Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

F1. PROMOSI KESEHATAN


PENYULUHAN DAN PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR
PADA MASYARAKAT SEKITAR PUSKESMAS

Oleh :
dr. Emma Puspadhini

Pendamping :
dr. Novelia Dian T.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE 6 JANUARI - 5 MEI 2019
PUSKESMAS DHARMARINI
KABUPATEN TEMANGGUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dapat mengalami penurunan kesadaran kapan saja dan
dimana saja. Bisa diakibatkan karena serangan jantung, korban kecelakaan,
kekerasan, tersengat listrik, dan lain-lain. Jika hal ini terjadi di wilayah yang
jauh dari pelayanan kesehatan, maka korban harus segera ditolong oleh orang-
orang sekitar. Bantuan hidup dasar pada orang tidak sadarkan diri terutama
karena henti nafas dan henti jantung dilakukan dengan resusitasi jantung paru.
Resusitasi jantung, paru adalah suatu tindakan pertolongan yang
dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung.
Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart
attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain-lain.
Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan
transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh
terutama organ vital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal
bagi korban dan mengalami kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami
kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada
asupan gula/glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak
tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa maka otak akan mengalami
kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban.
Oleh karena itu golden period (waktu emas) pada korban yang mengalami
henti napas dan henti jantung adalah dibawah 10 menit. Artinya dalam watu
kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung
harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si
korban sangat kecil. Maka, kami bermaksud memberi pengetahuan tentang
pertolongan resusitasi jantung paru sebagai bantuan hidup dasar pada orang-
orang non medis namun beraktivitas sehari-hari di wilayah Puskesmas
Dharmarini.
B. Tujuan
1. Mencerdaskan pelaku aktivitas sekitar puskesmas mengenai bantuan hidup
dasar
2. Memberdayakan masyarakat sebagai perpanjangan tangan pelayanan
kesehatan
3. Meluaskan jangkauan pengetahuan bantuan hidup dasar melalui
masyarakat sekitar puskesmas sehingga bisa diteruskan ke masyarakat yang
lebih luas
4. Meningkatkan kepekaan dan pentingnya menolong korban henti jantung
5. Mengurangi tingginya angka mortalitas serangan jantung yang terjadi jauh
dari fasilitas kesehatan
6. Meningkatkan pelayanan kepada pasien
II. DASAR TEORI

A. Pengertian
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung
paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut,
bantuan hidup jangka lama. Namun pada pembahasan kali ini lebih difokuskan
pada Bantuan Hidup Dasar. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support,
disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan
sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju
kematian. Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat
disingkat dengan teknik ABC yaitu airway atau membebaskan jalan nafas,
breathing atau memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung
pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi CAB
(circulation, breathing, airway). Tujuan utama dari BLS adalah untuk
melindungi otak dari kerusakan yang irreversibel akibat hipoksia, karena
peredaran darah akan berhenti selama 3-4 menit.

