Anda di halaman 1dari 1

Perkuat KPK di Daerah

Semenjak reformasi dicetuskan pada 1998. Terutama dalam upaya pengahapusan


terhadap tindakan koruptif yang marak terjadi saat rezim orde baru berkuasa.
Pemerintah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga
edhoc atau spesifik menangani setiap perkara yang berkaitan dengan korupsi.

Melalui Undang-Undang No 30 Tahun 2002, antara lain KPK diberikan tugas untuk
melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara serta
melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. Baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.

Kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang banyak menjerat bejabat pemerintah
daerah, KPK melalui Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dirasakan
belum sepenuhnya optimal, terutama dibidang pencegahan.

Oleh sebab itu penguatan terhadap fungsi pengawasan perlu untuk digalakkan
disetiap daerah. Selain itu KPK tidak cukup hanya mengandalkan audit keuangan
dan Operasi Tangkap Tangan (OTT) saja. Sebab, hal itu tidak akan menutup keran
korupsi yang mengalir sepanjang tahun, pun tidak menjadi bagian dari upaya
pencegahan.

Terbukti sepanjang tahun 2018 KPK berhasil mentersangkakan 29 kepala daerah,


dan belum termasuk pejabat pada instansi lainnya. Namun, hal itu tidak lantas
membuktikan menunjukan intensitas korupsi di daerah semakin menurun. Oleh
sebab itu penguatan KPK, terutama dalam domain pencegahan tindak pidana
korupsi di daerah menjadi usaha yang perlu difokuskan. Sebanyak 1.557 pegawai
KPK yang bertumpuk di pusat termasuk indikator keleluasaan pelaku korupsi untuk
beraksi di daerah.

Oleh sebab itu, kebijakan terkait pengisian tempat oleh tenaga KPK ditiap instansi di
daerah dalam rangka mengintervensi jalur pengalokasian (dalam tanda kutip
pengawasan) anggaran secara tepat sasaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku
perlu dipertimbangkan secara matang oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai