PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
teknologi bedah caesar juga mengalami kemajuan pesat. Saat ini frekuensi ibu
yang bisa menjalani operasi caesar meningkat menjadi empat kali semasa
hidupnya, yang sebelumnya hanya bisa maksimal tiga kali (Agreto, 2007).
Saat ini Sectio Caesaria (SC) menjadi tren karena berbagai alasan.
dan dinding uterus. Saat ini pembedahaan Sectio Caesaria (SC) jauh lebih
darah, teknik operasi yang lebih baik, serta teknik anestesi yang lebih
sempurna. Hal ini yang menyebabkan saat ini timbul kecenderungan untuk
1
berkaitan, teknik anestesi, posisi pasien, obat-obatan, komponen darah,
kebisingan, rasa diabaikan dan percakapan yang tidak perlu (Smeltzer, 2002).
2006).
terjadinya menggigil sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi
spinal terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang
2
berubahnya nilai ambang vasokontriksi dan nilai ambang menggigil (Oyston,
2000) .
pemulihan dari anesthesi umum, 50 % pada pasien dengan suhu inti tubuh
35,5°C dan 90% pada pasien dengan suhu inti tubuh 34,5°C. Sementara
Sagir dkk dan Honarmand dkk mendapatkan sekitar 60%. Data yang didapat
Bojonegoro, rata-rata kasus sectio caesarea per bulan sebanyak 1520 kasus,
dimana 90% dilakukan dengan anastesi regional (SAB) dan sisanya dengan
bahwa masih tingginya angka kejadian menggigil post operasi secsio caesarea
3
dihangatkan, pemakaian blood warmer, pemakaian matras penghangat,
menggigil antara lain petidin, klonidin, dan tramadol. Sampai saat ini sudah
sebelum hal itu terjadi, diharapkan efek samping yang terjadi lebih minimal
(Oyston, 2000).
pasien pre, durante sampai post operasi dengan metode yang mudah, murah
dan aman. Oleh karena itu disini dicoba dilakukan penelitian pemberian cairan
penelitian oleh Parveen Goyal dkk yang bertujuan untuk menurunkan insiden
(Smith, 2005).
1.2.Tujuan
kejadian menggigil pada pasien post operasi secsio caesarea di Ruang Operasi
4
1.3.Manfaat
cairan infus hangat terhadap kejadian menggigil pada pasien Sectio Caesar.
keperawatan.
5
BAB II
Analisis jurnal ini menggunakan 1 (satu) media atau metode pencarian jurnal,
yaitu menggunakan database dari Google scholar sebagai berikut :
A. Sectio Caesar
1. Pengertian
dinding abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan janin (Benson & Pernoll,
2008) dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
6
dan usia janin > 28 minggu (Syaifuddin, 2009) yang dilakukan dengan cara
Tindakan operasi Sectio Caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin dan
ibu karena adanya suatu komplikasi yang akan terjadi kemudian bila
2. Indikasi
Keadaan dimana ibu memiliki panggul sempit, sehingga bayi dengan ukuran
Keadaan dimana terjadi suatu kondisi gawat janin, yaitu pada kondisi
terinfeksi, Ketuban Pecah Dini (KPD) yang merupakan kejadian bayi yang
terendam air ketuban sehingga bayi menderita demam tinggi karena ibu
c. Plasenta Previa
Keadaan dimana plasenta terletak dibawah sehingga menutupi jalan lahir atau
liang rahim sehingga bayi tidak dapat keluar melalui persalinan pervaginam.
7
d. Letak Lintang
Keadaan dimana adanya suatu kontraksi rahim yang tidak adekuat dan tidak
dari rahim.
f. Preeklampsia
kabur, protein dalam urin (proteinuria) atau muncul gejala yang lebih berat
3. Jenis-jenis
jenis, yaitu:
menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka insisi yang tidak
banyak, bahaya peritonitis yang tidak besar, parut pada uterus umumnya kuat
sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa
nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
8
b. Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Corporal
tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas
batas plika vesio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada halangan
karena uterus melekat dengan kuat pada dinding perut karena riwayat
pembedahan ini adalah lebih besarnya risiko peritonitis dan 4 kali lebih
Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus dipisahkan secara
Sectio Caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan karena sulit dalam
melakukan pembedahannya.
9
4. Kontra indikasi
diperlukan jika janin sudah mati atau terlalu premature untuk bisa hidup dan
keadaan. Karena pada saat ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea, ibu
B. Hipotermia
1. Pengertian
balik saraf, dan hampir semua mekanisme ini bekerja melalui pusat pengaturan
suhu yang terletak pada hipotalamus. Mekanisme umpan balik ini akan bekerja
membutuhkan detector suhu, untuk menentukan bila suhu tubuh terlalu panas
atau dingin. Panas akan terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil
sampingan metabolisme dan panas tubuh juga secara terus menerus dibuang ke
Hipotermi juga terjadi karena kombinasi dari tindakan anestesi dan tindakan
operasi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi dari pengaturan suhu tubuh
yang akan menyebabkan penurunan suhu inti tubuh (care temperature) (Yulianto
10
2. Batasan Suhu
a) Bayi: 37,5oC
b) Anak: 36,7-37oC
c) Dewasa: 36,4oC
3. Klasifikasi
yaitu:
a) Ringan
Suhu antara 32-35°C, kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan
menggigil secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu lebih turun
b) Sedang
Suhu antara 28–32°C, terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf
penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun, kesadaran
11
c) Berat
kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma, nadi sulit
Paparan suhu ruangan operasi yang rendah juga dapat mengakibatkan pasien
menjadi hipotermi, hal ini terjadi akibat dari perambatan antara suhu permukaan
kulit dan suhu lingkungan. Suhu kamar operasi selalu dipertahankan dingin (20–
pembedahan besar yang membuka rongga tubuh, misal pada operasi ortopedi,
rongga toraks atau. Operasi abdomen dikenal sebagai penyebab hipotermi karena
berhubungan dengan operasi yang berlangsung lama, insisi yang luas, dan sering
c) Cairan
Faktor cairan yang diberikan merupakan salah satu hal yang berhubungan
dengan terjadinya hipotermi. Pemberian cairan infus dan irigasi yang dingin
(Madjid, 2014).
12
Cairan intravena yang dingin tersebut akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan
cairan dingin yang masuk pasien akan mengalami hipotermi (Butwick et al,
2007).
d) Obat anestesi
menimbulkan hipotermi sampai menggigil. Hal itu disebabkan karena efek obat
e) Lama operasi
khususnya obat anestesi dengan konsentrasi yang lebih tinggi dalam darah dan
jaringan (khususnya lemak), kelarutan, durasi anestesi yang lebih lama, sehingga
(Chintamani, 2008).
kehilangan panas tubuh terjadi secara terus menerus. Panas padahal diproduksi
secara terus menerus oleh tubuh sebagai hasil dari metabolisme. Proses produksi
serta pengeluaran panas diatur oleh tubuh guna mempertahankan suhu inti tubuh
semakin lama pula. Hal ini akan menimbulkan efek akumulasi obat dan agen
13
obat atau agen anestesi di dalam tubuh. Selain itu, pembedahan dengan durasi
yang lama akan menambah waktu terpaparnya tubuh dengan suhu dingin
f) Jenis operasi
Jenis operasi besar yang membuka rongga tubuh, misal pada operasi rongga
toraks, atau abdomen, akan sangat berpengaruh pada angka kejadian hipotermi.
dengan operasi yang berlangsung lama, insisi yang luas dan sering membutuhkan
kehilangan panas yang terjadi ketika permukaan tubuh pasien yang basah serta
5. Mekanisme
Menurut Lissauer (2009), penurunan suhu tubuh manusia selama general anestesi
a) Fase Redistribusi
terjadi melalui dua mekanisme, yaitu obat anestesi secara langsung menyebabkan
14
Vasodilatasi ini akan mengakibatkaan panas tubuh dari bagian sentral suhu inti
penurunan suhu inti. Penurunan suhu inti pada fase ini terjadi dengan cepat. Suhu
b) Fase Linear
Setelah fase redistribusi, suhu inti akan turun dengan lambat selama 2-4 jam
berikutnya. Penurunan ini sekitar 0,5ºC setiap jamnya. Hal ini terjadi karena
c) Fase Plateau
Setelah penderita teranestesi dan melewati fase linear, suhu tubuh akan
mencapai keseimbangan. Pada fase ini, produksi panas seimbang dengan panas
yang hilang. Fase ini terbagi menjadi dua, yaitu fase pasif dan aktif.
1) Fase plateau pasif terjadi jika produksi panas seimbang dengan panas yang
hilang tanpa disertai aktivitas dari termoregulasi, yaitu tanpa disertai terjadinya
anestesi dan faktor-faktor operasi yang lain menyebabkan fase ini jarang terjadi.
Fase ini lebih sering terjadi pada operasi-operasi kecil pada penderita yang
2) Fase palteau aktif terjadi saat suhu tubuh telah mencapai keseimbangan
dengan terjadinya mekanisme vasokonstriksi. Pada saat suhu inti mencapai 33-
15
35ºC akan memicu sistem termoregulasi untuk vasokonstriksi untuk mengurangi
panas tubuh yang hilang dengan membatasi aliran panas dari jaringan inti ke
jaringan perifer.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan mencakup pemberian oksigen, hidrasi yang adekuat, dan nutrisi yang
sesuai. Menurut Setiati et al. (2008), terdapat 3 macam teknik penghangatan yang
digunakan, yaitu:
Teknik ini dilakukan dengan cara menyingkirkan baju basah kemudian tutupi
Teknik ini digunakan untuk pasien yang tidak berespon dengan penghangatan
mandi air hangat atau lempengan pemanas), dapat diberikan cairan infus hangat
Ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain irigasi ruang pleura atau
dilakukan bilas kandung kemih dengan cairan NaCl 0,9% hangat, bilas lambung
dengan cairan NaCl 0,9% hangat (suhu 40o – 45oC) atau dengan menggunakan
16
C. Infus Hangat
terjadinya menggigil sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi
spinal terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang
mencegah atau mengatasi menggigil saat anestesi antara lain adalah menjaga
Menurut Smith (2005) bahwa pemberian cairan infus yang dihangatkan dapat
diberikan pada pasien yang dioperasi pada periode pre, durante sampai post
operasi dengan metode yang mudah, murah dan aman. Pemberian cairan
17
Hipotermi pasca bedah tersebut ternyata dapat diatasi secara efektif dan
pada suhu 37oC melalui suatu alat penghangat cairan intravena (Butwick et al. 2007;
Hasankhani et al. 2007). Dengan penggunaan alat ini pasien yang menjalani
pembedahan, khususnya bedah caesar menerima suplai cairan yang sudah sesuai
dengan suhu inti (core temperature) dan mengalir ke seluruh tubuh sehingga efektif
dalam mengurangi atau meminimalisir gejala hipotermia pada pasien pasca operasi.
menghangatkan infus atau darah dari tempat penyimpanan. Cara yang lazim
merendam kantung darah di dalam cawan berisi air hangat. Cara ini sangat beresiko
terjadinya kontaminasi darah dan belum tentu suhu darah/infus yang akan di tranfusi
sama dengan suhu pasien. Namun seiring dengan berjalannya waktu saat ini sudah
18
BAB III
3.1 Hasil
19
Kejadian terhadap
Menggigil Pada kejadian
Pasien Sectio menggigil
Caesaerea pada pasien
Kamar Operasi SC teknik
RS. Aisyah spinal
Bojonegoro anestesi di
Kamar
Operasi RS
Aisyiyah
Bojonegoro
20
for maintenance test design hangat
of core with a control
dibanding
temperature group
cairan infus
during lower
segment suhu ruangan
cesarean section
tiak
under spinal
signifikan
anesthesi
3.2 Pembahasan
a. Nayoko, 2016. Desain dalam penelitian ini adalah True Experiment, dengan
cairan garam fisiologis yang tidak dihangatkan atau mengikuti suhu ruang
kamar operasi yaitu : 24°C - 26°C) dan kelompok B yang akan diberikan
fluid warmer, suhu 37,7°C - 40°C). Kemudian dilakukan pretes (01) pada
21
tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari intervensi atau perlakuan.
Didapatkan diberikan cairan infus suhu ruangan kamar operasi sebagian besar
menggigil derajat 3.
digunakan dalam penelitian ini adalah postest only control group design.
