Anda di halaman 1dari 27

RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB I
DATA PROYEK

Pasal 1 : Nama pekerjaan: PEMBANGUNAN TURAP SDN. SUKA MULIA

Pasal 2 : Tempat dan lokasi: KEC. RANTAU KAB. ACEH TAMIANG

Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Penyedia Jasa
sesuai gambar rencana dan Dokumen kontrak.

BAB II

1
RENCANA KERJA DAN SYARAT

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Penyedia Jasa )


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Pengguna Jasa dengan Penyedia
Jasa Konstruksi, maka Penyedia Jasa untuk proyek seperti yang disebutkan
dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak
Kerja.

2. Penyedia Jasa harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya sesuai


dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.

3. Tugas dan kegiatan Penyedia Jasa adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Konstruksi
atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Pengguna
Jasa dalam Kontrak Kerja Fisik.

4. Penyedia Jasa harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan


proyek kepada Pengguna Jasa yang didalamnya tercantum beberapa tenaga
ahli Penyedia Jasa dengan posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang
diajukan:
1. Project manager;
2. Site Manager;
3. Quality Konsultan Pengawas;
4. Arsitek;
5. Supervisor Lapangan;
6. Surveyor;
7. Draftman;
8. Administrasi Proyek; dan
9. Operator Computer.

5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
lapangan proyek yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.

7. Penggantian tenaga ahli oleh Penyedia Jasa selama proses pelaksanaan


pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa dan
diketahui oleh Konsultan Pengawas jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan
dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

2
RENCANA KERJA DAN SYARAT

9. Konsultan Pengawas berhak mengajukan permohonan kepada Pengguna Jasa


untuk penggantian tenaga ahli Penyedia Jasa yang berada dilokasi pekerjaan
jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.

10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Penyedia Jasa harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi
pekerjaan.

Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor


1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan/ Sub Kontraktor hanyalah dapat
dilakukan dengan sepengetahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan
Pengawas serta mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan di


dalam Kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus
dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan Pengawas berhak
menginstruksikan kepada Penyedia Jasa untuk menganti Sub Pelaksana
pekerjaan tersebut dengan yang lain.

3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan untuk meninggalkan kewajibannya dengan


cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain
(Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau persetujuan Pengguna Jasa.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Penyedia Jasa tidak
dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang menjadi
kewajibannya tanpa persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa dan Konsultan


Pengawas, maka Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab penuh atas segala
kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga
kesalahan dan kelalaian tersebut merupakan kesalahan dan kelalaian Penyedia
Jasa sendiri.

6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja langsung


dengan Penyedia Jasa, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagian-
bagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.

7. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Sub
Kontraktor.

Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)


1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan
(Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya, terutama

3
RENCANA KERJA DAN SYARAT

untuk pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam


Gambar Rencana.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh


Konsultan Pengawas dalam masa konstruksi.

3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop Drawing


yang menjadi kewajibannya disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Rencana kecuali atas


persetujuan Konsultan Perencana.

5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil


kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan


1. Penyedia Jasa harus menyediakan satu set Gambar Rencana/Gambar Revisi
dalam format kertas A3 atau A4, satu set Shop Drawing, satu set Spesifikasi
Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor
lapangan.

2. Gambar Rencana, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.

Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu


1. Penyedia Jasa harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu
dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat
yang baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan


oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa untuk dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama


dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi
instruksi.

4. Instruksi Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Penyedia Jasa minimal
Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

5. Penyedia Jasa juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi

4
RENCANA KERJA DAN SYARAT

pekerjaan harus terdata dan mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh
Penyedia Jasa.

Pasal 6 : Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing)


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan
(As Built Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan


Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

3. As Built Drawing yang dibuat oleh Penyedia Jasa harus diperiksa oleh
Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa.

3. Penyedia Jasa diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah


disetujui kepada Konsultan Pengawas, Pengguna Jasa dan Konsultan
Perencana kepada Pengguna Jasa.

4. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang
baik pada bangunan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.

