angka yang terlalu pasti

tetapi diperkirakan kurang lebih demikianlah keadaannya.

Pemahaman tentang pendapatan masyarakat dari hasil keterlibatannya dalam

kegiatan wisata bahari dalam periode waktu lima tahun terakhir ini merupakan salah

satu cara untuk memahami sejauhmana dampak pembangunan wisata bahari terhadap

kehidupan masyarakat, khususnya pendapatan masyarakat kampung di daerah ini.

Model analisis dampak ini memang hanya merupakan salah satu cara memahami

sejauhmana dampak pembangunan pariwisata, khususnya wisata bahari, bagi

penduduk kampung kawasan terumbu karang. Analisis ini memang perlu didalami

lagi menggunakan model analisis lainnya sehingga bisa ditemukan jawaban yang

sesuai dengan realitas sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 123
Padaido dan Biak Timur Daratan
Tabel 23
Jenis Pekerjaan dan Pendapatan masyarakat dari Sektor Wisata Bahari
Di Biak Timur Daratan dan Kepulauan Padaido
Kabupaten Biak Numfor
No Jenis Pekerjaan < 100.000 Pendapatan (Rp) > 250.000
100.000 – 250.000
Biak Timur Daratan
1. Guide/ pemandu 9 (22,5) 2 (5) 1 (2,5)
2. Porter/ buruh 1 (2,5) - -
3. Homestay/ pondokan 4 (10) 3 (7,5) -
4. Rumah makan 2 (5) 1 (2,5) -
5. Jasa Transportasi 5 (12,5) 1 (2,5) 1 (2,5)
6. Penyewaan peralatan 4 (10) - -
7. Pemandu & penyewaan - - 1 (2,5)
8. Homestay & jasa transport 1 (2,5) - -
9. Lainnya 3 (7,5) - 1 (2,5)
Jumlah 29 (72,5) 7 (17,5) 4 (10)

Kepulauan Padaido
1. Guide/ pemandu 4 (11,4) - -
2. Porter/ buruh 3 (8,6) - -
3. Homestay/pondokan 1 (2,9) 2 (5,7) 1 (2,9)
4. Jasa transportasi 6 (17,1) - 1 (2,9)
5. Pemandu & Homestay 1 (2,9) - -
6. Pemandu & Transportasi 3 (8,6) - -
7. Homestay & Jasa Transportasi 2 (5,7) - 3 (8,6)
8. Lainnya 7 (17,1) 1 (2,9) -
Jumlah 27 (77,1) 3 (8,6) 5 (14,3)

Sumber : Data survai,2002

Data menunjukkan telah ada dampak positif pembangunan pariwisata bahari

terhadap pendapatan masyarakat kawasan terumbu karang di Kepulauan Padaido dan

Biak Timur daratan. Walaupun pendapatan terbanyak masyarakat kurang dari seratus

ribu rupiah, yang bisa berarti pula pendapatan masyarakat dari sektor pembangunan

ini masih tergolong relatif kecil. Dengan tanpa memungkiri kemungkinan adanya data

dari masyarakat (responden) yang kurang terlalu tepat tentang pendapatannya dari

sektor wisata bahari, tetapi dengan diperkuat pengamatan dan wawancara mendalam

terhadap anggota masyarakat dan tokoh masyarakat (stakeholder), maka dapat

dikemukakan bahwa jenis pekerjaan dan atau keterlibatan masyarakat dalam

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 124
Padaido dan Biak Timur Daratan
pembangunan sektor pariwisata bahari ditemukan cukup beragam yang bisa

mengindikasikan masyarakat telah mampu mengembangkan berbagai jenis lapangan

pekerjaan dalam upaya menunjang pembangunan sektor wisata bahari di

kampungnya, kemampuan dan atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata

bahari dikampungnya telah mempengaruhi pendapatan yang diperoleh masyarakat

kampung yang bermukim di kawasan terumbu karang, walaupun pendapatan yang

diperoleh dari keterlibatan dan atau partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata

bahari di kampungnya tergolong relatif masih rendah.

Walaupun pendapatan masyarakat dari sektor bahari masih rendah tetapi sektor ini

sudah memberikan kontribusi yang cukup berarti pada sejumlah anggota masyarakat

kampung dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat di kampung.

Sebagian besar masyarakat yang pernah terlibat dalam kegiatan wisata bahari di

kampungnya memperoleh pendapatan rata-rata kurang dari Rp. 100.000,- pada setiap

kali keterlibatannya. Dalam kategori ini ditemukan indikasi hampir sebagian dari

mereka diperkirakan memperoleh pendapatan setengah dari pendapatan tersebut.

Pendapatan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari sebanyak antara

Rp. 100.000 – Rp. 250.000 walaupun relatif kecil jumlahnya akan tetapi merupakan

pendapatan terbanyak kedua. Pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari sekitar

di atas Rp. 250.000,- jumlahnya paling sedikit. Kondisi ini tentunya berbeda dengan

masyarakat kota yang terlibat dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung

penyelenggaraan kegiatan wisata bahari seperti hotel, biro perjalanan, dan agen

penyelenggara kegiatan wisata bahari. Keterlibatan masyarakat kampung hampir

seluruhnya memang sifatnya hanya sebagai pelengkap dari kegiatan wisata bahari

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 125
Padaido dan Biak Timur Daratan
yang dikembangkan masyarakat kota yang secara ekonomi memang jauh lebih

mampu mengembangkan program wisata bahari di daerah ini.

Penyediaan homestay dan jasa transportasi laut merupakan jenis pekerjaan yang

mampu dikembangkan masyarakat dimana dipandang dapat memberikan masukan

pendapatan yang lebih besar dibanding jenis pekerjaan lainnya dalam kegiatan wisata

bahari. Ditemukan pula sejumlah masyarakat yang menerima pendapatan dari sektor

wisata bahari atas keterlibatannya dalam dua jenis pekerjaan sekaligus, sehingga

menunjukkan sudah adanya kemampuan sejumlah anggota masyarakat yang dapat

mengembangkan jenis kegiatan (pekerjaan) penunjang wisata bahari di daerahnya

lebih dari satu jenis pekerjaan. Pendapatan masyarakat dari sektor wisata bahari di

Kepulauan Padaido relatif lebih rendah dibanding masyarakat kampung di Biak

Timur daratan. Walaupun rata-rata pendapatan masyarakat dari keterlibatannya dalam

kegiatan wisata bahari selama ini serendah apapun akan tetapi telah menunjukkan

adanya dampak positif pembangunan kepariwisataan terhadap pendapatan masyarakat

di kawasan terumbu karang Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan.

Pengukuran pendapatan masyarakat kampung dari sektor wisata bahari memang

masih perlu dianalisis lebih lanjut dan mendalam dengan menggunakan berbagai

metode yang lebih bisa menjelaskan kondisi sebenarnya, akan tetapi temuan ini sudah

dapat menemukan sekaligus menunjukkan bahwa sektor pembangunan pariwisata

telah memberikan kontribusi cukup positif terhadap sejumlah anggota masyarakat di

kampung-kampung Kepulauan Padaido dan Biak Timur daratan. Kondisi ini sudah

dapat menggambarkan bagaimana dampak pembangunan wisata bahari terhadap

penghidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang hingga kini sudah berhasil

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 126
Padaido dan Biak Timur Daratan
terlibat atau melibatkan diri dalam kegiatan wisata bahari di daerahnya. Diantara

masyarakat kampung tersebut ditemukan ada yang memperoleh pendapatan tinggi,

pendapatan sedang dan ada pula anggota masyarakat yang hanya menerima imbalan

uang dalam jumlah sedikit, bahkan ada yang hanya menerima dalam bentuk barang.

Pembangunan wisata bahari di daerah ini telah mampu mengembangkan berbagai

jenis kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat kampung. Sebelum

pembangunan wisata bahari dikembangkan, maka sistem mata pencaharian penduduk

kampung sifatnya homogen yaitu umumnya sebagai nelayan tradisional dan petani

tradisional, sedangkan jenis pekerjaan lainnya walaupun ada tetapi tergolong masih

sedikit. Setelah masuknya program pembangunan wisata bahari telah berkembang

berbagai jenis pekerjaan penduduk seperti guide (pemandu), porter (buruh), homestay

(pondokan), penyediaan makanan dan minuman, jasa transportasi, penyewaan

peralatan wisata bahari, dan industri rumah tangga seperti pembuatan souvenir. Jenis-

jenis pekerjaan ini sebelumnya belum dikenal dalam sistem kehidupan masyarakat

kampung. Walaupun memang harus diakui bahwa masih sedikit masyarakat yang

mampu mengembangkan jenis pekerjaan pendukung kegiatan wisata bahari.

Relatif masih belum banyaknya kedatangan wisatawan mancanegara ke tempat-

tempat wisata bahari di kampung-kampung ini oleh karena berbagai permasalahan

pula telah berpengaruh langsung pada tingkat pendapatan penduduk dari sektor ini.

Jaringan kerja kegiatan wisata bahari antara kelompok masyarakat kota dengan

sejumlah anggota masyarakat di setiap kampung juga cukup banyak mempengaruhi

distribusi pendapatan masyarakat dari sektor ini. Aspek pendidikan, ketrampilan,

pengetahuan, pandangan, wawasan dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 127
Padaido dan Biak Timur Daratan
wisata bahari juga merupakan aspek lainnya yang turut menentukan tingkat

keterlibatan, partisipasi, peran serta dan tingkat pendapatan masyarakat kampung dari

sektor unggulan pembangunan ini. Pembangunan wisata bahari juga turut dipengaruhi

oleh rasa aman, rasa nyaman, rasa tentram dan kepuasan wisatawan domestik dan

mancanegara dalam melakukan kegiatan wisata baharinya, selain itu hal seperti sikap,

perilaku, kebiasaan dan relasi (hubungan) sosial masyarakat kampung terhadap para

wisatawan juga turut mempengaruhi perkembangan wisata bahari di daerah ini.

Persoalan yang beragam, kompleks dan dimensional memang ditemukan dalam

pembangunan bidang kepariwisataan di daerah ini, yang secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dari sektor

wisata bahari. Permasalahan dimaksud ditemukan dalam institusi pemerintah, swasta,

dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dalam masyarakat sendiri, berbagai

hambatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi

perkembangan bidang pariwisata, keterlibatan masyarakat dan sekaligus menentukan

pendapatan masyarakat melalui sektor pembangunan ini. Strategi, kebijakan, program

dan kegiatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor pembangunan

ini juga berarti upaya untuk mengurangi dan atau menekan semaksimal mungkin

beragam persoalan yang ditemui dalam bidang pembangunan ini. Semua orang

memang mengharapkan agar sektor unggulan pembangunan daerah Kabupaten Biak

Numfor ini bisa memberikan semakin banyak dampak positifnya terhadap perbaikan

kehidupan masyarakat kawasan terumbu karang.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 128
Padaido dan Biak Timur Daratan
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

1. Strategi, kebijakan, program, kegiatan dan pendanaan pembangunan

kepariwisataan, khususnya wisata bahari masih memerlukan perbaikan, dalam

kerangka meningkatkan peran dan fungsi sektor pembangunan unggulan ini

dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya peningkatan

pendapatan masyarakat kampung.

2. Program pembangunan wisata bahari di Biak Timur daratan dan Kepulauan

Padaido sudah dikembangkan berbagai aktor pembangunan seperti state

(pemerintah), private sector (Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga

ilmiah, lembaga masyarakat adat, lembaga agama dan masyarakat kampung)

dengan peran, fungsi, keterlibatan dan taraf kemampuan yang berbeda.

3. Pembangunan wisata bahari telah mengembangkan berbagai jenis pekerjaan

penduduk kampung yang sebelumnya tidak dikenal secara baik. masyarakat

kampung kini sudah semakin memahami potensi kawasan baharinya untuk

dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari yang bisa mendatangkan

pendapatan bagi keluarga dan masyarakat kampung umumnya.

4. Masyarakat kampung kawasan terumbu karang dengan keterbatasan sumberdaya

manusianya sudah mampu mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi seperti

penyediaan makanan dan minuman (mis. ikan, udang, kepiting, keladi, petatas,

papeda, air kelapa muda), pondokan (homestay), souvenir, jasa transportasi

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 129
Padaido dan Biak Timur Daratan
(perahu motor dan perahu tradisional), pemandu (guide), perlengkapan wisata

bahari akan tetapi masih sederhana atau terbatas.

5. Keterbatasan sumberdaya manusia dan kemampuan sosial ekonomi masyarakat

kampung dalam mengembangkan dan menyediakan fasilitas penunjang pariwisata

bahari di kampungnya berimplikasi terhadap relatif rendahnya pendapatan

masyarakat dari sektor wisata bahari.

6. Relatif masih rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan

domestik yang berkunjung ke tempat-tempat wisata bahari di Biak Timur daratan

dan Kepulauan Padaido turut mempengaruhi rendahnya pula pendapatan

masyarakat kampung kawasan terumbu karang ini.

7. Ditutupnya penerbangan internasional Hawai-Biak dan penutupan hotel Marauw

(hotel berbintang lima) sangat mempengaruhi turunnya pula jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara sehingga turut pula mempengaruhi turunnya atau

rendahnya pendapatan masyarakat dari kegiatan wisata bahari.

8. Keterlibatan anggota-anggota masyarakat dalam kegiatan wisata bahari berkisar

pada anggota-anggota masyarakat yang memiliki fasilitas penunjang wisata bahari

dan mempunyai jaringan kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya

masyarakat, pemandu wisata, hotel, travel biro, dan pihak diving center.

9. Lembaga masayarakat adat, lembaga pemerintah dan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) turut berperan dalam melibatkan seseorang atau sekelompok

orang kedalam kegiatan-kegiatan wisata bahari di kampung, sehingga biasanya

dimanfaatkan pula oleh pihak-pihak penyelenggara wisata bahari di kedua

wilayah ini.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 130
Padaido dan Biak Timur Daratan
10. Sarana dan prasarana wisata bahari yang disediakan dan dikembangkan

masyarakat kampung kawasan terumbu karang masih terbatas dan belum cukup

mampu menyediakan seluruh kebutuhan wisatawan, sehingga cukup banyak

kebutuhan wisatawan disediakan dari daerah perkotaan.

11. Masyarakat kota hingga saat ini masih merupakan pengelola dominan (utama)

program penyelenggara wisata bahari seperti Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), hotel, travel agent dan biro perjalanan wisata bahari daerah ini sehingga

merupakan kelompok masyarakat yang lebih banyak memperoleh keuntungan

ekonomi dari kegiatan wisata bahari.

12. Keterlibatan masyarakat kampung dalam kegiatan wisata bahari dipengaruhi oleh

aspek yang beragam seperti aspek pendidikan, pengetahuan, ketrampilan,

teknologi, wawasan, pandangan, persepsi, kebiasaan, perilaku, sikap, motivasi,

dan etos kerja sehingga perlu mendapat perhatian dari semua pihak terkait.

5.2 Saran dan Rekomendasi

1. Pemerintah daerah (state), swasta (private sector), dan civil society (Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga ilmiah, lembaga adat, lembaga adat,

lembaga agama dan masyarakat) perlu mengembangkan strategi, kebijakan dan

program promosi potensi wisata bahari melalui media elektronik (radio, televisi,

internet), media cetak (majalah, bulletin, brosur, leaflet), dan spanduk/ papan

reklame pada tingkat daerah, nasional dan internasional.

2. Pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya perlu menyediakan dana

pembangunan kepariwisataan, khususnya wisata bahari, yang lebih memadai

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 131
Padaido dan Biak Timur Daratan
dalam kerangka mengembangkan berbagai program strategis penunjang

pengembangan wisata bahari di daerah ini.

3. Membuka kembali jalur penerbangan internasional Biak-Honolulu-Los Angelas

(AS) dan jalur penerbangan internasional lainnya dalam kerangka membuka

saluran atau jalur utama perjalanan wisatawan mancanegara yang pernah ada dan

berkembang di daerah ini.

4. Melakukan berbagai upaya membuka kembali dan atau memanfaatkan hotel

Marauw yang kini hampir menjadi “barang rongsokan” dan “rumah hantu”,

disertai dengan berbagai pengembangan sarana dan prasarana wisata bahari di

kawasan Biak Timur daratan dan Kepulauan Padaido. Seperti perbaikan kolam

renang dan restoran yang dapat dibuka untuk masyarakat yang ingin datang

berkunjung. Dengan demikian sarana dan prasarana yang ada di hotel tersebut

dapat difungsikan kembali walaupun tidak secara menyeluruh.

5. Perlu upaya sistematis, terencana dan berkelanjutan guna pengembangan

sumberdaya manusia masyarakat kampung melalui pendidikan, pelatihan,

pendampingan, penyuluhan, pemberdayaan dan penguatan dalam kerangka

meningkatkan peran, fungsi dan keterlibatan masyarakat kampung dalam

kegiatan wisata bahari.

6. Pemerintah daerah perlu menjalin kerjasama yang lebih baik dan berkelanjutan

dengan pihak-pihak yang kompeten dan berpengalaman dibidang pariwisata

seperti diving center, travel, hotel, dan akademisi dalam pengembangan

sosialisasi, komunikasi dan edukasi pembangunan pariwisata bahari.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 132
Padaido dan Biak Timur Daratan
7. Pembuatan usaha jasa pariwisata yaitu travel agent lokal didaerah Biak Timur

daratan dan Padaido mengingat usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Usaha ini dilakukan dengan turut melibatkan agent wisata dari kota yang telah

berpengalaman dan akademisi yang dapat memberikan saran secara keilmuan

yang dibutuhkan masyarakat untuk dapat dilaksanakan pada saatnya.

Pendanaannya dapat diperoleh dari pemerintah, LSM, dan swasta.

8. Pengelolaan usaha objek dan daya tarik wisata bahari yang berbasis masyarakat

dikampung masing-masing dan penyediaan sarana wisata seperti homestay,

cottage, restoran yang dapat menunjang kegiatan wisata bahari. Sistem

pendanaan, pengalaman dan ilmu pengetahuan dapat berasal dari lembaga

pemerintah, LSM, swasta, dan akademisi.

9. Perlu dilakukan forum komunikasi melalui seminar dan diskusi mengenai

pariwisata bahari yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, lembaga swadaya

masyarakat, lembaga ilmiah, lembaga masyarakat adat, lembaga agama dimana

hasilnya dapat berupa kebijakan dan peraturan yang kemudian ditetapkan oleh

pemerintah daerah dengan tujuan untuk menunjang dan mengembangkan wisata

bahari di Biak Timur dan Padaido.

10. Perlunya pendidikan, pelatihan dan penyuluhan terhadap masyarakat kota yang

mampu secara ekonomi dan tertarik dalam kegiatan wisata bahari dimana pada

akhirnya akan menjadi calon wisatawan bahari domestik potensial yang akan

memanfaatkan sarana dan prasarana wisata bahari di daerah ini.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 133
Padaido dan Biak Timur Daratan
11. Perlunya penyiapan sarana dan prasarana untuk mendukung mengembangkan

wisata bahari, misalnya penyediaan peralatan snorkeling dan alat selam dengan

pelayanan kualitas yang dapat menarik pengunjung untuk datang berwisata.

12. Perlu disediakan transportasi laut yang memadai yang menghubungkan jalur Biak

kota-Padaido atas dan Biak kota-Padaido bawah (pp) untuk memudahkan

wisatawan atau pengunjung yang ingin berwisata ke Kepulauan Padaido

13. Semua pihak perlu membangun atau menciptakan rasa aman, nyaman dan

tentram para wisatawan domestik dan mancanegara dalam kerangka

meningkatkan kedatangan wisatawan ke daerah wisata bahari ini.

14. Perlu suatu kebijakan pembangunan daerah dan atau peraturan daerah tentang

pembangunan wisata bahari yang lebih mampu memberikan peran dan fungsi

lebih baik atau proporsional bagi penguatan dan pemberdayaan masyarakat

kampung untuk terlibat dalam kegiatan wisata bahari di kampungnya.

15. Menekan serendah mungkin atau meniadakan sama sekali perilaku atau kebiasaan

masyarakat menggunakan bahan beracun, bom, cungkilisasi dan perilaku mencari

ikan lainnya yang merusak terumbu karang (coral reef) sebagai objek penting

wisata bahari di kawasan ini.

Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 134
Padaido dan Biak Timur Daratan
Dampak Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Kawasan Terumbu Karang di Kepulauan 135
Padaido dan Biak Timur Daratan

Anda mungkin juga menyukai