PENDAHULUAN
Dalam menganalisa kuat tekan batuan, secara umum menggunakan Uniaxial
Compressive Stregth (UCS). UCS batuan digunakan dalam merancang struktur
permukaan dan bawah tanah. Prosedur untuk mengukur kuat tekan batuan ini telah
distandardisasi oleh American Society for Testing and Materials (ASTM) dan
Internasional Society for Rock Mechanics (ISRM). Meskipun metode ini relatif
sederhana, tetapi memakan waktu dan mahal. Selain itu juga membutuhkan inti batu
yang disiapkan dengan baik. Oleh karena itu, UCS jarang digunakan dan ada metode
lain seperti Schmidt hammer test, point load index, impact strength dan sound velocity.
Ini adalah tes yang lebih mudah untuk dilakukan karena memerlukan sedikit atau tidak
ada persiapan sampel dan peralatan pengujian yang sederhana. Selain itu, dapat
digunakan dengan mudah di lapangan. Akibatnya bila dibandingkan dengan uji
kompresi uniaksial, tes tersebut lebih sederhana, lebih cepat dan lebih ekonomis.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi metode-metode sederhana
untuk memperkirakan kuat tekan batuan. Dat-data digunakan untuk mencapai tujuan
ini. Hasil uji kompresi uniaksial dilakukan pada 48 batuan yang berbeda. Dimana 26
diantaranya adalah batubara. Untuk menentukan koefisien korelasi dan variabilitas
hasil untuk setiap tes, data dianalisis secara statistik.
B. PEMBAHASAN
Ada 4 Metode yang di gunakan dalam penilitian ini, antara lain :
1. UCS
Uji Uniaxial Compressive Strength (UCS) bertujuan untuk mengukur kuat
tekan uniaksial yang kompresif pada spesimen yang memiliki geometri reguler.
Uji ini bertujuan utama untuk mengklasifikasi dan mengkarakterisasi batuan
secara utuh. Hasil nilai UCS dari spesimen uji akan dikalkulasikan dengan
membagi kuat tekan maksimum dari spesimen uji selama tes dengan luas
permukaan spesimen tersebut.
Paket uji Uniaxial Compression dalam pengujian UCS ini terdiri dari
Compression Platens dan Fore Transducer (Load cell). Uji ini merupakan jenis
lain dari uji Uniaxial Compressive yang bertujuan untuk mengetahui nilai
Young Modulus dan Poisson rasio. Rangkaian uji Young Modulus & Poisson
Rasio menggunakan 2 komponen lain dari MTS Rock System, antara lain Dual
axial extensometer dan Circumferential extensometer.
2. Point Load Strength
Point load Strength (uji kuat tekan batuan) adalah suatu test yang bertujuan
untuk menentukan kekuatan (strength) dari percontohan batu yang di tes baik
berupa silinder maupun yang bentuknya tidak beraturan. Point load test
termasuk dalam uji kuat tekan, karena pada uji kuat tekan terdapat dua macam
test yaitu Point load test dan Brazilian test.
Dari uji ini akan didapatkan nilai point load strength index (Is) yang akan
menjadi patokan untuk menentukan nilai kuat tekan batuan (αc). Nilai-nilai
tersebut didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :
3. Sound Velocity
Kecepatan suara adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kecepatan
gelombang suara yang merambat pada medium elastisitas. Pada ketinggian air
laut, dengan suhu 20 °C (68 °F) dan kondisi atmosfer normal, kecepatan suara
adalah 343 m/detik (1238 km/jam). Kecepatan rambatan gelombang suara ini
dapat berbeda tergantung medium yang dilewati (misalnya suara lebih cepat
melalui air dari pada udara)
Nilai rata-rata kecepatan suara (p-wave kecepatan) diberikan pada Tabel 6. Hal
ini dilaporkan oleh Kahraman bahwa kecepatan gelombang p diukur blok batu
memiliki dimensi perkiraan 13x20x12 cm3. Transduser yang digunakan dalam
pengujian frekuensi 54 kHz. Nilai-nilai kecepatan suara berkisar dari 1,0 km /
detik untuk marl Seyitomer hingga 6,3 km / dtk. untuk Osmaniye / Bahc¸ e
dolomit. Rentang CoV dari 1,79% untuk dolomit Tarsus menjadi 12,91% untuk
Gaziantep / Erikli Serpentine dengan rata-rata keseluruhan 6,21%. Ada
hubungan non-linear antara p-wave kecepatan dan UCS (Gambar 3). Semakin
tinggi kekuatannya semakin tersebar titik data. Persamaan dari kurva adalah qu
¼ 9: 95V1: 21 p; ð16Þ r ¼ 0:83; di mana qu adalah UCS (MPa) dan Vp adalah
kecepatan gelombang-p (km / s).
4. Impact Strength
Impact strength test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji
ketangguhan suatu specimen bila diberikan beban secara tiba-tiba melalui
tumbukan. Ketangguhan adalah ukuran suatu energy yang diperlukan untuk
mematahkan atau merusak suatu bahan yang diukur dari luas daerah dibawah
kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang
tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Suatu
paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang
didefinisikan sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.
C. KESIMPULAN
Metode uji tidak langsung yang dapat digunakan untuk memprediksi kekuatan tekan
batuan sangat mudah digunakan, sehingga mereka dapat digunakan secara praktis di
lapangan. Selain itu, tes ini memerlukan sedikit atau hampir tidak ada persiapan
sampel. Tes beban titik menunjukkan korelasi linier yang kuat dengan kekuatan tekan
batubara dengan ukuran batubara dan batuan lainnya yang termasuk dalam studi ini.
Semua metode empiris yang dievaluasi dalam penelitian ini, dapat digunakan untuk
memprediksi kuat tekan batuan. Namun, persamaan prediksi yang diturunkan oleh
peneliti akan berbeda-beda, tergantung pada jenis batuan dan kondisi pengujian.
Hobbs menerapkan tes ini ke berbagai batu dan menemukan persamaan berikut:
qu = 53ISI - 2509
dimana qu adalah UCS (kg /cm2) dan ISI adalah indeks kekuatan impact
Untuk memperkirakan kekuatan tekan dari benturan indeks kekuatan diturunkan
sebagai berikut.
qu = 0.095ISI – 3.667
dimana qu adalah UCS (MPa) dan ISI adalah indeks kekuatan impact
Hasil uji kekuatan batuan dengan Uniaxial Compressive Strength (UCS) dan Schmidt
hammer pada setiap sampel batuan beku basal diperlihatkan pada Tabel 2. Nilai
kekuatan batuan berdasarkan UCS pada kondisi pelapukan tingkat II berkisar antara
47,36 – 82,00 MPa dan mengalami penurunan hingga mencapai 1,07 – 2,35 MPa pada
derajat pelapukan V.
Hasil pengujian Schmidt hammer pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
nilai pantul pada setiap derajat pelapukan batuan. Nilai pantulan Schmidt hammer dan
UCS secara umum menunjukkan kecenderungan penurunan seiring derajat pelapukan
yang semakin tinggi, yaitu dari 30,475 – 34,8 pada pelapukan II hingga 14,22 – 16,3
pada derajat pelapukan V.
Tabel 2. Hasil pengujian nilai Schmidt hammer dan UCS pada batuan basal.