Disusun oleh :
Rizky Aji Sopandi
Fikri Ariansyah
Politeknik Sukabumi
Jl. Babakan Sirna No. 25 Kelurahan Benteng, Sukabumi 43111, Jawa Barat.
Telepon: 0266215417, Fax: 0266215417, Website: http://www.polteksmi.ac.id,
Email: admin@polteksmi.av.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya
sihingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga dengan makalah ini dikarenakan pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan, membantu
ataupun menambah pengetahuan dan pengalaman, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan, masukan masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini akan saya hargai, Terima Kasih
A. LATAR BELAKANG
Beberapa masalah terkadang lebih sulit dari apa yang terlihat. Seperti anda mencoba untuk mencari laju
anak panah yang baru dilepaskan dari anak busurnya. Anda menggunakan hukum Newton dan segala
teknik penyelesaian soal yang pernah kita pelajari. Lalu kamu menemukan kesulitan, setelah pemanah
melepaskan anak panah, tali busur memberi gaya yang berubah-ubah yang bergantung pada posisi busur.
Akibatnya metode sederhana yang kita pelajari tidak cukup untuk menghitungn lajunya. Jangan takut
karena masih ada metode lain untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Metode baru yang akan kita lihat itu menggunakan ide kerja dan energi. Kita akan menggunakan konsep
energi untuk mempelajari rentang fenomena fisik yang sangat luas. Kita akan mengembangkan konsep
kerja dan energi kinetik untuk memahami konsep umum mengenai energi dan kita akan melihat
bagaimana kekekalan energi muncul.
Sebelum kita mengetahui latar belakang pembahasan Impuls dan Momentum Linear maka terlebih dahulu
kita pahami apa yang dimaksud dengan Impuls dan Momentum Linear. Impuls adalah besaran vektor
yang arahya sejajar dengan arah gaya dan Menyebabkan perubahan momentum dan Momentum Linear
adalah momentum yang dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus
Pernahkah menyaksikan tabrakan antara dua kendaraan di jalan. Apa yang terjadi ketika dua kendaraan
bertabrakan. Kondisi mobil atau sepeda motor mungkin hancur berantakan. Kalau kita tinjau dari ilmu
fisika, fatal atau tidaknya tabrakan antara kedua kendaraan ditentukan oleh momentum kendaraan
tersebut. Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis momentum yakni momentum linear dan momentum sudut.
Kadang-kadang momentum linear disingkat momentum.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan usaha dan energi?
b. Apa yang dimaksud dengan energi?
c. Apa saja aplikasi usaha dan energi dalam ke hidupan sehari hari?
C. TUJUAN
Makalah ini dimaksudkan untuk dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai aplikasi usaha
dan energi dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan memungkinkan kitadapat lebih mengerti bahwa
pelajaran fisika itu bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. USAHA
1. PENGERTIAN USAHA
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian usaha identik dengan kemampuan untuk meraih sesuatu.
Misalnya, usaha untuk bisa naik kelas atau usaha untuk mendapatkan nilai yang besar. Namun, apakah
pengertian usaha menurut ilmu Fisika?
Ketika benda didorong ada yang berpindah tempat dan ada pula yang tetap di tempatnya. Ketika kamu
mendorong atau menarik suatu benda, berarti kamu telah memberikan gaya pada benda tersebut. Oleh
karena itu, usaha sangat dipengaruhi oleh dorongan atau tarikan (gaya). Menurut informasi tersebut, jika
setelah didorong benda itu tidak berpindah, gayamu tidak melakukan usaha. Dengan kata lain, usaha juga
dipengaruhi oleh perpindahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usaha dihasilkan oleh gaya
yang dikerjakan pada suatu benda sehingga benda itu berpindah tempat
Bagaimanakah ketika kamu mendorong dinding kelasmu? Apakah dinding berpindah tempat? Walaupun
kamu telah sekuat tenaga mendorongnya, tetapi dinding tetap ditempatnya. Oleh sebab itu, menurut Fisika
gayamu dikatakan tidak melakukan usaha.
Apabila gaya disimbolkan dengan F dan perpindahan dengan s, secara matematis usaha dituliskan dalam
persamaan berikut: W = F s dengan:
W = usaha (J)
F = gaya (N)
s = perpindahan (m)
Usaha memiliki satuan yang sama dengan energi, yaitu joule. Dengan ketentuan bahwa 1 joule sama
dengan besar usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar 1 N dengan perpindahan 1 m.
Kamu sudah mengetahui usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah horisontal,
tetapi bagaimanakah besarnya usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah
vertikal? Memindahkan benda secara vertikal memerlukan gaya minimal untuk mengatasi gaya gravitasi
bumi yang besarnya sama dengan berat suatu benda. Secara matematis gaya tersebut dapat ditulis
sebagai berikut: F = m g
Karena perpindahan benda ke arah vertikal sama dengan ketinggian benda (h), usaha yang dilakukan
terhadap benda tersebut sebagai berikut.
W=Fs
W = m g h dengan:
W = usaha (J)
m = massa (kg)
g = percepatan gravitasi (N/kg)
h = perpindahan atau ketinggian (m)
Dari persamaan rumus usaha, dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh suatu gaya:
a. Berbanding lurus dengan besarnya gaya,
b. Berbanding lurus dengan perpindahan benda,
c. Bergantung pada sudut antara arah gaya dan perpindahan benda.
Jadi, usaha adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga benda tersebut mengalami
perpindahan.
Demikian pula pada orang yang mendorong tembok, karena tidak ada perpindahan atau s = 0 maka dapat
dikatakan bahwa usaha W = 0. Usaha juga dapat bernilai nol pada kasus benda yang bergerak lurus
beraturan (GLB).Misalnya sebuah kereta ekspres pada rentang waktu tertentu mempertahankan
kecepatannya dengan kelajuan konstan (v = tetap). Walaupun kereta itu berpindah menempuh jarak
tertentu dikatakan tidak melakukan usaha (W =0) karena resultan gaya nol (∑ F = 0). Usaha juga dapat
bernilai nol apabila tidak ada gaya bekerja pada arah perpindahan. Misalnya, seorang atlet angkat besi
yang sedang mengangkat beban, karena s = 0 maka dikatakan usaha yang dilakukan nol (W = 0). Seorang
pedagang asongan di terminal bus yang berjalan sambil mengangkat barang dagangan dalam kotak,
dikatakan W = 0 , karena walaupun perpindahan kotak ada, pedagang asongan menjinjing kotak berisi
dagangannya, pada arah perpindahan kotak dinyatakan bahwa usaha W = 0 namun ∑ F yang searah
perpindahan kotak bernilai 0, artinya hanya berlaku gaya berat ke bawah yang tidak memiliki proyeksi
gaya searah perpindahan kotak.
Usaha yang dilakuakn oleh gaya tetap (besar maupun arahnya) didefenisikan sebagai hasil perkalian
antara perpindahan titik tangkapnya dengan komponen gaya pada arah perpindahan tersebut.
Contoh:
a. Seseorang menarik kotak pada bidang datar dengan tali membentuk sudut terhadap horizontal
b. Gaya F membentuk sudut terhadap perpindahan
Contoh diatas menunjukkan gaya tarik pada sebuah benda yang terletak pada bidang horizontal hingga
benda beerpindah sejauh s sepanjang bidang. Jika gaya tarik tersebut dinyatakan dengan F(contoh(b))
maka gaya F yang membentuk sudut terhadap arah perpindahan benda. Berapa usaha yang dilakukan oleh
gaya F pada benda?
Vektor gaya F diuraian menjadi dua komponen yang saling tegak lurus. Salah satu komponen searah
dengan perpindahan benda dan komponen yang lain tegak lurus dengan arah perpindahan benda. Besar
masing-masing komponen adalah F cos dan F sin. Dalam hal ini yang melakukan usaha adalah :
W = ( F cos )
Contoh soal :
Seorang anak menarik sebuah kereta mainan dengan gaya tetap, 40 N.
Tentukan:
a. Besar usaha yang dilakukan anak itu jika arah gaya yang membentu sudut 37 sejauh 5 m;
b. Besar usaha yang dilakukan anak itu selama 5 sekon. Jika benda bermassa 8 kg dan = 0!
Penyelesaian:
Diketahui : F = 40 N
Ditanya : W =…?
Jawab :
a. Tan 37 = 0,75 cos 37 = 0,8
W = F.s.cos
= 40.5.cos 37 = 200 x 0,8
= 160 J
b. V0 = 0; m = 8 kg
t = tAB = 5 s ; = 0
Jika pegas diregangkan, semakin panjang pegas, gaya yang diperlukan juga semakin besar.
Demikian juga sebaliknya, semakin ditekan, gaya ketika pegas semakin pendek, gaya yang diperlukan
semakin besar. Selama pegas ditekan atau diregangkan, gaya pegas berubah dari 0 (x = 0) hingga
maksimum (F = k x) maka gaya pegas dihitung menggunakan rata-rata. Besar gaya pegas rata-rata adalah
:
F = ½ (0 + kx) = ½ k x
Usaha yang dilakukan oleh gaya pegas pada suatu benda adalah:
W = F x = ½ k x2
Keterangan:
W = usaha (satuan Joule)
x = pertambahan panjang pegas (satuan meter)
F = gaya pegas (satuan Newton)
Usaha ini positif karena arah gaya dan perpindahan sama-sama ke bawah.
Sekarang kita lihat kasus di mana benda dinaikkan perlahan – lahanhingga ketinggian h. Disini arah perpi
ndahan ke atas berlawanan dengan arah gaya berat (ke bawah) sehingga usahanya negatif W = - (m g
h). Ketika benda berpindah secara horizontal gaya gravitasi tidakmelakukan usaha karena arah perpindaha
n tegak lurus arah gaya.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
· Jika benda berpindah sejauh h vertikal ke atas, maka besarnya usaha gaya gravitasi adalah W = - (m g
h).
· Jika benda berpindah sejauh h vertikal ke bawah, maka besarnya usaha gaya gravitasi adalah W = m g
h.
· Jika benda berpindah sejauh h mendatar, maka besarnya usaha gravitasi adalah W = 0.
7. SATUAN USAHA
Satriawan (2008) menyatakan bahwa dalam SI satuan gaya adalah newton (N) dan satuan perpindahan
adalah meter (m). Sehingga, satuan usaha merupakan hasil perkalian antara satuan gaya dan satuan
perpindahan, yaitu newton meter atau joule. Satuan joule dipilih untuk menghormati James Presccott
Joule (1816 – 1869), seorang ilmuwan Inggris yang terkenal dalam penelitiannya mengenai konsep panas
dan energi.
1 joule = 1 Nm
karena 1 N = 1 Kg . m/s2
maka 1 joule = 1 Kg . m/s2 x 1 m
1 joule = 1 Kg . m2/s2
Untuk usaha yang lebih besar, biasanya digunakan satuan kilo joule (kJ) dan mega joule (MJ).
1 kJ = 1.000 J
1 MJ = 1.000.000 J
Diketahui:
Gaya (F) = 20 N
Perpindahan (s) = 2 meter
Sudut = 0 (arah gaya sama dengan arah perpindahan atau arah gaya berhimpit dengan arah perpindahan
sehingga sudut yang dibentuk oleh gaya dengan perpindahan adalah nol)
Ditanya: Usaha (W)
Jawab:
Catatan :
Jika arah gaya sama dengan arah perpindahan, hitung usaha menggunakan rumus W = F s, tanpa perlu
menambahkan cos.
Sebuah benda diam di atas permukaan lantai licin. Pada benda dikerjakan gaya F = 10 N, membentuk
sudut 30o terhadap permukaan lantai. Jika benda bergerak sejauh 1 meter, berapa usaha yang dilakukan
oleh gaya F pada benda?
Pembahasan
Diketahui :
Gaya (F) = 10 Newton
Gaya yang searah perpindahan (Fx) = F cos 30o = (10)(0,5√3) = 5√3 Newton
Perpindahan (s) = 1 meter
Jawab :
W = Fx s = (5√3)(1) = 5√3 Joule
Benda bermassa 1 kg jatuh bebas dari ketinggian 2 meter. Jika percepatan gravitasi 10 m/s2, tentukan
usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada benda tersebut!
Pembahasan
Diketahui :
Massa benda (m) = 1 kg
Ketinggian (h) = 2 meter
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Ditanya : Usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada benda (W)
Jawab :
Arah gaya gravitasi atau gaya berat (w) adalah vertikal ke bawah, arah perpindahan (s) benda juga
vertikal ke bawah sehingga gaya gravitasi searah dengan perpindahan benda.
W=Fs=wh=mgh
W = (1)(10)(2) = 20 Joule
Pegas digantungi beban bermassa 1 kg sehingga pegas mengalami pertambahan panjang 2 cm. Jika
percepatan gravitasi 10 m/s2, tentukan (a) konstanta pegas (b) usaha yang dilakukan oleh pegas pada
beban.
Pembahasan
Diketahui :
Massa (m) = 1 kg
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Pertambahan panjang pegas (x) = 2 cm = 0,02 meter
Ditanya : konstanta pegas dan usaha yang dilakukan oleh gaya pegas
Jawab :
(a) Konstanta pegas
Rumus hukum Hooke :
F = k x.
Balik rumus ini untuk menghitung konstanta pegas :
k=F/x=w/x=mg/x
k = (1)(10) / 0,02 = 10 / 0,02
k = 500 Newton/meter
(b) Usaha yang dilakukan oleh gaya pegas
W = – ½ k x2
W = – ½ (500)(0,02)2
W = – (250)(0,0004)
W = -0,1 Joule
Usaha yang dilakukan oleh gaya pegas pada beban bernilai negatif karena arah gaya pegas berlawanan
dengan dengan arah perpindahan beban.
Sebuah kotak yang diam di atas permukaan lantai dipercepat dengan gaya sebesar 10 N sehingga kotak
berpindah sejauh 2 meter. Jika gaya dorong searah dengan perpindahan kotak dan pada kotak bekerja
gaya gesek kinetis sebesar 2 Newton maka usaha total yang dikerjakan pada kotak adalah…
Pembahasan
Diketahui :
Gaya (F) = 10 Newton
Gaya gesek kinetis (Fk) = 2 Newton
Perpindahan (s) = 2 meter
Jawab :
Usaha yang dilakukan oleh gaya (F) :
W1 = F s cos 0 = (10)(2)(1) = 20 Joule
Usaha yang dilakukan oleh gaya gesek kinetis (Fk) :
W2 = Fk s = (2)(2)(cos 180) = (2)(2)(-1) = -4 Joule
Usaha total adalah :
Wtotal = W1 – W2
Wtotal = 20 – 4
Wtotal = 16 Joule
B. ENERGI
1. PENGERTIAN ENERGI
Energi memegang peranan penting dalam kehidupan ini. Energi menyatakan kemampuan untuk
melakukan usaha. Manusia , hewan , atau benda dikatakan mempunyai energy jika mempunyai
kemampuan untuk melakukan usaha.
Energi memiliki berbagai bentuk, misalnya energy listrik, energy kalor , energy cahaya, energy potensial,
energy nuklir dan energy kimia. Energy dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, misalnya energy
listrik dapat berubah ke energy cahaya atau energy kalor.
3. ENERGI KINETIK
Setiap benda bergerak juga memiliki energy. Angin yang bertiup sanggup memutar kincir, air terjun
sanggup memutar turbin, dan gelombang air laut sanggup menggerakkan turbin.
Selanjutnya, kincir atau turbin dapat digunakan untuk melakukan usaha, misalnya untuk memutar mesin
atau generator pembangkit tenga listrik. Energy yang dimiliki oleh angin, air terjun, atau benda-benda
yang bergerak disebut energy gerak atau energy kinetic.
Berapa besarkah energy yang dimiliki benda bermassa m yang bergerak dengan laju v. Berdasarkan
hukum Newton II :
a=
telah diketahui bahwa sebuah benda yang diam, jika memperoleh percepatan a melalui jarak s,kecepatan
akhirnya dapat dinyatakan dengan persamaan :
v2 = 2as , jika disubtitusikan dengan hukum Newton II , maka :
Fs = ½ mv2
Ek = Fs
Contoh soal :
Berapa energy kinetik sebuah bola yang bermassa 2 kg jika bergerak dengan kecepatan 10 m/s?
Penyelesaian :
Diketahui : m = 2 kg
V = 10 m/s
Ditanya : Ek = …?
Jawab :
Ek = ½ mv2 = ½ x 2 x (10)2 = 100 J
4. ENERGI POTENSIAL
Energy potensial merupakan energy yang dimiliki oleh benda karena keadaan atau kedudukannya.
Adanya energy potensial tersebut disebabkan karena pengaruh gaya konservatif.
Energy yang dimiliki oleh air danau ataupun benda-benda lain yang kedudukannya lebih tinggi disebut
energy potensial gravitasi.
Energy yang dimiliki pada pegas, karet, ketapel dan busur panah memiliki tenaga kepegasan disebut
energy potensial gas.
usaha yang diperlukan F untuk mengangkat benda(ke atas dinyatakan positif ) sampai ketinggian h
adalah;
WF = mgh
Jika gaya F dihilangkan benda tersebut jatuh kembali ke tanah, usaha yang dilakukan w sebesar : (nilai
negative menyatakan kearah bawah)
Ww = -mgh
Em = Ep + Ek
Contoh soal:
Sebuah benda dengan massa 5 kg mengalami jatuh bebas dari posisi A di atas lantai seperti pada gambar.
Jika g = 10 m/, tentukan:
a. Energi potensial di titik A
b. Energi kinetik di titik B
c. Energi mekanik di titik C
Pemecahan :
Diketahui: m = 5 kg
=6m
=2m
=0
g = 10 m/
penyelesaian:
a. E = mg
= 5.10.6
= 300 j
b. E = E
E+E=E+E
1. + EE + mg
300 = E + 5.10.2
300 = E + 100
E = 200j
c. E = E = E = 300
Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis momentum yakni momentum linear dan momentum sudut. Kadang-
kadang momentum linear disingkat momentum. Dirimu jangan bingung ketika membaca buku pelajaran
fisika yang hanya menulis “momentum”. Yang dimaksudkan buku itu adalah momentum linear. Seperti
pada gerak lurus, kita seringkali hanya menyebut kecepatan linear dengan “kecepatan”. Tetapi yang kita
maksudkan sebenarnya adalah “kecepatan linear”. Momentum linear merupakan momentum yang
dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus, sedangkan momentum sudut dimiliki benda-
benda yang bergerak pada lintasan melingkar.
Momentum suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatan gerak benda
tersebut
p = m .v
atau
P = m.v1– m.v0
P adalah lambang momentum, m adalah massa benda dan v adalah kecepatan benda. Sedangkan T adalah
aksi gaya. Momentum merupakan besaran vektor, jadi selain mempunyai besar alias nilai, momentum
juga mempunyai arah. Besar momentum p = mv. Terus arah momentum bagaimana-kah ? arah
momentum sama dengan arah kecepatan. Misalnya sebuah mobil bergerak ke timur, maka arah
momentum adalah timur, tapi kalau mobilnya bergerak ke selatan maka arah momentum adalah selatan.
Bagaimana dengan satuan momentum ? karena p = mv, di mana satuan m = kg dan satuan v = m/s, maka
satuan momentum adalah kg m/s.
Dari persamaan di atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan massa (m) dan kecepatan
(v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum sebuah benda. Demikian juga,
semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda tersebut juga bertambah besar. Perlu anda
ingat bahwa momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan. Jadi walaupun seorang berbadan
gendut, momentum orang tersebut = 0 apabila dia diam alias tidak bergerak. Jadi momentum suatu benda
selalu dihubungkan dengan massa dan kecepatan benda tersebut. kita tidak bisa meninjau momentum
suatu benda hanya berdasarkan massa atau kecepatannya saja.
Jika Partikel dengan massa m bergerak sepanjang garis lurus, gaya F pada partikel dianggap tetap dengan
arah sejajar gerak partikel jadi Jika kecepatan (v) partikel pada t =0 adalah Vo maka kecepatan pada
waktu t adalah
V = Vo + at
( V = Vo + at ) m
Vm = Vo. m + M.at
Vm = Vo.m + F.t
m.V – m.Vo = F.t
Perubahan momentum linear = m.v – m.Vo
Impuls gaya = F.t
Dalam suatu tumbukan, misalnya bola yang dihantam tongkat pemukul, tongkat bersentuhan dengan bola
hanya dalam waktu yang sangat singkat, sedangkan pada waktu tersebut tongkat memberikan gaya yang
sangat besar pada bola. Gaya yang cukup besar dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat ini disebut
gaya impulsif.
Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari hukum ke-2 Newton diperoleh
F = dp/dt
∫ F dt = ∫ dp
I = F dt = p = Impuls
Jika dilihat dengan grafik, impuls dapat dicari dengan menghitung luas daerah di bawah kurva F(t) (yang
diarsir). Bila dibuat pendekatan bahwa gaya tersebut konstan, yaitu dari harga rata-ratanya, Fr , maka:
I = F t = ∆p
Fr= I /t =p/∆t
Misalnya ketika sebuah mobil bergerak di jalan dengan kecepatan tertentu, mobil tersebut memiliki
momentum. Nah, untuk mengurangi kecepatan mobil pasti dibutuhkan gaya (dalam hal ini gaya gesekan
antara kampas dan ban ketika mobil direm). Ketika kecepatan mobil berkurang (v makin kecil),
momentum mobil juga berkurang. Demikian juga sebaliknya, sebuah mobil yang sedang diam akan
bergerak jika ada gaya total yang bekerja pada mobil tersebut (dalam hal ini gaya dorong yang dihasilkan
oleh mesin).Ketika mobil masih diam, momentum mobil = 0. pada saat mobil mulai bergerak dengan
kecepatan tertentu, mobil tersebut memiliki momentum. Jadi kita bias mengatakan bahwa perubahan
momentum mobil disebabkan oleh gaya total. Dengan kata lain, laju perubahan momentum suatu benda
sama dengan gaya total yang bekerja pada benda tersebut. Ini adalah hukum II Newton dalam bentuk
momentum. Newton pada mulanya menyatakan hukum II newton dalam bentuk momentum. Hanya
Hukum II Newton yang menyebut hasil kali mv sebagai “kuantitas gerak”, bukan momentum.
Secara matematis, versi momentum dari Hukum II Newton dapat dinyatakan dengan
persamaan :
∑F= ∆p∆t
∑F= gaya total yang bekerja pada benda
∆p = perubahan momentum
∆t = selang waktu perubahan momentum
Catatan = lambang momentum adalah p kecil, bukan P besar. Kalau P besar itu lambang daya. p dicetak
tebal karena momentum adalah besaran vektor.
Dari persamaan ini, kita bisa menurunkan persamaan Hukum II Newton “yang sebenarnya” untuk kasus
massa benda konstan alias tetap.Sekarang kita tulis kembali persamaan di atas :
∑F= ∆p∆t
Jika Vo = kecepatan awal, Vt = kecepatan akhir, maka persamaan di atas akan menjadi :
∑F= mvt-mv∆t₀
∑F= m(vt-v)∆t₀
∑F= ∆v∆t
∑F= ma
ini adalah persamaan Hukum II Newton untuk kasus massa benda tetap, yang sudah kita pelajari pada
pokok bahasan Hukum II Newton. Di atas sebagai Hukum II Newton “yang sebenarnya”.
Terus apa bedanya penggunaan hukum II Newton “yang sebenarnya” dengan hukum II Newton versi
momentum? Hukum II Newton versi momentum di atas lebih bersifat umum, sedangkan Hukum II
Newton “yang sebenarnya” hanya bisa digunakan untuk kasus massa benda tetap. Jadi ketika
menganalisis hubungan antara gaya dan gerak benda, di mana massa benda konstan, kita bisa
menggunakan Hukum II Newton “yang sebenarnya”, tapi tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan Hukum II Newton versi momentum. Ketika kita meninjau benda yang massa-nya tidak
tetap alias berubah, kita tidak bisa menggunakan Hukum II Newton “yang sebenarnya” (F = ma). Kita
hanya bisa menggunakan Hukum II Newton versi momentum. Contohnya roket yang meluncur ke ruang
angkasa. Massa roket akan berkurang ketika bahan bakarnya berkurang atau habis.
Perlu anda ketahui bahwa Hukum Kekekalan Momentum ditemukan melalui percobaan pada pertengahan
abad ke-17, sebelum eyang Newton merumuskan hukumnya tentang gerak (mengenai Hukum II Newton
versi momentum telah saya jelaskan pada pokok bahasan Momentum, Tumbukan dan Impuls). Walaupun
demikian, kita dapat menurunkan persamaanHukum Kekekalan Momentum dari persamaan hukum II
Newton. Yang kita tinjau ini khusus untuk kasus tumbukan satu dimensi, seperti yang dilustrasikan pada
gambar di atas.
Gambar di atas merupakan gerak sebuah balok di atas suatu permukaan datar tanpa mengguling, dari
posisi 1 ke posisi 2 pada jarak yang sama yaitu sebesar s.
Sedangkan, gerak rotasi dapat didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan bentuk dan lintasan
lingkaran di setiap titiknya. Jadi, benda disebut melakukan gerak rotasi jika setiap titik pada benda itu
(kecuali titik-titik pada sumbu putar) menempuh lintasan berbentuk lingkaran. Sumbu putar adalah suatu
garis lurus yang melalui pusat lingkaran dan tegak lurus pada bidang lingkaran. Contoh gerak rotasi
silahkan lihat gambar di bawah ini.
Gambar di atas merupakan contoh gerak rotasi, di mana setiap titik pada benda yang berotasi bergerak
melingkar mengelilingi sumbu putarnya.
Apa yang menyebabkan suatu benda mengalami gerak translasi dan gerak rotasi? Penyebab suatu benda
mengalami gerak translasi karena adanya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Sedangkan, penyebab
suatu benda mengalami gerak rotasi karena adanya momen gaya (torsi) yang bekerja pada benda tersebut
• MOMEN GAYA
Momen Gaya atau torsi (τ) merupakan besaran yang dipengaruhi oleh gaya dan lengan. Besar momen
gaya didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya yang bekerja dengan lengan yang saling tegak lurus. Dari
definisi tadi dapat dirumuskan:
τ = F . d ; atau ket : τ = Momen Gaya (Nm)
τ = F . d sin θ F = Gaya yang bekerja (N)
d = Panjang lengan (m)
θ = Sudut kontak
• MOMEN INERSIA
Momen Inersia (I) merupakan besaran yang mempunyai nilai tetap pada suatu gerak rotasi. Besaran ini
analog dengan massa pada gerak translasi. Besarnya momen inersia sebuah partikel yang berotasi dengan
jari-jari (R), didefinisikan sebagai hasil kali massa dengan kuadrat jari-jarinya. Dari definisi tadi dapat
dirumuskan:
I = m . R2 ket : I = Momen Inersia (kg m2)
m = Massa Benda (kg)
R = Jari-jari (m)
• GERAK ROTASI
Pada hukum II Newton disebutkan, jika benda dipengaruhi gaya yang tidak nol maka benda itu akan
mengalami percepatan. Apabila Hukum II Newton ini diterapkan pada gerak rotas, maka saat benda
bekerja momen gaya yang tidak bekerja momen gaya yang tidak nol, maka bendanya akan bergerak rotasi
dipercepat. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan hukum II Newton pada gerak translasi dan rotasi
sebagai berikut :
Gerak Translasi : ∑ F = m.a
Gerak Rotasi : ∑ τ = I.α
• MOMENTUM SUDUT
Telah diketahui Besaran Linier (gerak translasi) adalah analog dari besaran sudut (gerak rotasi). Analog
ini juga berlaku pada momentum. Pada gerak translasi benda memiliki momentum linier sedangkan pada
gerak rotasi ada momentum sudut. Dari definisi tadi, dapat disimpulkan :
Linier : p = mv
Sudut : L = Iw
• TITIK BERAT
Titik berat merupakan titik tempat keseimbangan gaya berat yang letaknya tepat pada perpotongan
diagonal benda (bila benda homogen). Dari definisi tersebut maka letak titik berat dapat ditentukan
dengan langkah berikut :
y0 = ∑yw
∑y
Ketika sebuah pegas diberi gaya luar dengan ditarik, maka pegas akan mengeluarkan gaya yang besarnya
sama dengan gaya luar yang menariknya, tetapi arahnya berlawanan (aksi = reaksi). Jika gaya yang
diberikan pegas ini disebut Gaya pemulih pegas (Fp), gaya pemulih ini juga sebanding dengan
pertambahan panjang pegas Δx. Secara matematis dapat
ditulis :
Fp = - K . Δx
Dari persaman persamaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam batas elastisitas benda, gaya F
sebanding dengan pertambahan panjang benda. Pernyataan inilah yang dikenal dengan Hukum Hooke.
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya yang diakibatkan oleh sifat elastisitas suatu
bahan pegas atau peer. Besarnya hukum Hooke akan sebanding dengan ertambahan panjang pegas diukur
dari posisi setimbangnya. Secaara matematis hukum Hooke dapat dituliskan:
F = - k . Δx
Dimana:
F : gaya luar yang diberikan (N)
k : konstante pegas (N/m)
Δx : pertanbahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)
Jika kita menarik ujung sebuah pegas, sementara ujung yang lain terikat tetap, maka pegas akan
bertambah panjang. Pertambahan panjang ini akan sebanding dengan besarnya gaya yang kita berikan.
Hal ini sesuai denganhukum hooke.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Usaha merupakan hasil kali antara gaya yang bekerja dengan perpindahan yang dialami oleh benda.
Satuan usaha dalam SI adalah joule (J). Energi menyatakan kemampuan untuk melakukan usaha. Energi
yang dimiliki oleh benda-benda yang bergerak disebut energi kinetik, sedangkan energi yang dimiliki
oleh benda karena kedudukannya disebut energi potensial.
B. SARAN
Bagi pembaca disarankan supaya makalah ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dalam
rangka peningkatan pemahaman tentang usaha dan energi. Dan bagi penulis-penulis lain diharapkan agar
karya tulis ini dapat dikembangan lebih lanjut guna menyempurnakan makalah yang telah dibuat
sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
40 Douglas C. 2001.
Fisika Jilid I (Terjemahan).
Jakarta : Penerbit Erlangga.Halliday dan Resnick. 1991.
Fisika Jilid I (Terjemahan).
Jakarta : Penerbit Erlangga.Tipler, P.A. 1998.
Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (Terjemahan).
Jakarta : Penebit Erlangga.Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002.
Fisika Universitas (Terjemahan).
Jakarta :Penerbit Erlangga