Putri Wahyuni Indriaty-Fst PDF
Putri Wahyuni Indriaty-Fst PDF
Skripsi
Oleh
106097003258
JAKARTA
2010
ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B
Skripsi
Sarjana Sains
Oleh:
106097003258
JAKARTA
2010
i
ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B
Skripsi
oleh
NIM 106097003258
Menyetujui
Mengetahui
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG” yang ditulis oleh Putri
Wahyuni Indriaty dengan NIM 106097003258 telah diuji dan dinyatakan lulus
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 5 Januari 2011. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
iii
LEMBAR PERNYATAAN
MANAPUN.
106097003258
iv
ABSTRAK
Hingga saat ini Indonesia masih mengalami krisis energi. Salah satu usaha
pembangkit listrik yang baru dan mengoptimalkan pembangkit yang ada. Adapun di
dalam siklus PLTU membutuhkan air demineralisasi diperoleh dari air tawar, maka
peran desalination plant sangat dibutuhkan untuk menyediakan air tawar. Peran
desalination plant tersebut yang menjadi latar belakang dari tugas akhir yang berjudul
Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.
Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara
Karang ini dilakukan dengan mengamati proses evaporasi dan kondensasi yang
berada di desalinasi tersebut. Adapun peralatan utama yang terkait dalam proses
desalinasi tersebut adalah Evaporator, Main Ejector, Vent Ejector, Ejector Condenser,
Centrifugal Pumps, Scale Inhibitor, dan Anti Foam. Prinsip kerja analisis efisiensi
Setelah melakukan pengamatan, maka didapatkan hasil yang berupa biaya air
produk. Dimana biaya air produk tersebut diperoleh dari hasil produksi operasi
desalinasi dari seluruh kemampuan total. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Analisis
v
ABSTRACT
Until now, Indonesia is still experiencing an energy crisis. One of the efforts
that have been made by the Government is to build new power generation facilities
and optimize the existing plant. As in the cycle od demineralization plant needs water
is obtained from fresh water, then the role of the desalination plant is needed to
provide fresh water. The role of desalination plant, which became the backdrop of
final project titled Desalination Plant Efficiency Analysis Unit 1 B PT. Pembangkit
Desalination plant Efficiency Analysis Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP.
the Evaporation, the Main Ejector, Vent Ejector, Ejector Condenser, Centrifugal
Pumps, Scale Inhibitor, and Anti – Foam. The working principle desalination plant
efficiency analysis is the calculation based on the operating costs of desalination plant.
After making observations, then the results obtained in the form of cost of
product water. Where the cost of the product water obtained from the production
operation of the entire ability total desalination. It can be concluded that the
Desalination Plant Efficiency Analysis has been to get the needed results.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahhirohmannirrohim,
berkat rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan lahir dan batin
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan menyusun laporan ini
Tugas akhir ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan
Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari keterlibatan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
rasa terima kasih dan penghargaan sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Papa, Mama, Mba Ajeng, Mbah dan Soni tercinta yang telah memberikan
perhatian, semangat, motivasi, saran serta doa yang tiada kunjung henti
vii
2. Mas Wingga yang tersayang, yang telah memberikan kesempatan kuliah
Jakarta.
3. Bapak Drs. Sutrisno, M. Si, selaku Ketua Prodi Fisika UIN Syarif
4. Bapak Arif Tjahjono, M.Si, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah
Akhir.
motivasi, saran serta doa yang tiada kunjung henti kepada penulis dalam
Agus, Bachtiar, Dani Adjie, Cindika, Iiz, Iif, Dewi, Irwansyah, Rinan,
Ana, Absori, Adzkia, Agung, Rusman, Devi, dan Ida yang selalu
viii
8. Seluruh dosen dan staff Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
9. Uwa Dewi, Uwa Alfa, Teh Mira, dan Mita yang telah membantu dan
Akhir.
10. Om Okas, Tante Lia, Jericho, dan Anggi yang selalu membantu dan
11. Seluruh operator desalinasi unit 1 B PT. PJB UP Muara Karang Jakarta,
khususnya Mas Luluk, Mas Hadi dan Mas Oky yang telah banyak
12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
Semoga kepada semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan
Tiada harapan dari penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................... v
ABSTRACK ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
x
2.1.2 Multi Stage Flash (MSF) ....................................................... 14
3.3.1 Evaporasi............................................................................. 44
xi
3.3.3 Vent Ejector ........................................................................ 44
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.2 Saran.................................................................................................... 63
LAMPIRAN ............................................................................................. 66
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan yang ada. Namun
keterbatasan daya listrik yang ada, walaupun Pemerintah melalui PT. PLN
Hingga saat ini Indonesia masih mengalami krisis energi. Hal ini ditandai
dengan pemadaman secara bergilir yang masih terus terjadi. Masalah krisis listrik
merupakan masalah yang sangat serius, sehingga harus segera dicarikan solusinya.
Salah satu usaha yang telah dilakukan Pemerintah adalah dengan membangun
yang telah ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional saat ini diperlukan
pasokan listrik sekitar 3.000 MW pertahun, hal ini sangat memerlukan investasi
menyediakan energi listrik maka PLN membentuk dua anak perusahaan dibidang
pembangkit listrik yaitu Indonesia Power dan PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB).
PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) membentuk enam anak perusahaan dibidang
1
PT. Pembangkit Jawa Bali yang ada di Muara Karang memiliki dua unit
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari unit IV dan unit V. Dan dua
unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yaitu blok 1 terdiri dari 3
PLTG dan 1 PLTU, blok 2 terdiri dari 2 PLTG dan 3 PLTU. Dalam penelitian ini
hanya difokuskan di PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) Muara Karang khususnya
Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang terdapat di blok 2. Pada PLTU memiliki
peralatan utama dan peralatan tambahan. Peralatan utama meliputi bolier, turbin,
agar alat – alat pada siklus PLTU tidak terjadi korosi (berkarat). Sebelum
memperoleh air demineralisasi terlebih dahulu yang dibutuhkan adalah air tawar.
Dikarenakan sulitnya mendapatkan air tawar dan untuk menyediakan air tawar
dalam jumlah besar, maka di dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap peran
desalinasi sangat diperlukan untuk menyediakan air tawar sebagai bahan baku
produksi listrik.
Desalinasi atau Desal adalah Plant yang digunakan untuk mengolah air
laut untuk dijadikan air tawar / air baku produksi. Air tawar tersebut diperoleh
dengan cara evaporasi. Untuk memperoleh air tawar yang maksimal, maka
2
dan kesempurnaan evaporasi dalam desalinasi secara tidak langsung dapat
meningkatkan jumlah air baku yang dibutuhkan PLTU. Oleh karena itu, sangat
B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang, sehingga evaporasi dan
kondensasi dapat terus terjadi sempurna dan air tawar yang dihasilkan akan
maksimal.
sistem desalinasi pada unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang.
Apakah air baku yang dihasilkan oleh desalinasi lebih murah daripada air yang di
3
1.5 Batasan Masalah
1. Plant yang dijadikan objek studi adalah desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit
Pada penulisan laporan Tugas Akhir ini, dapat dibuat urutan bab serta isinya
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang pendahuluan dengan substansi : latar belakang,
penulisan.
4
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan secara keseluruhan sistem kerja metode penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang permasalahan dan pembahasan dengan substansi hasil
pengolahan data.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan yang diperoleh dari penguji sistem dan pengambilan
data selama penelitian berlangsung, selain itu juga penutup memuat saran untuk
5
BAB II
LANDASAN TEORI
berfungsi untuk menghasilkan air tawar yang berasal dari air laut melalui proses
evaporasi dan kondensasi. Desalination Plant terdiri atas dua bagian utama yaitu
flashing stage dan brine heater. Flashing stage merupakan sebuah chamber
kondensasi ini sangat bergantung pada temperatur air laut yang berasal dari brine
heater (top brine temperature). Untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan
maka top brine temperature perlu untuk dijaga agar tetap stabil. Di dalam unit
pembangkit peran Desal sangat diperlukan karena menyediakan air sebagai bahan
6
Gambar 2.1 Skema Desalinasi
jenis desalinasi Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED -
TVC). Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC)
Evaporator
7
dan mengkondensasikan uapnya.
Main Ejector
Pemvakuman yang terjadi pada saat vakum mencapai – 0,89 BarG di effect,
tawar.
Vent Ejector
Setelah proses filling, kemudian yang terbuka pertama kali dalam pembukaan
vakum adalah vent ejector. Pemvakuman yang terjadi di heater akan terbuka pada
Ejector Condenser
pada saat mencapai – 0,55 BarG, agar memaksimalkan air laut yang terkondensasi
8
Centrifugal Pumps
meningkatkan dan laju alir tekanan dari suatu fluida. Pompa sentrifugal adalah
jenis yang paling umum digunakan pompa untuk memindahkan cairan melalui
sistem perpipaan.
Suatu larutan kimia yang akan diinjeksikan ke air laut agar tidak terjadi
korosi (kerak).
Anti Foam
Suatu bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air laut agar menghilangkan
digunakan untuk air laut desalinasi. Ini terdiri dari beberapa tahapan atau ”effect”.
Dalam setiap tahap air umpan (feed water) dipanaskan oleh uap di tabung.
9
Sebagian air menguap, dan uap ini mengalir ke dalam tabung tahap berikutnya,
pemanasan dan penguapan air lebih banyak. Setiap tahap dasarnya menggunakan
kembali energi dari tahap sebelumnya. Tabung dapat tenggelam dalam air umpan
(feed water) disemprotkan di atas bank tabung horizontal, dan kemudian menetes
dipisahkan oleh dinding tabung, dengan sumber panas di satu ujung dan heat sink
di ujung yang lain. Setiap ruang terdiri dari dua subspaces berkomunikasi, bagian
luar tabung n stage dan bagian dalam tabung dalam tahap n + 1. Setiap ruang
memiliki suhu yang lebih rendah dan tekanan daripada ruang sebelumnya., dan
dinding tabung memiliki suhu penengah antara suhu dari cairan disetiap sisi.
Tekanan dalam ruang tidak dapat berada dalam ekuilibrium dengan temperatur
terlalu rendah atau suhu terlalu tinggi dalam subspace pertama., dan air menguap.
Dalam subspace kedua, tekanan yang terlalu tinggi atau suhu terlalu rendah, dan
uap kondenser. Hal ini membawa energi penguapan dari subspace pertama lebih
hangat ke dingin subspace kedua. Pada subspace kedua energi mengalir dengan
10
Makin tipis logam dalam tabung dan lapisan tipis cairan di kedua sisi
dinding tabung, lebih efisien adalah transportasi energi dari ruang ke ruang.
panas per unit tabung. Energi yang diberikan digunakan kembali untuk
menguapkan air lebih banyak, tetapi proses tersebut membutuhkan waktu lebih
lama. Jumlah air suling per tahap berbanding lurus dengan jumlah transportasi
tahap, yaitu jumlah dan panjang tabung, dengan mengorbankan biaya instalasi
meningkat.
disemprotkan pada tabung di tahap berikutnya, karena air ini memiliki suhu yang
sesuai dan tekanan didekat atau sedikit diatas suhu operasi dan tekanan pada tahap
berikutnya. Beberapa air ini akan menguap menjadi uap seperti yang dilepaskan
pendinginan masing – masing. Jumlah panas yang dikeluarkan dari tahap terakhir
harus hampir sama dengan jumlah panas yang disuplai ke tahap pertama. Untuk
11
desalinasi air laut, bahkan tahap pertama dan paling hangat biasanya dioperasikan
sangat rendah dan suhu pada tahap selanjutnya. Gas terlarut dalam air umpan
Ekstenal air umpan (feed water) harus diberikan untuk tahap pertama.
Tabung dari tahap pertama dipanaskan menggunakan sumber eksternal dari uap
Kondensat (air tawar) dari semua tabung dari semua tahap harus
dipompa keluar dari tekanan masing – masing tahap terhadap tekanan ambien. Air
garam dikumpulkan dibagian bawah tahap terakhir harus dipompa keluar karena
memiliki tekanan jauh lebih rendah dari tekanan ambien (ambient presure).
12
Gambar 2.2 Multi Effect Distillasi
Berikut ini skema dari MED desalinasi efek ganda. Tahap pertama adalah
dibagian atas. Daerah pink adalah uap, daerah biru ringan adalah air umpan (feed
water) cair. Pirus kuat adalah kondensat. Hal ini tidak menunjukkan bagaimana
air umpan (feed water) masuk tahap – tahap lain daripada yang pertama.
13
O – Pendingin masuk (coolant in)
Multi Stage Flash (MSF) memiliki serangkaian ruang yang disebut tahap
(stage), masing – masing berisi penukar panas dan kondensat kolektor. Urutan ini
memiliki akhir dingin dan panas, sementara akhir tahap – tahap peralihan
memiliki suhu menengah. Tahapan memiliki tekanan sesuai dengan titik didih air
pada suhu panggung (stage). Setelah berakhirnya panas ada wadah yang disebut
Ketika plant yang beroperasi di tunak (in steady state), air umpan (feed
water) pada suhu dingin arus masuk, atau dipompa melalui penukar panas pada
stage dan warm up. Ketika mencapai pemanas air garam sudah memiliki hampir
Setelah pemanas, air mengalir melalui katup kembali ke tahap yang pernah
menurunkan tekanan dan temperatur. Seperti mengalir kembali melalui tahap air
sekarang disebut air garam, untuk membedakannya dari air inlet. Dalam setiap
tahap, seperti air garam masuk, temperatur diatas titik didih pada tekanan dari
14
stage, dan sebagian kecil dari air asin mendidih air untuk uap sehingga
adalah sedikit daripada air umpan (feed water) dalam penukar panas. Uap dingin
dan kondenser terhadap tabung penukar panas, sehingga pemanasan air (feed
Penguapan total disemua tahapan sampai dengan approx. 12% air mengalir
meningkatnya suhu ada kesulitan tumbuh pembentukan skala dan korosi 120oC
dibawah 70 oC.
Air umpan (feed water) membawa menghilangkan panas laten dari uap
terkondensasi, menjaga suhu rendah stage. Tekanan dalam ruang tetap konstan
sebagai jumlah yang sama dari uap terbentuk. Ketika air garam hangat baru
memasuki stage dan uap akan dihapus karena mengembun pada tabung penukar
panas. Kesetimbangan ini stabil, karena jika pada beberapa bentuk uap titik lebih
meningkat.
15
Pada tahap final air garam dan kondensat mempunyai suhu dekat suhu
masuk. Kemudian air garam dan kondensat yang dipompa keluar dari tekanan
rendah di stage untuk tekanan ambien (ambient pressure). Air garam dan
kondensat masih membawa sejumlah kecil panas yang hilang dari sistem ketika
kerugian ini.
bentuk uap panas dari proses industri co terletak dengan desalinasi. Uap
dalam beberapa tahapan bukan satu tahap pada tekanan dan suhu terendah, adalah
bahwa dalam satu stage, feed water hanya akan hangat untuk suhu penengah
antara suhu masuk dan pemanas. Sementara banyak uap tidak akan mengembun
dan stage tidak akan mempertahankan tekanan dan suhu terendah. Karena air
garam dingin memasuki proses counter flows dengan air limbah garam (air
16
suling). Relatif energi panas sedikit dikeluarkan. Sebagian besar panas yang
diambil oleh air garam dingin yang mengalir ke pemanas dan energi didaur ulang.
panas dari pembangkit listrik digunakan untuk memanaskan air laut, memberikan
pendinginan untuk pembangkit listrik pada saat yang sama. Hal ini mengurangi
energi yang dibutuhkan oleh satu setengah sampai dua pertiga, yang secara drastis
utama MSF, membutuhkan pretreatment lebih dari air laut dan pemeliharaan yang
lebih, serta energi dalam bentuk kerja (listrik, tenaga mesin) sebagai lawan – kelas
17
Skema dari Multi Stage Flash Desalinator :
H – Brine heater
yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah filtrasi metode yang menghilangkan
banyak jenis besar molekul dan ion dari solusi dengan memberi tekanan solusi
ketika di salah satu sisi selektif membrane. Hasilnya adalah bahwa zat terlarut
untuk lolos ke sisi lain. Untuk menjadi "selektif," membran ini tidak harus
memungkinkan molekul besar atau ion melalui pori-pori (lubang), tetapi harus
18
memungkinkan komponen yang lebih kecil dari solusi (seperti pelarut) untuk lulus
bebas.
minum pemurnian air dari air laut , mengeluarkan garam dan zat lain dari molekul
air. Ini adalah kebalikan dan normal proses osmosis, dimana secara alamiah
area konsentrasi zat terlarut tinggi. Pergerakan pelarut murni untuk menyamakan
konsentrasi solute pada setiap sisi membrane yang menghasilkan tekanan dan ini
Proses ini mirip dengan filtrasi membrane. Namun, ada perbedaan utama
yang secara teoritis dapat mencapai pengecualian sempurna partikel terlepas dari
efisiensi pemisah tergantung pada konsentrasi zat terlarut, tekanan dan kadar air
19
Secara formal, reverse osmosis adalah proses memaksa pelarut dari daerah
osmotik.
penghalang padat dalam matriks polimer mana yang paling terjadi pemisahan.
Dalam kebanyakan kasus, membran ini dirancang untuk memungkin air hanya
untuk lulus melalui lapisan padat, sementara mencegah bagian zat terlarut (seperti
ion garam). Proses ini mensyaratkan suatu tekanan tinggi diberikan pada sisi
membrane konsentrasi tinggi, biasanya 2 – 17 bar (30 – 250 psi) untuk air tawar
dan payau air tawar, dan 40 – 70 bar (600 – 1000 psi) untuk air laut, yang
memiliki sekitar 24 bar (350 psi) tekanan osmotik alam yang harus diatasi. Proses
ini dikenal untuk digunakan dalam desalinasi (menghilangkan garam dari air laut
untuk mendapatkan air tawar). Tetapi sejak awal 1970-an itu juga telah digunakan
untuk memurnikan air segar untuk kesehatan, industri dan domestik aplikasi
medis.
20
perbedaan konsetrasi diantara solusi. Ketika dua solusi dengan konsentrasi yang
berbeda dari zat terlarut dicampur, jumlah zat terlarut dalam dua solusi akan sama
– sama disalurkan dalam jumlah pelarut dari dua solusi. Daripada pencampuran
dua solusi bersama – sama, mereka dapat dimasukkan ke dalam dua kompartemen
dimana mereka terpisah satu sama lain dengan sebuah membrane semipermeabel.
Karena kesetimbangan tidak bisa dicapai oleh pergerakan zat terlarut dari
kompartemen dengan konsentrasi zat terlarut tinggi untuk yang satu dengan
konsentrasi zat terlarut rendah, itu bukan dicapai oleh pergerakan pelarut dari
daerah konsentrasi zat terlarut rendah ke daerah – daerah konsentrasi zat terlarut
tinggi. Ketika pelarut bergerak jauh dari daerah konsentrasi rendah, hal ini
terlarut akan berkurang. Proses ini disebut osmosis. Kecenderungan untuk pelarut
21
Dalam reverse osmosis, dalam sebuah set up yang sama seperti yang di
hal ini, ada dua gaya yang mempengaruhi gerakan air : tekanan disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi zat terlarut antara dua kompartemen (tekanan osmotik) dan
Berikut ini skema sistem reverse osmosis desalinasi yang menggunakan penukar
tekanan :
22
3. Arus konsentrat (concentrate flow) 60%
5. Konsentrat (drain)
23
2.2 Termodinamika di Lingkungan Sistem Desalinasi
sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di luar) sistem disebut
lingkungan.
Asas Black terjadi apabila ada dua benda yang suhunya berbeda
kemudian disatukan atau dicampur berada dalam sistem yang tertutup, maka
energi akan berpindah seluruhnya dari benda yang memiliki suhu tinggi menuju
benda yang bersuhu rendah. Maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang
diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih rendah sama dengan energi
yang dilepaskan oleh benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi. Karena energi
yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu sama dengan kalor, maka bisa
dikatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang dilepaskan sama dengan kalor
yang diterima. Sebaliknya apabila benda yang disatukan atau bercampur tidak
24
berada dalam sistem tertutup, maka tidak semua energi dari benda bersuhu tinggi
Qlepas = Qterima
Keterangan :
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun
25
dilepaskan oleh suatu benda.
Q = m x c x Δt
Q = m x c x (t2 – t1)
Dengan ketentuan :
Q = H x Δt
26
m x c x ∆t
H=
∆t
H=mxc
Dengan syarat :
Kalor uap adalah proses penguapan yang terjasi karena perubahan wujud
dari bentuk cait menjadi gas. Untuk mengubah wujud suatu zat tentunya juga
memerlukan kalor yang berbeda – beda antara zat yang satu dengan yang lainnya
tergantung pada jenis zat tersebut. Untuk menguapkan 1 kg zat cair menjadi uap
atau gas pada titik didihnya disebut dengan kalor uap (U). Dari perngertian diatas
Q=mxU
Dengan ketentuan :
27
M = Massa zat (Gram, Kilogram)
perpindahan energi sebagai akibat dari adanya perbedaan temperatur diantara dua
medium misalnya: sesama medium padat atau medium padat dengan fluida.
Energi yang berpindah tersebut dinamakan kalor atau panas (heat). Panas akan
temperatur yang lebih rendah. Perpindahan ini berlangsung terus sampai terjadi
perpindahan energi panas dimana energi panas tersebut mengalir dari daerah yang
bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah dalam suatu medium
28
dT
q = −k A
dx
2
A = luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m )
dT
= gradien suhu (perubahan temperatur terhadap arah x) (K/m).
dx
permukaan media padat atau fluida yang diam menuju fluida yang mengalir
temperatur.
# Viscositas fluida
29
# Kecepatan fluida
sebagai berikut:
JikaTs>T∞:
2
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m .K)
2
A = Luas permukaan perpindahan panas (m )
30
2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi
proses perpindahan energi panas yang terjadi dari benda yang bertemperatur
tinggi menuju benda dengan temperatur yang lebih rendah tanpa melalui
ruang atau bahkan bila terdapat suatu ruang hampa udara diantaranya.
sebagai berikut :
q ε·σ·A·
-8 2 4
σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 . 10 W/m . K )
2
A = luas bidang permukaan perpindahan panas radiasi (m )
31
2.6 Proses Penguapan (Evaporation)
Secara umum penguapan berarti berubahnya fase zat dari zat cair menjadi
uap. Penguapan juga berarti perpindahan massa zat cair ke atas dengan adanya
gradien temperatur antara permukaan zat cair dengan udara diatasnya. Hal ini
merupakan peristiwa konveksi alami. Konveksi alami terjadi akibat adanya efek
gaya apung yang bekerja pada fluida. Efek gaya apung merupakan mekanisme
yang terjadi karena adanya gradient massa jenis. Massa jenis akan menurun jika
masssa jenis fluida akan menurun. Fluida yang ringan (memiliki massa jenis yang
rendah) akan menempati posisi yang lebih diatas. Sehingga jika terus menerus
tur fluida akan terus meningkat dan massa jenisnya akan terus menurun dan
terjadilah penguapan.
q ∙
∆
32
2.7 Proses Pengembunan (Condensation)
fase suatu zat, hanya dalam hal ini perubahan itu terjadi dari fase uap menjadi fase
dipengaruhi oleh besarnya laju konsentrasi massa uap air yang berubah menjadi
air (massa yang terkondensasi). Pengembunan juga terjadi akibat dari uap jenuh
yang bersentuhan dengan permukaan yang dingin (suhu permukaan suatu plat
lebih rendah dari suhu jenuh uap) akan terjadi kondensasi pada permukaan plat,
hal ini berarti uap jenuh tersebut melepaskan kalor latennya, dan karena pengaruh
Berikut ini adalah persamaan umum untuk menentukan laju energi pada saat
pengembunan :
33
Harga sifat-sifat air seperti kalor laten penguapan dan kalor laten
pengembunan, dicari pada temperatur film (Tf). Rumus temperatur film untuk
sebagai pemisah. Jikalarutan yang terdiri daru dua buah komponenen yang cukup
mudah menguap, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen
yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan
fase cair. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi destilasi adalah sebagai
berikut :
a. Laju detilasi
destilasi per satuan waktu. Massa yang dihasilkan dari proses ini adalah
.
Dimana : m = Laju Destilasi (kg / s)
34
b. Efisiensi produk
berguna dengan energi panas yang diberikan oleh briket ke sistem selama
alat destilasi air akan terdapat dua efisiensi yaitu efisiensi untuk sistem air
(ηair) dan efisiensi untuk sistem uap (ηuap). Berikut ini merupakan gambar
35
Gambar 2.6 Batasan sistem
Mesin carnot merupakan mesin kalor yang dapat mengubah energi (kalor)
menjadi bentuk lainnya (usaha mekanik). Disamping mesin carnot, terdapat pula
mesin – mesin lain yang digolongkan dalam mesin kalor seperti mesin uap, mesin
36
diesel dan bensin, mesin jet dan reaktor atom. Pada prinsipnya cara kerja mesin
1. Proses penyerapan kalor dari sumber panas yang sering disebut sebagai
3. Proses pembuangan kalor pada temoat yang bersuhu rendah, tempat ini sering
Mesin carnot bekerja berdasarkan suatu siklus yang disebut siklus carnot.
Siklus ini terjadi pada sebuah silinder berisi gas yang dinding – dindingnya
terisolasi secara thermal (panas tidak dapt menembus dinding silinder). Bahan
atau zat yang dilibatkan dalam mesin kalor berdasarkan siklus carnot adalah suatu
gas ideal. Proses termodinamika yang terlibat dalam siklus carnot terdiri dari dua
proses isothermal dan dua proses adiabatik. Proses ini dapat dilihat pada grafik.
