OLEH
PUJI PRIHANDAKA, S.Kep Ns.
NIP. 19680909 198901 1 002
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang
terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,
obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH),
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta
di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Indonesia
masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk
menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.
Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler
merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan
sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. Dari
hasil catatan kegiatan posyandu lansia yang dilakukan satu bulan sekali
di banjar bumi santhi, terdapat 7 lansia menderita hipertensi dari 20
orang lansia yang berobat.
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti
stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah
jantung) dan left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan
target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab
utama stroke yang membawa kematian tinggi. Menurut Gunawan (2001)
penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari
perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
3
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, lansia dan keluarga
mengetahui tentang penyakit hipertensi dan penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, diharapkan
sasaran penyuluhan dapat mengetahui tentang:
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Tanda dan gejala Hipertensi
d. Perawatan keluarga pada lansia Hipertensi
e. Pencegahan Hipertensi
f. Komplikasi Hipertensi
C. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
1. Judul Kegiatan
“Penyuluhan Penyakit Hipertensi”.
2. Peserta
4
8. Setting Acara
No ACARA METODE WAKTU
1 Pembukaan
a. Salam dan pembukaan Ceramah 10 Menit
b. Menjelaskan tujuan
pertemuan
2 Pelaksanaan Ceramah,
a. Kegiatan penyuluhan Tanya jawab 20 Menit
tentang Hipertensi (diskusi)
b. Tanya jawab
3 Penutup
a. Menyimpulkan hasil Ceramah 10 menit
penyuluhan
b. Salam penutup
9. Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa
Peserta
1. 10 Pembukaan :
Menit a. Mengucapkan salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan Tim Memperhatikan
Penyuluhan Puskesmas
Batulenger
c. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
d. Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
2. 20 Kegiatan Inti :
menit a. Memberikan penyuluhan Memperhatikan
tentang Hipertensi
b. Menggali persepsi peserta/
Mengemukakan
masyarakat
pendapat
c. Membuka pertanyaan/ diskusi
Mengemukakan
dengan masyarakat
d. Memberikan reinforcement pendapat
6
Keterangan :
: Penanggung Jawab
: Moderator
: Presenter
: Pembimbing
: Fasilitator
: Observer
: Masyarakat
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah
diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg (Brunner
and Suddarth, 2002). Menurut WHO yang dikutip oleh Slamet Suyono
(2001:253) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau lebih dari 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastolik
140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
Menurut Jan A. Staessen, et.al., Seseorang dikatakan hipertensi
apabila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah
diatolik (TDD) ≥ 90 mmHg. Menurut Kaplan :
a. Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah pada waktu berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg.
b. Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darahnya diatas 145/95 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg
dinyatakan hipertensi.
B. Penyebab Hipertensi
Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
9
tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga
akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah
rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan
darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak
lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400
mg/hari. Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan
antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu.
Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi
cairan yang meningkatkan volume darah.
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak
jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan
kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama
lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman
dapat menurunkan tekanan darah.
4) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai
untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang
telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam
seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun
beragam, secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh
berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan
asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin,
cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut
lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan berbeda
adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ
yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi
asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa
13
mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan
minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ.
Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa
menjadi rusak karena minyak goreng tidak tahan terhadap panas.
Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai
tambah hanya pada gorengan pertama saja, selebihnya minyak
tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya omega-3 yang
diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak
berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin
kemudian dipakai untuk menggoreng kembali, karena komposisi
ikatan rangkapnya telah rusak. Minyak goreng terutama yang dipakai
oleh pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali,
tidak peduli apakah warnanya sudah berubah menjadi coklat tua
sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup sederhana yaitu
demi mengirit biaya produksi. Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi
mereka yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi
dianjurkan untuk membatasi penggunaan minyak goreng terutama
jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang
berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat
memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah
tinggi dan lain-lain.
5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi
belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu
sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari
pada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Ali
Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei
menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat
alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol
dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
14
4. Menghilangkan stres
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk
menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat
perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban
stres.
Perubahan-perubahan itu ialah:
a. Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk
kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau
kita terpaksa harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu
janji atau aktifitas.
b. Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
c. Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Siapkan cadangan untuk keuangan
e. Berolahraga.
f. Makanlah yang benar.
g. Tidur yang cukup.
h. Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda
stres.
i. Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
j. Binalah hubungan sosial yang baik.
k. Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan
kritis atau negatif terhadap diri sendiri. Sediakan waktu untuk hal-hal
yang memerlukan perhatian khusus.
l. Carilah humor.
m.Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
3. Timun
Tanaman mentimun mengandung zat saponin, protein, Fe atau zat besi,
sulfur, lemak, kalsium, vitamin A, vitamin B1, dan juga vitamin C.
berbagai zat ini bersifat porgonik yang disinyalir mampu menurunkan
tekanan darah dalam tubuh. Menurut penelitian Zauhani, pemberian jus
mentimun sebanyak 100 gram kepada lansia selama lima hari mampu
menurunkan hipertensi. Cara pembuatan minuman herbal ini yaitu
dengan memblender 100 gram mentimun yang diberi 100 cc air tanpa
diberi tambahan apapun 3 kali dalam sehari.
4. Seledri
Tanaman seledri (Apium Graveolens Linn) varietas secalinum
mengandung berbagai zat aktif antara lain flavonoid (apigenin), senyawa
butyl phthalide, dan kalium yang mempunyai efek menurunkan tekanan
darah. Menurut penelitian Upik Rahmawati (2010), pemberian jus seledri
kepada ibu rumah tangga usia 40-60 tahun mampu menurunkan
hipertensinya. Sedangkan menurut penelitian Tantya Marlien (2009)
pemberian air rebusan seledri pada wanita dewasa selama 3 hari
mampu menurunkan hipertensi secara signifikan. Cara membuat
minuman herbal ini yaitu dengan mencuci bersih seledri dan
ditambahkan air bersih secukupnya kemudian direbus. Setelah mendidih
air rebusan disaring dan diminum sehari tiga kali sebanyak dua sendok
makan.
Penatalaksanaan Farmakologis
penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat
antihipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan mencegah terjadinya
stroke pada lansia usia 70 tahun atau lebih.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi
sebagian besar lansia dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan
secara titrasi sesuai umur dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif
selama 24 jam dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih
baik, lebih murah dan dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar,
dan melindungi lansia terhadap risiko dari kematian mendadak, serangan
jantung, atau stroke akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun
tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah
Kombinasi 2 obat dari golongan yang berbeda ini terbukti memberikan
efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping. Setelah diputuskan untuk
untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih
golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon tidak
baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik
biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain.
Jika tambahan obat yang kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik
minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui
penurunan dosis secara perlahan dan progresif.
Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik
dapat berdampak pada :
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian
jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen
ke otak. Biasanya kasus ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit (complete stroke)
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot
26
DAFTAR PUSTAKA
Tim Editor. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Pusat
Penerbitan
Zulkifli Amin, Asril bahar. 2006. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam.
Jakarta: UI