Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, SCREEN BASED ACTIVITY


DAN SLEEP HYGIEN DENGAN KUALITAS TIDUR
PADA REMAJA USIA 15-18 TAHUN
(Studi pada Siswa di SMA Negeri 1 Ungaran)

Anisa Ayu Yolanda, M. Arie Wuryanto, Nissa Kusariana, Lintang Dian


Saraswati
Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : anisaayuyolanda@gmail.com

ABSTRACT :
Sleep as basic human needs that must be fulfilled based on quality and quantity.
Health problems related to sleep in a long period in adolescence will have an
impact on health status in adulthood.The purpose of the study to analyze
physical activies, screen based activity, and sleep hygiene to sleep quality in
adolescent. Analytical research with cross sectional approach. research
conducted in June to December 2017 in SMA Negeri 1 Ungaran with total sample
102 students, selected by multistages random sampling. Data collection was
conducted through interviews used a questionnaire Adolescent Sleep Hygiene
Scale (ASHS) and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Respondents with low
physical activities (63,7%), have bad habit of screen based activity (93,1%), bad
sleep hygiene (54,9%) and bad sleep quality (76,5%). Based on analysis bivariat
test Rank Spearman, there was relationship between sleep hygiene with sleep
quality (p=0,003). Meanwhile, there was no relationship between physical activity
(p=0,927) and screen based activity (p=0,216) with sleep quality.
Keywords : sleep quality, adolescence, physical activity, screen based activity,
sleep hygiene

PENDAHULUAN seiring dengan bertambahnya usia.


Tidur merupakan kondisi tubuh Terpenuhinya kebutuhan tidur
dalam keadaan istirahat yang terjadi manusia, tidak hanya ditentukan
karena adanya penurunan terhadap oleh durasi tidur melainkan kualitas
rangsangan dari lingkungan, tidur yang dimiliki.2
sehingga mengurangi kelelahan Masa remaja merupakan
jasmani dan mental. Proses tidur periode awal terjadinya perubahan
terjadi apabila seseorang memiliki fisik, intelektual dan psikologi.
aktivitas fisik minimal, tingkat Permasalahan kesehatan pada usia
kesadaran yang bervariasi sehingga remaja akan menghambat
terjadi proses perubahan fisiologis pertumbuhan dan perkembangan
tubuh dan penurunan respon tubuh, sehingga dapat memberikan
terhadap rangsangan dari dampak terhadap status kesehatan
1
lingkungan. pada usia dewasa.3
Kebutuhan waktu tidur pada Studi di Amerika, diperoleh
usia anak-anak lebih banyak apabila adanya pola kecenderungan
dibandingkan dengan usia dewasa. penurunan terhadap durasi tidur
Hal ini dikarenakan, kebutuhan pada remaja usia 13 tahun yaitu 8,5
waktu akan mengalami penurunan jam per malam dan 18 tahun yaitu

123
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

7,3 jam per malam.4 Pada kelompok kualitas tidur. Remaja dengan
remaja di Jepang, ditemukan aktivitas fisik berat memiliki kualitas
prevalensi lebih besar pada remaja tidur baik sebesar 2,48 kali
tingkat Sekolah Menengah Atas dibandingkan remaja dengan
(SMA) mengalami gangguan tidur aktivitas fisik ringan.16 Berdasarkan
dibandingkan dengan remaja tingkat studi pada anak usia sekolah,
Sekolah Menengah Pertama (SMP).5 pemberian intervensi sleep hygiene
Permasalahan kesehatan yang selama 8 minggu dapat mengurangi
ditimbulkan oleh penurunan durasi keluhan mengantuk pada pagi hari,
tidur dan kualitas tidur, diantaranya mood sehari-hari, dan kesulitan
hipertensi, obesitas, diabetes bangun di pagi hari.17
mellitus tipe 2, penyakit Berdasarkan uraian terkait
kardiovaskuler, depresi, perasaan beberapa permasalahan kesehatan
mudah marah, serta timbul gejala yang ditimbulkan oleh kualitas tidur,
sakit kepala, sakit perut, dan maka diperlukan adanya penelitian
punggung.6,7,8,9 Studi di Yogyakarta, lebih lanjut terkait faktor yang
menunjukkan bahwa anak dengan berhubungan dengan kualitas tidur
durasi tidur < 10 jam per hari pada remaja usia 15-18 tahun.
memiliki risiko 1,7 kali mengalami
obesitas.10,11 Studi pada remaja usia METODE PENELITIAN
11-14 tahun di Chicago, Penelitian ini merupakan jenis
menunjukkan bahwa durasi tidur penelitian analitik dengan
selama kurang dari 6 jam per malam pendekatan cross sectional.
dapat meningkatkan risiko gejala Populasi target penelitian meliputi
depresi.12 seluruh kelompok remaja usia 15-
Beberapa faktor yang dapat 18 tahun di Kabupaten Semarang.
mempengaruhi proses tidur antara Sedangkan populasi terjangkau
lain, screen based activity, aktivitas pada penelitian ini merupakan
fisik, tingkat kecemasan, sleep remaja usia 15-18 tahun yang
hygiene, pencahayaan lampu kamar tercatat sebagai siswa di SMA
tidur, suhu kamar tidur, dan Negeri 1 Ungaran. Besar sampel
kegaduhan tempat tinggal. Screen penelitian sejumlah 102 siswa,
based activity dengan durasi menggunakan teknik multistages
pemakaian lebih dari 2 jam per hari random sampling. Sampel pada
dapat menyebabkan kualitas tidur masing-masing tingkatan kelas X
menjadi buruk.13 Selain itu, remaja dan XI yaitu 33 siswa, serta kelas XII
dengan durasi screen time tinggi yaitu 36 siswa. Pengumpulan data
memiliki risiko 1,32 mendapat dilakukan dengan wawancara
kualitas tidur buruk.14 menggunakan kuesioner Adolescent
Penelitian yang dilakukan pada Sleep Hygiene Scale (ASHS) dan
kelompok lanjut usia di Sukoharjo, Pittsburgh Sleep Quality Index
ditemukan bahwa sebagian besar (PSQI).
responden memiliki aktivitas fisik Variabel bebas pada penelitian
dengan kategori aktif (54,2%) dan meliputi aktivitas fisik, screen based
sebagian besar mendapatkan activity dan sleep hygiene, dengan
kualitas tidur segar (53,0%).15 variabel terikat yaitu kualitas tidur.
Sementara itu, penelitian pada siswa Analisis data menggunakan korelasi
Sekolah Menengah Atas di Rank Spearman.
Yogyakarta, menunjukkan adanya
hubungan aktivitas fisik dengan

124
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 5, proporsi


Tabel 2. Distribusi Kategori Menurut lebih besar ditemukan pada
Aktivitas Fisik responden dengan kualitas tidur
Aktivitas Fisik f % buruk (76,5%).
Berat 22 21,6 Tabel 6. Hubungan Antara Aktivitas
Sedang 15 14,7 Fisik dengan Kualitas Tidur
Kualitas Tidur
Ringan 65 63,7 Aktivitas Jumlah
Fisik Buruk Baik
Jumlah 102 100,0 f % f % f %
Berat 18 81,8 4 18,2 22 100,0
Berdasarkan tabel 2, proporsi
Sedang 10 66,7 5 33,3 15 100,0
lebih besar ditemukan pada
responden dengan aktivitas fisik Ringan 50 76,9 15 23,1 65 100,0
ringan (63,7%). Jumlah 78 76,5 24 23,5 102 100,0
Kualitas tidur buruk ditemukan
Tabel 3. Distribusi Kategori Menurut
pada responden yang memiliki
Screen Based Activity
aktivitas fisik dengan kategori berat
Screen Based Activity f % (81,8%).
Buruk 22 21,6
Tabel 7. Hubungan Antara Screen
Baik 15 14,7 Based Activity dengan Kualitas Tidur
Screen Kualitas Tidur
Jumlah 102 100,0 Jumlah
Based Buruk Baik
Berdasarkan tabel 3, proporsi Actvity f % f % f %
lebih besar ditemukan pada Buruk 74 77,9 21 22,1 95 100,0
responden dengan penerapan Baik 4 57,1 3 42,9 7 100,0
screen based activity buruk (21,6%). Jumlah 78 76,5 24 23,5 102 100,0
Tabel 4. Distribusi Kategori Menurut Kualitas tidur buruk ditemukan
Sleep Hygiene pada responden dengan perilaku
Sleep Hygiene f % screen based activity buruk (77,9%).
Buruk 56 54,9 Tabel 8. Hubungan Antara Sleep
Baik 46 45,1 Hygiene dengan Kualitas Tidur
Jumlah 102 100,0 Sleep Kualitas Tidur
Hygiene Buruk Jumlah
Berdasarkan tabel 4, proporsi Baik
lebih besar ditemukan pada f % f % f %
responden dengan penerapan sleep Buruk 49 87,5 7 12,5 56 100,0
hygiene buruk (54,9%). Baik 29 63,0 17 37,0 46 100,0
Jumlah 78 76,5 24 23,5 102 100,0
Tabel 5. Distribusi Kategori Menurut
Kualitas Tidur Kualitas tidur buruk ditemukan
Kualitas Tidur f % pada responden dengan perilaku
sleep hygiene buruk (87,5%)
Buruk 78 76,5
Baik 24 23,5
Jumlah 102 100,0

125
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PEMBAHASAN di Yogyakarta (2017), bahwa


Tidak Ada Hubungan Antara ditemukan sebagian besar
Aktivitas Fisik dengan Kualitas responden memiliki aktivitas fisik
Tidur sedang.19 Secara fisiologis tubuh,
Aktivitas fisik dapat aktivitas fisik dengan kategori
menghasilkan hormon endorphin sedang akan menghasilkan hormon
dan serotonin yang dapat endorphin dan serotonin sehingga
mempermudah timbulnya rasa mempermudah timbulnya rasa
kantuk pada diri seseorang.13 Akan kantuk.
tetapi, aktivitas fisik yang dilakukan Tidak Ada Hubungan Antara
secara berlebihan dapat Screen Based Activity dengan
menyebabkan terjadinya kelelahan Kualitas Tidur
dan ketegangan pada otot, sehingga Screen based activity
menyebabkan kesulitan pada saat memberikan dampak terhadap
tidur.18,19 aspek psikososial dan biologis.
Temuan pada penelitian ini telah Aspek psikososial yang ditimbulkan
sesuai teori, bahwa responden dari perilaku screen based activity
dengan aktivitas fisik berat yaitu menghambat munculnya rasa
mendapatkan kualitas tidur buruk kantuk. Screen based activity
dan responden dengan aktivitas menyebabkan terjadinya nervous
sedang mendapatkan kualitas tidur arousal serta munculnya nyeri pada
baik. Berdasarkan analisis bivariat, bagian leher dan bahu. Aspek
belum dapat dibuktikan adanya biologi yang ditimbulkan dari
hubungan aktivitas fisik dengan paparan cahaya layar gagdet
kualitas tidur (p=0,927). Hal ini sehingga menimbulkan penundaan
disebabkan responden dengan terhadap ritme sikardian sebagai
aktivitas fisik ringan dan sedang, penentu jam biologis tubuh seperti
ditemukan memiliki proporsi lebih tidur, pola makan, suhu tubuh,
besar mendapatkan kualitas tidur produksi hormon, produksi urin dan
buruk dibandingkan dengan kualitas lain-lain.21,22
tidur baik. Temuan ini sejalan Temuan pada penelitian ini telah
dengan penelitian pada siswa sesuai teori, bahwa responden
Sekolah Menengah Pertama di dengan screen based activity buruk
Yogyakarta (2016), bahwa tidak ada mendapatkan kualitas tidur buruk
hubungan antara aktivitas fisik dan responden dengan screen
dengan kualitas tidur.13 based activity baik mendapatkan
Proses tidur dapat tercipta kualitas tidur baik. Berdasarkan
karena adanya keseimbangan analisis bivariat, belum dapat
antara rangsangan dari luar tubuh membuktikan adanya hubungan
dan dalam tubuh.20 Aktivitas fisik screen based activity dengan
sebagai rangsangan dari dalam kualitas tidur (p=0,216). Hal ini
tubuh pada proses tidur belom dapat disebabkan responden dengan
terpenuhi dengan baik dikarenakan screen based activity baik,
sebagian besar responden masih ditemukan memiliki proporsi lebih
memiliki aktivitas fisik kategori besar mendapatkan kualitas tidur
ringan, yaitu proporsi lebih besar buruk dibandingkan mendapatkan
responden melakukan aktivitas kualitas tidur bak.
harian di sekolah. Temuan ini sejalan dengan studi
Hasil temuan ini tidak sejalan pada kelompok mahasiswa di
dengan penelitian pada mahasiswa Semarang (2012), bahwa tidak ada

126
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

hubungan antara kebiasaan Temuan pada penelitian ini telah


menggunakan gadget sebelum tidur sesuai dengan teori, bahwa
dengan kualitas tidur. Hal ini responden dengan sleep hygiene
disebabkan, pada penelitian memiliki baik mendapatkan kualitas tidur baik
persamaan bahwa ditemukan dan responden dengan sleep
sebagian besar responden masih hygiene buruk mendapatkan kualitas
menggunakan gadget sebelum tidur buruk. Berdasarkan analisis
23
tidur. bivariat, menunjukkan bahwa ada
Proses tidur dapat tercipta hubungan sleep hygiene dengan
karena adanya keseimbangan kualitas tidur (p=0,003). Responden
antara rangsangan dari luar tubuh dengan sleep hygiene buruk
dan dalam tubuh.20 Screen based memiliki risiko mendapatkan kualitas
activity sebagai faktor rangsangan tidur buruk sebesar 4,1 kali
dari luar tubuh pada proses tidur dibandingkan responden dengan
belum terpenuhi dengan baik, sleep hygiene baik. Temuan ini
dikarenakan sebagian besar sejalan dengan penelitian di Jakarta
responden masih melakukan screen (2015) yang dilakukan pada
based activity dengan kategori buruk kelompok mahasiswa, bahwa ada
yaitu responden menggunakan alat hubungan antara sleep hygiene
elektronik jenis handphone dengan dengan kualitas tidur.26
durasi penggunaan > 2 jam/malam. Proses tidur dapat tercipta
Hasil temuan ini tidak sejalan karena adanya keseimbangan
dengan penelitian pada siswa antara rangsangan dari luar tubuh
Sekolah Menengah Pertama di dan dalam tubuh. Akan tetapi,
Hongkong (2014), bahwa ada penerapan sleep hygiene telah
hubungan screen based activity mempertimbangkan beberapa faktor
dengan kualitas tidur.24 Kebiasaan yaitu fisiologis tidur, perilaku yang
screen time dengan lama membuat aktif, kognitif, emosional,
penggunaan selama 30 menit lingkungan, kebiasaan tidur, tidur
sebelum tidur memiliki kemungkinan pada siang hari, dan kebiasaan
2,7 kali lebih tinggi untuk mengalami sebelum tidur.20 Akan tetapi, pada
gangguan tidur.25 Secara biologis, penelitian ini responden memiliki
paparan dari layar gadget akan sleep hygiene kategori buruk yaitu
menghambat timbulnya rasa kantuk. melakukan kebiasaan sebelum tidur
Apabila perilaku screen based berupa menggosok gigi, mencuci
activity dilakukan sebelum tidur muka dan mandi.
dengan durasi penggunaan selama
> 2 jam/malam maka dapat KESIMPULAN
mempanjang latensi tidur Berdasarkan hasil analisis,
responden.13 dapat diperoleh simpulan sebagai
Ada Hubungan Antara Sleep berikut :
Hygiene dengan Kualitas Tidur 1. Responden penelitian sebagain
Penerapan sleep hygiene yang besar memiliki usia 15 tahun
tepat akan memberikan rasa tenang (37,2%) dan memiliki jenis
dan nyaman sebelum proses tidur kelamin perempuan (57,8%).
terjadi. Penerapan sleep hygiene Aktivitas fisik responden
akan menciptakan suasana sebagian besar termasuk
lingkungan ruang tidur yang nyaman kategori ringan (63,7%). Screen
sehingga menghasilkan proses tidur based activity responden
yang baik.26 sebagian besar termasuk

127
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kategori buruk (54,9%). Sleep InfoDATIN : Situasi Kesehatan


hygiene responden sebagian Reproduksi Remaja. Jakarta;
besar termasuk kategori buruk 2016.
(76,5%). 4. Maslowsky J, Ozer E.
2. Tidak ada hubungan antara Developmental Trends in
aktivitas fisik dengan kualitas Sleep Duration in Adolescene
tidur (p=0,927). and Younf Adulthood :
3. Tidak ada hubungan antara Evidence From a National US
screen based activity dengan Sample. J Adolesc Heal.
kualitas tidur (p=0,216). 2014;54(6):691–7.
4. Ada hubungan antara sleep 5. Ohida T, Osaki Y, Doi Y,
hygiene dengan kualitas tidur Tanihata T, Minowa M, Suzuki
(p=0,003). K, et al. An Epidemiology
Study of Self-Reported Sleep
SARAN Problems Among Japanese
Proses tidur dapat terjadi karena Adolescent. J Sleep.
adanya kesimbangan antara faktor 2004;27(5):978–85.
rangsangan dari dalam tubuh dan 6. Cardskadon MA, Orav EJ,
luar tubuh. Saran yang diberikan Dement WC. Evolution of
sebagai berikut : Sleep and Daytime Sleepness
1. Bagi remaja yang memiliki in Adolescents. Sleep/Wake
kebiasaan menggunakan Disorders: Natural History,
handphone sebelum tidur, Epidemiology, and Long-Term
sebaiknya mengurangi durasi Evolution. New York: Raven
penggunaan menjadi < 2 Press; 1983.
jam/malam. 7. Dahl RE, Lewin DS. Pathways
2. Bagi remaja yang memiliki to Adolescent Health Sleep
aktivitas fisik ringan, sebaiknya Regulation and Behavior. J
mengimbangi dengan Adolesc Heal. 2002;31:175–
menerapkan kebiasaan sebelum 84.
tidur yang baik. 8. Millman RP. Working Group
3. Pada remaja yang memiliki on Sleepiness in
kebiasaan sebelum tidur berupa Adolescents/Young Adults,
gosok gigi, cuci muka dan AAP Committee on
mandi, sebaiknya melakukan Adolescence. Excessive
kegiatan tersebut 30 menit sleepiness in adolescents and
sebelum waktu tidur. young adults: Causes,
consequences, and treatment
DAFTAR PUSTAKA strategies. J Pediatr.
1. Arifin RA, Ratnawati BE. 2005;115(6):1774–86.
Fisiologi Tidur dan 9. Knutson KL, Ryden AM,
Pernapasan. J Respirologi Mander BA, Van Cauter E.
Indones. 2001;30:0–12. Role of Sleep Duration and
2. Lanywati E. Insomnia Quality in the Risk and
Gangguan Sulit Tidur. Severity of Type 2 Diabetes
Yogyakarta: Penerbit Mellitus. J Arch Intern Med.
Kanisius; 2001. 9-11 p. 2006;166:1768–1764.
3. Pusat Data dan Informasi 10. Marfuah D, Hadi H, Huriyati E.
Kementerian Kesehatan Durasi dan Kualitas Tidur
Republik Indonesia. Hubungannya dengan

128
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Obesitas pada Anak Sekolah 2016;18(2):93–9.


Dasar di Kota Yogyakarta dan 18. Sudarma M. Sosiologi Untuk
Kabupaten Bantul. J Gizi dan Kesehatan. 1st ed. Jakarta:
Diet Indones. 2013;1(2):93– Salemba Medika; 2008.
101. 19. Maulidha TRN. Hubungan
11. Pangesti N, Gunawan IMA, Aktivitas Fisik dengan Kualitas
Julia M. Screen Based Activity Tidur pada Mahasiswa UKM
Sebagai Faktor Risiko Tapak Suci Universitas
Kegemukan Pada Anak Muhammadiyah Yogyakarta
Prasekolah di Kota [Internet]. Universitas
Yogyakarta. J Gizi Klin Muhammadiyah Yogyakarta;
Indones. 2016;13(1):34–41. 2017. Available from:
12. Fredriksen K, Rhodes J, http://repository.umy.ac.id/bits
Reddy R, Way N. Sleepless in tream/handle/123456789/155
Chicago : Tracking the Effects 62/11.NASKAH
of Adolescent Sleep Loss PUBLIKASI.pdf?sequence=11
During the Middle School &isAllowed=y
Years. J Child Dev. 20. Knowledge R. Insomnia dan
2004;75(1):84–95. Gangguan Tidur Lainnya.
13. Nurfadhilah SH, Ahmad RA, Jakarta: Penerbit PT Elex
Julia M. Aktivitas Fisik dan Media Komputindo; 2004. 1-
Screen Based Activity dengan 23 p.
Pola Tidur Remaja di Wates. J 21. Haryono A, Rindiarti A, Arianti
Ber Kedokt Masy. A, Pawitri A, Ushuluddin A,
2017;33(7):343–50. Setiawati A, et al. Prevalensi
14. Xiaoyan Wu, Shuman Tao, Gangguan Tidur pada Remaja
Yukun Zhang, Shichen Zhang, Usia 12-15 Tahun di Sekolah
Fangbiao Tao. Low Physical Lanjutan Tingkat Pertama. J
Activity and High Screen Time Sari Pediatr. 2009;11(3):149–
Can Increase the Risks of 54.
Mental Health Problems and 22. Baker FC, Wolfson AR, Lee K.
Poor Sleep Quality among Association of
Chinese College Students. J Sociodemographic, Lifestyle,
PloS One. 2015;10(3):1–10. and Health Factors with Sleep
15. Fakihan A. Hubungan Quality and Daytime
Aktivitas Fisik dengan Kualitas Sleepiness in Women:
Tidur pada Lanjut Usia. Findings from the 2007
Universitas Muhammadiyah National Sleep Foundation
Surakarta; 2016. “Sleep in America Poll.” J
16. Apriana W, Julia M, Huriyati Womens Heal.
E. Hubungan Aktivitas Fisik 2009;18(6):841–9.
dengan Kualitas Tidur Remaja 23. Sulistiyani C. Beberapa Faktor
di Yogyakarta. Universitas yang Berhubungan dengan
Gadjah Mada; 2015. Kualitas Tidur Pada
17. Harmoniati ED, Sekartini R, Mahasiswa. J Kesehat Masy.
Gunardi H. Intervensi Sleep 2012;1(2):280–92.
Hygiene pada Anak Usia 24. Mak Yim Wah, Cynthia Sau
Sekolah dengan Gangguan Ting Wu, Donna Wing Shun
Tidur : Sebuah Penelitian Hui, Siu Ping Lam, Hei Yin
Awal. J Sari Pediatr. Tse, Wing Yan Yu HTW.

129
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Association between Screen


Viewing Duration and Sleep
Duration, Sleep Quality, and
Excessive Daytime
Sleepiness amYim Wah Mak,
Cynthia Sau Ting Wu, Donna
Wing Shun Hui, Siu Ping Lam,
Hei Yin Tse, Wing Yan Yu,
and Ho Ting Wongong
Adolescents in Hong Kong. J
Environ Res Public Heal.
2014;11:11201–19.
25. Amalina S, Sitaresmi MN,
Gamayanti IL. Hubungan
Penggunaan Media Elektronik
dan Gangguan Tidur. J Sari
Pediatr. 2015;17(4):273–8.
26. Agustya N, Afifah E.
Hubungan Sleep Hygiene
dengan Kualitas Tidur
Mahasiswa di Salah Satu
Fakultas Universitas
Indonesia. Universitas
Indonesia; 2015.

130

Anda mungkin juga menyukai