37
Proses Isothermal (AB)
Pada proses ini, gas dikontakkan dengan reservoir panas bersuhu T1 melalui dasar
(penghisap) terangkat dan gas akan memuai (berekspansi) secara isothermal pada
suhu T1. Selama proses ini gas menyerap kalor sejumlah Q1 dan melakukan usaha
Pada proses ini, dasar silinder yang semula dikontakkan pada reservoir panas,
sekarang diberi dinding yang terisolasi terhadap lingkunagan. Sedikit demi sedikit
secara adiabatik. Selama proses ini suhu gas turun T1 dan gas melakukan usaha
Pada proses ini, gas dikontakkan dengan reservoir dingin bersuhu T2 melalui dasar
silinder. Kemudian beban ditambahkan seikit demi sedikit sehingga piston turun
dan membiarkan gas termampatkan (terkompres) secara isothermal pada suhu T2.
Selama proses ini gas akan membuang kalor sebanyak Q2 dan menerima usaha
38
Proses Adiabatik (DA)
Pada proses ini, dasar silinder kembali di isolasikan terhadap lingkungan. Sedikit
demi sedikit, beban ditambahkan dan biarkan gas termampatkan secara adiabatic.
Selama proses ini suhu gas naik dari T2 menjadi T1 dan gas menerima usaha dari
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang Control Room Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara
yang meliputi pembelajaran proses Desalinasi unit 1 B yang ada pada PT.
Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang serta survey lapangan untuk proses
40
dilakukanlah analisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP.
Muara Karang Jakarta. Setelah diperoleh hasil dari analisis efisiensi desalinasi,
sebuah pembuatan flow chart sebagai awal dari penelitian. Dengan flow chart
41
Studi Literature
Studi Lapangan
Peralatan Utama
Desalination Plant
Proses Proses
Evaporasi Kondensasi
Pembahasan
kesimpulan
42
3.3 Data – data penelitian
adalah dengan studi literature yang meliputi pembelajaran desalinasi unit 1 B PT.
Data tersebut berupa daily repot (laporan harian), observasi, serta wawancara
mengamati cara kerja serta fungsi dari peralatan utama yang terdapat di desalinasi
tersebut. Setelah mengetahui cara kerja serta fungsi dari masing – masing
peralatan utama tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar peran dari peralatan
peralatan utama saja, tetapi dari proses berlangsungnya desalinasi itu. Proses
desalinasi yang berlangsung terdiri dari proses evaporasi dan proses kondensasi.
berapa banyak produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
43
Adapun fungsi – fungsi dari peralatan utama desalinasi sebagai berikut :
3.3.1 Evaporasi
Main ejector berfungsi untuk menjaga kestabilan vakum pada saat desalinasi
Centrifugal pumps yang menjadi peralatan utama desalination plant terdiri dari
44
a. Brine Blowdown Pump
Berfungsi untuk memompa air laut yang tidak dapat terkondensasikan kemudian
Berfungsi untuk meangambil air laut untuk di proses ke dalam desalination plant.
Berfungsi untuk menghilangkan busa atau memperkecil busa yang terdapat di air
laut.
45
3.4 Deskripsi Proses Desalination Plant
condenser, main ejector, vent ejector, desalination seawater feed pump, brine
blowdown pump, product pump, dan scale inhibitor/ anti foam injection system.
dalam jet nozzle. Campuran steam/vapor dikirimkan oleh ejector pada tekanan
efektif dengan demikian temperaturnya pun akan naik. Proses tersebut disebut
process) dibuat untuk mendapatkan efisiensi desalinasi yang tinggi dengan efek
samping yang seminimal mungkin. Sistem 4-Effect dan main ejector tunggal
46
Gambar 3.2 Flow Diagram 4 Effect Reheat Seawater Desalination Plant
Pada multi-effect evaporator, air laut dispraikan dari atas tube bundle
setiap effect-nya dan turun sehingga membentuk lapisan tipis (thin film) diluar
pipa sepanjang susunan pipa-pipa HE (Heat Exchanger Tube). Untuk flow steam
(aliran uap) diperoleh dari auxiliary boiler atau HRSG. Kemudian uap mengalir di
dalam pipa di mana uap tersebut akan mengalami kondensasi menjadi air distilat.
Seiring dengan terkondensasinya uap di dalam pipa (tube), uap tersebut akan
memanaskan lapisan tipis air laut dan menyebabkan lapisan tersebut akan
menguap, sehingga dapat menjadi suplai uap baru yang akan masuk ke dalam
effect selanjutnya. Setiap effect yang berada pada multi effect evaporator bekerja
pada temperatur yang lebih rendah dari effect sebelumnya. Proses kondensasi/
47
penguapan terjadi karena proses tersebut berulang dari effect yang terpanas ke
effect terdingin.
Pada sistem ini, heat input diperoleh dari proses yang terjadi melalui uap
yang disuplai ke dalam nozzlenya main ejector, dan kebanyakan heat input akan
dibuang melalui air pendingin, kemudian akan dikembalikan ke laut. Pada plant
4-effect ini, hanya vapor dari effect terakhir saja yang akan dikompres ulang dan
Aliran distillate dan brine mengalir secara alamiah dari effect satu ke
effect yang lainnya tanpa perlu dipompa. Kemudian panas sensibel (sensible
cairan panas (hot liquid) yang masuk ke dalam effect berikutnya. Akhirnya,
distillate dan brine akan ditarik dari evaporator/ R2 condenser dengan pompa.
48
Dengan membatasi temperatur maksimum brine pada nilai rendahnya,
maka pembentukan kerak pada pipa Heat Exchanger secara efektif dapat terjaga.
kebocoran pipa atau sebagian pipa, tidak akan menyebabkan pencemaran air
distilat. Apabila terjadi kebocoran pipa atau sebagian pipa, maka akan terlindungi
oleh air distilat secara otomatis sehingga mengalir seperti lapisan film di
permukaan dalam pipa dikarenakan adanya gradien tekanan dari dalam sampai
keluar pipa. Tidak ada perubahan loss output atau performance kecuali lubang
semakin membesar atau terjadinya kerusakan yang cukup serius pada pipa.
Air laut di-dosing dengan larutan scale inhibitor berfungsi untuk menjaga
effect). Kemudian larutan kimia disiapkan di dalam tangki larutan yang akan
berfungsi sebagai pengaduk (mixer) dan akan diinjeksikan ke dalam air laut
49
Sebagai tambahan, sodium bi-sulfite diinjeksikan juga ke dalam air laut
dalam evaporator, maka akan terbentuk gas bromide yang akan menyebabkan
beberapa masalah. Salah satunya adalah masalah korosi pada cooper alloy dan
stainless steel. Masalah lain yang timbul adalah penurunan kualitas air distilat
mengurangi tekanan uap motif (motive steam pressure) ke ejektor utama (main
ejector). Dari tekanan 6 bara pada beban 100 % menjadi 3.1 bar pada beban 50 %.
Parameter operasi lainnya seperti laju aliran feed water, chemical dosing rate,
level brine, level distilat, dan sebagainya, sehingga dipertahankan sama seperti
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diberikan penjabaran mengenai hasil serta analisis dari
Adapun data – data yang digunakan dalam Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B
ini diperoleh dari data record harian periode bulan Desember 2010 yang ada di
desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Data record
baru saja beroperasi bulan November 2010. Tetapi bulan November belum ada
Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Pertama – tama
yang perlu diketahui adalah yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya. Kemudian
dibutuhkan, yaitu dengan mengetahui laju dari flow steam (aliran uap) dan
pemakaian listrik.
51
Flow steam dari auxiliary boiler tersebut membutuhkan air demineralisasi
dan bahan bakar. Air demineralisasi biasanya sudah tersedia di make up water
tank yang sebelumnya di suplay oleh desalinasi Multi Stage Flash One Through
(MSF – OT) desalination plant pada PLTU unit 4 dan 5. Air demineralisasi sangat
dapat dikatakan seperti itu karena mempunyai alasan tertentu. Alasan tersebut
mencapai batasan yang sudah ditetapkan yaitu kurang dari angka 1 (satu) µS
sebagai supply steam desalination plant digunakan juga bahan bakar. Dalam hal
ini bahan bakar yang dipergunakan adalah High Speed Diesel (HSD).
Ampere. Arus listrik tersebut dipergunakan untuk menjalankan Feed Water Pump
dan Forced Draft Fan. Forced Draft Fan berfungsi untuk mensuplai kebutuhan
udara bakar guna proses pembakaran bahan bakar dan mendorong flue gas keluar
52
dari ruang bakar (burner). Jadi Forced Draft Fan merupakan suatu alat untuk
mensuplai kebutuhan udara dari suatu proses pembakaran dalam ruang boiler.
pemakaian listrik juga berperan penting dalam hal ini. Untuk pemakaian listrik,
desalinasi yaitu desalinasi unit 1 A dan unit 1 B. Kedua desalinasi ini merupakan
tipe reheat seawater atau jenis Multi Effect Distillation with Thermal Vapor
Compression (MED – TVC). Kemudian yang akan dibahas adalah desalinasi unit
1 B saja. Pada desalinasi unit 1 B, rasio pada kuat arus mencapai 25 A. Sedangkan
untuk tegangan listriknya mencapai 396 V, maka daya yang dipergunakan adalah
13,2 KW.
1 m di make up water tank , tetapi pada waktu tertentu dapat beroperasi lebih lama
pengoperasian 70%).
Setelah diperoleh rasio dari aliran uap (flow steam) dan pemakaian listrik,
53
Pemakaian listrik :
= P x t
= 13,2 KW x 1 jam
= 13,2 KWh
= 12 A x 380 V
= 4560 Watt
= 4,56 KW x 1 jam
= 4,56 KWh
= 17,76 KWh
= Rp 19.536 / h
Ket : tarif daya listrik yang dipakai adalah tarif untuk keperluan bisnis dengan
batas daya 6.600 VA s/d 200 KVA yang sudah ditetapkan pada tanggal 30
Juni 2010 oleh Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
54
Steam :
55
Dari parameter – parameter di atas dengan menggunakan steam table online
= 5.716.000 BTU / h
Setelah memperoleh energi steam, maka dapat diperoleh biaya steam dengan
= 162,06 lt / h x Rp 4.500
= Rp 729.270
= Rp 1.540 / h
Hasil dari perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah energi
yang dipakai untuk melakukan operasi desalination plant selama 1 (satu) jam
= Rp 19.536 + Rp 729.270
= Rp 37.440,3 / ton
(MED – TVC). Adapun proses desalination plant Multi – Effect Distillation with
Thermal Vapor Compression (MED – TVC) akan dijelaskan seperti dibawah ini :
Air laut rata – rata sebanyak 179 t/h (68 % load) akan dipompa ke dalam
desalination plant MED – TVC yang akan dilakukan oleh desalination seawater
feed pump yang berada di daerah water intake. Sebagian air laut digunakan untuk
proses desalination plant dan sebagian lagi akan di buang ke laut kembali.
57
Desalination plant ini memiliki kapasitas mencapai 480 ton/hari. MED – TVC
horizontal, spray film evaporation, dan thermal vapor compression (oleh steam jet
ejector).
Kemudian air laut mengalir di dalam pipa heat rejection condenser (R1
dan R2) yang bertindak sebagai pendingin, yang akan mengambil panas dari
dicabang dan diumpankan ke dalam effect, di mana air laut tersebut akan
dispraikan pada permukaan luar pipa evaporator dan sisanya dibuang ke laut.
panas latennya dan akan dikondensasikan. Sebagai hasilnya, sebagian air laut
akan teruapkan di sana. Sisa dari air laut disebut sebagai brine, yang akan jatuh di
lantai effect pertama dan mengalir ke dalam effect berikutnya dengan melewati
Vapor yang dihasilkan pada effect pertama akan diambil oleh effect kedua
agar tekanan dan temperatur dijaga sedikit lebih rendah dari effect pertama.
Adapun temperatur yang harus dijaga tiap – tiap effect adalah sebagai berikut :
pada effect pertama temperatur yang dijaga berkisar 63oC, pada effect kedua
adalah 59oC, kemudian pada effect ketiga adalah 54oC, sedangkan pada effect
didalam effect tetap tejadi proses evaporasi dengan sistem vakum. Kemudian
kondensasi vapor pada pipa evaporator akan menguapkan air laut yang berada di
58
luar pipa. Kondensat vapor merupakan bagian dari air produk (air distilat).
kata lain, proses evaporasi dan proses kondensasi terjadi berulang dari effect ke
effect.
latennya ke air laut yang mengalir di dalam pipa, dan akan terkumpul pada bagian
bawah condenser bersama dengan vapor yang datang dari effect lainnya.
Akhirnya, air distilat akan terhisap oleh product water pump. Vapor yang tersisa
akan terhisap oleh main ejector, kemudian akan terkompresi dan tercampur
dengan motive steam (uap suplai ejektor). Campuran steam dan vapor akan
Setelah proses evaporasi di setiap effect, air laut yang tersisa atau brine
yang terkumpul di dalam R2 condenser akan teruapkan dengan cepat dan sebagian
akan dihisap oleh pompa brineblowdown. Vacuum evaporator pertama kali dibuat,
oleh vent ejector dua tingkat. Kemudian vacuum tersebut dijaga agar temperatur
yang sudah ditetapkan tetap terkontrol. Vacuum tersebut juga memiliki fungsi
yang lain, yaitu apabila ada kemungkinan kebocoran udara dan gas-gas yang tidak
Air laut di-dosing dengan scale inhibitor dan anti foam. Scale inhibitor
transfernya akan tidak efisien dan akan memperlambat jalannya air serta proses
evaporasi. Sedangkan anti foam berfungsi untuk menghilangkan busa – busa serta
Larutan scale inhibitor (anti scaling) dan larutan anti foam yang telah
diinjeksikan ke dalam air laut, yang akan digerakkan oleh agitator (pengaduk)
Compression
Pada sesi ini, akan dijelaskan jumlah produk yang dihasilkan oleh Multi
Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC). Data yang
digunakan adalah data harian (daily report). Data harian (daily report) dapat
dilihat pada lampiran. Tetapi tidak semua data harian digunakan karena MED –
TVC ini hanya dipergunakan selama kurang lebih 3 jam per hari untuk mencapai
air produk sesuai dengan kebutuhan yang sudah dijelaskan di atas. Desalination
plant sangat dibutuhkan untuk menjalankan Unit Pembangkit yang berada di PT.
Pembangkit Jawa Bali (PJB) UP Muara Karang Jakarta. Selain faktor kekurangan
supply air bersih dan kendala ketersediaan air demin dalam jumlah besar.
Produksi air bersih dari proses desalination plant bisa bersaing dengan
dibandingkan dengan air bersih industri dengan tarif yang mencapai Rp 15.000
per meter kubik. Tetapi dari segi keandalan agar unit pembangkit selalu siap
beroperasi, hal itu tidaklah sebanding. Sedangkan nilai produksi air bersih dengan
teknologi desalination plant yang dikembangkan saat ini, mampu menekan harga
hingga Rp 9.000 per meter kubik. Setelah diperoleh rasio dari air produksi, maka
Setelah memperoleh nilai air produk, maka dapat dihitung efisiensi produk
sebagai berikut :
ŋp = x 100 %
,
= x 100 %
, /
= 10,64 %
mencapai 68,75 % yang tertera pada daily repot (dapat dilihat di lampiran).
Dalam hal ini, desalination plant masih baik untuk digunakan karena
61
Walaupun secara daily report rata – rata hanya mencapai 68 % operasi
100
x 19,09375 = 28,1 t
68
Dengan kemampuan 100 % operasi maka diperoleh 28,1 t. hal ini lebih besar dari
Jumlah Pemakaian Air Demin Unit 4 dan 5 pada bulan Desember 2010.
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Biaya air produk desalination plant lebih mahal daripada air bersih kelas industri.Tetapi
tetap dijalankan agar unit PLTU tetap berjalan agar listrik dapat tetap terjaga dari krisis.
2. Pemakaian air demin setiap bulan diperkirakan mencapai ± 3.517.000 dm3 / hari
3. Efisiensi produk mencapai 10,64 % pada rata – rata, operasi desalination plant mencapai
4. Hasil produk diperkirakan mencapai 28,1 t saat beropeasi dengan 100 % kemampuan
desalination plant, dimana hal ini lebih besar dari spesifikasi yang tertulis.
5.2 Saran
1. Perawatan dan pemeliharaan untuk desalination plant agar dilakukan secara intensif.
2. Dalam penelitian selanjutnya agar dapat mempertimbangkan biaya investasi dan biaya
pemeliharaan.
3. Sebelum menentukan desalination plant yang akan dipakai, sebaiknya melakukan suatu
penelitian agar dapat memperkecil biaya air produk desalination plant tersebut.
63
DAFTAR PUSTAKA
http://www.prosesproduksilistrik-methadhee.blogspot.com,
http://www.wawan-junaidi.blogspot.com/2009/07/pengertian-distillasi.html,
7. “Penguapan”, http://www.id.wikipedia.org/wiki/penguapan,
64
8. “Kalor”, http://www.faculty.petra.ac.id, download : 23 /12 /2010,
14. Sudirman. Fisika Untuk SMK Dan Mak Kelas X, Erlangga : Jakarta, 2009.
15. William, dkk. Termodinamika Teknik. Edisi kedua. Erlangga : Jakarta, 1983.
65
LAMPIRAN
Lampiran 1
Manual Book
Kata kunci
desalination unit
tujuan tersebut.
66
korosi.
sebagai distillate.
demister, dll.
condenser.
67
“Heat Rejection Section” dibagi menjadi dua
atau “Economy”.
68
Spesifikasi Umum Peralatan Utama
69
Main Ejector 00GDG01BN001 A/B
Material
Vent Ejectors
Material
70
Ejector Condenser 00GDG01AC002 A/B
Material
Centrifugal Pumps
Design capacity : 70 m3 / h
Total head : 22 m
Coupling : Flexibel
71
Motor rated power : 11 kw
Material
Design capacity : 30 m3 / h
Total head : 40 m
Coupling : Flexibel
72
Material
Total head : 37 m
Fluid temperature : 35 oC
Coupling : Flexibel
73
Material
00GDG01AP004 A/B
Tipe : Diaphragm
Material
Diaphragm : PTFE
74
b) Sodium Bi – sulfite Tank
Tipe : Rectangular
Capacity
Nominal : 500 L
Material
Material
75
Operasi Unit
Kondisi Start Up
Ada tiga macam sistem operasinya, yaitu : FULL AUTO, SEMIAUTO, dan
MANUAL.
Unit dapat di-start dan di-shutdown dengan satu klik operasi berdasarkan
perintah yang telah diprogramkan sampai proses selesai. Ketika Operasi FULL
AUTO, semua motor dan control valve yang beroperasi harus dalam posisi
AUTO.
untuk diposisikan secara MANUAL yang terisolasi dari program perintah operasi.
Pada kasus ini, operator dapat memilih posisi manual dengan sendirinya.
dapat di-start dan di-shutdown secara manual, maka setiap peralatan disesuaikan
berikut.
76
Diagram Sistem Konfigurasi
NORMAL OPERATION
77
Operator harus selalu peduli setiap perubahan parameter operasi, seperti :
temperatur, tekanan, flow, dan levelnya. Berbagai alarm akan muncul apabila
sederhana dalam setiap perubahan kecil adjustment naik/turun dapat terjadi, butuh
Persiapan Start-Up
a) Periksa ada tidaknya sambungan yang kendor, peralatan rusak, control, alat
ukur (gauge), fitting, dan piping. Sambungan yang rusak atau kendor
78
b) Periksa saringan (strainer) berikut dan bersihkan bila diperlukan
00GDG01AT103 A/B
00GDG01AT104 A/B
Pelumasan
Periksa semua level oli pelumas dari semua pompa, atau peralatan lainnya
79
d) Pilih “SYSTEM OVERVIEW” pada “MAIN MENU”
Prosedur pembuatan :
2.Isikan tangki dengan air sampai level setengah dari yang akan dibuat
80
4.Start agitator tangki dengan cara menekan tombol di LPC
No. Description
1 Name Sodium Bi - sulfite
2 Specific Gravity 1.48
3 Netchemical Injection Rate (kg/day) 6.9
4 Solution Concentration (%) 25
5 Diluted Chemical Injection Rate 33.3
6 Working capacity of Tank Approx. 10 day
7 Pump Stroke (Dial Graduation) 1
b) Persiapan Larutan
81
Prosedur pembuatan :
2. sikan tangki dengan air sampai level setengah dari yang akan dibuat
Prosedur start
Secara garis berar, alur prosedur start desalination dapat dilihat sebagai berikut :
82
Diagram Blok Start Normal
83
84
85
86
Diagram Blok Normal Shut-down
87
88
Emergency Shutdown
pada kasus emergency ini untuk menghindari pembentukan kerak yang tidak
Procedure”.
89
Troubleshooting
90
Evaporator, Main Ejector, dan Vent Ejector
Periksa kenormalan aliran feed seawater ke effect dan adjust bila perlu
b. Vacuum rendah
Lihat "Vacuum rendah"
d. Vacuum rendah
Lihat "Vacuum rendah"
91
Brine Blowdown Pump dan Product Water Pump
b. Impeller rusak
Lakukan inspeksi atau overhaul
b. Pondasi Rusak
Periksa pondasi dan baut pengikat
c. Kerusakan Bearing
Ganti dengan yang baru
d. Poros bengkok
Lakukan inspeksi atau overhaul
92
Scale Inhibitor Pump dan Sodium Bi – sulfite Pump
c. Kekurangan pelumasan
Periksa level minyak dan isi kembali minyaknya
93
Motor Listrik
Vibrasi tidak normal Lakukan inspeksi dan ganti baru jika terjadi kerusakan atau aus
dan berisik Periksa aligntment kopling antar mesin
94
Tabel Set Point
No TAG No. Q'TI SERVICE RANGE SET POINT SET AT SET FOR KET
1 00GDG01DQ001 A/B-H01 2 Product Water Conductivity 0 ~ 100 S/cm 20 S/cm PLC High ALARM Dump
00GDG01DF001 A/B-H01 170 T/H Low ALARM
2 2 Seawater supply flow 0 ~ 400 T/H PLC
00GDG01DF001 A/B-H02 100 T/H Low Low ALARM Trip
00GDG01DF002 A/B-H01 17 T/H Low ALARM
3 2 1st effect feed flow 0 ~ 25 T/H PLC
00GDG01DF002 A/B-H02 15 T/H Low Low ALARM Trip
00GDG01DF003 A/B-H01 17 T/H Low ALARM
4 2 2nd effect feed flow 0 ~ 25 T/H PLC
00GDG01DF003 A/B-H02 15 T/H Low Low ALARM Trip
00GDG01DF004 A/B-H01 17 T/H Low ALARM
5 2 3rd effect feed flow 0 ~ 25 T/H PLC
00GDG01DF004 A/B-H02 15 T/H Low Low ALARM Trip
00GDG01DF005 A/B-H01 17 T/H Low ALARM
6 2 4th effect feed flow 0 ~ 25 T/H PLC
00GDG01DF005 A/B-H02 15 T/H Low Low ALARM Trip
00GDG01DL001A/B-H01 90 % (450 mm) High High ALARM Trip
00GDG01DL001A/B-H02 0 - 100% 80 % (400 mm) High ALARM
7 2 Brine Level PLC
00GDG01DL001A/B-H03 (0 ~ 500mm) 10 % (50 mm) Low ALARM
00GDG01DL001A/B-H04 5 % (25 mm) Low Low ALARM Trip
00GDG01DL002A/B-H01 80 % (400 mm) High ALARM
8 00GDG01DL002A/B-H02 2 Product water level 0 - 100% 10 % (50 mm) PLC Low ALARM
00GDG01DL002A/B-H03 (0 ~ 500 mm) 5 % (25 mm) Low Low ALARM Trip
9 00GDG01DP001A/B-H01 2 Seawater strainer Diff. Press. 0 ~ 1 barG 0.6 barG PLC High ALARM
00GDG01DP002A/B-H01 -0.8 barG High High ALARM Trip
10 2 R2 condenser pressure -1 ~ 1 barG PLC
00GDG01DP002A/B-H02 -0.85 barG High ALARM
00GDG01DT002A/B-H01 75 degC High High ALARM Trip
11 2 1st effect steam temperature 0 ~ 100 degC PLC
00GDG01DT002A/B-H02 70 degC High ALARM
12 00GDG01DP051A/B-H01 2 Instrument air pressure 0 ~ 10 barG 4.5 barG Press. Switch Low ALARM Trip
13 00GDG01DP510A/B-H01 2 Steam Supply pressure 0 ~ 15 barG 3 barG Press. Switch Low ALARM
14 00GDG01DL051A/B-H01 2 Scale inhibitor tank level - *300 mm Level Switch Low ALARM Agitator Stop
15 00GDG01DL052A/B-H01 2 Sodium Bi-sulfite tank level - *300 mm Level Switch Low ALARM Agitator Stop
16 00GDG01DF001A/B-H03 2 Seawater supply flow 0 ~ 400 T/H 170 T/H PLC Auto Start Effect feed flow control start
00GDG01DL001A/B-H05 50 % (250 mm) Auto Start Pump start
17 00GDG01DL001A/B-H06 2 Brine level 0 - 100% 30 % (150 mm) PLC Auto Start Initial drain start
00GDG01DL001A/B-H07 ( 0 ~ 500 mm) 15 % (75 mm) Auto Stop Pump stop
00GDG01DL002A/B-H04 50 % (250 mm) Auto Start Pump start
18 00GDG01DL002A/B-H05 2 Product water level 0 - 100% 30 % (150 mm) PLC Auto Start Initial drain start
00GDG01DL002A/B-H06 ( 0 ~ 500 mm) 15 % (75 mm) Auto Stop Pump stop
00GDG01DP002A/B-H03 -0.67 barG Auto Start 1st vent ejector start
19 2 R2 condenser pressure -1 ~ 1 barG
00GDG01DP002A/B-H04 -0.9 barG PLC Auto Start Main Ejector
95
96
LAMPIRAN
Lampiran 2
97
Foto Penelitian
98
Ejector Condenser
Kondenser
99