Anda di halaman 1dari 13

ADSORPSI

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan /


pengayaan (enrichment) suatu komponen
di daerah antar fasa. Pada peristiwa
adsorpsi, komponen akan berada di
daerah antar muka, tetapi tidak masuk ke
dalam fasa ruah. Komponen yang
terserap disebut adsorbat (adsorbate),
sedangkan daerah tempat terjadinya
penyerapan disebut adsorben (adsorbent
/ substrate). Berdasarkan sifatnya,
adsorpsi dapat digolongkan menjadi
adsorpsi fisik dan kimia.
Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia
Molekul terikat Molekul terikat
pada adsorben oleh pada adsorben oleh
gaya van der Waals ikatan kimia
Mempunyai entalpi Mempunyai entalpi
reaksi – 4 sampai – reaksi – 40 sampai
40 kJ/mol – 800 kJ/mol
Dapat membentuk Membentuk lapisan
lapisan multilayer monolayer
Adsorpsi hanya Adsorpsi dapat
terjadi pada suhu di terjadi pada suhu
bawah titik didih tinggi
adsorbat
Jumlah adsorpsi Jumlah adsorpsi
pada permukaan pada permukaan
merupakan fungsi merupakan
adsorbat karakteristik
adsorben dan
adsorbat
Tidak melibatkan Melibatkan energi
energi aktifasi aktifasi tertentu
tertentu
Bersifat tidak Bersifat sangat
spesifik spesifik

ISOTERM ADSORPSI

Percobaan adsorpsi yang paling umum


adalah menentukan hubungan jumlah gas
teradsorpsi (pada adsorben) dan tekanan
gas. Pengukuran ini dilakukan pada suhu
tetap, dan hasil pengukuran digambarkan
dalam grafik dan disebut isoterm
adsorpsi.
1. Isoterm Adsorpsi Langmuir
Pada tahun 1918, Langmuir
menurunkan teori isoterm adsorpsi
dengan menggunakan model
sederhana berupa padatan yang
mengadsorpsi gas pada
permukaannya.

Pendekatan Langmuir meliputi lima


asumsi mutlak, yaitu
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan
ideal dalam fasa uap
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi
sampai lapisan monolayer
3. Permukaan adsorbat homogen,
artinya afinitas setiap kedudukan
ikatan untuk molekul gas sama
4. Tidak ada antaraksi lateral antar
molekul adsorbat
5. Molekul gas yang teradsorpsi
terlokalisasi, artinya mereka tidak
bergerak pada permukaan
lapisan adsorbat monolayer

adsorben
Gambar Pendekatan isoterm adsorpsi Langmuir

Pada kesetimbangan, laju adsorpsi


dan desorpsi gas adalah sama. Bila θ
menyatakan fraksi yang ditempati
oleh adsorbat dan P menyatakan
tekanan gas yang teradsorpsi, maka
k1θ = k2 P(1 − θ ) ........ (1)

dengan k1 dan k2 masing – masing


merupakan tetapan laju adsorpsi dan
desorpsi. Jika didefinisikan a = k1 / k2,
maka
P
θ=
(a + P) ............. (2)

Pada adsorpsi monolayer, jumlah gas


yang teradsorpsi pada tekanan P (y)
dan jumlah gas yang diperlukan untuk
membentuk lapisan monolayer
dihubungkan dengan θ melalui
persamaan
y
θ=
ym ................ (3)

ym P
y= ............... (4)
a+P
Teori isoterm adsorpsi Langmuir
berlaku untuk adsorpsi kimia, dimana
reaksi yang terjadi adalah spesifik dan
umumnya membentuk lapisan
monolayer.

2. Isoterm Adsorpsi BET


Teori isoterm adsorpsi BET merupakan
hasil kerja dari S. Brunauer, P.H.
Emmet, dan E. Teller. Teori ini
menganggap bahwa adsorpsi juga
dapat terjadi di atas lapisan adsorbat
monolayer. Sehingga, isoterm
adsorpsi BET dapat diaplikasikan
untuk adsorpsi multilayer.

Keseluruhan proses adsorpsi dapat


digambarkan sebagai
1. Penempelan molekul pada
permukaan padatan (adsorben)
membentuk lapisan monolayer
2. Penempelan molekul pada lapisan
monolayer membentuk lapisan
multilayer
lapisan adsorbat multilayer

Adsorben

Gambar Pendekatan isoterm adsorpsi BET


Pada pendekatan ini, perbandingan
kekuatan ikatan pada permukaan
adsorben dan pada lapisan adsorbat
monolayer didefinisikan sebagai
konstanta c. Lapisan adsorbat akan
terbentuk sampai tekanan uapnya
mendekati tekanan uap dari gas yang
teradsorpsi. Pada tahap ini,
permukaan dapat dikatakan ”basah
(wet)”. Bila V menyatakan volume gas
teradsorpsi, Vm menyatakan volume
gas yang diperlukan untuk
membentuk lapisan monolayer, dan x
*
adalah P/P , maka isoterm adsorpsi
BET dapat dinyatakan sebagai
V cx
=
Vm (1 − x)(1 − x + cx) ............ (1)

Kesetimbangan antara fasa gas dan


senyawa yang teradsorpsi dapat
dibandingkan dengan kesetimbangan
antara fasa gas dan cairan dari suatu
senyawa. Dengan menggunakan
analogi persamaan Clausius –
Clapeyron, maka
d (ln P ) ∆H ads
=− ....................... (2)
dT RT 2

dimana ΔHads adalah entalpi adsorpsi.


Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa tekanan kesetimbangan dari
gas teradsorpsi bergantung pada
permukaan dan entalpi adsorpsi.

3. Isoterm Adsorpsi Freundlich


Adsorpsi zat terlarut (dari suatu
larutan) pada padatan adsorben
merupakan hal yang penting. Aplikasi
penggunaan prinsip ini antara lain
penghilangan warna larutan
(decolorizing) dengan menggunakan
batu apung (charcoal?) dan proses
pemisahan dengan menggunakan
teknik kromatografi.
Pendekatan isoterm adsorpsi yang
cukup memuaskan dijelaskan oleh H.
Freundlich. Menurut Freundlich, jika y
adalah berat zat terlarut per gram
adsorben dan c adalah konsentrasi zat
terlarut dalam larutan, maka
1/n
y=kc ................. (3)
1
log y = log k + log c ........ (4)
n

dimana k dan n adalah konstanta


empiris. Jika persamaan (3)
diaplikasikan untuk gas, maka y
adalah jumlah gas yang teradsorpsi
dan c digantikan dengan tekanan gas.
Plot log y terhadap log c atau log P
menghasilkan kurva linier. Dengan
menggunakan kurva tersebut, maka
nilai k dan n dapat ditentukan.
Gambar Plot isoterm Freundlich untuk adsorpsi H2
pada tungsten (suhu 400oC)

Anda mungkin juga menyukai