Anda di halaman 1dari 7

Lex Crimen Vol. VI/No.

6/Ags/2017

TINDAK PIDANA RUPIAH PALSU DALAM PASAL PENDAHULUAN


36 DAN PASAL 37 UNDANG-UNDANG NOMOR A. Latar Belakang
7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
Oleh: Rian Mintalangi2 tentang Mata Uang memiliki Bab X yang
berjudul Ketentuan Pidana yang mencakup
ABSTRAK Pasal 33 sampai dengan Pasal 41. Pasal yang
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjadi perhatian dalam penelitian ini yakni
mengetahui bagaimana cakupan tindak pidana Pasal 36 dan Pasal 37 yang mengatur tentang
rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal 37 rupiah palsu.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pasal 36 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Mata Uang dan bagaimana pengaruh Pasal 36 2011 memberikan ketentuan bahwa,
dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 7 Tahun (1) Setiap orang yang memalsu Rupiah
2011 terhadap kejahatan memalsu mata uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
atau uang kertas dalam Kitab Undang-Undang 26 ayat (1) dipidana dengan pidana
Hukum Pidana. Dengan menggunakan metode penjara paling lama 10 (sepuluh)
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. tahun dan pidana denda paling
Tindak pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 memiliki miliar rupiah).
cakupan yang luas, mulai dari (1) perbuatan (2) Setiap orang yang menyimpan secara
memalsu Rupiah, (2) menyimpan Rupiah palsu, fisik dengan cara apa pun yang
(3) mengedarkan dan/atau membelanjakan diketahuinya merupakan Rupiah Palsu
Rupiah palsu, (4) membawa ke dalam atau ke sebagaimana dimaksud dalam Pasal
luar Wilayah Indonesia Rupiah palsu, (5) 26 ayat (2) dipidana dengan pidana
mengimpor atau mengekspor Rupiah palsu, (6) penjara paling lama 10 (sepuluh)
perbuatan-perbuatan berkenaan dengan alat tahun dan pidana denda paling
untuk membuat Rupiah palsu seperti banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
memproduksi dan menyimpan pelat cetak miliar rupiah).
untuk membuat Rupiah palsu, dan (7) (3) Setiap orang yang mengedarkan
perbuatan-perbuatan berkenaan dengan bahan dan/atau membelanjakan Rupiah
baku Rupiah untuk membuat Rupiah palsu yang diketahuinya merupakan Rupiah
seperti memproduksi dan menyimpan bahan Palsu sebagaimana dimaksud dalam
baku Rupiah (kertas untuk membuat Rupiah Pasal 26 ayat (3) dipidana dengan
palsu dan sebagainya). 2. Pengaruh tindak pidana penjara paling lama 15 (lima
pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal belas) tahun dan pidana denda paling
37 UU No. 7 Tahun 2011 terhadap Buku II Bab X banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
KUHPidana hanyalah sepanjang berkenaan puluh miliar rupiah).
dengan uang atau mata uang Rupiah. Jika (4) Setiap orang yang membawa atau
terjadi pemalsuan Rupiah atau peredaran memasukkan Rupiah Palsu ke dalam
Rupiah palsu di Indonesia, maka yang akan dan/atau ke luar Wilayah Negara
diterapkan sekarang adalah ketentuan pidana Kesatuan Republik Indonesia
dalam UU No. 7 Tahun 2011. Tetapi jika yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dipalsu atau diedarkan adalah mata uang asing 26 ayat (4) dipidana dengan pidana
(baik uang logam maupun uang kertas) maka penjara paling lama 15 (lima belas)
yang akan diterapkan adalah ketentuan dalam tahun dan pidana denda paling
Buku II Bab X KUHPidana karena berada di luar banyak Rp50.000.000.000,00 (lima
cakupan UU No. 7 Tahun 2011. puluh miliar rupiah).
Kata kunci: Tindak Pidana, Rupiah Palsu. (5) Setiap orang yang mengimpor atau
mengekspor Rupiah Palsu
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Nontje Rimbing, SH,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
MH; Adi Tirto Koesoemo, SH, MH 26 ayat (5) dipidana dengan pidana
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. penjara paling lama seumur hidup dan
100711470

109
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

pidana denda paling banyak menimbulkan pertanyaan tentang pengaruh


Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar dari Pasal 36 dan Pasal 37 Undang-Undang
rupiah). 3 Nomor 7 Tahun 2011 terhadap tindak pidana
uang palsu dalam Buku II Bab X KUHPidana.
Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 tentang Oleh karenanya, Pasal 36 dan Pasal 37 Undang-
Mata Uang memberikan ketentuan sebagaim Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata
berikut, Uang dipandang cukup urgen untuk dibahas,
(1) Setiap orang yang memproduksi, sehingga dalam rangka penulisan skripsi telah
menjual, membeli, mengimpor, dipilih untuk dibahas di bawah judul “Tindak
mengekspor, menyimpan, dan/atau Pidana Rupiah Palsu dalam Pasal 36 dan Pasal
mendistribusikan mesin, peralatan, 37 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
alat cetak, pelat cetak atau alat lain tentang Mata Uang”.
yang digunakan atau dimaksudkan
untuk membuat Rupiah Palsu B. Rumusan Masalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1. Bagaimana cakupan tindak pidana rupiah
27 ayat (1) dipidana dengan pidana palsu dalam Pasal 36 dan Pasal 37
penjara paling lama seumur hidup dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
pidana denda paling banyak tentang Mata Uang?
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar 2. Bagaimana pengaruh Pasal 36 dan Pasal
rupiah). 37 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011
(2) Setiap orang yang memproduksi, terhadap kejahatan memalsu mata uang
menjual, membeli, mengimpor, atau uang kertas dalam Kitab Undang-
mengekspor, menyimpan, dan/atau Undang Hukum Pidana ?
mendistribusikan bahan baku Rupiah
yang digunakan atau dimaksudkan C. Metode Penelitian
untuk membuat Rupiah Palsu Penelitian ini merupakan suatu penelitian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal hukum normatif. Pengertian penelitin hukum
27 ayat (2) dipidana dengan pidana normatif, menurut pendapat Sunaryati Hartono
penjara paling lama seumur hidup, merupakan suatu penelitian “yang bersifat
dan pidana denda paling banyak sejarah hukum, hukum positif, perbandingan
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar hukum, maupun yang bersifat prakiraan
rupiah).4 (development research)”.5 Penelitian untuk
Tentang hubungan antara ketentuan pidana penulkisan ini merupakan suatu penelitian yang
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 khusus ditujukan pada hukum positif.
dengan Bab X dari Buku II KUHPidana, Pasal 46
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 secara PEMBAHASAN
tegas menentukan bahwa pada saat Undang- A. Cakupan Tindak Pidana Rupiah Palsu dalam
Undang ini mulai berlaku, ketentuan BAB X Pasal 36 dan Pasal 37 Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Nomor 7 Tahun 2011
pemalsuan Mata Uang dan uang kertas 1. Macam-macam tindak pidana terhadap
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak uang dalam UU No. 7 Tahun 2011
bertentangan dengan ketentuan dalam Dalam Bab X (Ketentuan Pidana) UU No. 7
Undang-Undang ini. Tahun 2011 yang mencakup Pasal 33 sampai
Adanya tindak pidana rupiah palsu dalam dengan Pasal 41 dirumuskan sejumlah
Pasal 36 dan Pasasl 37 Undang-Undang Nomor tindak pidana. Walaupun yang menjadi
7 Tahun 2011 dan ketentuan dalam Pasal 46 perhatian dalam penelitian ini hanyalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Pasal 36 dan Pasal 37 tetapi perlu diperoleh
gambaran umum tentang macam-macam
3
tindak pidana terhadap uang dalam Bab X
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
UU No. 7 Tahun 2011.
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Repoublik
5
Indonesia Nomor 5223). Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada
4
Ibid Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hlm. 133.

110
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

Subjek tindak pidana dalam Pasal 244, juga


2. Tindak pidana rupiah palsu dalam Pasal 36 tindak-tindak pidana lainnya dalam Bab X
dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 ini, adalah “barang siapa”. Ini berarti setiap
Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 orang dapat menjadi pelaku tindak pidana
mengandung sejumlah tindak pidana yang yang diatur dalam Bab X dari Buku II
dapat dikelompokkan sebagai tindak pidana KUHPidana.
rupiah palsu. Pasal 36 terdiri atas 5 (lima)
ayat dan Pasal 37 terdiri atas 2 (dua) ayat, 2. Mengedarkan, menyimpan atau
yang masing-masing merumuskan suatu memasukkan ke Indonesia mata uang atau
tindak pidana, sehingga dalam Pasasl 36 dan uang kertas yang ditiru atau dipalsu.
Pasal 37 dapat ditemukan adanya 7 (tujuh) Pasal 245 KUHP memberikan ketentuan
tindak pidana. bahwa,
Barang siapa dengan sengaja mengedarkan
B. Pengaruh Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 7 mata uang atau uang kertas yang
Tahun 2011 terhadap Tindak Pidana dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai
Pemalsuan Mata Uang dan Uang Kertas mata uang atau uang kertas asli dan tidak
dalam KUHPidana dipalsu, padahal ditiru atau dipalsu olehnya
Dalam Buku II KUHPidana, kejahatan- sendiri, atau waktu diterima diketahuinya
kejahatan berkenaan dengan sesuatu yang bahwa tidak asli atau dipalsu, ataupun
palsu diatur secara berurutan dalam beberapa barang siapa menyimpan atau memasukkan
bab, yaitu : ke Indonesia mata uang dan uang kertas
- Bab IX : Sumpah palsu dan keterangan palsu; yang demikian, dengan maksud untuk
- Bab X : Pemalsuan mata uang dan uang mengedarkan atau menyuruh mengedarkan
kertas; sebagai uang asli dan tidak dipalsu, diancam
- Bab XI : Pemalsuan meterai dan merek; dengan pidana penjara paling lama lima
- Bab XII : Pemalsuan surat belas tahun. 7
Kejahatan pemalsuan mata uang dan uang
kertas, yang diatur dalam Bab X dari Buku II 3. Merusak uang.
KUHP, mencakup pasal 244 sampai dengan Pasal 246 memberikan ketentuan bahwa
pasal 252. Selain itu dalam Buku III KUHP barang siapa mengurangi nilai mata uang
(Pelanggaran) terdapat pasal 519 yang dengan maksud untuk mengedarkan atau
berkaitan dengan juga dengan mata uang dan menyuruh mengedarkan uang yang
uang kertas. dikurangi nilainya itu, diancam karena
Berikut ini, tindak-tindak pidana yang merusak uang dengan pidana penjara paling
terdapat dalam bab tersebut akan diuraikan lama 12 tahun.
dan dibahas satu persatu.
1. Meniru atau memalsu mata uang atau uang 4. Mengedarkan, menyimpan atau
kertas. memasukakan ke Indonesia mata uang
Pasal 244 KUHPidana, menurut terjemahan yang dikurangi nilainya.
Tim Penerjemah BPHN, berbunyi sebagai Pasal 247 KUHPidana menentukan bahwa
berikut, barang siapa dengan sengaja mengedarkan
Barang siapa meniru atau memalsu mata mata uang yang dikurangi nilai olehnya
uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh sendiri atau waktu diterima diketahuinya
Negara atau Bank, dengan maksud untuk sebagai uang yang telah dirusak, ataupun
mengedarkan atau menyuruh mengedarkan barang siapa menyimpan atau memasukkan
mata uang atau uang kertas itu sebagai asli ke Indonesia uang yang demikian itu dengan
dan tidak dipalsu, diancam dengan pidana maksud untuk mengedarkan atau menyuruh
penjara paling lama lima belas tahun. 6 mengedarkannya sebagai uang yang tidak

6 7
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., hlm. 100. Tim Penerjemah BPHN, op.cit., hlm. 100-101.

111
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

rusak, diancam dengan pidana penjara barang siapa dengan sengaja dan tanpa izin
paling lama 12 tahun. Pemerintah, menyimpan atau memasukkan
Perbuatan dalam pasal ini dapat dikatakan ke Indonesia keping-keping atau lembar-
bersamaan dengan perbuatan yang dilarang lembart perak, baik yang ada maupun yang
dalam Pasal 245 KUHPidana; perbedaannya tidak ada capnya atau dikerjakan sedikit,
adalah berkenaan dengan objeknya. Objek mungkin dianggap sebagai mata uang,
dalam pasal ini adalah mata uang yang telah padahal tidak nyata-nyata akan digunakan
dikurangi nilainya. sebagai perhiasan atau benda peringatan.

5. Mengedarkan mata uang atau uang kertas 8. Pelanggaran berkenaan dengan benda yang
selain dari yang diancam oleh Pasal 245 menyerupai uang kertas atau mata uang.
dan 247 KUHPidana. Pasal 509 ayat (1) KUHPidana, yang terletak
Pasal 249 KUHPidana menentukan bahwa dalam Buku III KUHPidana, menentukan
barang siapa dengan sengaja mengedarkan bahwa barang siapa membikin, menjual,
mata uang yang tidak asli, dipalsu atau menyiarkan atau mempunyai persediaan
dirusak atau uang kertas Negara atau Bank untuk dijual atau disiarkan, ataupun
yang palsu atau dipalsu, diancam, kecuali memasukkan ke Indonesia, barang cetakan,
berdasarkan pasal 245 dan 247, dengan potongan logam, atau benda-abenda lain
pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu yang bentuknya menyerupai uang kertas,
atau pidana denda paling banyak Rp4.500,-. mata uang, benda-benda emas atau perak
Komentar Sianturi terhadap pasal ini adalah dengan merek negara, atau perangko pos,
bahwa “Pasal ini dapat disebut sebagai pasal diancam dengan pidana denda paling
penampung untuk pasal-pasal 245 dan 247”. banyak Rp4.500,-.
8
Dengan demikian, apabila ada hal yang Di atas telah diuraikan tindak-tindak pidana
tidak dapat dicakup oleh pasal 245 dan 247, pemalsuan mata uang dan uang kertas
maka telah tersedia pasal 249 ini. berdasarkan urutan pasal dalam Bab X dari
Buku II KUHPidana dan pasal 519
6. Mempunyai benda untuk meniru, memalsu KUHPidana.
atau mengurangi nilai uang. Mengenai perbedaan antara pasal-pasal ini
Pasal 250 KUHPidana menentukan bahwa dengan kejahatan-kejahatan dalam
barang siapa membuat atau mempunyai KUHPidana, dikatakan oleh Sianturi bahwa,
persediaan bahan atau benda yang “yang diatur pada Undang-undang No.1
diketahuinya bahwa itu digunakan untuk Tahun 1946 jo Undang-undang No.73 Tahun
meniru, memalsu atau mengurangi nilai 1958 titik beratnya bukanlah kepada
mata uang, atau untuk meniru atau peniruan, pemalsuan atau pengurangan nilai
memalsu uang kertas negara atau bank, uang, melainkan pembuatan “alat
diancam dengan pidana penjara paling lama pembayaran” di luar yang ditentukan oleh
6 tahun atau pidana denda paling banyak pemerintah . . . “9
Rp4.500,-. Hal ini misalnya dapat dilihat dalam
Pasal ini berkenaan dengan rumusan pasal IX Undang-undang Nomor 1
sarana/prasarana untuk meniru atau Tahun 1946 yang menentukan,
memalsukan mata uang atau uang kertas, atau Barang siapa membikin benda semacam
untuk mengurangi nilai mata uang. mata uang atau uang kertas dengan maksud
untuk menjalankannya atau menyuruh
7. Menyimpan atau memasukkan ke menjalankannya sebagai alat pembayaran
Indonesia kepin-keping yang mungkin yang syah, dihukum dengan hukuman
dianggap mata uang. penjara, setinggi-tingginya lima belas tahun.
10
Pasal 251 KUHPidana mengancam dengan
pidana penjara paling lama 1 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp10.000,-,
9
Ibid.
10
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
8
Ibid., hlm. 399. Peraturan Hukum Pidana.

112
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

Dalam pasal ini, sebagaimana dikemukakan dollar dan di Irian Barat uang rupiah
oleh S.R. Sianturi, diberikan tekanan pada istimewa”.11
persoalan akan digunakannya benda Uraian tentang kejahatan berkenaan dengan
semacam mata uang atau uang kertas itu uang dalam UU No. 1 Tahun 1946 menunjukkan
sebagai alat pembayaran yang sah. bahwa perbuatan yang dilarang adalah
Tekanan yang seperti ini dapat ditemukan perbuatan menggunakan mata uang lain dari
juga dalam pasal-pasal lainnya, yaitu pasal X, pada yang diakui oleh Pemerintah Indonesia.
XI, dan XII. Contohnya, menurut kutipan dari Wirjono
Pasal X : Barang siapa dengan sengaja Prodjodikoro, di Kepulauan Riau dahulu pernah
menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah beredar uang Straits-dollar. Mata uang seperti
mata uang atau uang kertas sedang ia sewaktu ini tidak diakui oleh Pemerintah Indonesia dan
menerimanya mengetahui atau setidak- diancam pidana dalam UU No. 1 Tahun 1946.
tidaknya patut dapat menduga bahwa benda- Tampak bahwa hampir tiap tindak pidana
benda itu oleh pihak Pemerintah tidak diakui Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal 37 UU
sebagai alat pembayaran yang sah, atau dengan No. 7 Tahun 2011 ada bandingannya dalam
maksud untuk menjalankannya atau menyuruh Buku II Bab X KUHPidana; kecuali bandingan
menjalankannya sebagai alat pembayaran yang untuk sebagian dari tindak pidana dalam Pasal
sah, menyediakannya atau memasukkannya ke 36 ayat (4) UU No. 7 Tahun 2011 tentang
dalam Indonesia, dihukum dengan hukuman “membawa ke luar Wilayah Indonesia” dan
penjara setinggi-tingginya 15 tahun. sebagian dari tindak pidana dalam Pasal 36 ayat
Pasal XI : Barang siapa dengan sengaja (5) tentang “mengekspor Rupiah palsu”.
menjalankan sebagai alat pembayaran yang sah Dengan kata lain, dalam Buku II Bab X tidak ada
mata uang atau uang kertas yang dari pihak ancaman pidana untuk perbuatan membawa
Pemerintah tidak diakui sebagai alat keluar Wilayah Indonesia atau mengekspor
pembayaran yang sah dalam hal di luar uang yang ditiru atau dipalsu.
keadaan sebagai yang tersebut dalam pasal Perbedaan yang paling utama antara tindak
yang baru lalu dihukum dengan hukuman pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan Pasal
penjara setinggi-tingginya 15 tahun. 37 UU No. 7 Tahun 2011 dengan tindak pidana
Pasal XII : Barang siapa menerima sebagai meniru dan memalsu uang dalam Buku II Bab X
alat pembayaran atau penukaran atau sebagai KUHPidana, yaitu tindak pidana dalam UU No. 7
hadiah atau penyimpanan atau mengangkut Tahun 2011, termasuk juga Pasal 36 dan Pasal
mata uang atau uang kertas, sedangkan ia 37, hanya berkenaan dengan Rupiah semata-
mengetahui, bahwa benda-benda itu oleh Pihak mata, dengan kata lain hanya berkenaan
Pemerintah tidak diakui sebagai alat dengan mata uang Indonesia seja. Sedangkan
pembayaran yang sah, dihukum dengan tindak pidana dalam Buku II Bab X KUHPidana
hukuman penjara setinggi-tingginya 5 tahun. yang berjudul “Pemalsuan Uang Logam dan
Pasal XIII hanya memuat pidana tambahana Uang Kertas Negeri dan Uang Kertas Bank”,
terhadap tindak-tindak pidana sebelumnya. karena tidak menyebut mata uang tertentu
Ditentukan dalam pasal ini bahwa kalaua orang atau menunjuk pada suatu negara, maka ia
dihukum karena melakukan salah satu mencakup mata uang Indonesia (Rupiah) dan
kejahatan seperti tersebut dalam pasal 9, 19, juga mata uang semua negara di dunia ini.
11 dan 12 maka mata uang atau uang kertasnya Berdasarkan perbedaan ini maka pengaruh
serta abenda lain yang dipergunakan untuk tindak pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36 dan
melakukan salah satu kejahatan itu dirampas, Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 terhadap pasal-
juga kalau benda-benda itu bukan kepunyaan pasal peniruan dan pemalsuan uang dalam
terhukum. Buku II Bab X KUHPidana hanyalah sepanjang
Mengenai pasal-pasal dalam Undang- berkenaan dengan uang atau mata uang
undang Nomor 1 Tahun 1946 ini dikatakan oleh Rupiah. Jika terjadi pemalsuan Rupiah atau
Wirjono Prodjodikoro, “Ternyata pasal-pasal ini peredaran Rupiah palsu di Indonesia, maka
kemudian juga perlu dengan pernah
11
beredarnya di Kepulauan Riau uang Straits- Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, op.cit., hlm. 186.

113
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

yang akan diterapkan sekarang adalah Jika dibandingkan, ancaman pidana untuk
ketentuan pidana dalam UU No. 7 Tahun 2011. perbuatan meniru dan memalsu uang logam
Tetapi jika yang dipalsu atau diedarkan adalah atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara
mata uang asing (baik uang logam maupun atau bank dalam Pasal 244 KUHPidana adalah
uang kertas) maka yang akan diterapkan adalah pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
ketentuan dalam Buku II Bab X KUHPidana tahun; sedangkan untuk perbuatan memalsu
karena berada di luar cakupan UU No. 7 Tahun Rupiah diancam paling banyak 10 (sepuluh)
2011. tahun dan denda paling banyak 10 (sepuluh)
Suatu hal yang sebenarnya juga perlu milyar rupiah. Perbedaan ancaman hukuman
mendapat perhatian berkenaan dengan Pasal seperti ini sebaiknya dihilangkan dengan
36 dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011 yaitu melakukan perubahan terhadap ancaman
berlakunya asas universalitas berkenaan pidana dalam Pasal 244 KUHPidana dan pasal-
dengan kejahatan terhadap uang dikarenakan pasal lainnya kejahatan terhadap uang dalam
Negeri Belanda menjadi anggota Traktat KUHPidana atau secepatnya melakukan
(Conventie) Geneva tertanggal 20 April 1929 pembaruan Kitab Undang-Undang Hukum
yang dibuat supaya dapat memberantas secara Pidana agar ancaman hukuman dapat
internasional pemalsuan uang atau membuat disesuaikan antara UU No. 7 Tahun 2011 dan
uang palsu. Sekalipun Indonesia tidak lagi kejahatan terhadap uang dalam KUHPidana.
berada di bawah penjajahan Belanda, tetapi
Indonesia seharusnya tetap terikat dengan PENUTUP
Konvensi Jenewa tertanggal 20 April 1929. A. Kesimpulan
Pasal 5 dari International Convention For The 1. Tindak pidana Rupiah palsu dalam Pasal 36
Suppression Of Counterfeiting Currency dan Pasal 37 UU No. 7 Tahun 2011
(Geneva, 20 April 1929) menentukan bahwa, memiliki cakupan yang luas, mulai dari (1)
“No distinction should be made in the scale of perbuatan memalsu Rupiah, (2)
punishments for offences referred to in Article 3 menyimpan Rupiah palsu, (3)
between acts relating to domestic currency on mengedarkan dan/atau membelanjakan
the one hand and to foreign currency on the Rupiah palsu, (4) membawa ke dalam atau
other; this provision may not be made subject ke luar Wilayah Indonesia Rupiah palsu, (5)
to any condition of reciprocal treatment by law mengimpor atau mengekspor Rupiah
or by treaty”12 (Tidak ada perbedaan boleh palsu, (6) perbuatan-perbuatan berkenaan
dibuat dalam beratnya hukuman untuk tindak dengan alat untuk membuat Rupiah palsu
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 seperti memproduksi dan menyimpan
antara tindakan yang berkaitan dengan mata pelat cetak untuk membuat Rupiah palsu,
uang domestik di satu pihak dan untuk mata dan (7) perbuatan-perbuatan berkenaan
uang asing di lain pihak; ketentuan ini tidak dengan bahan baku Rupiah untuk
boleh dijadikan sebagai subjek untuk suatu membuat Rupiah palsu seperti
syarat dari tindakan timbal balik berdasarkan memproduksi dan menyimpan bahan baku
hujkum atau berdasarkanb traktat). Rupiah (kertas untuk membuat Rupiah
Menurut ketentuan Pasal 5 Konvensi palsu dan sebagainya).
Jenewa tentang Penanggulangan Pemalsuan 2. Pengaruh tindak pidana Rupiah palsu
Uang, 20 April 1929, tersebut suatu negara dalam Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 7
tidak boleh menentukan hukuman yang Tahun 2011 terhadap Buku II Bab X
berbeda untuk pemalsuan mata uang domestik KUHPidana hanyalah sepanjang berkenaan
(negeri sendiri) dan pemalsuan mata uang dengan uang atau mata uang Rupiah. Jika
asing. Dengan kata lain, berat hukumannya terjadi pemalsuan Rupiah atau peredaran
harus sama. Rupiah palsu di Indonesia, maka yang akan
diterapkan sekarang adalah ketentuan
pidana dalam UU No. 7 Tahun 2011. Tetapi
12
Liga Bangsa-bangsa, “International Convention For The
jika yang dipalsu atau diedarkan adalah
Suppression Of Counterfeiting Currency” mata uang asing (baik uang logam maupun
www.paclii.org/pits/en/treaty_database/1929/3.rtf, uang kertas) maka yang akan diterapkan
diakses tanggal 22/09/2016.

