Anda di halaman 1dari 9

Statistika, Vol. 2, No.

2, November 2014

PEMODELAN ARIMA UNTUK PRAKIRAAN KENAIKAN MUKA


AIR LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP LUAS SEBARAN
ROB TAHUN 2020 DI SEMARANG

1
Dwi Haryo Ismunarti, 2Alfi Satriadi, 3Azis Rifai
1,2,3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Semarang
Alamat e-mail : dwiharyois@gmail.com

ABSTRAK
Muka air laut dalam istilah pasang surut disebut mean sea level (MSL) yaitu rata-rata
jumlah seluruh ketinggian pasang yang diamati. Pemodelan untuk membuat prakiraan
kenaikan muka air laut di Semarang telah banyak dilakukan dengan pendekatan yang
hanya mempertimbangkan pola trend yaitu jika terjadi kenaikan secara sekuler dalam
jangka panjang dari data. ARIMA (autoregressive/integrated/moving average) adalah
metode peramalan meliputi dua hal yaitu analisis pola deret data dan seleksi model yang
paling cocok dengan data. Terdapat 4 pola data deret berkala yaitu : pola horisontal bila
data berfluktuasi disekitar rata-rata, pola musiman bila deret data dipengaruhi faktor
musiman, pola dari deret berkala akan diulang-ulang dalam selang waktu yang tetap,
pola siklis jika deret data dipengaruhi oleh fluktuasi jangka panjang dan pola trend jika
terjadi kenaikan atau penurunan secara sekuler dalam jangka panjang. Model ARIMA
diturunkan berdasarkan SML sementara harian. Data diperoleh dari BMKG Semarang.
Hasil menunjukkan tipe pasang surut di perairan Semarang diklasifikasikan ke dalam
tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda dengan nilai Formzahl 1,12.
Elevasi muka air laut rata – rata (MSL) 59,9261 cm, muka air tinggi tertinggi (HHWL)
117,38 cm dan muka air rendah terendah (LLWL) 24,71 cm. Model terbaik ARIMA
(0,1,1) yaitu Z୲ = (1 − 0,5585B)a୲. Hasil penghitungan deret waktu MSL sejati
tahunan menunjukkan laju kenaikan MSL sejati tahunan di Kota Semarang sebesar 1,42
cm per tahun.

Kata Kunci : kenaikan muka air laut, ARIMA

PENDAHULUAN ketinggian pasang yang diamati. Dalam


hal ini MSL dapat digunakan sebagai
Kota Semarang memiliki wilayah bahan kajian untuk perubahan fluktuasi
pesisir di bagian utara dengan garis muka air laut
pantai sepanjang ±13 km. Dampak Pemodelan untuk membuat prakiraan
kenaikan muka air laut terhadap kota kenaikan muka air laut di Semarang telah
pantai dan permukiman pantai di Kota banyak dilakukan dengan pendekatan
Semarang akan mengalami bencana rob regresi linear. Setiyono dan Ismunarti
yaitu banjir saat air laut pasang dan (2002) memperkirakan kenaikan sebesar
abrasi pantai yang disertai permasalahan 4,01 cm per tahun. Atmodjo (2012)
sosial ekonomi. memperkirakan kenaikan muka air laut
Muka air laut (sea level) sering bertambah 5,3 cm per tahun. Hidayat
disebut juga paras laut. Dalam istilah (2012) memprediksi kenaikan MSL di
pasang surut sering disebut mean sea Semarang sebesar 0,8-1 cm/ tahun.
level(MSL) yaitu rata-rata jumlah seluruh Julzarika ( 2012) memprediksi kenaikan

15
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

muka air laut sebesar 0,8-1 cm/tahun. BMKG Semarang dari tahun 1995 sd
Analisis regresi bisa digunakan 2014. Data berupa pengamatan pasang
sebagai alat untuk meramal, namun surut yang diamati setiap jam dari jam 0
peramalanan variabel respon(variabel sd jam 23 setiap hari.
terikat y) dalam analisis regresi hanya
bisa dilakukan dalam rentang variabel Metode Analisis
prediktor (variabel bebas x) yang ada
dalam model. Dengan demikian analisis ARIMA merupakan metode
regresi seharusnya tidak bisa dipakai peramalan meliputi dua hal yaitu analisis
pola deret data dan seleksi model
untuk meramalkan kejadian untuk waktu
peramalan yang paling cocok. Terdapat 4
yang akan datang (Iriawan dan Astuti,
pola data deret berkala yaitu : pola
2006)
horisontal bila data berfluktuasi disekitar
Permukaan air laut ditentukan melalui rata-rata yang konstan. Deret seperti ini
pengamatan yang terus menerus terhadap dikatakan stasioner terhadap rata-rata.
kedudukan permukaan air laut setiap jam, Pola musiman bila deret data
hari, bulan dan tahun. Time lag adalah dipengaruhi faktor musiman, pola dari
waktu tenggang antara kesadaran suatu deret berkala akan diulang-ulang dalam
peristiwa dengan peristiwa itu sendiri. selang waktu yang tetap. Pola siklis jika
Jika waktu tenggang tersebut tidak sama deret data dipengaruhi oleh fluktuasi
dengan nol dan peristiwa akhir jangka panjang. Pola trend jika terjadi
bergantung pada faktor yang dapat kenaikan atau penurunan sekuler dalam
diketahui dan terjadi sebelumnya maka jangka panjang dari deret data.
diperlukan peramalan untuk menetapkan Autoregressive (AR) adalah semacam
kapan suatu peristiwa akan terjadi atau bentuk regresi yang menghubungkan
timbul. ARIMA (autoregressive/ variable tak bebas (yang diramalkan)
integrated/ moving average) merupakan terhadap nilai-nilai sebelumnya (past
metode statistika yang dikembangkan values) dari variable itu sendiri sebagai
dan diterapkan untuk peramalan oleh Box variable bebas pada selang waktu (time
dan Jenkins. Metode ARIMA merupakan lag) yang bermacam-macam. Suatu
metode peramalan kuantitatif deret model autoregressive akan menyatakan
berkala. Pendugaan masa depan suatu ramalan sebagai fungsi nilai-nilai
dilakukan berdasarkan nilai masa lalu sebelumnya dari deret berkala tertentu.
dari suatu variable dan/atau kesalahan Moving Average (MA) menunjukan
masa lalu. Tujuan peramalannya adalah nilai deret berkala pada waktu ke t yang
menemukan pola dalam deret data dipengaruhi oleh unsur galat pada saat ini
histories mengekstrapolasikan pola dan kemungkinan unsur galat terboboti
tersebut ke masa akan datang pada waktu sebelumnya. Secara model
(Makridakis et al,1999). Metode ARIMA adalah ARIMA(p,d,q) dimana AR=p
dipelajari sebagai alternatif metode untuk ordo dari proses autoregresif, I=d tingkat
membuat prakiraan kenaikan tinggi muka pembeda (degree of differencing) dan
laut. MA=q ordo proses moving average.
Beberapa model yaitu ARIMA(0,0,0)
METODE PENELITIAN yaitu Yt = µ + et merupakan model
acak sederhana, nilai pengamatan waktu
Sumber Data dan Variabel Penelitian ke t yaitu Yt terbentuk atas nilai tengah
dan galat acak yang bersifat bebas dari
Materi yang digunakan dalam waktu ke waktu. Tidak ada aspek AR=0,
penelitian berupa data sekunder dari tidak ada derajad perbedaan (I=0) dan

16
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

tidak ada aspek MA=0. Model surut suatu perairan ditentukan dengan
ARIMA(0,1,0) yaituYt = Yt -1 + et menggunakan bilangan Formzahl yang
merupakan model acak yang tak stasioner merupakan perbandingan amplitudo
terhadap nilai tengah atau nilai tengahnya komponen harian dengan komponen
berubah dari waktu ke waktu dan tidak tengah harian (Pariwono dalam
stasioner terhadap ragam data. Nilai Yt Ongkosongo dan Suyarso, 1989)
bergantung pada Yt-1. Tidak ada aspek Formzahl adalah:F= (K_1+ O_1)/(M_2+
AR=0, memerlukan pembeda ordo S_2 )
pertama(I=1) untuk menghilangkan Paras laut atau sering pula disebut
ketidakstasioneran pada nilai tengah, muka air laut atau mean sea level (MSL)
tidak ada aspek MA=0. ARIMA(1,0,0) adalah rata-rata ketinggian permukaan
merupakan model autoregresif ordo satu laut untuk semua tingkatan pasang. Muka
yang stasioner. Ada aspek AR=1. Nilai air laut (MSL) dihitung berdasarkan rata-
pengamatan Yt bergantung pada Yt -1. rata pasang tinggi dan pasang rendah
Koefisien autoregresif bernilai -1< ¢ < +1 selama periode tertentu.
persamaan model adalah Yt = ¢ Yt -1 + Dalam survey hidrografi dikenal
µ’ + et. ARIMA (1,0,1) merupakan istilah MSL sementara dan MSL sejati.
model campuran aspek AR dan MA MSL sementara dibedakan menjadi MSL
dikombinasikan untuk mendapatkan sementara harian dan MSL sementara
model campuran untuk AR=1 dan MA=1 bulanan. MSL sementara harian
diperoleh model ARIMA(1,0,1) yaitu Yt ditentukan melalui pengamatan terhadap
= ¢ Yt - 1 + µ’ + et - € 1 et -1 .Yt kedudukan muka air laut setiap jam
bergantung pada satu nilai sebelumnya selama satu hari dari jam 00.00 sampai
yaitu yt–1 dan satu nilai galat 23,00 sehingga diperoleh 24 data
sebelumnya et -1. Deret diasumsikan pengamatan. MSL sementara bulanan
stasioner pada nilai tengah dan ditentukan melalui rata-rata MSL harian
ragamnya. selama waktu 1 bulan. MSL sejati
Pasang surut adalah fluktuasi muka air merupakan MSL tahunan besarannya
laut sebagai fungsi waktu karena adanya ditentukan dari MSL bulanan untuk satu
gaya tarik benda-benda di langit, tahun Ongkosongo dan Suyarso ( 1989).
terutama matahari dan bulan terhadap Beberapa studi menunjukkan
massa air laut dibumi. Pasang surut air kedudukan muka air laut cenderung
laut merupakan gejala fisik yang selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring
berulang dengan periode tertentu dan dengan meningkatnya suhu udara global.
pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh Peningkatan suhu udara mempercepat
masuk kearah hulu dari muara sungai melelehnya es di kutub sehingga akan
(Ongkosongo dan Suyarso, 1989). menambah volume air di laut.
Bentuk pasang surut di berbagai Intergovermental Panel on Climate
daerah tidak sama. Secara umum pasang Change (IPCC) memperkirakan kenaikan
surut di berbagai daerah dapat dibedakan suhu udara dari tahun 1990 -2100 sekitar
empat tipe, yaitu pasang surut harian 2oC – 4,5oC dan kenaikan muka air laut
tunggal (diurnal tide), harian ganda mencapai 23-96 cm ( IPCC, 2001).
(semidiurnal tide) dan dua jenis Soebandono (2009) melakukan studi
campuran. Pasang surut campuran pemodelan hilangnya massa gletser dan
condong ke harian ganda (mixed tide tutupan es akibat peningkatan temperatur.
prevelailing semidiurnal tide). Pasang Pengurangan massa gletser menyebabkan
surut campuran condong ke harian naiknya muka laut rata-rata sebesar 30 sd
tunggal (mixed tide prevelailing diurnal 40 cmper tahun.
tide) (Soeprapto, 2001). Bentuk pasang

17
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

Model matematika ARIMA Tabel 1. Nilai amplitudo (A) dan kelambatan


diturunkan menggunakan program fase (g0)
MINITAB. Grafik akan membantu S0 M2 S2 N2 K1
menetapkan perilaku pola data. A 59,
10,14 9,85 6,04 22,63
cm 9
Periodogram dan analisis spectral untuk g0
257,1 146,5 223,2 353,3
menetapkan keacakan dan pola musiman 0
cm 7 1 5 9
data deret berkala dan juga untuk
mengenali autokorelasi yang positif atau Tabel 2. Nilai amplitudo (A) dan kelambatan
negative. Grafik autokorelasi untuk fase (g0)
menentukan kestasioneran data. Sebuah O1 M4 MS4 K2 P1
deret data adalah stsioner jika sifat A
7,95 0,27 0,04 2,66 7,47
statistiknya bebas dari waktu periode cm
0
g
selama pengamatan. Apabila grafik cm
241,98 190,71 156,28 146,51 353,39
autokorelasi menunjukkan penurunan
cepat ke nilai nol mengindikasikan data Berdasarkan hasil analisis dengan
stasioner.Jika nilai positif dan tidak menggunakan metode Admiralty
menuju ke nol mengindikasikan data didapatkan nilai Formzhal = 1,53. Nilai
tidak stasioner. Jika data tidak stasioner 1,53 menunjukkan bahwa tipe pasang
dilakukan pembedaan hingga diperoleh surut di perairan Semarang
deret yang stasioner. diklasifikasikan ke dalam tipe pasang
surut campuran condong ke harian
HASIL PENELITIAN tunggal (Pariwono dalam Ongkosongo
dan Suyarso, 1989). Hal ini berarti dalam
satu hari cenderung terjadi satu kali
Analisis Harmonik Pasang Surut pasang dan satu kali surut. Akan tetapi
Berdasarkan data pengamatan pasang kadang –kadang terjadi dua kali pasang
surut bulan Nopember 2014 diperoleh dan dua kali surut dengan tinggi daan
nilai-nilai elevasi muka air laut rata – rata periode yang berbeda (Soeprapto, 2001).
bulanan (MSL) 59,9 cm, muka air tinggi Hasil tersebut sesuai dengan peta
tertinggi (HHWL) 120,59 cm dan muka sebaran pasang surut di Perairan
air rendah terendah (LLWL) 0,79 cm. Indonesia dan Sekitarnya (Triatmodjo,
Nilai amplitudo dan kelambatan fase 2005)
diperoleh dengan menggunakan metode
Admiralty disajikan pada Tabel 1 dan 2.

140
TINGGI MUKA AIR LAUT (CM)

120
100
80
60
40
20
0
-20 Elevasi Pasang Surut

WAKTU PENGAMATAN
Gambar 1. Tinggi muka air laut (cm) di Perairan Semarang Bulan Nopember 2014

18
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

Analisis Kenaikan Muka Air Laut pengujian menggunakan grafik ACF


Analisis kenaikan muka air laut dan (Autocorrelation Function) dan grafik
peramalannya digunakan ARIMA.Data PACF ( Partial Autocorrelation
pasang surut yang digunakan dalam Function). Stasioner terhadap varian
penelitian ini adalah data tahun 1995 sd artinya varian deret pengamatan
2014 yang diperoleh dari BMKG homogen sepanjang waktu. Pengujian
Maritim Kota Semarang. Kedudukan ketidakstasioneran data terhadap varian
muka air laut rata-rata atau mean sea dilakukan menggunakan grafik dan
level (MSL) yang digunakan adalah MSL statistik Box-Cox.
sementara harian yaitu rata-rata Autocorrelation Function for pasang
kedudukan muka air laut harian yang (with 5% significance limits for the autocorrelations)

1,0
diperoleh dari rata-rata pengamatan 0,8
0,6
setiap jam selama 1 hari dari jam 00.00 0,4

Autocorrelation
sd jam 23.00. 0,2
0,0
-0,2
-0,4
120
-0,6
-0,8

100 -1,0

1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lag
MSL harian (cm)

80
Gambar 3. Grafik ACF
60

Partial Autocorrelation Function for pasang


(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
40
1,0
0,8
20
0,6
Partial Autocorrelation

0,4
0 0,2
Tahun 1995 sd 2014 0,0
-0,2
Gambar 2. MSL Sementara Harian Perairan -0,4
-0,6
Semarang tahun 1995-2014 -0,8
-1,0

1 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 2. menunjukkan adanya Lag

Gambar 4. Grafik PACF


peningkatan nilai MSL seiring dengan
bertambahnya waktu artinya ada tren
yang naik dari MSL sementara harian Gambar 4 grafik ACF (biru) dengan
dari tahun 1995 sd 2014. Sekitar tahun selang kepercayaan untuk α=0,05
2011 ada penurunan yang tajam dari (merah). ACF menunjukkan nilai
MSL sementara harian. Kondisi tersebut autokorelasi signifikan positif (di atas
dalam analisis deret waktu ( time series) garis merah). Nilai autokorelasi
mengindikasikan adanya cenderung terjadi penurunan secara
ketidakstasioneran data terhadap nilai eksponensial pada korelasi positif hal ini
tengah. Untuk itu perlu dilakukan menunjukkan ketidakstasioneran data
transformasi terhadap data dengan terhadap nilai tengah dan data tidak
melakukan differencing. memenuhi asumsi yaitu stasioner
Asumsi dari analisis deret waktu terhadap nilai tengah. Korelasi yang
adalah data harus stasioner terhadap nilai selalu positif menunjukkan tidak ada pola
tengah dan data harus stasioner terhadap musiman pada data artinya tidak ada
varian. Stasioner terhadap nilai tengah pengulangan pola time series yang
artinya proses deret waktu tidak berubah berulang pada rentang waktu tertentu.
seiring dengan berubahnya waktu. Rata- Gambar 3 grafik PACF terlihat adanya
rata deret pengamatan konstan sepanjang potongan atau cut off yang signifikan
waktu. Secara statistik ketidakstasioneran pada lag 1 dengan nilai yang semakin
data terhadap nilai tengah dilakukan menurun mendekati nol. Untuk itu

19
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

diperlukan differencing terhadap data dilakukan transformasi. Pendugaan


untuk mendapatkan data yang stasioner parameter model dan pengujian
terhadap nilai tengah. dilakukan untuk menguji signifikan
Pengujian ketidakstasioneran dalam koefisien parameter pada model.
varian digunakan grafik Box Cox. Pendugaan model dilakukan berdasarkan
Gambar 5 terlihat bahwa nilai λ = 0,38 lag pada plot ACF dan PACF.
menunjukkan data belum stasioner dalam Hipotesis :
H0 : ˆ = 0 (parameter tidak signifikan
varian. Selanjutnya agar data menjadi
stasioner dalam varian dilakukan
terhadap model) dan
transformasi pangkat ൫‫ݔ‬௧଴,ଷ଼
ଷ଼
൯.
H1: ˆ ≠ 0 (parameter signifikan terhadap
model).
Taraf signifikansi  = 5%. Dengan
ˆ
statistik Uji : T hitung 
se (ˆ )
dimana ˆ adalah nilai estimasi dari suatu
parameter pada model ARIMA
(mencakup ϕ dan θ). Kriteria uji: tolak H0
jika T hitung > t α/2; df atau P.value <
<.
Gambar 4. Grafik Box-Cox
Box
Tabel 3. Estimasi Parameter Model
Model Parameter Estimate Std.Error

ARIMA
Ø1 -0,4166
0,4166 0,0151
(1,1,0)
ARIMA
θ3 0,5585 0,0137
(0,1,1)

Tabel 4. Uji Signifikansi Parameter Model


Para
P Keputu
Model mete T value MSE
Gambar 5. Grafik Box-Cox dengan transformasi value san
r
pangkat ൫‫ݔ‬௧଴,ଷ଼൯
ARIMA H0
Ø1 -27,67 0,00 0,03
(1,1,0) ditolak

ARIMA H0
θ3 40,65 0,00 0,029
(0,1,1) ditolak

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 dapat


disimpulkan bahwa kedua model
ARIMA (1,1,0) dan ARIMA (0,1,1)
semua parameter model memenuhi uji
Gambar 6. Grafik Uji asumsi data hasil signifikansi parameter karena semua
transformasi p.value kurang dari α=5% artinya
kesalahan untuk menerima koefisien
Pendugaan parameter model tersebut tidak sama dengan nol kurang
selanjutnya digunakan data yang telah dari 5%. Sehingga hipotesis H0 ditolak.

20
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

Dari kedua model tersebut dipilih model kenaikan MSL sejati tahunan di Kota
yang paling tepat yaitu dengan nilai MSE Semarang sebesar 1,42 cm per tahun.
(mean squre error) terkecil yaitu ARIMA
(0,1,1). Dari tabel 3 dan 4 model yang Tabel 5. MSL sejati tahunan
terbentuk untuk data MSL sementara Tahun MSL tahunan (cm)
harian adalah sebagai berikut:ܼ௧ =
(1 − 0,5585‫ܽ)ܤ‬௧ 2012 52,39958
2013 59,85635
Peramalan MSL sementara harian
2014 62,35352
Hasil ramalan MSL sementara harian
berdasarkan model ARIMA (0,1,1) di 2015 63,10586
perairan Kota Semarang sampai dengan
2016 63,85791
tahun 2020 dapat dilihat pada grafik
Gambar 7. Gambar menunjukkan adanya 2017 64,60893
peningkatan nilai MSL seiring dengan 2018 65,35996
bertambahnya waktu artinya ada tren
yang naik dari MSL sementara harian 2019 66,19375
dari tahun 2014 sampai tahun 2020. 2020 66,9992
Untuk selanjutnya hasil peramalan MSL
sementara harian dipergunakan untuk
menentukan MSL sejati atau MSL
70
tahunan. MSL sejati atau MSL tahunan
adalah MSL untuk satu tahun (Tabel 5) Variable
Actual
dan untuk menghitung laju kenaikan 65 Fits
MSL tahunan ( cm)

MSL tahunan. MSL sejati terdapat pada


Gambar 8 60 MSL t = 55.67 +1.42*t

55
120 Accuracy Measures
MAPE 2.66684
MAD 1.58180
100 MSD 4.10994
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9
80 tahun ke t
MSL (cm)

60 C5 Gambar 8. MSL tahunan Perairan Semarang


data
ramalan sampai dengan tahun 2020
40

20
KESIMPULAN
0
tahun 1995 sd 2020 Model deret waktu terbaik dari mean
Gambar 7. Data dan Peramalan MSL sementara sel level (MSL) sementara harian Kota
harian Semarang ARIMA (0,1,1) adalah
ܼ௧ = (1 − 0,5585‫ܽ)ܤ‬௧. Dari prakiraan
berdasarkan model diperoleh ada
Gambar 8 menunjukkan MSL tahunan kecenderungan nilai MSL yang semakin
perairan Kota Semarang sampai dengan meningkat setiap tahun. Besarnya laju
tahun 2020. Gambar menunjukkan kenaikan MSL tahunan adalah 1,42 cm
adanya peningkatan nilai MSL setiap per tahun. Pada tahun 2020 MSL
tahunnya. Hasil penghitungan deret mencapai 66,99 cm.
waktu tahunan menunjukkan laju

21
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

Data yang diperoleh dari BMKG Lingkungan Binaan Indonesia vol 1


seolah-olah ada dua kelompok sebaran no 1 juli 2012
data yang terpisah yaitu data sebelum [3] Iriawan, N dan S.P. Astuti, 2006.
tahun 2011an dan data setelah tahun Mengolah Data Statistik dengan
2011. Dalam pemodelan hal ini akan Mudah Menggunakan MINITAB.
mengganggu ketepatan model, terutama Penerbit ANDI, Yogyakarta
model berdasarkan least square. Dalam [4] Julzarika, A. Pemodelan 3D Kota
model ARIMA hal ini sedikit teratasi Semarang Terhadap Kenaikan
karena proses differencing untuk Muka Air Laut dengan Citra Satelit
memenuhi asumsi kestasioneran data SPOTS. Lembaga Penerbangan dan
terhadap nilai tengah. Diperlukan Antariksa Nasional (LAPAN)
transformasi data untuk “menyatukan” [5] Makridakis,S, S.C. Wheelwright
sebaran data sebelum dilakukan and V.E. McGee. 1999. Metode
pemodelan. dan Aplikasi Peramalan. Ed
Terjemahan H. Suminto. Binarupa
UCAPAN TERIMA KASIH Aksara.Jakarta.
[6] Oktavia, M.I., S. Parman dan D. L.
Artikel ini merupakan bagian dari Setyowati. 2012 Analisis Sebaran
penelitian dengan judul : Pemodelan Genangan Pasang Air Laut (Rob)
ARIMA untuk Prakiraan Kenaikan Muka Berdasarkan High Water Level dan
Air Laut dan Dampaknya terhadap Luas Dampaknya pada Penggunaan
Sebaran Rob Tahun 2020 di Semarang Lahan di Kecamatan Semarang
dengan sumber dana PNBP Fak. Utara. Geo Image vol : 1 no: 1
Perikanan dan Ilmu Kelutan UNDIP (2012)
tahun 2014 untuk itu ucapan terima http://journal.unnes.ac.id/sju/index.
kasih disampaikan kepada Dekan FPIK php/geoimage
UNDIP. Terimakasih juga disampaiakn [7] Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso,
kepada Rifki Kurnia Rahman,S.Kel dan 1989. Pasang Surut. Pusat
Tiani Wahyu Utami, S.Si, M.Si untuk Penelitian dan Pengembangan
keterlibatannya dalam penelitian ini. Oseanologi (P3O LIPI Jakarta.
Terimakasih juga disampaikan kepada [8] Pariwono, J.I. 1985. Kondisi
para reviewer sehingga menjadikan Pasang Surut di Indonesia. Hal: 135
artikel ini lebih baik. – 147, Ongkosongo, O.S.R dan
Suyarso. 1989. Pasang Surut. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Oseanologi (P3O) LIPI, Jakarta.
[9] Pariwono, J.I. 1989. Gaya
[1] Atmodjo, W. 2012. Analisis Penggerak Pasang Surut dalam
Kenaikan Muka air Laut di Ongkosongo dan Suyarso. Pasang
Perairan Utara Jawa (Studi Kasus Surut. Lembaga Ilmu Pegetahuan
Jakarta dan Semarang) Indonesia. Jakarta
Menggunakan Data Altimetri [10] Poerbandono dan Djunasjah, E.
Satelit Jason 1. BuletinOseanografi 2005. Survei Hidrografi. PT.
Marina. Vol 1 no 2 Januari 2012 Refika Aditama, Bandung.
[2] Hidayat,H. 2012. Analisis [11] Sarbidi. 2003 Pengaruh Rob pada
Pengembangan Kawasan Pesisir Permukiman Pantai (kasus
Berbasis Mitigasi Sea Level Rise Semarang). Prosiding : Kerugian
(Kenaikan Muka Air Laut). Jurnal pada Bangunan dan Kawasan

22
Statistika, Vol. 2, No. 2, November 2014

Akibat Kenaikan Muka Air Laut


pada Kota-Kota Pantai di Indonesai
[12] Setiyono, H dan D.H. Ismunarti.
2002. Menghadapi Tantangan
Perubahan Kenaikan Muka Air
Laut. Majalah Kelautan Abyss
Universitas Diponegoro. Ed. No. 1
tahun X Juli 2002
[13] Soeprapto. 2001. Survei
Hidrografi. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta,
[14] Triatmodjo, B. 1999. Teknik
Pantai. Beta Offset, Yogyakarta

23

Anda mungkin juga menyukai