B. Langkah-langkah
1. Memeriksa respon pasien
Tepuk dan panggil dengan keras nama atau sapaan pasien. Jika pasien tidak
merespon, beri rangsang nyeri pada dadanya. Jika pasien sedikit membuka
mata dan sedikit menjawab, segera bawa ke RS dan atau puskesmas. Jika
pasien tidak respon, lanjutkan langkah berikutnya
2. Meminta tolong
Panggil beberapa orang untuk membantu anda. Beri perintah pada
penolong lain untuk memindahkan pasien, menghalangi kerumuman, dan
bersiap untuk resusitasi jantung paru
3. Memindahkan pasien ke tempat aman
Pindahkan pasien ke tempat yang aman bagi pasien dan penolong, lapang,
beralas sesuatu yang keras (lantai, daun pintu, dan lain-lain), hindari
kerumuman orang, atur supaya kerumuma tidak terlalu dekat dengan pasien
dan penolong
4. Periksa nadi dan nafas
Periksa denyut nadi di leher pasien serta hembusan nafas dari hidung dan
gerak dada dalam waktu paling lama 10 detik
5. Resusitasi jantung paru
a. Resusitasi jantung dengan cara kompresi/menekan jantung dari dinding
dada luar, tepatnya di tengah dada bergeser 1-2 jari ke kiri. Penekanan
dilakukan dengan kedalaman 1/3 dinding dada, dengan kecepatan 100
kompresi dalam 1 menit. Kompresi dada disebut satu siklus jika sudah
melakukan 30x kompresi.
b. Resusitasi paru dengan cara memberikan udara masuk ke dalam sistem
pernafasan pasien. Di fasilitas kesehatan, dapat dilakukan dengan
sungkup. Namun, pada pertolongan pertama di wilayan non medis,
dapat dilaukukan dengan hembusan nafas mouth to mouth atau mulut ke
mulut. Sebelum melakukan resusitasi paru, pastikan tidak ada benda
apapun di mulut pasien dan pemolong termasuk darah. Lakukan
dengan meletakkan kain tipis atau tissue di antara mulut pasien dan
penolong. Dilakukan setelah pemberian 1 siklus kompresi dada.
Hembusan nafas diberikan 2x dengan cara menutup hidung pasien dan
membuka mulut pasien, indikator benarnya resusitasi paru adalah dada
yang mengembang.
c. Jika kompresi dada sudah dilakukan 30x dilanjutkan hembusan nafas
2x, maka disebut sudah melakukan 1 siklus RJP (Resusitasi Jantung
Paru)
d. Cek ulang nadi dan nafas setelah selesai melakukan 5 siklus. Jika masih
belum ada tanda nadi dan nafas, lanjutkan RJP
e. Berhenti RJP saat muncul nadi dan nafas yang kuat, datang penolong
yang lebih ahli, penolong kelelahan hingga mengancam jiwa penolong,
dan berhenti jika setelah 30 menit RJP tidak muncul nadi dan nafas
III. LAPORAN KEGIATAN

A. Kegiatan
Penyuluhan dan pelatihan bantuan hidup dasar : resusitasi jantung paru

B. Sasaran
Masyarakat sekitar Puskesmas Dharmarini

C. Tempat Pelaksanaan
Aula Puskesmas Dharmarini

D. Waktu Pelaksanaan
Dilaksanakan hari Jumat tanggal 8 Februari 2019 pukul 08.00-09.30 WIB

E. Peserta
Sepuluh orang masyarakat sekitar Puskesmas Dharmarini seperti pedagang,
juru parkir, satpam, dan lain-lain

F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

G. Media
Media presentasi power point dan layar

H. Materi Penyuluhan
Terlampir pada Lampiran 1

I. Ringkasan Kegiatan
Penyuluhan dilaksanakan pada Jumat, 8 Februari 2019 di Aula Puskesmas
Dharmarini. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat sekitar Puskesmas yang
berjumlah 10 orang. Sepuluh orang tersebut terdiri dari 1 orang juru parkir, 1
orang satpam, dan 8 orang pedagang. Peserta penyuluhan diberikan penjelasan
mengenai indikasi dan cara memberikan bantuan hidup dasar. Sesi presentasi
berlangsung selama 15 menit dilanjutkan dengan setiap peserta
mendemonstrasikan teknik bantuan hidup dasar yang telah diajarkan.

J. Dokumentasi

Gambar 3.1. Penyampaian materi Gambar 3.2. Sesi tanya jawab

Gambar 3.3. Peserta menyimak materi


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pelatihan bantuan hidup dasar tidak hanya dilakukan untuk tenaga
medis. Masyarakat non medis juga perlu mendapatkan pengetahuan supaya
meningkatkan kesadaran menolong sesama. Bantuan hidup dasar dengan RJP
mampu mengurangi mortalitas pasien henti jantung. Bantuan hidup dasar
mampu dilaksanakan oleh peserta pelatihan.

B. Saran
1. Dilakukan pelatihan yang sama pada fasilitas kesehatan lain untuk
menjangkau masyarakat yang lebih luas
2. Diadakan refreshment atau latihan ulang pada masyarakat yang sudah
pernah mendapatkan pelatihan
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai