Sumberdaya Air Dan Perilakunya
Sumberdaya Air Dan Perilakunya
Sumberdaya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung
didalamnya.
Peruntukan air dan daya air adalah penentuan prioritas alokasi air
dan daya air untuk masing-masing keperluan dengan kualitas dan
kuantitas yang sesuai.
Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-
batas hidrogeologi dimana semua kejadian hidrogeologi seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, pelepasan air tanah berlangsung.
Air tanah atau air bawah tanah adalah air yang terdapat dibawah
permukaan tanah pada lapisan tanah yang mengandung air.
Sumber mata air Kawasan Kars Kendeng Utara Kabupaten Grobogan dan
Kabupaten Pati (Sumber:
Kawasan kars ini menjadi sebuah tandon air alam raksasa bagi
semua mata air yang terletak di kedua kabupaten tersebut. Akifer
yang unik menyebabkan sumberdaya air di kawasan kars
terdapat sebagai sungai bawah permukaan, mata air, danau
dolin/telaga, dan muara sungai bawah tanah (resurgence).
Kawasan kars disinyalir merupakan akifer yang berfungsi sebagai
tandon terbesar keempat setelah dataran alluvial, volkan dan
pantai.
The infiltration capacity of the soil depends on its texture and structure, as
well as on the antecedent soil moisture content (previous rainfall or dry
season). The initial capacity (of a dry soil) is high but, as the storm
continues, it decreases until it reaches a steady value termed as final
infiltration rate.
Schematic diagram illustrating relationship between rainfall, infiltration and
runoff (Source: Linsley et al. 1958).
Air sebagai Sumberdaya Ekonomi
Dewasa ini air sudah menjadi barang ekonomi dan mahal karena
keberadaannya semakin langka, bahkan banyak yang tercemar
bermacam-macam limbah dari hasil aktivitas manusia dan rumah tangga,
limbah pertanian, peternakan, industri dan lain sebagainya. Indikator atau
tanda air telah tercemar adalah perubahan suhu air, pH atau konsentrasi
ion hidrogen, warna, bau dan rasa air, timbulnya endapan, koloid bahan
terlarut, mikroorganisme dan radioaktif air. Wilayah kota dan kabupaten
merupakan wilayah yang memiliki sumber daya air, berupa air permukaan
dan air tanah yang potensial. Hal tersebut nampak dari beberapa sungai
yang berukuran cukup besar dan mata air yang merupakan sumber
potensial bagi penyediaan kebutuhan air baku penduduk. Keseimbangan
air tanah (neraca air) di dapat dibuat berdasarkan besar input dan output
yang ada. Input merupakan debit air sungai yang ada, sedangkan output
merupakan total penggunaan air untuk keperluan domestik (rumah
tangga), untuk irigasi dan untuk industri pariwisata.
Keseimbangan penggunaan air di suatu wilayah, seperti
Kabupaten Gianyar, berdasarkan sumbernya yaitu sebesar 3.369.871,8
m3/hari dengan total penggunaan sebesar 1.759.792,046 m3/hari,
sehingga masih terdapat cadangan air untuk wilayah Kabupaten Gianyar
sebesar 1.610.079,754 m3/hari (Made Sudita dan Made Antara, 2006).
Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 4 tahun 2003 tentang Penetapan
Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Gianyar, Sumber mata air di
Desa manukaya ditetapkan sebagai salah satu obyek dan daya tarik
wisata. Selain peninggalan fisik (pura), mata air di Sumber mata air yang
dialirkan lewat pancuran memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan
yang sedang berkunjung.
Air yang bersumber dari mata air ini juga dimanfaatkan untuk air
Suci atau Nunas Tirta, bahan baku air minum oleh PDAM Kabupaten
Gianyar sebanyak 330,32 m3/bulan yang bersumber dari tiga titik
pengambilan (Made Sudita dan Made Antara, 2006), kebutuhan air untuk
Istana Presiden Tampaksiring, air irigasi subak Pulagan Kumba seluas
183,5 ha dan untuk membersihkan diri atau melebur. Oleh masyarakat
setempat, dengan mandi (melebur) di pancuran tersebut diyakini dapat
membuang sial dan menyembuhkan penyakit. Wisatawan yang datang
untuk mandi di permandian umum sekitar Sumber mata air dominan
wisatawan lokal, yang sampai saat ini belum di pungut biaya apapun.
Padahal ini merupakan aset yang perlu dikelola demi kelestarian fungsi
dan keberlangsungan Sumber mata air.
Fluktuasi debit air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air irigasi sangat beragam dan berfluktuasi antar waktu, kondisi rona
lingkungan sekitar mata air sangat mempengaruhi debit air ini.
Kecendrungan perubahan tataguna lahan dari kawasan bukan terbangun
menjadi kawasan terbangun dan sistem pengolahan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukan telah mencapai kawasan-kawasan lindung
yang seharusnya dikonservasi, seperti sempadan jurang dan sempadan
sungai yang akan berpengaruh terhadap sistem aliran air pemukaan (run
off) dan infiltrasi. Demikian pula halnya dengan daerah aliran sungai
bagian hulu (kawasan Sumber mata air) yang merupakan daerah
tangkapan hujan, telah mendapat tekanan menjadi daerah pertanian yang
intensif dan perubahan peruntukan dari lahan non terbangun menjadi
kawasan terbangun. Jika fenomena ini dibiarkan berlangsung terus tanpa
ada usaha-usaha menemukan solusinya, dikhawatirkan sumber air di
kawasan Sumber mata air akan semakin menyusut dan mungkin suatu
hari akan hilang, sedangkan di pihak lain sumber mata air dibutuhkan oleh
berbabagai pihak untuk berbagai keperluan. Karenanya, keberadaan air di
kawasan Sumber mata air harus dikaji, khususnya terkait nilai sosial
(social benefit), nilai ekonomi total (total economic value) yang terkandung
di dalamnya, dan usaha-usaha pelestarian saat ini yang telah dan perlu
dilakukan oleh berbagai pihak.
Runoff (RO) is the total amount of water flowing into a stream, or the sum of
direct runoff and baseflow. To determine the amount of annual runoff,
subtract the amount of annual evapotranspiration from the annual amount of
precipitation.
RO = DRO + BF or RO = OF + SOF + IF + BF
SRO = OF + SOF
Valuasi Ekonomi Air
Pendekatan Survei
Sebagai contoh, harga dasar air per m3 ditetapkan sesuai dengan Perda
Kab. Gianyar Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.
Air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah air yang bersumber dari
mata air di kawasan Pura Tirta Empul, Desa Manukaya Kecamatan
Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Pelestarian fungsi air yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pelestarian fungsi air yang bersumber dari
mata air di kawasan Pura Tirta Empul yang dimanfaatkan untuk bahan
baku air minum oleh PDAM Kabupaten Gianyar, memenuhi kebutuhan air
Istana Presiden Tampaksiring, nunas tirta dan untuk melebur.
Nilai Penggunaan langsung air di kawasan Pura Tirta Empul untuk bahan
baku air PDAM Gianyar adalah rata-rata pemanfaatan per bulan dikalikan
harga dasar yaitu 38.456,83 m3 x Rp.75,00 = Rp.2.884.262,25/bulan atau
Rp.34.611.147,00/tahun.
K = 1 + 3,322 log n
Setelah dihitung maka interval kelas (i) = Rp. 500,00, maka jangkauan
kesediaan membayar dapat dikelompokkan ke dalam 10 kelas dengan
interval kelas Rp 500,00. Kesediaan untuk membayar (Willingnes toPay)
baik masyarakat Desa Manukaya maupun yang dari luar akan dihitung
dengan rumus sebagai berikut, Dixon and Hufschmidt (1993):
4. Nilai Keberadaan
Nilai keberadaan air di kawasan sumber mata air dimanfaatkan
untuk air irigasi, keperluan PDAM, dan kebutuhan air rumahtangga.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survei dengan
menghitung selisih keuntungan bersih petani untuk menanam padi dengan
menanam palawija dalam satu tahun. Selisih keuntungan merupakan nilai
atas pemanfaatan sumber daya air di kawasan sumber mata air. Di
samping hal tersebut ada penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat sekitar (kebutuhan domestic) dan pemanfaatan air untuk
perusahaan daerah air minum.
Fungsi hutan lindung yang utama adalah sebagai pengatur tata air,
sehingga ketersediaan air dapat terjaga sepanjang waktu. Artinya pada
musim kemarau sungai dan mata air tidak kering dan pada musim hujan
tidak terdapat erosi, banjir dan luapan sedimentasi. Akan tetapi
kecenderungan alih fungsi hutan lindung dan kawasan lindung umumnya
semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya
jumlah dan luas DAS kritis (Ditjen Sumberdaya Air, 2004; Soenarno, 2000;
Ditjen RRL, 1999). Dalam hal ini tersirat adanya under valuation terhadap
nilai ekonomi dan lingkungan yang dihasilkan hutan lindung dan kawasan
lindung. Kondisi ini tentu saja tidak sejalan dengan prinsip-prinsip
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara terpadu yang
mengedepankan pembangunan berkelanjutan dalam rangka
memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi secara adil tanpa
mengorbankan kelangsungan ekosistem yang penting.
Hutan lindung menghasilkan bukan hanya produk yang kasat mata
seperti kayu dan non kayu, tetapi juga menghasilkan intangible produk
yang manfaat dan keberadaannya semakin dibutuhkan baik oleh
masyarakat yang berdekatan dan jauh dengan hutan. Nilai hutan lindung
secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Karena masyarakat desa di sekitar Hulu Sungai Citarum dan Hulu Sungai
Brantas termasuk dalam daerah tangkapan hutan lindung, maka air
domestik yang digunakan oleh masyarakat, keberadaannya merupakan
fungsi dari hutan lindung. Karena itu, diasumsikan bahwa semua sumber
air yang digunakan rumah tangga di sekitar hutan lindung tersebut
bersumber dari mata air hulu hutan lindung.
1. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan kelangkaan air pada musim
kemarau yang kecenderungannya diikuti oleh kekeringan yang
berkepanjangan, dan kelimpahan air pada musim hujan yang diikuti pula
oleh banjir dengan skala luas dan waktu yang cukup lama adalah dengan
melindungi sumber daya air. Salah satu upaya menambah cadangan air
tanah adalah dengan menambah kapasitas resapan air melalui
penanaman pohon dan pembuatan sumur resepan.
2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi sumberdaya air
3. Sasaran
Terlindunginya sumber-sumber mata air di luar kawasan hutan dan
meningkatkan kuantitas air tanah pada musim kemarau, serta
tertanggulanginya kelimpahan air pada musim hujan pada daerah-daerah
tertentu.
4. Output
a. Tumbuhnya tanaman pelindung di sekitar sumberdaya air
b. Terbangunnya sumur-sumur resapan
c. Terjaganya pelestarian fungsi sumber air di luar kawasan hutan
5. Lingkup Kegiatan
a. Penanaman pohon di luar kawasan hutan;
b. Pembangunan sumur resapan / biopori;
c. Pembangunan turap;
d. Pembangunan taman hijau di bantaran sungai / danau / situ;
e. Pengadaan alat pengolah/pencacah gulma (tanaman
pengganggu) di danau/situ;
f. Pembuatan papan informasi perlindungan sumberdaya air;
g. Rehabilitasi daerah tangkapan air (pembuatan jebakan air).
6. Rincian kegiatan :
Jenis pohon yang disarankan untuk ditanam di sekitar sumber mata air
yang berada di luar kawasan hutan adalah jenis tanaman lokal yang
berumur panjang. Namun demikian, apabila ada alasan teknis lainnya
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (saran dari ahli), jenis
tanaman lainnya atau yang berasal dari luar daerah boleh digunakan.
Umur dan besar bibit tanaman disesuaikan kondisi setempat. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:
• Lokasi penanaman harus berada di luar kawasan hutan dan
berada di sekitar sumber atau mata air;
• Mudah terjangkau, untuk akses pemeliharaan;
• Lahan untuk lokasi penanaman bukan milik perseorangan atau
sejenisnya, untuk memudahkan pengendalian;
• Jika lokasi penanaman merupakan milik perseorangan atau
sejenisnya pemerintah daerah wajib membebaskan lahan
tersebut yang kemudian ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan setempat;
• Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Contoh: