Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AKHIR MODUL 3

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PPG DALAM JABATAN 2019

Oleh

Nama : Sri Lestari,S.Pd

NUPTK : 1143767668300013

Bidang Studi Sertifikasi : Guru Kelas MI/SD

Sekolah Asal : MI Tarbiyatus Shibyan Genteng Banyuwangi


MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN

DALAM INGATAN MANUSIA

A. PENDAHULUAN

Manusia merupakan satu-satunya makhluk sempurna yang di diciptakan Tuhan


Yang Maha Esa, karena selain dikaruniai fisik yang bagus juga dikaruniai otak sebagai
modalitas utama dalam proses berpikir dan berperilaku di samping hati sebagai pusat
kendali dari perasaan manusia. Oleh sebab itu, untuk mengetahui hakikat dirinya, manusia
selalu memikirkan apa, dan siapa dirinya, sehingga untuk menjawab berbagai pertanyaan
tersebut manusia berfilsafat untuk menemukan konsep teoritis dari pertanyaan-pertanyaan
itu.

Pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan kognitif di mana anak mengolah


informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti
dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan ini,
anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, yang
memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang
kompleks. Kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa kita sebut sebagai belajar.

Pada umumnya para ahli psikologi khususnya mereka yang tergolong cognitivist (ahli
sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan itu
sangat erat dan tak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai
ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus,
dan ia merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan
yang terdapat di dalam otak manusia..

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan teori pengolahan informasi ?

2. Apakah yang dimaksud dengan sistem memori manusia ?

3. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada kegiatan belajar terakhir modul 3
pedagogi PPG Dalam Jabatan .

D. PEMBAHASAN

1. Teori Pengolahan Informasi

Pengolahan informasi merupakan proses mempersepsi, mengorganisasi, dan


mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Penggolahan
informasi dapat pula dikatakan sebagai proses bagaimana respon individu terhadap
informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.

Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi


kognitif. Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Teori pengolahan informasi
memiliki suatu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal
belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat
penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang
diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Penelitian pengolahan
informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Belajar dan pengolahan
informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.

Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, maka
dikembangkanlah model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan
menggambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model
belajar pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui
skema yang dikutip berikut ini.

Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3 (tiga) taraf struktural sistem
informasi, yaitu:

1. Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.

2. Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,


dan di sini berlangsung berpikir yang sadar.

3. Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali
atau pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk
menyimpan informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan
strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).

2. Sistem Memori Manusia

Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling
berkaitan. Naisser (1967) mengatakan bahwa memori manusia dipandang sebagai suatu
struktur yang rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga
dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang
rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat
interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di
dalamnya.

Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga


struktur memori yaitu:

a) Pencatatan Penginderaan (Sensoric Memori)

Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam
ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi
tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau
sekelebat yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’
atau ‘ingatan inderawi’. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa, seperti yang telah sering dalam proses pembelajaran pesan atau keterangan
yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika
pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan.

b) Penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory)

Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari
informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang
mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka
pendek. Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di
dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut.
Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20
detik.
c) Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)

Penyimpanan jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang


permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari memori jangka pendek yang
selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi yang ia terima
dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi.
Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk
hilang. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus
diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa
dengan mudah adalah:

1. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu
yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945
akan jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena
bilangan pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.

2. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa
daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan
bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat
bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.

3. Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu
yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa
akan memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan
ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang
sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik
perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para
guru.

3. Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori manusia itu
suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi
suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Dalam
hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
suatu penyleksian, pengorganisasian danpengubahan terhadap informasi yang di dapat
menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar
yang akan dijalani dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama
yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam
hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan di atas, bahwakomponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada
stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran
yaitu (a) membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c)
memperlancar penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan yang harus
dilakukan secara berurutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan oleh peserta
didik.

Membimbing peserta didik untuk penerimaan stimulus dapat dilakukan pendidik dengan
(1) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini
pendidik akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus
yang akan dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada
stimulus yang telah ditentukan. (2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode
tertentu. Dalam pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu
mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat
dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses
pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam
memori manusia.

Memperlancar pengkodean adalah bagian yang penting dalam penggorganisasian


informasi dalam pembelajaran. Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru
untuk di simpan kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki adanya
tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali
informasi tersebut di kemudian hari. Ada 2 (dua) rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara
titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau kode-kode guna
memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik. Rancangan
ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk kata-
kata yang sulit dalam pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya
sembarang. Rancangan yang lain berfungsi untuk memberikan kesempatan terjadinya
elaborasi (pengubahan) yang dihasilkan peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan
berbasis peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk
melakukan pengubahan informasi dengan caranya sendiri agar mudah untuk diingat dan
dimunculkan kembali.

Memperlancar penyimpanan dan retrieval sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat
ditujukan berupa irama, bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang
semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam
proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga
memberikan sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi
yang sudah tersimpan dalam memori menusia. Proses pemunculan kembali apa yang
telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia dianalogikan dengan mekanisme
penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai
suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term memory (ingatan
jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi yang
akan dimunculkan.

Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:

(a) Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin
dimunculkan dari dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu
melakukan suatu peenyeleksian terhadap informasi-informasi yang ada pada
memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di munculkan.

(b) Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi
yang terkait di dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di
munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan
terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan proses penelusurannya
bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan eksklusif ke
informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan
atau di munculkan kembali dapat didapatkan oleh individu.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa


kesimpulan antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang
individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi
yang diterima individu dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric
Memori), Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan
Jangka Panjang (Long Term Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian
ke stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

F. DAFTAR PUSTAKA

Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker: A Handbook of Theniques For Creative and
Critical Problem Solving. New Jersey: Englewood Cliffs

Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Ciputat: Penerbit Cerdas Jaya.

Markowitz, K. & Jensen, E. 2002. Otak Sejuta Gigabyte. Bandung: Kaifa.

Muhibbin Syah. 2001. Psikologi belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Rasyad, A. 2003. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Anda mungkin juga menyukai