Pasal 7 : Rencana Waktu Pelaksanaan


1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time
schedule) keseluruhan kepada Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa
sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja.

2. Penyedia Jasa harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu


penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pengguna Jasa kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Penyedia Jasa harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan


keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

4. Penyedia Jasa juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan


mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Pengawas dan
diketahui oleh Pengguna Jasa.

5. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian


pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan memberikan
alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

5
RENCANA KERJA DAN SYARAT

6. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena


kesalahan dalam menyusun waktu penyelesaian pekerjaan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

7. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena faktor


cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan
cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan Pengawas harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

8. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena faktor-


faktor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan
Pengawas seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga
Penyedia Jasan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan
keamanan dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

9. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan karena


permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Desain,
Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari
Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa lebih dari 3 hari
kerja harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

10. Keterlambatan Penyedia Jasa dalam menyelesaikan pekerjaan yang


disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam poin 6, poin 7
dan poin 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan
Manajemen dan Pengguna Jasa.

11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Penyedia Jasa karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada poin
6, poin 7 dan poin 8 adalah menurut keputusan Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa.

Pasal 8 : Request For Work / Izin Kerja


1. Penyedia Jasa harus mengajukan permohonan penggunaan semua material
bangunan (Request for Work) sebelum material bangunan tersebut dipakai
dan dimasukan kelokasi pekerjaan.

2. Request for Work yang diajukan Penyedia Jasa harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

3. Persetujuan Request for Work yang diajukan oleh Penyedia Jasa dianggap sah
dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Pengawas.

6
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material
yang telah disetujui kepada Konsultan Pengawas.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas, Konsultan


Perencana, dan Pengguna Jasa tidak boleh dipakai sebagai material bangunan
dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Penyedia Jasa juga harus mengajukan permohonan permintaanpekerjaan


(Request for Work)untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request for Work yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

8. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request for Work
atau jika Request for Work yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request for Work ditentukan oleh


Konsultan Pengawas.

Pasal 9 : Metode Pelaksanaan


1. Penyedia Jasa harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan
Tanah dan pondasi, Pekerjaan Beton Bertulang, Pekerjaan Finishing dan serta
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

3. Penyedia Jasa tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan


yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh


Konsultan Pengawas.

Pasal 10 : Rencana Material Dan Peralatan


1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada
Konsultan Pengawas.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan


peralatan mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan memberikan
alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

7
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pasal 11 : Rencana Tenaga Kerja


1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana penggunaan tenaga kerja mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada
Konsultan Pengawas.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Penyedia Jasa harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Pengawas berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan


tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa dengan memberikan
alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.

Pasal 12 : Pekerjaan DiLuar Jam Kerja


1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus
diketahui oleh Konsultan Pengawas.

2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Pengawas untuk


pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

3. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang


dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 13 : Laporan Pelaksanaan


1. Penyedia Jasa wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan kepada Pengguna Jasa tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat
oleh Penyedia Jasa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3. Konsultan Pengawas berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung


kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Penyedia Jasa.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap
4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan
laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing-masing Laporan
harian, laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa.

Pasal 14 : Surat Menyurat Dan Komunikasi


1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus melalui dan
ditujukan kepada Konsultan Pengawas juga diketahui oleh Pengguna Jasa.

8
RENCANA KERJA DAN SYARAT

2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang berhubungan


dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan
ditujukan kepada Konsultan Pengawas juga diketahui oleh Pengguna Jasa.

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Penyedia
Jasa tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan
Pengawas.

Pasal 15 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)


1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap
minggu, dipimpin oleh Pengguna Jasa atau Konsultan Pengawas.

2. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal
oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.

3. Konsumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa kecuali


ditentukan lain oleh Pengguna Jasa

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)


kali setiap minggu, dipimpin oleh Pengguna Jasa atau Konsultan Pengawas.

5. Penyedia Jasa wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.

6. Konsumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa kecuali


ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.