114
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

adalah ketentuan dalam Buku II Bab X Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
KUHPidana karena berada di luar cakupan Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
UU No. 7 Tahun 2011. Pustaka, Jakarta, 2002.
Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana,
B. Saran Fikahati Aneska, Jakarta, 2010.
1. Buku II Bab X KUHPidana tidak memiliki
ketentuan yang mengancamkan pidana Sumber Internet:
terhadap pelaku yang membawa ke luar Liga Bangsa-bangsa, “International Convention
Wilayah Indonesia atau mengekspor uang For The Suppression Of Counterfeiting
palsu, sehingga perlu dilakukan perubahan Currency”
terhaap Buku II Bab X KUHPidana. www.paclii.org/pits/en/treaty_database/1
2. Ancaman pidana dalam Buku II Bab X 929/3.rtf, diakses tanggal 22/09/2016.
KUHPidana perlu disesuaikan dengan Ya’cob Billiocta, “Polisi bongkar peredaran uang
ancaman pidan adalam UU No. 7 Tahun palsu 10 negara di Subang”
2011 sehingga tidak ada perbedaan antara http://www.merdeka.com/peristiwa/polisi
ancaman pidana untuk pemalsuan uang -bongkar-peredaran-uang-palsu-10-
domestik (Rupiah) dan mata uang asing. negara-di-subang.html, diakses tanggal
14/09/2016.
DAFTAR PUSTAKA Vera Bahali, “Pemilik Uang Palsu di Jeneponto
Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu Hukum, Ternyata Anak Kepala Desa”,
cet.29, terjemahan Oetarid Sadino dari http://news.rakyatku.com/read/10008/20
Inleiding tot de studie van het Nederlandse 16/06/21/pemilik-uang-palsu-di-
recht, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001. jeneponto-ternyata-anak-kepala-desa-,
Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum di diakses tanggal 14/09/2016.
Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Alumni,
Bandung, 1994. Peraturan Perundang-undangan:
Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, Peraturan Hukum Pidana.
1983. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Pengesahan United Nations Convention
Bina Aksara, Jakarta, 1984. Against Transnational Organized Crime
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pidana di Indonesia, cet.3, PT Eresco, Menentang Tindak Pidana Transnasional
Jakarta-Bandung, 1981. Yang Terorganisasi) (Lembaran Negara
_______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5,
Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama, Tambahan Lembaran Negara Republik
Bandung, 2012. Indonesia Nomor 4960).
Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
1983. Mata Uang (Lembaran Negara Republik
Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian Indonesia Tahun 2011 Nomor 64,
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Tambahan Lembaran Negara Repoublik
ed.1 cet.7, RajaGrafindo Persada, Jakarta, Indonesia Nomor 5223).
2003.
Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Politeia, Bogor, 1991.
Tim Penerjemah BPHN, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.

115

Anda mungkin juga menyukai