Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ststistika berasal dari bahasa latin yaitu ststus yang berarti negara dan
digunakan untuk urusan negara. Hal ini dikarenakan pada mulanya statistik
hanya digunakan untuk menggambar keadaan dan menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan kenegaraan saja, seperti : perhitngan banyaknya
penduduk, pembayaran pajak, gaji pegawai, dan lain sebagainya.
Ststistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika terapan
yang membahas metode-metode ilmiah untuk pengumpulan,
pengorganisasian, penyimpulan, penyajian, analisa data, serta penarikan
kesimpulan yang sahih sehingga keputusan yang diperoleh dapat diterima.
Sebelum lebih jauh membahas uji-t sampel berpasangan, terlebih dahulu
perlu diketahui tentang pengertian dari statistika inferensial. Statistik
inferensial atau statistik induktif ada dua macam, yaitu ststistik parametrik dan
statistik nonparametrik. Ststistik parametrik adalah ilmu statistik yang
mempertimbangkan jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data
menyebar secara normal atau tidak. Contoh metode statistik parametrik salah
satunya adalah dengan menggunakan uji – t sampel berpasangan.
Banyak dari mahasiswa yang menggunakan uji statistik dalam
penelitiannya tapi mereka tidak tahu bagaimana cara menganalisis dan
membaca hasilnya. Terkadang mereka menggunakan jasa orang lain untuk
menganaisisnya. Padahal ada beberapa syarat yang harus di penuhi sehingga
seorang penelitian menggunakan salah satu jenis uji tertentu dalam
penelitiannya. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mencoba memberikan
gambaran tentang penggunaan Uji t berpasangan (paired t-test).

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dan kegunaan menggunakan uji-t sampel
berpasangan (paired t-test).
2. Penerapan uji- t sampel berpasangan dalam contoh kasus.
1.3 Manfaat
1. Mengetahui pengertian dan kegunaan uji-t sampel berpasangan (paired t-
test).
2. Mengetahui penerapan uji-t sampel berpasangan dalam contoh kasus.
3. Terpenuhinya salah satu tugas UTS Biostatistika

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Statistik Parametrik


Parametrik berarti parameter. Parameter adalah indikator dari suatu
distribusi hasil pengukuran. Indikator dari distribusi pengukuran berdasarkan
statistik parametrik digunakan untuk parameter dari distribusi normal.
Distribusi normal dikenal juga dengan istilah Gaussian Distribution.
Distribusi normal mengandung dua parameter, yaitu rata-rata (mean) dan ragam
(varians). Parameter-parameter ini memberikan karakteristik yang unik pada suatu
distribusi berdasarkan “lokasi”-nya (central tendency). Berbagai metode statistik
mendasarkan perhitungannya pada kedua parameter tersebut. Penggunaan metode
statistik parametrik mengikuti prinsip-prinsip distribusi normal. Prinsip-prinsip dari
distribusi normal adalah:
a. Distribusi dari suatu sampel yang dijadikan obyek pengukuran berasal dari
distribusi populasi yang diasumsikan terdistribusi secara normal.
b. Sampel diperoleh secara random, dengan jumlah sampel yang dianggap
dapat mewakili populasi.
c. Distribusi normal merupakan bagian dari distribusi probabilitas yang
kontinyu (continuous probability distribution). Implikasinya, skala
pengukuran pun harus kontinyu. Skala pengukuran yang kontinyu adalah
skala rasio dan interval. Kedua skala ini memenuhi syarat untuk
menggunakan uji statistik parametrik.

Bila syarat-syarat ini semua terpenuhi, maka metode statistik parametrik dapat
digunakan. Namun, jika data tidak menyebar normal maka metode statistik
nonparametrik dapat digunakan. Apa yang dapat dilakukan jika data tidak menyebar
normal, namun statistik parametrik ingin tetap digunakan. Untuk kasus ini data
sebaiknya ditransformasikan terlebih dahulu. Transformasi data perlu dilakukan agar
data mengikuti sebaran normal. Transformasi dapat dilakukan dengan mengubah
data ke dalam bentuk logaritma natural, menggunakan operasi matematik (membagi,
menambah, atau mengali dengan bilangan tertentu), dan mengubah skala data dari

3
nominal menjadi interval. Contoh metode statistik parametrik diantaranya adalah uji-
z (1 atau 2 sampel), uji-t (1 atau 2 sampel), korelasi pearson, perancang percobaan
(2-way ANOVA), dan lain-lain (Furqon, 2008).

Salah satu metode statistik parametrik adalah uji-t berpasangan. Berikut


penjelasan tentang uji-t berpasangan.

2.2 Prinsip Uji-t Berpasangan


Uji –t merupakan statistik uji yang sering kali ditemui dalam masalah-
masalah praktis statistika. Uji –t termasuk dalam statistika golongan
parametrik. Statistik uji ini digunakan dalam pengujian hipotesis, uji-t
digunakan ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak
diketahui. Uji-t adalah salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan yang signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean
sampel (dua buah variabel yang dikomparasikan). (Hartono,2008).
Uji-t dapat dibagi menjadi 2, yaitu uji-t yang digunakan untuk pengujian
hipotesis 1-sampel dan uji-t yang digunakan untuk pengujian hipotesis 2-
sampel. Bila dihubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang
digunakan (khusus bagi uji-t dengan 2-sampel), maka uji-t dibagi lagi
menjadi 2, yaitu uji-t untuk sampel bebas (independent) dan uji-t untuk
sampel berpasangan (paired).
Dalam lingkup uji-t untuk pengujian hipotesis 2-sampel bebas, maka ada
satu hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu apakah ragam populasi (ingat :
ragam populasi,bukan ragam sampel ) diasumsikan homogen atau (sama) atau
tidak. Bila ragam populasi diasumsikan sama, maka uji-t yang digunakan
adalah uji-t dengan asumsi ragam homogen, sedangkan bila ragam populasi
dari 2-sampel tersebut tidak diasumsikan homogen, maka yang lebih tepat
adalah menggunakan uji-t dengan asumsi ragam tidak homogen. Uji-t dengan
ragam homogen dan tidak homogen, memiliki rumus hitung yang berbeda.
Oleh karena itulah, apabila uji-t hendak digunakan untuk melakukan
pengujian hipotesis terhadap 2-sampel maka harus dilakukan pengujian

4
mengenai asumsi kehomogenan ragam populasi terlebih dahulu dengan
menggunakan uji-F (Hartono, 2008).
Uji- t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian
hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Uji-t ini
membandingkan satu kumpulan pengukuran yang kedua dari contoh yang
sama. Uji-t ini sering digunakan untuk membandingkan skor “sebelum” dan
“sesudah” percobaan untuk menentukan apakah prubahan nyata telah terjadi.
Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu
individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun
menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua macam
data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (sebelum) dan data dari
perlakuan kedua (sesudah). Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol,
yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian.
Misal pada penelitian mengenai efektivitas suatu obat tertentu, perlakuan
pertama, peneliti menerapkan kontrol, sedangkan pada perlakuan kedua
barulah objek penelitian dikenai suatu tindakan tertentu, misal pemberian
obat. Dengan demikian, performance obat dapat diketahui dengan cara
membandingkan kondisi objek penelitian sebelum dan sesudah diberikan
obat.
2.3 Kapan uji-t Berpasangan digunakan
Dalam melakukan pemilihan uji, seorang peneliti harus memperhatikan
beberapa aspek yang menjadi syarat sebuah uji itu digunakan. Peneliti tidak
boleh sembarangan dalam memilih uji, sehingga sesuai dengan penelitian
yang diinginkan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
menggunakan uji-t berpasangan.
Dalam hal ini untuk uji komparasi antar dua nilai pengamatan
berpasangan, (paired )misalnya sebelum dan sesudah (pretest dan posttest)
digunakan pada :
a. Satu sampel (setiap elemen ada 2 pengamatan)
b. Data kuantitatif (interval-rasio)

5
c. Berasal dari populasi yang berdistribusi normal (di populasi terdapat
distribusi defence =d yang berdistribusi normal dengan mean md=0
dan variance 𝑠𝑑2 = 1) (Purnomo,2009).

Setelah data yang dimiliki memenuhi syarat diatas, maka pemilihan uji
statistik harus memperhatikan pertanyaan dari penelitian. Setelah melihat
pertanyaan penelitian, seorang peneliti kemudian melakukan pemilihan uji
yang tepat untuk menganalisis data yang dimiliki untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang disusun.

2.4 Contoh Penerapan Dalam Kasus

Peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh Pemberian Air


Kelapa Muda terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Menopause dengan
Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015”.
a. Dengan Tujuan Penelitian :
1. Mengidentifikasi Tekanan Darah pada Menopause sebelum diberikan
Air Kelapa Muda di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.
2. Mengidentifikasi Tekanan Darah pada Menopause setelah diberikan
Air Kelapa Muda di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.
3. Menganalisis pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan
tekanan darah pada menopause dengan hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
b. Rancangan Peneltian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment atau eksperimen
semu. Penelitian quasy eksperiment merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada
subjek selidik. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain non

6
equivalent (pretest and posttest) control group design. Desain quasy
eksperiment.

NR : O1 X O2 keterangan :

NR : O3 O4 O : Observasi, X : Diberi perlakuan

c. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita menopause yang


mengalami hipertensi dan tidak mengalamai riwayat penyakit lain di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015 sebanyak
32 orang.

N1 : 16
N2 : 16

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wanita menopause yang


mengalami hipertensi dan tidak mengalamai riwayat penyakit lain di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Besar sampel dalam penelitian adalah 32 orang wanita menopause yang


mengalami hipertensi. Dikelompokkan menjadi 2 kelompok dimana N1
(sampel kelompok eksperimen/perlakuan) sebanyak 16 orang dan N2 (sampel
kelompok kontrol) sebanyak 16 orang.

Teknik sampling yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
Total Population (pengambilan sampel secara keseluruhan di ambil dari total
populasi).

7
d. Definisi Operasional Variabel

No Vari- Definisi Parameter Alat ukur Skala Kategori


abel Operasional

1. Indepen Pemberian air Memberikan Lembar Nominal Iya


den : kelapa muda minuman air Observasi
pada kelapa muda Tidak
Pemberi menopause sebanyak
an air yang (300cc)
kelapa mengalami dengan dosis :
muda hipertensi
2 x sehari saat
pagi dan sore
selama 14 hari.

2. Depende Perbedaan Perbedaan Lembar Rasio -


n: Tekanan darah Tekanan Darah Observasi
persisten sebelum dan
Perubah dengan sesudah
an tekanan perlakuan
Tekanan sistoliknya >
Darah 140 mmHg
dan tekanan
diastolik > 90
mmHg, di
ukur sebelum
dan sesudah
perlakuan

e. Cara Analisis Data


1) Analisis Univariat
Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa
menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk
tabulasi, minimum, maksimum dan mean dengan cara memasukkan

8
seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk
melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing variabel.
Ukuran dan pemusatan data dapat diukur dengan Mean, Median,
Modus, dan Standar Deviasi.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk
menganalisa pengaruh antara dua variabel. Perhitungan hasil
penelitian menggunakan komputerisasi dengan bentuk progam
SPSS. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian air
kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah pada menopause
dengan hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan
adalah Shapiro Wilk. Dengan uji Statistik paired t-test. Penggunaan
uji paired t-test bertujuan untuk mengetahui perubahan tekanan
darah sebelum dan sesudah pemberian air kelapa muda. Sedangkan
untuk uji parametrik menggunakan uji t-berpasangan, namun jika
distribusi tidak normal menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf
kesalahan 5%.
a) Jika nilai ρ < 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima “ada pengaruh

pemberian air kelapa muda terhadap perubahan tekanan darah

pada menopause dengan hipertensi di Kelurahan Tamanan

Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015”.

b) Jika nilai ρ > 0,05 H0 diterima dan H1 di tolak artinya “tidak ada

pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan

tekanan darah pada menopause dengan hipertensi di Kelurahan

Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015”.

9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2.5 Data Umum


2.5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.
Data penelitian mengenai usia responden dikategorikan menjadi 3
tingkat yaitu usia < 50 tahun, 50-55 tahun, dan > 55 tahun. Distribusi
frekuensi usia responden dapat dilihat secara rinci pada tabel.
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Usia Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
< 50 Tahun 3 18,7 11 68,7
50 – 55 Tahun 10 62,6 2 12,6
> 55 Tahun 3 18,7 3 18,7
Jumlah 16 100 % 16 100 %
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)
Berdasarkan tabel 2.5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
dari kelompok intervensi yaitu 10 (62,6%) berusia 50-55 tahun dan sebagian
besar dari kelompok kontrol yaitu 11 ( 68,7%) berusia antara <50 Tahun.

2.5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan pada penelitian ini diukur berdasarkan pendidikan
terakhir yang ditempuh oleh responden. Riwayat pendidikan responden
dibagi menjadi tiga, yaitu : dasar (SD-SMP), menengah (SMA), dan
Perguruan Tinggi (Sarjana). Distribusi frekuensi tingkat pendidikan
responden dapat dilihat secara rinci pada tabel.
Tabel 2.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
Pendidikan di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015

10
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Pendidikan Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
Dasar (SD, 11 68,7 9 56,2
SMP)
Menengah 3 18,7 6 37,6
(SMA) 2 12,6 1 6,2
Perguruan
Tinggi
Jumlah 16 100 % 16 100 %
Sumber: Data primer penelitian 2015
Berdasarkan tabel 2.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
dari kelompok intervensi yaitu 11 (68,7%) berpendidikan Dasar (SD,
SMP) dan sebagian besar dari kelompok kontrol yaitu 9 (56,2%)
berpendidikan Dasar (SD, SMP).

2.5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 4 yaitu Ibu
Rumah Tangga (IRT), PNS, Swasta, dan Wiraswasta. Distribusi frekuensi
pekerjaan responden dapat dilihat secara rinci pada tabel.
Tabel 2.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
Pekerjaan di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Pekerjaan Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
(%) (%)
Ibu Rumah 8 50,0 10 62,6
Tangga
PNS 2 12,6 1 6,2
Swasta 1 6,2 1 6,2
Wiraswasta 5 31,2 4 25,0
Jumlah 16 100 % 16 100 %
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

11
Berdasarkan tabel 2.7 dapat diinterpretasikan bahwa setengah dari
kelompok intervensi yaitu 8 (50,0%) dengan status Ibu Rumah Tangga dan
sebagian besar dari kelompok kontrol yaitu 10 (62,6%) dengan status Ibu
Rumah Tangga.

2.6 Data Khusus


2.6.1 Tekanan Darah Sistolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Tekanan Darah Sistolik Kelompok Intervensi Sebelum dan
Sesudah Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause Dengan
Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015.

Variabel N Mean Median Mode SD Max Min


Tekanan Darah 16 165,00 165,00 160 8,944 180 150
Sistolik Sebelum
Perlakuan 16 146,25 145,00 140 10,878 170 130
Tekanan Darah
Sistolik Sesudah
Perlakuan
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)
Berdasarkan tabel 2.8 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16
responden, tekanan darah sistolik sebelum pemberian air kelapa muda
memiliki mean 165,00 mmHg dan median 165,00 mmHg dengan hasi tes uji
normalitas ρ-value=0,064. Sedangkan, tekanan darah sistolik sesudah
pemberian air kelapa muda memiliki mean 146,25 mmHg dan median
145,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,145.

12
2.6.2 Tekanan Darah Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause Dengan Hipertensi di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Tekanan Darah Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan
Sesudah Diberikan Air Kelapa Muda Pada Menopause
Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Variabel N Mean Median Mode SD Max Min


Tekanan Darah 16 111,25 110,00 120 11,475 130 90
Diastolikk Sebelum
Perlakuan 16 98,13 95,00 90 13,769 120 80
Tekanan Darah
Diastolik
Sesudah
Perlakuan
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 2.9 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16


responden, tekanan darah diastolik sebelum pemberian air kelapa muda
memiliki mean 111,25 mmHg dan median 110,00 mmHg dengan hasi tes uji
normalitas ρ-value=0,069. Sedangkan, tekanan darah diastolik sesudah
pemberian air kelapa muda memiliki mean 98,13 mmHg dan median 95,00
mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,074.

2.6.3 Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada
Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post

13
Test Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Variabel N Mean Medi Mod SD Ma Mi


an e x n
Tekanan Darah 16 155,6 150,0 150 10,935 180 14
Sistolik Pre Test 3 0 0
Tekanan Darah 16 150 11,383 180
Sistolik Post Test 156,8 155,0 14
8 0 0
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 2.10 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16


responden, tekanan darah sistolik Pre Test memiliki mean 155,63 mmHg
dan median 150,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,073.
Sedangkan, tekanan darah sistolik Post Test memiliki mean 156,88 mmHg
dan median 155,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,161.

2.6.4 Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post Test Pada
Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Tabel 2.11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan
Post Test Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Variabel N Mean Median Mode SD Max Min


Tekanan Darah 16 103,75 100,00 100 9,574 120 90
Diastolik Pre Test
Tekanan Darah 16 105,00 105,00 100 8,944 120 90
Diastolik Post Test
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

14
Berdasarkan tabel 2.11 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 16
responden, tekanan darah diastolik Pre Test memiliki mean 103,75 mmHg
dan median 100,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,065.
Sedangkan, tekanan darah diastolik Post Test memiliki mean 105,00 mmHg
dan median 105,00 mmHg dengan hasi tes uji normalitas ρ-value=0,064.

2.7 Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pada Menopause Dengan Hipertensi di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015

Pada uji kenormalan Kelompok Intervensi Shapiro Wilk tekanan


darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan air kelapa muda didapatkan p
value 0,064 dan 0,145 sedangkan tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah diberikan air kelapa muda didapatkan p value 0,069 dan 0,074.
Maka uji normalitas sebaran data dapat disimpulkan p value > α dengan
α=0,05. Sehingga, sebaran data normal dan dapat digunakan uji parametrik
dengan uji t sampel berpasangan.

2.7.1 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Intervensi Sebelum dan


Sesudah Pemberian Air Kelapa Muda Pada Menopause di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015

Tabel 2.12 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah


Pemberian Air Kelapa Muda Pada Menopause di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015

Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Sistolik 165,00 8,944 2,236
Sebelum 146,25 10,878 2,720
Tekanan Darah Sistolik
Sesudah
P value = 0,000 α = 0,05
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

15
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.12 diinterpretasikan mean tekanan
darah sistolik terdapat penurunan 18,750 mmHg antara sebelum pemberian
air kelapa muda sebesar 165,00 mmHg dengan sesudah pemberian air
kelapa muda sebesar 145,25 mmHg. Dari sini dapat dilihat adanya
perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian air kelapa
muda.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,000 yang artinya kurang dari α = 0,05, dengan demikian maka H0
ditolak berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan
tekanan darah sistolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar 9,303 yang lebih besar dari t tabel untuk
df = 15 adalah 2,131 yang berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda
terhadap perubahan tekanan darah sistolik pada menopause di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

2.7.2 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Intervensi Sebelum dan


Sesudah Pemberian Air Kelapa Muda Pada Menopause di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015

Tabel 2.13 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah


Pemberian Air Kelapa Muda Pada Menopause di Kelurahan
Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Diastolik 111,25 11,475 2,869
Sebelum 98,13 13,769 3,442
Tekanan Darah Diastolik
Sesudah
P value = 0,004 α = 0,05
Sumber : Data Primer Tahun 2015

16
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.13 diinterpretasikan mean tekanan
darah diastolik terdapat penurunan 13,125 mmHg antara sebelum pemberian
air kelapa muda sebesar 111,25 mmHg dengan sesudah pemberian air
kelapa muda sebesar 98,13. Dari sini dapat dilihat adanya perbedaan
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian air kelapa muda.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,004 yang artinya kurang dari α = 0,05, dengan demikian maka H0
ditolak berarti ada pengaruh pemberian air kelapa muda terhadap perubahan
tekanan darah diastolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Hasil analisis t hitung sebesar 3,416 yang lebih besar dari t tabel
untuk df = 15 adalah 2,131 yang berarti ada pengaruh pemberian air kelapa
muda terhadap perubahan tekanan darah diastolik pada menopause di
Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.
Pada uji kenormalan Kelompok Kontrol Shapiro Wilk tekanan darah
Sistolik Pre Test dan Post test didapatkan p value 0,073 dan 0,161
sedangkan tekanan darah Diastolik Pre Test dan Post test didapatkan p value
0,065 dan 0,064. Maka uji normalitas sebaran data dapat disimpulkan p
value > α dengan α=0,05. Sehingga, sebaran data normal dan dapat
digunakan uji parametrik dengan uji t sampel berpasangan.

2.7.3 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre Test dan Post
Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota
Kediri Tahun 2015

Tabel 2.14 Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol Pre


Test dan Post Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015
Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Sistolik Pre 155,63 10,935 2,734
Test 156,88 11,383 2,846
Tekanan Darah Sistolik Post
Test

17
P value = 0,333 α = 0,05
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.14 diinterpretasikan mean tekanan


darah sistolik terdapat kenaikan 1,250 mmHg antara Pre Test sebesar
155,63 mmHg dengan Post Test 156,88 mmHg. Dari sini dapat dilihat
adanya perbedaan tekanan darah sistolik Pre Test dan Post Test.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,333 yang artinya lebih dari α = 0,05, dengan demikian maka H1
ditolak berarti tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah sistolik pada
menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015.
Hasil analisis t hitung sebesar -1,000 yang lebih kecil dari t tabel
untuk df = 15 adalah 2,131 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan
tekanan darah sistolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

2.7.4 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre Test dan
Post Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri Tahun 2015

Tabel 2.15 Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Pre


Test dan Post Test Pada Menopause di Kelurahan Tamanan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015

Variabel Mean SD SE
Tekanan Darah Diastolik Pre 103,75 9,574 2,394
Test 105,00 8,944 2,236
Tekanan Darah Diastolik Post
Test
P value = 0,333 α = 0,05
(Sumber: Data Primer Penelitian, 2015)

18
Dapat dilihat bahwa pada tabel 2.15 diinterpretasikan mean tekanan
darah diastolik terdapat kenaikan 1,250 mmHg antara Pre Test sebesar
103,75 mmHg dengan Post Test 105,00 mmHg. Dari sini dapat dilihat
adanya perbedaan tekanan darah diastolik Pre Test dan Post Test.
Hasil uji T sampel berpasangan menunjukkan angka signifikansi
sebesar 0,333 yang artinya lebih dari α = 0,05, dengan demikian maka H1
ditolak berarti tidak ada pengaruh perubahan tekanan darah diastolik pada
menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun
2015.
Hasil analisis t hitung sebesar -1,000 yang lebih kecil dari t tabel
untuk df = 15 adalah 2,131 yang berarti tidak ada pengaruh perubahan
tekanan darah diastolik pada menopause di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Mojoroto Kota Kediri Tahun 2015.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ststistika adalah ilmu yang merupakan cabang dari matematika terapan
yang membahas metode-metode ilmiah untuk pengumpulan,
pengorganisasian, penyimpulan, penyajian, analisa data, serta penarikan
kesimpulan yang sahih sehingga keputusan yang diperoleh dapat diterima.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

20
DAFTAR PUSTAKA

Furqon, 2008. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.


Hartono, 2008. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta : Lembaga Studi Filsafat
Kemasyarakatan dan Perempuan.
Purnomo, Windhu. 2009. Uji-t Sampel Berpasangan. Surabaya : Handout MK
Statistik Parametrik.

21

Anda mungkin juga menyukai