Pasal 16 : Wewenang Pengguna Jasa (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan


1. Pengguna Jasa (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang
untuk memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain
dimana Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Penyedia Jasa menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Penyedia
Jasa harus memberikan jaminan agar supaya Pengguna Jasa dan para wakilnya
mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat
lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.

3. Pengguna Jasa atau Staf Ahli (Enggineer) berhak memberikan instruksi


langsung dilapangan kepada Penyedia Jasa dan Konsultan Pengawas untuk
suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi
Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

9
RENCANA KERJA DAN SYARAT

4. Pengguna Jasa atau Staf Ahli (Konsultan Pengawas) berhak memerintahkan


Konsultan Pengawas secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa sementara waktu jika ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja.

5. Penyedia Jasa harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan


keselamatan Pengguna Jasa dan para wakilnya selama berada dilokasi
pekerjaan.

Pasal 17 : Progress Payment


1. Pembayaran dilakukan dengan system Unit Price dan Monthly Certificate (MC),
artinya tagihan Penyedia Jasa dibayar berdasarkan Progress Realisasi
Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.

2. Progress Payment Penyedia Jasa diajukan kepada Pengguna Jasa dan diperiksa
kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan Pengawas.

3. Progress Payment Penyedia Jasa baru dapat dibayar oleh Pengguna Jasa jika
telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 18 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat


1. Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan
pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada
saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan
selesai 100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama


antara Penyedia Jasa, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum Serah
Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh


Penyedia Jasa, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa dicantumkan dalam
sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak
tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Pengguna Jasa harus membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa.

5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa memperbaikinya
dengan biaya sendiri.

10
RENCANA KERJA DAN SYARAT

6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa


dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap
pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaiki dengan biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Pengawas tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa untuk memperbaikinya.

8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain
tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa
pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.

9. Konsultan Pengawas berhak setiap saat memerintahkan Penyedia Jasa untuk


memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa
pelaksanaan.

10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 19 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Operation Hand-Book)


1. Penyedia Jasa bersama dengan Konsultan Pengawas harus membuat Buku
Petunjuk Penggunaan atau sistem operasi (Operation Hand-Book) sebelum
masa Serah Terima Pertama untuk semua peralatan yang ada dalam bangunan
seperti:
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor;
c. Instalasi pendingin Ruangan; dan
d. Instalasi Pemadam Kebakaran.

2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Pengguna Jasa dan pengguna


bangunan dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.

3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada


tempat yang ditentukan oleh Pengguna Jasa atau pengguna bangunan.
Pasal 20 : Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan
1. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,
Konsultan Pengawas, Pengguna Jasa dan Pemilik Bangunan/Pengguna
Bangunan harus membuat petunjuk dan Nama semua ruangan berdasarkan
fungsinya masing-masing sebelum masa Serah Terima Pertama (PHO).

2. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,


Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa juga harus membuat Petunjuk Pintu

11
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama untuk semua bangunan dari material
yang dapat dilihat dengan mudah pada siang hari maupun malam hari.

3. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan Perencana,


Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa harus membuat Duplikat Denah
Bangunan ukuran 100 x 60 cm untuk masing-masing lantai dan ditempatkan
pada daerah sekitar tangga atau ruang tunggu.

Pasal 21 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan


1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100% yang
diajukan oleh Penyedia Jasa dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa, maka pihak Konsultan Pengawas, Penyedia Jasa dan Pengguna
Jasa bersama-sama menandatangani Berita Acara Serah Terima Pertama
(PHO) kecuali ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan


klaim Progress 100% yang diajukan Penyedia Jasa, maka Konsultan Pengawas,
Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa bersama-sama melakukan Pemeriksaan
Lapangan.

3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas maupun


kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan dalam
Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi kewajiban Penyedia Jasa
memperbaikinya sebelum Serah Terima Pertama ditandatangani dan hal ini
harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar
Pekerjaan Cacat.

4. Penyedia Jasa juga harus menyerahkan As-built Drawing dan Buku Petunjuk
Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa sebelum Berita Acara
Serah Terima Pertama ditandatangani.

5. Konsultan Pengawas akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan realisasi


perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan As-built Drawing
yang telah selesai dilaksanakan oleh Penyedia Jasa untuk keperluan
penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pertama (PHO)

6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-


perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Pengawas akan mengeluarkan
rekomendasi tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan perbaikan yang
berarti Serah Terima Kedua (PHO) kedua dari pihak Penyedia Jasa kepada
Pengguna Jasa.

12
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pasal 22 : Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan


1. Pemanfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya boleh
dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Pengguna Jasa (Pemberi
Tugas) dengan Pemilik Bangunan ditandatangani.

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan


memanfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama bangunan
masih dalam proses Serah Terima antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa.

3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Pengguna


Jasa dan Pemilik Bangunan ditandatangani, harus dengan persetujuan
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.

4. Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan biaya


sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan bangunan
oleh Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan Pengguna
Jasa.

Pasal 23 : Penanggung Jawab Manajemen Konstruksi


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Pengguna Jasa dengan Penyedia
Jasa Konsultasi, maka Konsultan Pengawas untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan
dalam Kontrak Kerja Konsultan Pengawas

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Pengawas adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor:
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Konsultan
Pengawas atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh
Pengguna Jasa dalam Kontrak Kerja Konsultan Pengawas.

3. Konsultan Pengawas harus mengajukan struktur organisasi lapangan proyek


kepada Konsultan Perencana dan Pengguna Jasa dimana didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi


lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Pengawas harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Pengawas harus menyerahkan Struktur Organisasi lapangan proyek


yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa.

6. Penggantian tenaga ahli oleh Konsultan Pengawas selama proses pelaksanaan


pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Pelaksana dan
Pengguna Jasa.

13
RENCANA KERJA DAN SYARAT

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Pengguna Jasa jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

8. Penyedia Jasa berhak mengajukan kepada Konsultan Pengawas dan Pengguna


Jasa untuk penggantian tenaga ahli Konsultan Pengawas yang berada dilokasi
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak
mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Pengawas


harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.

10. Konsultan Pengawas harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan
dan diketahui oleh Pengguna Jasa atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa.

11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Pengawas adalah berdasarkan hasil
diskusi dan konsultasi dengan Pengguna Jasa.

Pasal 24 : Instruksi Konsultan Pengawas


1. Penyedia Jasa harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau
perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas harus dalam


bentuk tulisan.

3. Instruksi Konsultan Pengawas dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti
oleh Penyedia Jasa selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Pengawas dapat berupa hal-hal seperti disebutkan


dibawah ini :
1. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik
atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar
Rencana.
2. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
3. Perintah untuk menggantikan Pelaksana lapangan dari Penyedia Jasa yang
dianggap kurang mampu.
4. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
5. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode
pelaksanaan Penyedia Jasa yang dianggap tidak tepat sehingga dapat
mengurangi kualitas dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.

14
RENCANA KERJA DAN SYARAT

6. Dan lain–lain instruksi, teguran atau perintah yang dianggap perlu.

Pasal 25 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan


1. Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas dengan persetujuan Pengguna
Jasa berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Rencana,
Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa.

2. Penyedia Jasa dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan pada
Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan
Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana.

3. Perubahan-perubahan akan Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis harus


disampaikan secara tertulis kepada Penyedia Jasa untuk dilaksanakan.

4. Perubahan-perubahan pada Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis yang


dilakukan oleh Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, dan Pengguna Jasa
secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.

5. Perubahan-perubahan akan Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis tidak


boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya
pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Pengguna Jasa.

6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar


Rencana dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana diketahui
oleh Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Pengguna Jasa.

7. Penyedia Jasa berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume


pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.

8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara Gambar


Rencana, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity,Penyedia Jasa tidak
dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak, tetapi harus melaporkannya
kepada Konsultan Pengawas untuk tindakan selanjutnya.

9. Konsultan Pengawas dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Pengguna


Jasa berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila terjadi
perbedaan antara Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

15
RENCANA KERJA DAN SYARAT

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Pengawas,
jika terjadi perbedaan antara Gambar Rencana, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut:
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Rencana serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.

Pasal 26 : Struktur Organisasi Proyek


1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Pengawas dengan
persetujuan Pengguna Jasa.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum hubungan


antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti


oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera


diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada
posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet (Kantor Konsultan
Pengawas) dan Kantor Penyedia Jasa.

Pasal 27 : Ketentuan Lain


1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Penyedia Jasa dan
merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa walaupun hal tersebut tidak
disebutkan dalam Gambar Rencana dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Pengawas dengan Persetujuan
Pengguna Jasa.

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis
dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah
aturan yang terdapat dalam Kontrak Kerja.

4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana
dengan persetujuan Pengguna Jasa dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan
menjadi satu ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Penyedia Jasa.

16
RENCANA KERJA DAN SYARAT

5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas tersebut harus


tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.

6. Konsultan Pengawas bersama Konsultan Perencana dengan persetujuan


Pengguna Jasa dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil aturan
yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Penyedia Jasa wajib mengikuti
aturan perubahan tersebut.

17
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1 : Pengkuran dan Pemasangan Patok


1. Penyedia Jasa harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang
dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan lama, hasil
bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Penyedia Jasa harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal


minimal 30 cm apabila ada melakukan pekerjaan konstruksi.

3. Penyedia Jasa harus menyediakan patok/kayu atau papan dan alat-alat lain yang
diperlukan dalam pengukuran/ pemasangan patok menurut situasi dan kondisi
di lokasi pekerjaan.

4. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam
tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter.
Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran
2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm

5. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan
yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum
struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai
dikerjakan

6. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out

Pasal 2 : Papan Nama Proyek


1. Penyedia Jasa harus membuat/memasang papan nama proyek dengan
ketentuan yang tertera didalam kontrak pelaksanaan.

18
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB IV
PEKERJAAN TALUD

Pasal 1 : Galian Tanah Biasa

Pekerjaan untuk semua galian baru boleh dilaksanakan setelah patok / bawplank
selesai diperiksa oleh konsultan pengawas. Dalam galian pondasi disesuaikan oleh
gambar kerja rencana. Dalam galian tanah harus dikerjakan dengan teliti dan sesuai
dengan gambar kerja serta bersih dari segala kotoran. Terhadap kemungkinan
adanya air didasar galian tanah pada waktu galian harus menyiadakan pompa air
untuk menghindari genangan air di galian pondasi. Kontraktor harus
memperhatikan pengaman tebing agar tidak terjadi kelongsoran pada tebing
dengan memberikan dinding penahan sementara.

Pasal 2 : Urugan Pasir

Urugan pasir berfungsi menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan


beban, sehingga beban yang dipikul permukaan tanah merata. Urugan pasir bawah
fondasi adalah pengurugan yang ditempatkan di permukaan lobang fondasi yang
digali, sedangkan pengurugan bawah lantai adalah pengurugan permukaan tanah
asli. Ketebalan urugan pasir yang dipadatkan 5 - 10 cm sesuai dengan kondisi
tanah. Satuan perhitungan urugan pasir adalah m3.

Pasal 3 : Tanah Timbun

Tanah timbunan yang dibawa menggunakan dump truck harus ditempatkan


sedemikian rupa, sehingga jarak tumpahan dengan hamparan dapat memenuhi 30
cm pada seluruh permukaan. Pada bagian bawah timbunan atau di atas tanah asli
yang berhubungan denga dinding penahan tanah diberi lapisan geotextile sebagai
bahan stabilisasi tanah dasar serta mencegah aliran air naik ke permukaan yang
dapat mengganggu perkuatan struktur banguna. Untuk kondisi tanah yang kurang
baik, dapat menggunakan cerucuk dan matras bambu sesuai dengan hasil
perancangan teknis. Pelaksana kegiatan wajib memperhatikan kadar air timbunan
secara visual, jika selama pemadatan timbul debu berarti kadar air diindikasi
kurang, dan apabila selama pemadatan air tanah keluar (timbul genangan) maka
kadar air terindikasi tinggi. Apabila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah
dibatasi seperlunya saja dan dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup
deras, pekerjaan harus dihentikan.

19
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB V
PEKERJAAN PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pasal 1 : KETENTUAN UMUM

Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat


pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan
teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di
bawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI – 2 1971)
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
- Standar Industri Indonesia

Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan


kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti
atas biaya pemborong sendiri.

Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan pemborong bertanggung
jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh
pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

Pasal 2 : LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendaya gunaan semua tenaga kerja,
bahan-bahan, upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
beton/beton bertulang yang terdapat dalam gambar rencana.Pengadaan,
detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan daN bagian-bagian dari
pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.Perancangan, pelaksanaan dan
pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan pemeliharaan beton dan
semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.

Pasal 3 : PENGENDALIAN PEKERJAAN

Pemborong harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat yang


terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton.
Pengendalian pekerjaan ini tercantum pada syarat-syarat dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI – 1971).Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian
beton bertulang yang tercantum dalam gambar-gambar rencana
pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-
ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam
gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih
dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku

20
RENCANA KERJA DAN SYARAT

harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Pengawas untuk mendapatkan


ukuran sesungguhnya. Jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti
guna kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah luas penampang tidak boleh
berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam
PBI–1971. Dalam hal ini harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
Pasal 4 : BAHAN – BAHAN

Semen Portland

Semen Portland harus memenuhi persyaratan Standard International atau NI–8


untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan
kemia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh digunakan jika atas petunjuk
Pengawas. Semen yang digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan beton
harus dari satu merk saja yang disetujui Pengawas.Pemborong harus mengirim
contoh semen yang akan digunakan guna mengetahui type dan kualitas dari semen
yang digunakan.Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat
penyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas
dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut
urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga
mengeras atau tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus disingkirkan
dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik
dari pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan
urutan pengiriman.

Material Alami

Agregat Halus (Pasir) dan Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah)

a. Agregat Halus (Pasir)


- Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat
dalam PBI– 1971, Bab 3.
- Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan
bahan-bahan organis.
- Ukuran Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat ; Sisa di atas
ayakan 2 mm harus minimal 10 % berat ; Sisa di atas ayakan 0,25 mm
harus berkisar antara 80% -90% berat.

b. Agregat Kasar (Koral/Batu Pecah)

- Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih
maksimal 20% berat ; tidak pecah atau hancur serta tidak
mengandung zat-zat reaktif alkali.
- Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat ; Sisa di atas ayakan 4
mm, harus berkisar antara 90 % - 98 % berat, selisir antara sisa-sisa
kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimal 60 %
dan minimal 10 % berat.

21
RENCANA KERJA DAN SYARAT

- Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton serta
baja tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih
yang dapat diminum. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian
contoh air di lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat
keragu-raguan mengenai mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh air tersebut
untuk keperluan pelaksanaan proyek ini adalah sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong.

Pembesian/Penulangan

Baja tulangan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2 1971, dengan tegangan leleh
(aa = 4000 kg / cm 2 ) atau Baja U – 40. Untuk diameter ≥ 10 MM dan tegangan
leleh (aa = 4000 kg / cm 2 ) atau baja U-24 untuk diameter < 10 MM. Besi
penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun basah. Juga besi
penulangan harus disimpan rata (Round Bars) harus sesuai dengan persyaratan
dalam NI–2 pasal 3.7. Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran
lain. Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus di
bersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang
besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” produksi yang telah
memenuhi SII atau yang setaraf dan disetujui Pengawas. Pengawas dapat
memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor di tempat yang akan
digunakan ; dan bahan yang diakui serta yang disetujui Pengawas. Semua biaya
sehubungan dengan pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan
Pemborong. Apabila baja tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan perlu
penyambungan yang berbeda antara penulangan di lapangan dengan ketentuan dari
pabrik pembuat, maka harus atas persetujuan Pengawas.

