PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dan kegunaan menggunakan uji-t sampel
berpasangan (paired t-test).
2. Penerapan uji- t sampel berpasangan dalam contoh kasus.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui pengertian dan kegunaan uji-t sampel berpasangan (paired t-
test).
2. Mengetahui penerapan uji-t sampel berpasangan dalam contoh kasus.
3. Terpenuhinya salah satu tugas UTS Biostatistika
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bila syarat-syarat ini semua terpenuhi, maka metode statistik parametrik dapat
digunakan. Namun, jika data tidak menyebar normal maka metode statistik
nonparametrik dapat digunakan. Apa yang dapat dilakukan jika data tidak menyebar
normal, namun statistik parametrik ingin tetap digunakan. Untuk kasus ini data
sebaiknya ditransformasikan terlebih dahulu. Transformasi data perlu dilakukan agar
data mengikuti sebaran normal. Transformasi dapat dilakukan dengan mengubah
data ke dalam bentuk logaritma natural, menggunakan operasi matematik (membagi,
menambah, atau mengali dengan bilangan tertentu), dan mengubah skala data dari
3
nominal menjadi interval. Contoh metode statistik parametrik diantaranya adalah uji-
z (1 atau 2 sampel), uji-t (1 atau 2 sampel), korelasi pearson, perancang percobaan
(2-way ANOVA), dan lain-lain (Furqon, 2008).
4
mengenai asumsi kehomogenan ragam populasi terlebih dahulu dengan
menggunakan uji-F (Hartono, 2008).
Uji- t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Uji-t ini
membandingkan satu kumpulan pengukuran yang kedua dari contoh yang
sama. Uji-t ini sering digunakan untuk membandingkan skor “sebelum” dan
“sesudah” percobaan untuk menentukan apakah prubahan nyata telah terjadi.
Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu
individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun
menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam
data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (sebelum) dan data dari
perlakuan kedua (sesudah). Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol,
yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian.
Misal pada penelitian mengenai efektivitas suatu obat tertentu, perlakuan
pertama, peneliti menerapkan kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua
barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan tertentu, misal pemberian
obat. Dengan demikian, performance obat dapat diketahui dengan cara
membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan
obat.
2.3 Kapan uji-t Berpasangan digunakan
Dalam melakukan pemilihan uji, seorang peneliti harus memperhatikan
beberapa aspek yang menjadi syarat sebuah uji itu digunakan. Peneliti tidak
boleh sembarangan dalam memilih uji, sehingga sesuai dengan penelitian
yang diinginkan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
menggunakan uji-t berpasangan.
Dalam hal ini untuk uji komparasi antar dua nilai pengamatan
berpasangan, (paired )misalnya sebelum dan sesudah (pretest dan posttest)
digunakan pada :
a. Satu sampel (setiap elemen ada 2 pengamatan)
b. Data kuantitatif (interval-rasio)
5
c. Berasal dari populasi yang berdistribusi normal (di populasi terdapat
distribusi defence =d yang berdistribusi normal dengan mean md=0
dan variance 𝑠𝑑2 = 1) (Purnomo,2009).
Setelah data yang dimiliki memenuhi syarat diatas, maka pemilihan uji
statistik harus memperhatikan pertanyaan dari penelitian. Setelah melihat
pertanyaan penelitian, seorang peneliti kemudian melakukan pemilihan uji
yang tepat untuk menganalisis data yang dimiliki untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang disusun.
6
equivalent (pretest and posttest) control group design. Desain quasy
eksperiment.
NR : O1 X O2 keterangan :
N1 : 16
N2 : 16
Teknik sampling yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
Total Population (pengambilan sampel secara keseluruhan di ambil dari total
populasi).
7
d. Definisi Operasional Variabel
8
seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk
melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing variabel.
Ukuran dan pemusatan data dapat diukur dengan Mean, Median,
Modus, dan Standar Deviasi.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk
menganalisa pengaruh antara dua variabel. Perhitungan hasil
penelitian menggunakan komputerisasi dengan bentuk progam
SPSS. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian air
kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah pada menopause
dengan hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan
adalah Shapiro Wilk. Dengan uji Statistik paired t-test. Penggunaan
uji paired t-test bertujuan untuk mengetahui perubahan tekanan
darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa muda. Sedangkan
untuk uji parametrik menggunakan uji t-berpasangan, namun jika
distribusi tidak normal menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf
kesalahan 5%.
a) Jika nilai ρ < 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima “ada pengaruh
b) Jika nilai ρ > 0,05 H0 diterima dan H1 di tolak artinya “tidak ada
9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
10
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pendidikan Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
Dasar (SD, 11 68,7 9 56,2
SMP)
Menengah 3 18,7 6 37,6
(SMA) 2 12,6 1 6,2
Perguruan
Tinggi
Jumlah 16 100 % 16 100 %
Sumber: Data primer penelitian 2015
Berdasarkan tabel 2.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
dari kelompok intervensi yaitu 11 (68,7%) berpendidikan Dasar (SD,
SMP) dan sebagian besar dari kelompok kontrol yaitu 9 (56,2%)
berpendidikan Dasar (SD, SMP).
11
Berdasarkan tabel 2.7 dapat diinterpretasikan bahwa setengah dari
kelompok intervensi yaitu 8 (50,0%) dengan status Ibu Rumah Tangga dan
sebagian besar dari kelompok kontrol yaitu 10 (62,6%) dengan status Ibu
Rumah Tangga.
12
2.6.2 Tekanan Darah Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause Dengan Hipertensi di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
2.6.3 Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada
Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
13
Test Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
2.6.4 Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada
Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
14
Berdasarkan tabel 2.11 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16
responden, tekanan darah diastolik Pre Test memiliki mean 103,75 mmHg
dan median 100,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,065.
Sedangkan, tekanan darah diastolik Post Test memiliki mean 105,00 mmHg
dan median 105,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,064.
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Sistolik 165,00 8,944 2,236
Sebelum 146,25 10,878 2,720
Tekanan Darah Sistolik
Sesudah
P value = 0,000 α = 0,05
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)
15
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.12 diinterpretasikan mean tekanan
darah sistolik terdapat penurunan 18,750 mmHg antara sebelum pemberian
air kelapa muda sebesar 165,00 mmHg dengan sesudah pemberian air
kelapa muda sebesar 145,25 mmHg. Dari sini dapat dilihat adanya
perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian air kelapa
muda.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,000 yang artinya kurang dari α = 0,05, dengan demikian maka H0
ditolak berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan
tekanan darah sistolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar 9,303 yang lebih besar dari t tabel untuk
df = 15 adalah 2,131 yang berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda
terhadap perubahan tekanan darah sistolik pada menopause di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Diastolik 111,25 11,475 2,869
Sebelum 98,13 13,769 3,442
Tekanan Darah Diastolik
Sesudah
P value = 0,004 α = 0,05
Sumber : Data Primer Tahun 2015
16
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.13 diinterpretasikan mean tekanan
darah diastolik terdapat penurunan 13,125 mmHg antara sebelum pemberian
air kelapa muda sebesar 111,25 mmHg dengan sesudah pemberian air
kelapa muda sebesar 98,13. Dari sini dapat dilihat adanya perbedaan
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian air kelapa muda.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,004 yang artinya kurang dari α = 0,05, dengan demikian maka H0
ditolak berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan
tekanan darah diastolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar 3,416 yang lebih besar dari t tabel
untuk df = 15 adalah 2,131 yang berarti ada pengaruh pemberian air kelapa
muda terhadap perubahan tekanan darah diastolik pada menopause di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Pada uji kenormalan Kelompok Kontrol Shapiro Wilk tekanan darah
Sistolik Pre Test dan Post test didapatkan p value 0,073 dan 0,161
sedangkan tekanan darah Diastolik Pre Test dan Post test didapatkan p value
0,065 dan 0,064. Maka uji normalitas sebaran data dapat disimpulkan p
value > α dengan α=0,05. Sehingga, sebaran data normal dan dapat
digunakan uji parametrik dengan uji t sampel berpasangan.
2.7.3 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post
Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015
17
P value = 0,333 α = 0,05
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)
2.7.4 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan
Post Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri Tahun 2015
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Diastolik Pre 103,75 9,574 2,394
Test 105,00 8,944 2,236
Tekanan Darah Diastolik Post
Test
P value = 0,333 α = 0,05
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)
18
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.15 diinterpretasikan mean tekanan
darah diastolik terdapat kenaikan 1,250 mmHg antara Pre Test sebesar
103,75 mmHg dengan Post Test 105,00 mmHg. Dari sini dapat dilihat
adanya perbedaan tekanan darah diastolik Pre Test dan Post Test.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,333 yang artinya lebih dari α = 0,05, dengan demikian maka H1
ditolak berarti tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah diastolik pada
menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015.
Hasil analisis t hitung sebesar -1,000 yang lebih kecil dari t tabel
untuk df = 15 adalah 2,131 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan
tekanan darah diastolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ststistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika terapan
yang membahas metode-metode ilmiah untuk pengumpulan,
pengorganisasian, penyimpulan, penyajian, analisa data, serta penarikan
kesimpulan yang sahih sehingga keputusan yang diperoleh dapat diterima.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
21