Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

F3. KESEHATAN IBU DAN ANAK


KUNJUNGAN RUMAH PASIEN POST SECTIO CAESARIA
ATAS INDIKASI DISPROPORSI KEPALA PANGGUL

Oleh :
dr. Emma Puspadhini

Pendamping :
dr. Novelia Dian T.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE 6 JANUARI - 5 MEI 2019
PUSKESMAS DHARMARINI
KABUPATEN TEMANGGUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disproporsi kepala panggul (DKP) yaitu suatu keadaan yang timbul
karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar sehingga tidak dapat
melewati panggul ataupun kombinasi keduanya.
Disproporsi kepala panggul umumnya terjadi di negara berkembang
dan akibatnya berupa partus macet dan komplikasi persalinannya menjadi salah
satu penyebab penting kematian ibu
Penyebab DKP dibagi menjadi faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu
contohnya defek nutrisi, penyakit tulang belakang, tumor, nullipara, dan lain-
lain. Sedangkan faktor janin meliputi janin besar dan malpresentasi janin.
Pada pasien yang mengalami DKP, persalinan dapat dilakukan dengan
partus percobaan pervaginam namun lebih aman dengan sectio caesaria atau
partus perabdominal. Oleh karena itu, pasien kali ini melakukan partus
perabdominal atas indikasi DKP yang dialaminya. Setelah menjalani persalinan
perbadominal, pasien menjadi ibu baru dengan segala hal baru. Maka kami
melakukan kunjungan rumah pada pasien ini.

B. Tujuan
1. Melaksanakan program Kesehatan Ibu dan Anak
2. Mengikuti perkembangan pasien
3. Mengetahui masalah dan keperluan pasien sebagai ibu baru
4. Mengedukasi pasien
II. DASAR TEORI

A. Pengertian
Disproporsi kepala panggul (DKP) yaitu suatu keadaan yang timbul
karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar sehingga tidak dapat
melewati panggul ataupun kombinasi keduanya. Dalam kasus DKP, jika kepala
janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul pada saat term, mungkin akan
dilakukan seksio sesarea karena risiko terhadap janin semakin besar apabila
persalinan tidak semakin maju. Apabila kepala janin telah masuk ke dalam
pintu panggul, pilihannya adalah seksio sesarea elektif atau percobaan
persalinan.
Ibu hamil dengan risiko tinggi terjadinya disproporsi kepala panggul
seharusnya dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ruangan operasi
sebelum proses persalinan dimulai.

B. Tipe dan Karakteristik Panggul


Tipe panggul menurut Caldwell-Moloy :
1. Tipe gynaecoid
Bentuk pintu atas panggul seperti elips melintang kiri-kanan, hampir mirip
lingkaran. Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter
transversal. Diameter transversal terbesar terletak ditengah. Dinding
samping panggul lurus. Ditemukan pada 45% perempuan. Merupakan jenis
panggul tipikal wanita (female type).
2. Tipe android
Bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar
terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk
sudut yang makin sempit ke arah bawah. Bagian belakangnya pendek dan
gepeng, bagian depannya menyempit ke depan. Ditemukan pada 15%
perempuan. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
3. Tipe anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti elips membujur anteroposterior.
Diameter anteroposterior lebih panjang daripada diameter transversal.
Dinding samping panggul lurus. Ditemukan pada 35% perempuan.
Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape type).
4. Tipe platypelloid
Bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal". Dinding samping
panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah. Jenis ini
ditemukan pada 5% perempuan.

Gambar 2.1. Tipe panggul

C. Epidemiologi
Disproporsi kepala panggul umumnya terjadi di negara berkembang
dan akibatnya berupa partus macet dan komplikasi persalinannya menjadi salah
satu penyebab penting kematian ibu. Kejadian ini lebih sering terjadi di Asia,
karena orang-orang Asia cenderung memiliki tinggi badan yang lebih rendah
dari orang barat. Hal ini akan meningkatkan risiko untuk terjadinya DKP.

D. Faktor Risiko
Faktor risiko yang menyebabkan disproporsi kepala panggul, yaitu :
1. Taksiran berat janin yang besar
2. Tinggi badan ibu
3. BMI sebelum kehamulan dan sebelum kelahiran > 25kg/m2
4. Kenaikan berat badan selama kehamilan > 16 kg
5. Nullipara
6. Tidak ada pelvimetri yang memadai

E. Penyebab
1. Faktor panggul ibu
a. Defek nutrisi dan lingkungan yang mengakibatkan defek minor pada
panggul seperti panggul segitiga dan panggul datar, serta defek mayor
seperti pada penyakit rakitis dan osteomalasia
b. Penyakit spinal seperti kifosis, skoliosis, dan spondilolistesis
c. Kelainan pelvik yang disebabkan oleh tumor dan atau fraktur
d. Kelainan anggota gerak seperti atrofi, poliomyelitis pada masa anak-
anak, dan dislokasi panggul
e. Malformasi kongenital
2. Faktor janin
a. Janin besar
b. Malpresentasi kepala

F. Tindakan
1. Partus percobaan
Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada atau
tidaknya disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan partus
percobaan. Pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua
diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuranukuran panggul dalam
semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah
dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk
dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan suatu tes
terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk molase kepala janin..
Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis, terjadi perubahan
pada pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, dan posisi kepala
(rotasi). Jika tidak terjadi perubahan tersebut maka disebut partus tidak
maju. Apabila terjadi kegagalan, partus dihentikan dengan indikasi dan
harus dilakukan seksio sesarea.
2. Sectio caesaria (SC)
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau
seksio sesarea adalah suatu histerotomia melahirkan janin dari dalam rahim
(Cunningham, et al., 2014). Seksio sesarea di lakukan untuk mencegah hal
– hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit apabila ukurannya
1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Seksio sesarea elektif
direncanakan lebih dulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat/absolut atau karena terdapat
disproporsi kepala panggul yang cukup nyata. Seksio sesarea sekunder
dilakukan karena partus percobaan dianggap gagal atau karena timbul
indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-
syarat untuk persalianan per vaginam tidak atau belum terpenuhi.
3. Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar kapasitas
pelvis dengan memotong jaringan ikat tulang pubis di bagian depan pelvis.
III. LAPORAN KEGIATAN

A. Kegiatan
Kunjungan rumah pasien post sectio caesaria atas indikasi disproporsi kepala-
panggul

B. Tempat
Rumah pasien di Desa Butuh RW 4

C. Waktu
Kegiatan dilaksanakan hari , 17 Januari 2019 pukul 09.00-09.30 WIB

D. Identitas Pasien
Nama : Ny. WP
Usia : 22 tahun
Alamat : Sayangan RT 4 RW 4 Desa Butuh, Temanggung
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta

E. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluh masih sedikit nyeri di perut luka bekas operasi.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien melakukan operasi sesar atas indikasi panggul sempit, operasi
dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu 1 hari yaitu pada tanggal 13 Januari
2019. Pasien sempat merasakan kenceng-kenceng dan ketuban pecah, namun
saat pemeriksaan pasien disarankan untuk operasi sesar karena panggul sempit.
Tidak ada kendala berarti dalam proses sebelum operasi, saat operasi, dan
setelah operasi. Bayi lahir langsung menangis dan rawat gabung. Pasien
dipulangkan dari rumah sakit pada tanggal 16 Januari 2019. Bayi lahir laki-laki
dengan berat lahir 2800 gram, panjang 49 cm.
Saat ini pasien merasa nyeri pada jahitan luka operasi, namun
terkendali dengan adanya obat dari dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
Pasien mengaku sulit memberikan ASI pada anaknya karena bayi tampak
bingung dan kesulitan dalam menetek. Bayi hanya menetek 4x sehari dengan
jumlah yang tidak tentu. Seringnya bayi tidak kenyang dan tidak tidur setelah
minum ASI. Pasien mengaku beberapa kali memberikan susu formula pada
bayinya menggunakan dot dengan alasan kasihan melihat anaknya seperti
kelaparan namun ASI sulit memenuhi. Keluhan tambahan pasien saat ini
adalah pasien sedang batuk dan pilek.

Riwayat Obstetri
G1P0A0
HPHT : 21 April 2018
HPL : 28 Januari 2019
Riw. ANC : Teratur di bidan
Riw. Nikah : 1x

F. Pemeriksaan Fisik
Ibu
KU/ Kesadaran : Baik / CM
Status generalisata : discharge hidung +/+. Lainnya dalam batas normal
Status lokalis :
Inspeksi : Jahitan intak, rembes darah -, rembes nanah –
Auskultasi : BU + N
Palpasi : Uterus globus di atas simfisis, nyeri tekan minimal
Perkusi : timpani

Anak
KU/ Kesadaran : Baik / CM
Kepala : Mesocephal
Mata : Ikterik +/+ ringan
Mulut : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Anus :+
Ekstremitas : dalam batas normal
Integumen : Ikterik ringan

G. Permasalahan dan Intervensi Saat Ini


Pada kegiatan kunjungan rumah kali ini, setelah mendengar anamnesis
dari pasien, kami meminta pasien untuk mempraktekkan bagaimana cara ia
menyusui bayinya. Pasien tampak kesulitan dalam memposisikan bayi dan bayi
tampak kesulitan mencari puting. Sehingga kami menyimpulkan adanya
masalah berupa kesulitan menyusui yang menyebabkan bayi menjadi sedikit
kuning.
Penyelesaian masalah yang kami lakukan adalah melatih pasien
mencuci tangan dengan sabun untuk menjaga kebersihan terutama saat akan
menyusui bayi, menggunakan masker saat menyusui bayi jika sedang
mengalami batuk dan pilek, mengedukasi pentingnya ASI dan hindari
penggunaan dot supaya bayi tidak mengalami bingung puting, melatih dan
membiasakan posisi menyusui, mengedukasi bagaimana cara memompa dan
menyimpan ASI, serta cara untuk menggunakan ASI perah yang disimpan di
kulkas.
Metode cuci tangan yang diajarkan kepada pasien adalah metode cuci
tangan 6 langkah WHO, pasien dilatih dengan cara langsung mempraktekkan.
Kemudian mengedukasi pasien cara menyusui tidak langsung dengan
menggunakan ASI perah. Bingung puting adalah hal yang dialami bayi ini
karena ia sudah mengenal dot, sehingga pasien diedukasi bahwa untuk
menggunakan ASI perah, ASI dihangatkan terlebih dahulu kemudian disuapi
ke bayi menggunakan sendok atau pipet tetes.
H. Dokumentasi

Gambar 3.1. Pemeriksaan ibu

Gambar 3.2. Pemeriksaan anak


Gambar 3.3. Melatih ibu cuci tangan pakai sabun

Gambar 3.4. Melatih posisi menyusui

Anda mungkin juga menyukai