Anda di halaman 1dari 6

HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yangdibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg
dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan
pasien, etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi essensial atau hipertensi primer).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyaipenyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun;
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku;
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya;
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi;
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua,
yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90 % dari kasus hipertensi.

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi
esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat dari penyakit lain dan menyangkut
± 10 % dari kasus hipertensi.
4. Gejala Klinis Hipertensi
Gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun.
5. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi
a. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:
1) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko
menderita hipertensi. Individu dengan orang tua yang menderita hipertensi mempunyai resiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, & Siahaan, 2003).

2) Faktor jenis kelamin


Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi wanita pramenopause
(sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama. Wanita
yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses terosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2006).
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama
ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

3) Faktor usia
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur
60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima
puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Faktor yang dapat diubah
1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.
Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi). Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
3) Kebiasaan Merokok
Menurut Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok lebih
dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak merokok
yang diduga penyebabnya adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh sistem
saraf otonom.
4) Mengkonsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
(Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain,
termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg
kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10
mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

D. KONSEP SENAM
1. Pengertian Senam
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan
secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga
untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik
yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka
waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam
berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman
tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak
dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto,2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan kekuatan
otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran
jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu
perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle(otot untuk melakukan tugas berat) dan fine
muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA) merupakan
upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah.
Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu,
klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan
pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada
yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia
pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang
terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume
darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga
terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi
(kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga
berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat
kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu
kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung
sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila
senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang
berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan
latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot
ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle
spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi
kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian
akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan
perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang dikalkulasi termasuk
penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam
senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang
mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untuk proses
oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes (2003) olahraga dapat
memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan
merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan,
menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi
pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh
agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda
bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak
jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan
dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan
berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan
mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan
berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung,
menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot
kaki dan tangan.

Anda mungkin juga menyukai