Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODELOGI ANALISA

3.1. Bagan Alir Penyusunan Tugas Akhir

Langkah-langkah perencanaan ini dilakukan pada gedung Gold Vitel Hotel

Surabaya dapat dilihat pada gambar 3.1:

Mulai

Pengumpulan Data Sekunder :


1. Gambar Ekisting
2. Lokasi

Studi Literatur

Pemodelan Struktur

Analisa Struktur

Analisa Kekangan Kolom

Tidak
Kontrol
Desain

Ya
Interpretasi Data

Detail Engineering Desain (DED)

15
16

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan

3.2. Studi Literatur

Mempelajari literature/pustaka yang berkaitan dengan tugas akhir

diantaranya tentang peraturan dan literature yang membahas perancangan struktur,

antara lain :

1. SNI 2847:2013 tentang persyaratan beton structural untuk bangunan gedung

dan non gedung.

2. SNI 1726:2012 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur

bangunan gedung dan non gedung.

3. SNI 1727:2013 tentang beban minimum untuk perancangan gedung dan

struktur lain.

4. ACI 318-11 tentang building code requirements for structural concrete and

commentary.

5. Jurnal-jurnal dan pustaka yang terkait dengan penelitian ini.

Program bantu perhitungan dan desain menggunakan software.


17

3.3. Pengumpulan Data

1. Data umum dari proyek tersebut adalah sebgai berikut :

Nama Proyek : Gold Vitel Hotel Surabaya

Lokasi Bangunan : Surabaya

Fungsi Bangunan : Gedung Hotel

Jumlah Lantai : 17 Lantai

Zona Gempa : Wilayah Gempa 3

Struktur Utama : Beton Bertulang

2. Data Material

Mutu Beton (f’c) : Balok dan Pelat Lt. 1-5 : 25 Mpa (k-300)

Lantai 6 ke atas : 25 Mpa (k-350)

Kolom : 42 Mpa (k-350)

Mutu Baja (fy) : 240 Mpa (polos)

500 Mpa (ulir)


18

1.4. Optimasi Dimensi Struktur

 Dimensi Kolom (Existing)

KOLOM

KODE DIMENSI

K1 500 X 700

K2 500 X 1000

K3 500 X 700

K4 500 X 700

K5 500 X 1000

K6 500 X 700

K7 500 X 800

K8 500 X 1000

K9 500 X 800

K10 450 X 700

Tabel 3.1 Dimensi Kolom


19

 Dimensi Balok (Existing)

BALOK BALOK
KODE DIMENSI KODE DIMENSI
BX 1 400 X 600 BX 11 250 X 500
BX 2 400 X 600 BX 11A 200 X 500
BX 3 300 X 600 BX 12 250 X 500
BX 3A 300 X 600 BX 12A 250 X 500
BX 4 300 X 600 BX 13 200 X 500
BX 5 300 X 600 BX 14 400 X 600
BX 6 250 X 500 BX 15 400 X 600
BX 7 200 X 500 BX 16 400 X 600
BX 7A 250 X 500 BX 17 400 X 600
BX 8 400 X 600 BX 17A 400 X 600
BX 9 300 X 600 BX 18 200 X 450
BX 10 400 X 600 BX 19 250 X 450
BX 20 200 X 400
20

BALOK BALOK
KODE DIMENSI KODE DIMENSI
BX 21 550 X 650 BY 1 550 X 650
BX 22 550 X 650 BY 2 250 X 500
BX 23 400 X 600 BY 3 400 X 600
BX 24 250 X 500 BY 4 550 X 650
BX 25 400 X 600 BY 5 200 X 500
BX 26 400 X 600 KODE DIMENSI
BX 27 550 X 650 BB(K) 1 300 X 600
BX 28 550 X650 BB(K) 2 250 X 500
BX 29 300 X 600 BB(K) 3 300 X 600
BX 30 250 X 500 BB(K) 3X 300 X 600
BX 31 400 X 600
BX 32 550 X 650
BX 33 300 X 600
BX 34 300 X 600
BX 38 400 X 400

Tabel 3.2 Dimensi Balok

 Dimensi Pelat (Existing)

Untuk setiap lantai pelat menggunakan ukuran 150 mm.

