Anda di halaman 1dari 15

PROSES PEMBUATAN BIO-OIL DENGAN METODE

PIROLISIS REJECT PULP, KULIT KAYU PINUS


MERKUSII DAN PELEPAH NIPAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Energi Baru dan Terbarukan

Disusun Oleh:

1) Anggi Nadia U. (03031181520015)


2) Eki Saputra (03031181520101)
3) Indah Fitriany P. (03031281520095)
4) Rizki Nugraha (03031181520029)

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Pembuatan Bio-Oil
dengan Metode Pirolisis Reject Pulp, Kulit Kayu Pinus Merkusii dan Pelepah Nipah”.
Makalah ini disusun untuk menambah pemahaman khususnya tentang energi terbarukan
khususnya bio-oil. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah energi baru dan terbarukan.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, karena dengan bimbingannya kami dapat
memahami bagaimana proses pembuatan bio-oil dengan metode pirolisis reject pulp, kulit
kayu pinus merkusii dan pelepah nipah sehingga bahan bakar alternatif dapat digunakan.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah kami ini yang tentunya
tak luput dari kesalahan. Kami selalu menerima semua kritik dan saran yang membangun atas
makalah ini.

Palembang, 3 November 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara di dunia
dalam tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Tidak hanya pada negara-negara maju,
tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia. Untuk mengantisipasi krisis bahan bakar
minyak bumi (BBM) pada masa yang akan datang. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan
etanol sebagai sumber energi terbarukan, Contohnya untuk pembuatan bio-oil.
Proses pengolahan biomassa menjadi sumber energi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pirolisis. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui
proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah
akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Biasanya terdapat tiga produk
dalam proses pirolisis yakni: gas (uap organik), pirolisis oil (asap cair), dan arang. Uap
organik yang dihasilkan mengandung karbon monoksida, metana, karbon dioksida, tar yang
mudah menguap dan air. Uap organik kemudian dikondensasikan menjadi cairan.
Pirolisis cepat merupakan proses dekomposisi termal yang terjadi pada suhu 400-
600⁰C. Biomassa dipanaskan dengan cepat tanpa oksigen atau udara untuk menghasilkan
campuran cairan yang terkondensasi, gas dan arang. Ini merupakan salah satu proses
pembaharuan energi yang menjanjikan karena menghasilkan cairan yang banyak dengan gas
dan arang yang sedikit. Pada umumnya, untuk bahan baku kayu suhu yang digunakan sekitar 500⁰C
dengan waktu penguapan yang singkat, dapat diperoleh hasil 70% bio-oil, dan sekitar 15%
untuk tiap-tiap gas dan arang.
Bio-oil merupakan cairan teroksigenasi yang memiliki kerapatan yang tinggi dan
dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar pada beberapa penerapannya. Bio-oil dapat
terbakar dalam mesin diesel, turbin atau boiler, walaupun penggunaannya lebih jauh masih
membutuhkan uji ketahanan jangka panjang, dan dapat juga digunakan untuk produksi zat-zat
kimia tertentu.
Bio-oil memiliki keunggulan dibandingkan konvesi termal lainnya seperti bioetanol,
biosol dan biodisel. Karena memiliki densitas yang relatif tinggi1,2 kg/l. Diperkirakan dua
muatan truk dari kepingan kayu dapat digantikan dengan satu muatan tangki bio-oil dengan
kandungan energi sama. Saat ini industri kelapa sawit berkembang pesat, menghasilkan
limbah biomassa yang cukup banyak dan kurang dimanfaatkan.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana proses pembuatan bio-oil dari pirolisis pelepah nipah?.
2) Bagaimana proses pembuatan bio-oil dari pirolisis kulit kayu pinus merkusii?
3) Bagaimana proses pembuatan bio-oil dari pirolisis reject pulp?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui proses pembuatan bio-oil dari pirolisis pelepah nipah
2) Mengetahui proses pembuatan bio-oil dari pirolisis kulit kayu pinus merkusii
3) Mengetahui proses pembuatan bio-oil dari pirolisis reject pulp

1.4. Manfaat
1) Dapat mempelajari proses pembuatan bio-oil dari pirolisis pelepah nipah
2) Dapat mempelajari proses pembuatan bio-oil dari pirolisis kulit kayu pinus merkusii
3) Dapat mempelajari proses pembuatan bio-oil dari pirolisis reject pulp

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pirolisis
Salah satu metode konversi bahan organik menjadi energi adalah menggunakan
proses pirolisis. Secara ilmiah, pirolisis adalah proses dekomposisi termal bahan organik pada
temperatur sekitar 350-550⁰C tanpa oksigen. Proses ini melepas 3 jenis produk, yaitu cair
(Bio-oil), padat (arang), dan gas (CO, CO2, H2, H2O, dan CH4) (Cahyono, 2013). Pirolisis
cepat (fast pyrolysis) merupakan teknik yang relatif baru untuk menghasilkan energi
terbarukan. Dibandingkan dengan pembakaran dan gasifikasi serta karbonisasi, yang juga
merupakan proses pirolisis lambat yang telah dipraktekkan secara luas dan komersial,
pirolisis biomassa terutama pirolisis cepat masih berada dalam tahap pengembangan awal.
Dalam proses pirolisis, komposisi produk akhir sangat bergantung pada komposisi bahan dan
kondisi proses pirolisis.
Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu. Proses
pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230⁰C, ketika komponen yang tidak stabil secara
termal, dan volatile matters pada sampah akan pecah dan menguap bersamaan dengan
komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan polyaromatic
hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas (H 2, CO, CO2, H2O,
dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang. Parameter yang berpengaruh pada kecepatan reaksi
pirolisis mempunyai hubungan yang sangat kompleks. Pirolisis merupakan suatu bentuk
insinerasi yang menguraikan bahan organik secara kimia melalui pemanasan dengan
mengalirkan nitrogen sebagai gas inert. Uap organik kemudian dikondensasikan menjadi
cairan. Cairan hasil pirolisis dikenal sebagai bio-oil.
Dalam proses pirolisis, komposisi produk akhir sangat bergantung pada komposisi
bahan dan kondisi proses pirolisis. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh jenis bahan
sampah organik berupa daun dan ranting kering, terhadap kuantitas (rendemen) dan kualitas
(nilai kalor) produk bio-oil yang dihasilkan, perlu dilakukan sebuah penelitian agar bisa
dijadikan dasar dalam perencanaan mesin pirolisis skala yang lebih besar. Beberapa macam
katalis telah digunakan dalam proses pirolisis seperti katalis dari bahan alam (silika alumina,
bentonit clay, alumina hidroksilat, dan zeolit) dan katalis sintetik (metallic oxides, silika
alumina, silika magnesia, dan karbon aktif). Faktor-faktor atau kondisi yang mempengaruhi
proses pirolisis adalah:

1) Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin lama waktu
proses pirolisis berlangsung. produk yang dihasilkannya (residu padat, tar, dan gas)
makin naik. Kenaikan itu sampai dengan waktu tak hingga (τ) yaitu waktu yang
diperlukan sampai hasil padatan residu, tar, dan gas mencapai konstan. Nilai τ
dihitung sejak proses isotermal berlangsung. Tetapi jika melebihi waktu optimal maka
karbon akan teroksidasi oleh oksigen (terbakar), menjadi karbon dioksida dan abu.
Untuk itu pada proses pirolisis penentuan waktu optimal sangatlah penting.
2) Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan persamaan
Arhenius, suhu makin tinggi nilai konstanta dekomposisi termal makin besar
akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik.
3) Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil,semakin besar ukuran partikel. Luas
permukaan per satuan berat semakin kecil, sehingga proses akan menjadi lambat.
4) Berat Partikel
Pada berat partikel, semakin banyak bahan yang dimasukkan, menyebabkan hasil
bahan bakar cair (tar) dan arang akan meningkat.
Proses pirolisis dapat dilakukan dengan dan tanpa katalis. Keuntungan pada pirolisis
dengan katalis, yaitu katalis menurunkan fraksi cair dan meningkatkan fraksi gas. Katalis
yang pada proses pirolisis berfungsi untuk menurunkan temperatur reaksi, mempercepat
reaksi, serta menghasilkan produk dengan karbon atom yang lebih spesifik dan hidrokarbon
yang ringan.

2.2. Pengertian Bio-oil


Bio-oil merupakan produk utama dari proses pirolisis cepat (Fast Pyrolysis). Bio-oil
adalah cairan coklat gelap yang tersusun dari senyawa-senyawa teroksigenasi tinggi (highly
oxigenated compounds), yang diproduksi melalui fast pyrolisis, dimana propertinya
mendekati Heavy Fuel Oil (HFO) nomor 2 atau 6. Bio-oil bersifat asam dengan pH sekitar 3-
4, yang mempunyai nilai kalor sebesar 75.000 BTU per galon. Bio-oil berbeda dengan asap
cair yang sudah dikenal secara umum di Indonesia. Asap cair dihasilkan dari proses slow
pyrolisis dimana laju transfer panasnya sangat kecil, vapour residence time yang panjang dan
sebagian besar mengandung air (70%), fenol, asam karboksilat dan karbonil. Sedangkan bio
oil dihasilkan dari proses fast pyrolisis dimana laju transfer panasnya cepat, vapour residence
time yang pendek dan sebagian besar mengandung senyawa-senyawa teroksigenasi tinggi.
Bio-oil bersifat larut sempurna dalam alkohol, dimana pelarutannya akan
meningkatkan stabilitas bahan dan menurunkan viskositas sehingga cocok digunakan sebagai
bahan bakar. Bio-oil tidak dapat larut dalam diesel oil, tetapi dapat diemulsifikasi dengan
diesel oil. Emulsifikasi 10-30% bio-oil dalam diesel oil dapat memperbaiki stabilitas bahan
bakar, memperbaiki viskositas, mengurangi tingkat korosifitas, dan meningkatkan nilai
bilangan cetane.
Bio-oil merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui dan
ramah lingkungan. Bio-oil dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri antara lain
sebagai combustion fuel dan power generation untuk memproduksi bahan kimia serta dapat
dicampur dengan minyak diesel sebagai bahan bakar. Kulit kayu pinus merupakan salah satu
biomassa yang dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk menghasilkan bio-oil. Selama
ini kulit kayu pinus hanya dianggap sebagai limbah yang mencemari lingkungan. hampir
semua bagian pohon pinus dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap
untuk diambil getahnya. Pelepah nipah memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi bio-oil
karena kandungan holoselulosa yang besar. Salah satu teknologi proses yang dapat digunakan
dalam pembuatan bio-oil yaitu pirolisis (Yunanda, 2016).
Bahan baku pembuatan bio-oil salah satunya dapat diolah dari reject pulp industri
pulp, karena masih mengandung selulosa. Bio-oil adalah bahan bakar cair berwarna gelap,
beraroma seperti asap, dan diproduksi dari biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas, atau
biomassa melalui teknologi pirolisa (pirolisis) atau pirolisa cepat. Bio-oil diproduksi dengan
proses pirolisis menggunakan biomassa dengan pemanasan, tanpa adanya kandungan
oksigen. Uap organik yang dihasilkan dari proses pirolisis dikondensasikan menjadi bio-oil.
Bio-oil adalah cairan yang tidak larut dalam air, bahan bakar yang dapat dioksigenasi,
mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen dengan kandungan nitrogen dan sulfur yang
sangat sedikit. Bahkan kandungan sulfur pada bio-oil dapat diabaikan. Kandungan bio-oil
tergantung pada biomassa yang digunakan, namun zat-zat kimia yang terdapat pada bio-oil
terdiri dari kelompok karbonil, karboksil, hidroksil, dan metoksi (Aldrin, 2013).

2.3. Proses Pirolisis


2.3.1. Konversi Pelepah Nipah Menjadi Bio-oil dengan Variasi Katalis NiMo/Lempung
Cengar Melalui Proses Pirolisis
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lempung alam yang berasal dari
Desa Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, pelepah nipah
berasal dari Desa Buruk Bakul kabupaten Bengkalis, aquadest, H2SO4 1,2 M, gas (N2, H2, dan
O2), (NH4)6Mo7O24.4H2O, NiCl2.6H2O, glass woll (asbes knalpot), dan silinap280 M.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu lumpang porcelain, pengayak 100 dan 200 mesh,
pecahan keramik, reaktor alas datar ukuran 1 L, satu set motor pengaduk, oven, furnace tube,
heating mantel, timbangan analitik, regulator gas N2, O2 dan H2, reactor pyrolysis, condensor,
gelaspiala, kertas saring, piknometer, thermocouple thermometer (Barnant), buret, viscometer
Ostwald, gelas piala, erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur 500 ml, Cleveland flash point tester,
dan GC–MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).
1) Tahapan Persiapan Biomasa
Tahapan persiapan biomasa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Tahapan Persiapan Biomassa

2) Pembuatan Katalis NiMo/lempung Cengar


Pembuatan Katalis NiMo/lempung Cengar terdiri dari 4 tahap yaitu:
a) Perlakuan Awal Lempung Cengar
Lempung ditumbuk dan diayak dengan ukuran ayakan -100+200 mesh dengan
ketentuan ukuran partikel yang diambil merupakan partikel-partikel yang lolos pada
pengayak 100 mesh dan tertahan pada pengayak 200 mesh.

b) Aktivasi Lempung dengan Perlakuan H2SO4


Aktivasi lempung dengan cara refluks lempung cengar sebanyak 150 gram dalam
larutan H2SO4 1,2 M sebanyak 500 ml selama 6 jam pada suhu 50⁰C sambil diaduk dengan
motor pengaduk dengan kecepatan 60 rpm pada reaktor alas datar volume 1 liter, kemudian
sampel tersebut didiamankan selama 16 jam kemudian cake dikeringkan pada suhu 120⁰C
selama 4 jam dalam oven.
c) Pengembanan (Impregnasi) Logam Ni dan Mo
Pengembanan (impregnasi) logam Modan Ni dilakukan dengan cara pertama
sampel lempung yang telah diaktivasi disuspensikan kedalam 500 ml larutan 0,307 gr
(NH4)6Mo7O24.4H2O dalam reaktor alas datar volume 1 dan direfluks sambil diaduk pada
suhu 60⁰C selama 6 jam, (Jusniwarlis, 2011). Suspen yang diperoleh kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 120⁰C selama 3 jam (diperoleh sampel Mo/Lempung Cengar).
Kemudian padatan Mo/Lempung Cengar tersebut direfluks kembali dengan 500 ml larutan
0,184 gr NiCl2.6H2O pada suhu 90⁰C dengan waktu yang sama yaitu 6 jam. Kemudian suspen
yang telah diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 120⁰C selama 3 jam sehingga
diperoleh sampel Ni.Mo/Lempung Cengar.
d) Kalsinasi, Oksidasi dan Reduksi
Ni.Mo/Lempung Cengar sebanyak 10 gram dimasukkan kedalam tube yang telah
diisi dengan porcelain bed sebagai Heat Carrier dan penyeimbang unggun katalis, di antara
porcelain bed dengan unggun katalis diselipkan glass woll. Tube ditempatkan dalam tube
furnace secara vertikal. Sampel dikalsinasi pada suhu 500⁰C selama 6 jam sambil dialirkan
gas nitrogen sebesar ±400 ml/menit, setelah itu dilanjutkan dengan oksidasi pada suhu 400⁰C
menggunakan gas oksigen sebesar ±400 ml/menit selama 2 jam dan reduksi pada suhu 400⁰C
menggunakan gas hidrogen sebesar ±400 ml/menit selama 2 jam.
3) Pirolisis Pelepah Nipah dengan Ni.Mo/Lempung Cengar
Tahapan penelitian pembuatan bio-oil dengan proses pyrolisis menggunakan katalis
NiMo/Lempung dapat di lihat pada diagram alir berikut.

Gambar 2.2. Pembuatan Pirolisis-oil dengan Proses Pirolisis menggunakan Katalis NiMo/Lempung
Biomassa pelepah nipah yang telah dikecilkan ukurannya sebesar (100+200 mesh)
sebanyak 50 gram beserta 500 ml thermal oil (silinap) dan katalis NiMo/Lempung
dimasukkan kedalam reaktor pirolisis. Proses pirolisis dilakukan pada suhu 320⁰C tanpa
kehadiran oksigen dengan mengalirkan gas Nitrogen 1,35ml/detik. Diaduk dengan pengaduk
listrik (Heidolph) pada kecepatan pengadukan 300 rpm dan dialirkan air pendingin dengan
menggunakan kondensor. Bio-oil yang dihasilkan ditampung dalam gelas ukur dan dihitung
pertambahan volumenya setiap 10 menit selama 2 jam. Jika tidak ada bio-oil yang menetes
lagi, hal ini menandakan bahwa proses pirolisis telah selesai.
Selanjutnya bio-oil yang dihasilkan dianalisa sifat fisika seperti densitas, viskositas,
angka keasaman, nilai kalor, dan titik nyala serta analisa kimia menggunakan alat GC-MS
untuk mengetahui komponen kimia yang terkandung pada bio-oil (Romadani, 2014).
2.3.2. Pirolisis Kulit Kayu Pinus Merkusii menjadi Bio-oil menggunakan Katalis
Mo/Lempung Cengar
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lempung alam yang berasal dari
Desa Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, kulit kayu pinus
merkusii yang diperoleh dari Sumatra Barat, H2SO4, BaCl2, aquades, (NH4)6Mo7O24.4H2O,
silinap 280 M, Asam oksalat, NaOH, dan Indikator PP (Phenolpthalein).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini lumpang porselin, pengayak 60, 80, 100
dan 200 mesh, reaktor alas datar ukuran 1 L, satu set motor pengaduk, oven, furnace,
timbangan analitik, tabung gas N2, gas O2, dan gas H2 serta regulator, reaktor pirolisis,
condenser, heating mantle, termometer air raksa, piknometer, viscometer oswald, gelas piala,
erlenmeyer, labu ukur, buret, hot plate, magnetic stirer, pengaduk listrik dan GC–MS
(Kromatografi gas-spektroskopi massa).
Penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam pengerjaannya, yaitu:
1) Persiapan Biomassa Kulit Kayu Pinus
Kulit kayu pinus dihaluskan kemudian diayak (screening) untuk memperoleh ukuran
ayakan -60+80 mesh.
2) Pembuatan Katalis Mo/Lempung
Tahap pertama adalah lempung yang sudah membatu ditumbuk dan diayak dengan
ukuran ayakan -100+200 mesh dimana partikel lempung yang diambil merupakan partikel-
partikel yang lolos pada pengayak 100 mesh dan tertahan pada pengayak 200 mesh.
Selanjutnya lempung diaktivasi dengan larutan H2SO4 1,2 N. Lempung cengar sebanyak 150
gram dalam larutan H2SO4 1,2 N sebanyak 500 ml direfluks selama 6 jam pada suhu 50⁰C
sambil diaduk dengan motor pengaduk pada reaktor alas datar ukuran 1 liter, kemudian
sampel tersebut didiamkan selama 16 jam yang selanjutnya disaring dan dicuci menggunakan
aquades berulang kali sampai tidak ada ion SO4-2 yang terdeteksi oleh larutan BaCl2, cake
dikeringkan pada suhu 110⁰C selama 4 jam dalam oven.
Tahap berikutnya dilakukan impregnasi logam Mo dengan cara sampel lempung yang
telah diaktivasi dilarutkan dalam 200 ml (NH4)6Mo7O24.4H2O dan di lakukan pengadukan
dengan magnetic stirrer sambil dipanaskan menggunakan hot plate pada suhu 60⁰C selama 3
jam, kemudian dipanaskan dalam oven selama 6 jam pada suhu 110⁰C (diperoleh sampel
Mo/lempung).
Pengembanan kadar logam divariasikan sebesar 0%, 0,5%, 1% dan 1,5% b/b terhadap
sampel Lempung Cengar. Selanjutnya, katalis Mo/lempung diaktivasi dengan proses
kalsinasi, oksidasi, dan reduksi. Proses ini diawali dengan memasukkan katalis ke dalam tube
yang sebelumnya telah diisi dengan porcelain bed sebagai heat carrier dan penyeimbang
unggun katalis. Diantara porcelain bed dengan unggun katalis diselipkan glass woll.
Tube ditempatkan dalam tube furnace secara vertikal, dikalsinasi pada suhu 500⁰C
dengan selama 6 jam sambil dialirkan gas nitrogen sebesar 400 ml/menit. Selanjutnya, katalis
dioksidasi pada suhu 400⁰C menggunakan gas oksigen sebesar 400 ml/menit selama 2 jam
dan reduksi pada suhu 400⁰C menggunakan gas hidrogen sebesar 400 ml/menit selama 2 jam.
3) Proses Pirolisis Bio-oil
Biomassa berupa kulit kayu pinus sebanyak 50 gram beserta 500 ml silinap dan berat
katalis Mo/Lempung dengan persentase (variasi 3%, 6%, dan 9% terhadap biomassa)
dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis, lalu dilakukan proses pirolisis dengan mengalirkan
gas nitrogen 1,35 mL/detik ke reaktor. Reaktor dioperasikan pada suhu 320⁰C, diaduk dengan
pengaduk listrik pada kecepatan pengadukan 300 rpm. Kemudian terbentuk gas, gas yang
terbentuk ini akan dikondensasi oleh kondensor sehingga dihasilkan bio-oil, selanjutnya
produk bio-oil tersebut ditampung dalam beaker glass dan dicatat pertambahan volume bio-
oil tiap 10 menit sampai produk tidak menetes lagi. Bio-oil yang didapat kemudian dianalisa
senyawa kimianya.
4) Karakterisasi Bio-oil
Produk berupa bio-oil selanjutnya dikarakterisasi dengan melakukan analisa fisika
dan kimia. Analisa fisika yang dilakukan terdiri dari: penentuan densitas, viskositas, dan titik
nyala dari bio-oil yang dihasilkan. Sedangkan analisa kimia dilakukan dengan GC-MS dan
penentuan angka keasaman (Yunanda, 2016).
2.3.3. Pirolisis Reject Pulp menjadi Bio-oil dengan menggunakan Katalis Ni/Nza
Penelitian ini melalui beberapa tahapan.
1) Pembuatan Katalis
Sintesis Ni/NZA mengacu pada prosedur yang telah dilakukan, yaitu tahap
pertama yaitu pengecilan ukuran katalis zeolit dengan cara digerus dengan lumpang
porcelain, kemudian diayak dengan ukuran ayakan -100+200 mesh. Selanjutnya, dilakukan
aktivasi zeolit dengan cara refluks zeolit alam sebanyak 100 gram dalam larutan HCl 6 N
sebanyak 500 ml selama 30 menit pada suhu 50⁰C sambil diaduk dengan motor pengaduk
pada reaktor alas datar volume 1 liter, kemudian disaring dan dicuci berulang kali sampai
tidak ada ion Cl- yang terdeteksi oleh larutan AgNO 3, cake dikeringkan pada suhu 130⁰C
selama 3 jam dalam oven.
Sampel tersebut kemudian direndam kembali dalam 500 ml larutan NH 4Cl 1 N pada
temperatur 90⁰C sambil diaduk pada reaktor alas datar selama 3 jam perhari yang dilakukan
sampai satu minggu. Sampel tersebut kemudian disaring dan dicuci setelah itu dikeringkan
dalam oven selama 24 jam. Pada tahap ini didapat sampel yang dinamai dengan sampel NZA.
Selanjutnya dilakukan impregnasi logam Ni dengan cara sampel NZA direndam
dalam larutan Ni(NO3)2.6H2O dan direfluks pada suhu 90⁰C selama 6 jam sambil diaduk pada
reaktor alas datar ukuran 1 liter, kemudian disaring dan dicuci. Cake kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 120⁰C selama 3 jam.
Pengembanan logam dilakukan sebesar 2% b/b terhadap sampel NZA. Setelah itu
dilakukan kalsinasi, oksidasi dan reduksi dengan cara sampel katalis dimasukkan ke dalam
tube, ke dalam tube sebelumnya telah diisi dengan porcelain bed sebagai heat carry dan
penyeimbang unggun katalis, diantara porcelain bed dengan unggun katalis diselipkan glass
woll. Tube ditempatkan dalam tube furnace secara vertikal, dikalsinasi pada suhu 500oC
selama 6 jam sambil dialirkan gas nitrogen sebesar 400 ml/menit, dilanjutkan dengan
oksidasi pada suhu 400⁰C menggunakan gas oksigen sebesar 400 ml/menit selama 2 jam dan
reduksi pada suhu 400⁰C menggunakan gas hidrogen sebesar 400 ml/menit selama 2 jam.
2) Pembuatan Bio-oil
Biomassa yang telah dihaluskan sebanyak 50 gram beserta 500 ml thermo-oil (silinap)
dan katalis Ni/NZA 1,0 gram, dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis. Dipirolisis pada suhu
320⁰C tanpa kehadiran oksigen dengan mengalirkan gas nitrogen 80 mL/menit. Diaduk
dengan pengaduk listrik (Heidolph) pada kecepatan pengadukan 300 rpm selama waktu
tertentu hingga tidak ada bio-oil yang menetes lagi pada penampung setelah melewati
kondenser. Bio-oil yang dihasilkan ditampung dalam gelas piala.
Produk yang terbentuk dianalisa komponen kimianya menggunakan Gas
Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS), serta dilakukan analisa sifat fisika berupa
viskositas, densitas, angka keasaman, kadar air, dan titik nyala.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
1) Proses pembuatan bio-oil dilakukan dengan metode pirolisis pelepah nipah
menggunakan katalis NiMo
2) Proses pembuatan bio-oil dilakukan dengan metode pirolisis kayu pinus merkusii
menggunakan katalis Mo
3) Proses pembuatan bio-oil dilakukan dengan metode pirolisis reject pulp
menggunakan katalis Ni/Nza

3.2. Saran
1) Pada sekitar kita terdapat banyak limbah organik yang terkadang diabaikan begitu
saja, padahal limbah tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan dalam kehidupan
masyarakat. Contohnya limbah tersebut diolah menjadi bio-oil. Dengan membaca
makalah ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kita agar lebih peduli terhadap
lingkungan.
2) Semoga makalah ini dapat menjadi referensi berguna bagi setiap kalangan yang
ingin mencoba mengolah limbah organik menjadi bio-oil.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, M. S., dkk. 2013. Pengaruh Jenis Bahan pada Proses Pirolisis Sampah Organik
Menjadi Bio-Oil sebagai Sumber Energi Terbarukan. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. Vol. 5(2) : 67-76
Romadani, S., dkk. 2014. Konversi Pelepah Nipah Menjadi Bio-Oil dengan Variasi Katalis
NiMo/Lempung Cengar Melalui Proses Pirolisis. Jom FTEKNIK. Vol. 1(2) : 1-10
Yunanda, Y. I., dkk. 2016. Pirolisis Kulit Kayu Pinus Merkusii Menjadi Bio-Oil
Menggunakan Katalis Mo/Lempung Cengar. Jom FTEKNIK. Vol. 3(1) : 1-8
Aldrin, I., dkk. 2013. Pirolisis Reject Pulp menjadi Bio-Oil dengan Menggunakan Katalis
Ni/NZA. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 1(1) : 91-105

Anda mungkin juga menyukai