Kawat Pengikat

Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan


dalam PBI NI–2 pasal 3.7.

Bahan Additive

Penggunaan Additive tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari pengawas. Bila
diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang disyaratkan

22
RENCANA KERJA DAN SYARAT

tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang disetujui Pengawas. Bahan
additive yang digunakan produksi CEMENT–AIDS atau yang setaraf. Semua
perubahan design mix atau penambahan bahan additive, sepenuhnya menjadi
tanggungan Pemborong dan tidak ada biaya tambahan untuk hal tersebut.

Pasal 5 : ADUKAN BETON

Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, harus dilakukan terlebih dahulu


“Mix Design” untuk mengetahui perbandingan bahan adukan beton.
Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui pengawas.
Semua biaya pengujian tersebut menjadi beben pemborong.Adukan beton
untuk pekerjaan struktur bangunan (pondasi, kolom, balok dan plat lantai)
menggunakan beton dengan mutu beton K-250. Adukan beton untuk
pekerjaan non structural (lantai kerja, pondasi batu kali) menggunakan mutu
beton K-125.

Pasal 6 : CETAKAN DAN ACUAN

Pemborong harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana


cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas, sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus
secara jelas terlihat konstruksi cetakan atau acuan, sambungan-sabungan
dan kedudukan serta sistem rangkanya. Cetakan dan acuan untuk pekerjaan
beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI– 1971, NI–2. Acuan harus
direncanakan agar dapat memikul beban-beban konstruksi dan getaran-
getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimal dari
cetakan dan acuan antara tumpuannya harus dibatasi sampai 1/400 bentang
antara tumpuan tersebut. Pembongkaran cetakan dan acuan harus
dilaksanakan sedemikian agar keamanan konstruksi tetap terjamin dan
disesuaikan dengan persyaratan PBI–1971, NI–2.Cetakan beton dapat
dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur beton
telah melampaui waktu sebagai berikut :

 Bagian sisi balok 48 Jam


 Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari
 Balok dengan beban konstruksi 21 Hari
 Pelat beton 21 Hari
Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, pemborong wajib mengadakan
perbaikan atau pembetulan kembali. Cetakan untuk pekerjaan kolom dan
pekerjaan beton lainnya harus menggunakan papan tebal minimal 2,5 cm
atau multliptek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken diameter 8-12 cm,
dapat digunakan dari mutu kayu Klas II.

23
RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pasal 7 : PELAKSANAAN

Proporsi

Kecuali disebut lain, maka campuran dari beton harus sedemikian sehingga
mencapai kekuatan kubus 28 hari sebesar yang disyaratkan pada PBI–1971
yaitu untuk Beton K-225 (untuk beton structural) dan K-125 (untuk beton
non structural).

Slump

Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 7,5–
10 cm dan disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang
terjadi diluar batas tersebut harus mendapatkan persetujuan Pengawas.

Pasal 8 : TEBAL PENUTUP BETON MINIMAL

Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton minimal adalah 2,5 cm. Perhatian
khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.Penahan-penahan
jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang
sebanyak minimal 4 (empat) buah setiap meter persegi cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak tersebar merata.

Pasal 9 : ADUKAN DAN PENGECORAN

Pemborong harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (Dua) hari


sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan
pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa pemborong akan dapat melaksanakan
pengecoran tanpa gangguan. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam
PBI 1971. Bila tidak disebutkan lain atau persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari
beton yang dicor jangan melebihi 1,5 m. Sebelum pengecoran dimulai, semua
bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian
beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus
terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, Plumbing dan perlengkapan lainnya).
Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus sudah
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik.
Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas. Waktu pengangkutan harus
diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran
tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang mencolok
antara beton yang sudah dicor dan akan dicor. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk
pengangkutan melebihi waktu yang telah ditentukan, maka harus dipakai bahan-

24
RENCANA KERJA DAN SYARAT

bahan penghambat pengikatan (Retarder) dengan persetujuan pengawas.Adukan


tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah
melampaui 1,5 jam; dan waktu ini dapat berkurang, bila pengawas menganggap
perlu berdasarkan kondisi tertentu.Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa
untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (Segresi) dan perubahan letak
tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya harus mendapat persetujuan pengawas dan alat-alat tersebut harus
bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.