group design adalah eksperimen sesungguhnya tetapi tidak dilakukan pre test
pasca bedah Sectio Caesar. Hasil penelitian seperti tertera pada tabel 1
yang suhu tubuhnya menjadi normal. Hasil penelitian seperti tertera pada tabel
22
2 menunjukkan bahwa pada saat sebelum perlakuan (penggunaan selimut dan
only controlled group desain). Besar sampel dalam penelitian ini adalah 42
perlakuan yang diberikan cairan infus dengan NaCl hangat dan 21 pasien
kelompok kontrol yang diberikan cairan infus dengan NaCl suhu kamar.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan uji Uji MannWhitney (U-
Test). Didapatkan hasil bahwa responden yang diberikan cairan infus suhu
Setelah dilakukan analisis dengan uji Mann Whitney dan hasilnya Z= -4,219
dan p = 0,000 (p ≤ 0,05) yang berarti H1 diterima, dan Hₒ ditolak, yaitu ada
23
perbedaan antara kejadian menggigil pada pasien SC teknik spinal yang telah
diberikan cairan infus suhu ruangan dengan yang diberikan cairan infus
hangat, artinya bahwa pemberian cairan infus hangat efektif dibanding cairan
infus suhu ruangan terhadap kejadian menggigil pada pasien SC teknik spinal
d. Penelitian dilakukan setelah disetujui oleh Komite Etika Rumah Sakit pada 64
pasien obstetri yang termasuk ASA grade I dan II, yang dijadwalkan untuk
LSCs elektif di bawah anestesi spinal. Informed consent tertulis diambil dari
diinfuskan I.V. cairan pada suhu ruang operasi (22 ° C). (Wadah cairan IV
telah disimpan di ruang operasi paling sedikit 1 jam sebelum memulai operasi
hadir di 10 pasien dan pada kelompok II, menggigil hadir di delapan pasien,
intervensi diperlukan untuk dilakukan pada 10 pasien dan pada kelompok II,
yang lebih rendah dibandingkan dengan cairan yang diberikan. pada suhu
24
ruang operasi. Dalam penelitian ini, suhu inti rata-rata pasien dalam kelompok
2 lebih tinggi daripada pasien di grup 2 pada saat kedatangan dan pada 30
signifikan secara statistik. Demikian pula, tidak ada perbedaan yang signifikan
Dari beberapa hasil penelitian menunukan bahwa cairan infus hangat efektif
kamar operasi. Hal ini didukung dengan beberapa penelitian, salah satunya
Soewandhie Surabaya, Jawa Timur”. Desain dalam penelitian ini adalah True
mengikuti suhu ruang kamar operasi yaitu : 24°C - 26°C) dan kelompok B
yang akan diberikan perlakuan (pemberian cairan garam fisiologis yang telah
25
dihangatkan dengan fluid warmer, suhu 37,7°C - 40°C). Hasil dalam
penelitian ini menunjukan bahwa responden yang diberikan cairan infus suhu
suhu tubuh responden yang diberi cairan infus hangat saat pre operasi
seluruhnya normal yaitu 100 % dan juga semua responden tidak menggigil
caesarea ini dikaitkan dengan teknik anastesi spinal dimana tindakan anestesi
Spinal terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang
temperature (central blood temperature) biasanya turun 1ᵒC – 2ᵒC pada satu
jam pertama selama anestesi umum (fase I), kemudian diikuti dengan
penurunan secara gradual selama 3 – 4 jam berikutnya (fase II) dan pada
akhirnya berada pada keadaan menetap (fase III). Pada penelitian Nayoko
(2016) didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang diberi cairan infus
suhu ruangan sebagian besar saat post operasi mengalami hipotermi dan
26
anestesi dan pemberian cairan infus suhu ruangan kamar opearasi. Pada
hipotermi pada jam pertama atau setelah dilakukan anestesi spinal akan
menurun sekitar 1-2ᵒC, hal ini berhubungan dengan redistribusi panas tubuh
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilkakukan oleh Faridah (2014) dalam
Sedangkan pada responden yang diberikan cairan infus hangat sebagian besar
analisis dengan uji Mann Whitney dan hasilnya Z= -4,219 dan p = 0,000 (p ≤
0,05) yang berarti H1 diterima, dan Hₒ ditolak, yaitu ada perbedaan antara
kejadian menggigil pada pasien SC teknik spinal yang telah diberikan cairan
infus suhu ruangan dengan yang diberikan cairan infus hangat, artinya bahwa
pemberian cairan infus hangat efektif dibanding cairan infus suhu ruangan
27
Operasi RS Aisyiyah Bojonegoro. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat
para ahli bahwa pada responden diberikan cairan infus garam fisiologis yang
dihangatkan (37,7ᵒC - 40ᵒC) dengan Fluid Box Warmer dan diberikan melalui
anestesi Spinal yaitu terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi
pada saat post operasi sebagian besar responden suhunya normal (tidak
spinal.
28
BAB IV
4.1 Kesimpulan
membuka dinding abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan janin dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram dan usia
janin > 28 minggu yang dilakukan dengan cara melakukan suatu irisan
uterus (histerektomi) dengan tujuan untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih.
terjadinya menggigil sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi
spinal terjadi blok pada sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi yang
29
menyebabkan hipotermi.Pemberian cairan infus hangat dapat digunakan
ceasarea di kamar operasi. Hal ini didukung dengan beberapa penelitian, salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Nayoko (2016), Faridah (2014), dan
Miarsih (2013).
4.2 Saran
a. Bagi Perawat
b. Bagi Fasyankes
untuk menjadi salah satu tindakan pada pasien section caesarea dalam
30
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan Edisi Ke-2.
Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Medah Edisi Ke-8. Jakarta:
EGC
Mosby.
31