1.5. Pemodelan Kolom

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa model kolom khusus struktur

kolomnya untuk mengetahui kemampuan kolom dalam menerima beban maupun

pengaruh spectrum respon. Adapun model kolom yang digunakan, yaitu :


21

1. Interior

Gambar 3.2 Kolom Interior

2. Eksterior

Gambar 3.2 Kolom Eksterior

1.6. Pembebanan

Pembebanan ini mengacu pada peraturan untuk SNI 1727:2013 dan SNI

1726-2012. Pembebanan tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Beban Mati (SNI 1727:2013)

Beban semua bagian di suatu gedung yang bersifat tetap atau bagian yang

sudah terpasang seperti balok, kolom dan pelat.

2. Beban Hidup (SNI 1727:2013)

a. Beban Hotel : 0,00 KN/m2 (SNI 1727:2013 Tabel 4-1)

b. Ruang Publik : 4,79 KN/m2 (SNI 1727:2013 Tabel 4-1)

c. Atap : 0,96 KN/m2 (SNI 1727:2013 Tabel 4-1)


22

3. Beban Gempa (SNI 1726:2012)

 Berdasarkan SNI 1726:2012 wilayah gempa mempunyai 2 periode tingkat,

yaitu untuk gempa dengan periode sangat singkat (T = 0,2 detik) dan gempa

dengan periode dengan periode 1 detik (T = 1 detik).

 Perhitungan koefisien respon gempa, dalam menentukan spektral percepatan

gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget pada SNI 1726:2012

pasal 6.2 tabel 4 dan tabel 5.

 Perhitungan percepatan spektral desain berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 6.3.

 Perhitungan respons spektrum desain mengacu pada SNI 1726:2012 pasal 6.4

dan gambar 3.5.

3.7. Kombinasi Pembebanan

Struktur, komponen dan pondasi dirancang dengan sedemikian rupa

sehingga, desainnya sama atau melebihi efek beban terfaktor dalam kombinasi

berdasarkan SNI 1727:2013 pasal 2.3.2.

1. 1,4D

2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)

3. 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5W)

4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau R)

5. 1,2D + 1,0E + L

6. 0,9D + 1,0W

7. 0,9D + 1,0E
23

3.8. Perencanaan Sekunder

3.8.1. Perencanaan Pelat Lantai

Dimensi tebal minimum pelat satu arah mengacu berdasarkan SNI

2847:2013 pasal 9.5.3.2 tabel 9.5(c) sedangkan untuk pelat dua arah harus sesuai

dengan SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.3.

Syarat ketebalan pelat minimum dengan balok yang menghubungkan

tumpuan pada semua sisinya :

a. Untuk αfm ≤ 0,2 harus menggunakan SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.2

Tebal pelat tanpa panel drop = 125 mm SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.2(a)

Tebal pelat dengan panel drop = 100 mm SNI 2847:2013 pasal 9.5.3.2(b)

b. Untuk 2,0 > αfm > 0,2 ketebalan pelat minimum harus memenuhi ℎ =
𝑓𝑦
ln(0.8+ )
1400
dan tidak boleh kurang dari 125 mm. SNI 2847:2013 pasal
36+5𝛽(𝛼𝑓𝑚 −0.2)

9.5.3.3(b)

c. Untuk 𝑎𝑓𝑚 > 0,2 ketebalan pelat minimum harus memenuhi tidak boleh kurang

𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0.8+ )
1400
dari ℎ = dan tidak boleh kurang dari 90 mm. SNI 2847:2013 pasal
36+5𝛽

9.5.3.3(c)

d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai resiko kekakuan

𝑎𝑓𝑚 tidak kurang dari 0,8

Keterangan:

𝑎𝑓𝑚 = nilai untuk rata-rata semua balok tepi panel


24

3.8.2. Perencanaan Balok Anak

Dimensi balok anak direncanakan berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 9.5.2

tabel 9.5(a):

a. Untuk fy = 420 Mpa


𝐿
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 21 …………………………………………………………………….. (3.1)

b. Untuk fy selain 420 Mpa

𝐿 𝑓𝑦
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 21 (0,4 + 700) ……………………………………………………….. (3.2)

c. Untuk nilai wc 1440 sampai 1840 kg/m3


𝐿
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 21 (01,65 − 0,003𝑤𝑐) ……………………………………………… (3.3)

Keterangan:

H = tinggi keseluruhan komponen struktur (mm)

L = panjang komponen struktur (mm)

fy = mutu baja (Mpa)

3.9. Perencanaan Struktur Utama

3.9.1. Perencanaan Kolom

 Dimensi kolom dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:


𝑤
𝐴 = ∅ 𝑥 𝑓′𝑐 ……………………...………………………………………….. (3.4)

Keterangan:

w = beban aksial tekan

f’c = kuat tekan beton karakteristik

A = luas penampang kolom

Ø = faktor reduksi 0,65 (SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.2)


25

 Perencanaan beban aksial ∅𝑃𝑛 dari komponen struktur tekan tidak boleh lebih

besar dari ∅𝑃𝑛,𝑚𝑎𝑥 sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 10.3.6.1

∅𝑃𝑛,𝑚𝑎𝑥 = 0,80∅[0,85𝑓 ′ 𝑐(𝐴𝑔 − 𝐴𝑠𝑡 ) + 𝑓𝑦 𝐴𝑠𝑡 ] ……………………….. (3.5)

Keterangan:

Ø = faktor reduksi 0,65 (SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.2)

f’c = kuat tekan beton (Mpa)

Ag = luas bruto penampang (mm2)

Ast = luas total tulangan longitudinal (mm2)

fy = kuat leleh tulangan (Mpa)

 Kekuatan geser beton dengan adanya beban aksial tekan dapat dihitung

berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 11.2.1.2, sebai berikut:

𝑁𝑢
𝑉𝑐 = 0,17 (1 + 14𝐴𝑔) 𝛾√𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 ……………………………………….. (3.6)

Keterangan:

Vc = kekuatan geser nominal yang disediakan oleh bton (N)

Nu = gaya aksial terfaktor tegak lurus (N)

Ag = luas bruto penampang (mm2)

f’c = kust tekan beton (Mpa)

bw = lebar badan (mm)

d = jarak serat tekan tulangan longitudinal (mm)


26

 ACI 318-11:

Rasio luas tulangan pengekang (Ash/(sbc)) diambil yang terbesar diantara

persamaan (1) dan (2):

𝐴𝑠ℎ 𝑓′𝑐 𝐴𝑔
≥ 0,3 𝑓 (𝐴 − 1) (1)
𝑠 𝑏𝑐 𝑦𝑡 𝑐ℎ
(3.5)
𝐴𝑠ℎ 𝑓′𝑐
≥ 0,09 𝑓 (2)
𝑠 𝑏𝑐 𝑦𝑡

Keterangan:

Ash = kebutuhan area/luas tulangan pengekang

s = spasi vertikal antar tulangan pengekang

bc = lebar kolom dihitung dari luar ke luar tulangan pengekang

f’c = kust tekan beton

fyt = kuat leleh tulangan pengekang dan dibatasi ≤ 700 Mpa

Ag = luas bruto beton

Ach = luas beton terkekang (dihitung dari luar ke luar tulangan pengekang)

 Ukuran dimensi dan spasi sengkang untuk kolom sesuai dengan SNI

2847:2013 pasal 7.10.5

 Kontrol torsi bisa diabaikan apabila momen torsi terfaktor Tu kurang dari (SNI

2847:2013 pasal 11.5.1)

3.9.2. Perencanaan Balok

Dimensi tabel minimum balok non prategang apabila lendutan tidak

dihitung dapat dilihat SNI 2847:2013 pasal 9.5.2.1 tabel 9.5(a). Nilai pada tabel

tersebut digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal dan

tulangan mutu fy 420 Mpa, balok yang digunakan tertumpu sederhana.


27

a. Untuk fy = 420 Mpa


𝐿
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 21 ………………………...……………………………………….. (3.6)

b. Untuk fy selain 420 Mpa

𝐿 𝑓𝑦
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 21 (0,4 + 700) ………………………………..………………….. (3.7)

c. Untuk nilai wc 1440 sampai 1840 kg/m3


𝐿
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 21 (01,65 − 0,003𝑤𝑐) ……………………………..…………..... (3.8)

Keterangan:

H = tinggi keseluruhan komponen struktur (mm)

L = panjang komponen struktur (mm)

Fy = mutu baja (Mpa)

 Persyaratan tambahan untuk rangka momen khusus pada SNI 2847:2013 pasal

21.5.1.3, lebar balok (bw) tidak boleh kurang dari nilai terkecil 0,3h dan 250

mm.

 Perhitungan minimum tulangan lentur dapat dilihat sesuai dengan SNI

2847:2013 pasal 10.5

0,25√𝑓′𝑐
𝐴𝑠,𝑚𝑖𝑛 = 𝑏𝑤 𝑑 …………………………………………………….. (3.9)
𝑓𝑦

Dan tidak boleh lebih kecil dari 1,4bwd/fy

 Tulangan geser harus berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 11.1.1 persamaan 11-1

yaitu harus memenuhi:

∅𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 ……………………………………………………………….. (3.10)

Keterangan:

Vn = kuat geser nominal penampang

Vu = kuat geser terfaktor pada penampang


28

Ø = reduksi kekuatan untuk geser = 0,75 (SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.3)

 Kuat geser nominal dari penampang merupakan sambungan dari kekuatan

geser nominal beton (Vc) dan kekuatan geser nominal tulangan (Vs).

Vn = Vc + Vs (SNI 2847:2013 pasal 11.1.1) ……………………… (3.11)

Vn = kuat geser nominal penampang

Vc = kuat geser beton

Vs = kuat geser tulangan

Untuk

𝑉𝑐 = 0,17𝛾√𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 (SNI 2847:2013 pasal 11.2.1.1) ……………….... (3.12)

Keterangan:

Vn = kuat geser nominal beton

f’c = kuat tekan beton (Mpa)

bw = lebar badan (mm)

d = jarak antar tulangan longitudinal (mm)

Untuk nilai Vs

𝐴𝑣 𝑓𝑦𝑡 𝑑
𝑉𝑠 = (SNI 2847:2013 pasal 11.4.7.2) ………………………….. (3.13)
𝑠

Keterangan:

Vs = kekuatan geser nominal oleh tulangan geser (N)

Av = luas tulangan geser (mm2)

fyt = kuat leleh tulangan tranversal (Mpa)

d = jarak serat tekan tulangan longitudinal (mm)

s = spasi tulangan (mm)


29

 Kontrol Torsi

Pengaruh torsi bisa diabaikan bila momen torsi terfaktor Tu kurang dari (SNI

2847:2013 pasal 11.5.1)

𝐴𝑐𝑝2
∅0,083𝛾√𝑓′𝑐 ( ) …………………………………………………….. (3.14)
𝑠

Keterangan:

Ø = faktor reduksi kekuatan 0,75 (SNI 2847:2013 pasal 9.3.2.2)

𝛾 = faktor modifikasi beton normal (SNI 2847:2013 pasal 11.6.4.3)

f’c = kuat tekan beton (Mpa)

Acp2 = luas yang dibatasi keliling penampang beton (mm2)

Pcp = keliling luar penampang beton (mm)

Untuk penampang terhadap torsi (SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.5)

∅𝑇𝑛 ≥ 𝑇𝑢 ……………………………………………………………….. (3.16)

Tn = kekuatan momen torsi nominal (N-mm)

Tu = momen torsi terfaktor (N-mm)

Untuk tulangan sengkang (SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.6)

2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
𝑇𝑛 = cot 𝜃 ………………………………………………………. (3.17)
𝑠

Keterangan:

A0 = luas bruto alir geser (mm2)

At = luas satu kaki sengkang (mm2)

fyt = kekakuan leleh tulangan tranversal (Mpa)

S = spasi tulangan (Mpa)

𝜃 = sudut antara sumbu strat


30

3.10. Sambungan Balok dan Kolom

Hubungan balok dan kolm (HBK) merupakan elemen struktur yang paling

penting dalam suatu sistem rangka pemikul momen, akibat gaya lateral yang bekerja

pada struktur dan momen lentur yang bekerja pada balok-kolom yang merangka pada

join. Hubungan balok kolom akan mengalami gaya geser yang besar.

Gaya geser terfaktor yang bekerja pada hubungan balok-kolom, Vu,

dihitung sebagai berikut:

Untuk join interior

𝑉𝑢 = 1,25(𝐴𝑠 + 𝐴𝑠)𝑓𝑦 − 𝑉𝑘𝑜𝑙 ……………………………………………….. (3.18)

Untuk join eksterior (ambil nilai terbesar dari)

𝑉𝑢 = 1,25. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 − 𝑉𝑘𝑜𝑙


………………………………………………….. (3.19)
𝑉𝑢 = 1,25. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦′ − 𝑉𝑘𝑜𝑙

Gaya geser pada kolom, Vkolom dapat dihitung berdasarkan nilai Mpr- dan

Mpr+ dibagi dengan setengah tinggi kolom atas (h1) ditambah setengah tinggi kolom

bawah (h2). Jika dituliskan dalam bentuk persamaan adalah:

𝑀𝑝𝑟 + +𝑀𝑝𝑟 −
𝑉𝑘𝑜𝑙 = ℎ1 ℎ2 ………………….………………………………………….. (3.20)
+
2 2

Menghitung Tegangan Geser Nominal dalam joint


𝑣𝑢
𝑣𝑛 = 𝑏 𝑗.ℎ𝑐 …………………………………………………………………….. (3.21)

Keterangan:

Vn = tegangan geser nominal joint

Vu = gaya geser terfaktor

Bj = lebar efektif hubungan balok kolom

Hc = tinggi efektif kolom pada hubungan balok kolom


31

Lebar efektif dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut

𝑏𝑗 = 𝑏 + ℎ𝑗 ……………………………………………………………………. (3.22)

𝑏𝑗 ≤ 𝑏 + 2𝑥…………………………………………………………………..... (3.23)

Keterangan:

bj = lebar efektif hubungan balok kolom

hj = tinggi joint

b = lebar balok

x = selisih antara sisi terluar balok ke sisi terluar kolom

Nilai gaya geser Vn tidak boleh lebih besar dari persyaratan berikut ini:

Untuk hubungan balok kolom yang terkekang pada keempat sisinya maka

1,7√𝑓 ′ 𝑐𝐴𝑗(𝑀𝑝𝑎) ……………………………………………………………… (3.24)

Untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang berlawanan

maka

1,25√𝑓′𝑐𝐴𝑗 (𝑀𝑝𝑎) ……………………………………………………...…….. (3.25)

Untuk hubungan lainya maka

1√𝑓′𝑐𝐴𝑗 (𝑀𝑝𝑎) ……………………………………………………………….. (3.26)

Menghitung tegangan geser yang dipikul oleh beton (vc)

2 𝑁𝑛,𝑘
𝑣𝑐 = 3 √(( ) − 0,1𝑓′𝑐) ………………………………………………….. (3.27)
𝐴𝑔

Keterangan:

vc = tegangan geser yang dipikul beton

Nn,k = gaya aksial kolom

Ag = luas penampang kolom


32

f’c = kuat tekan beton

Tulangan tranversal pada hubungan balok kolom diperlukan untuk

memberikan kekangan yang cukup pada beton, sehingga mampu menunjukkan

perilaku yang daktail pengelupasan pada selimut betonnya.

Merencanakan penulangan geser:

Bila 𝑉𝑛 ≤ 𝑉𝑐 digunkan tulangan geser minimum

Bila 𝑉𝑛 < 𝑉𝑐 perlu tulangan geser

Luas total tulangan tranversal tertutup persegi tidak boleh kurang dari pada

𝑆 𝑏𝑐 𝑓′𝑐
𝐴𝑠ℎ = 0,009 ………………………………………………………….... (3.28)
𝑓𝑦

𝑆 𝑏𝑐 𝑓′𝑐
𝐴𝑐ℎ = 0,3 …………………………………………………………...….. (3.29)
𝑓𝑦

Keterangan:

Ash = luas tulangan tranversal yang disyaratkan

bc = lebar inti kolom yang diukur dari as tulangan longitudinal kolom

Ach = luas inti penampang kolom

f’c = kuat tekan beton

fy = kuat leleh tulangan baja

S = jarak antar tulangan tranversal

Anda mungkin juga menyukai