Pasal 10 : PEMADATAB BETON

Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan


dan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang
padat tanpa perlu penggetaran secara berlebihan. Pemadatan beton seluruhnya
harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan oleh orang yang
berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak terjadi Over
Vibration dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk
mengalirkan beton. Hasil beton harus merupakan massa yang utuh, bebas dari
lubang-lubang segresi atau keropos. Pada daerah penulangan yang rapat,
penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi
untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan beton yang baik. Alat penggetar
tidak boleh disentuh pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai
mengeras.

Pasal 11 : PENGUJIAN MUTU BETON

Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton
15 x 15 x 15 cm atau silinder sesuai standar dalam PBI–1971. Kekentalan adukan
beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana nilai slump harus dalam batas-
batas yang disyaratkan dalam PBI–1971. Pengujian compresive strength untuk beton
dilaksanakan sesuai ASTM dan PBI– 1971 pasal 4.5, di laboratorium yang disetujui
Pengawas. Mengenai pengambilan contoh/sampel/spesimen untuk benda uji
dilaksanakan secara berkala, paling sedikit setiap 5 m3 beton yang diproduksi. Hasil
pengujian dikeluarkan pada :
- saat benda uji berumur 3 – 7 hari
- saat benda uji berumur 14 hari
- saat benda uji berumur 28 hari

25
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB VI
PEKERJAAN PASANGAN BATU

Pasal 1 : Pekerjaan Pasangan Batu kali/Belah 1 SP : 4 PP

Batu yang digunakan berkualitas baik dan bahan setempat, padat dan bersih,
tanpa keretakan dan kekurangan – kekurangan lain yang mempengaruhi kualitas
bahan batu tersebut. Pada saat pelaksaan batu harus dilakukan pengukuran di
lapangan dan diaksankan menurut gambar rencana kerja.

Pasal 2 : Pemasangan 1m2 Finishing Siar Pasangan Batu Kali

Fungsi siar, sama halnya dengan pekerjaan plasteran. Siar juga berfungsi untuk
menutup celah – celah, baik itu untuk pekerjaan pasangan bau bata maupun
pasangan batu. Secara estetika siar berfungsi untuk memperindah pekerjaan
pasangan batu.

Pasal 3 : Drainhole Pipa 2” (Inchi)

Fungsi Drainhole pada pekerjaan pembangunan talud adalah untuk mengalirkan


air tanah agar air tanah tersebut tidak menekan dinding talud sehingga
mengkibatkan kerusakan pada dinding talud tersebut.

26
RENCANA KERJA DAN SYARAT

BAB V
PEKERJAAN FINISHING

Pasal 1 : PEMBERSIHAN AKHIR

Setelah pekerjaan selesai maka diadakan pembersihan dari sisa material, kotoran
bekas bongkaran dan kotoran lain yang dapat merusak pekerjaan tersebut dan
bekas bongkaran di buang dari lokasi pekerjaan.

Pasal 2 : ADM/DOKUMENTASI

Setelah pekerjaan mencapai 100% di ambil gambar/foto dengan mengacu pada


hasil 0 % dan 50 %. Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan dan sudah
diperiksa oleh Tim Pemeriksa Kegiatan kemudian dilakukan penyerahan pekerjaan
terhadap PHO oleh pihak kontraktor.

Dibuat Oleh:
KONSULTAN PERENCANA
CV. MITRA KONSORSIUM

SAYED MUHAMMAD ALFATH. SH


Direktur

27

Anda mungkin juga menyukai