Anda di halaman 1dari 71

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Kertas Karya Diploma

2017

Asuhan Keperawatan pada Tn. A


dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Gangguan Oksigenasi: Bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan

Dewi, Aulia Mustika

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2552
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Oksigenasi:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara
Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Aulia Mustika Dewi

142500004

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Aulia Mustika Dewi

NIM : 142500004

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Gangguan Oksigenasi: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.”
”adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam pengutipan substansi disebutkan
sumbernya dan belum pernah dianjurkan kepada institusi manapun serta bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
atau paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, 12 Juli 2017

Aulia Mustika Dewi

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi saya sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Asuhan Keperawatan pada
Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Oksigenasi:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Eefektif di Rumah Sakit Universits Utara Medan.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas
Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.

Saya mengucapkan banyak terima kasih yang setulusnya kepada semua


pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk
itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya khusunya pada:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Sri EkaWahyuni, S.Kep, Ns,M.Kep., selaku Wakil Dekan I.
3. Cholina T.Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil DekanII.
4. Dr. SitiSaidahNasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat.,selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep.,selaku Ketua Prodi DIII
Keperawatan.
6. Fatwa Imelda, S.Kep. Ns, M. Biomed selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Rika Endah Nurhidayah, S. Kp, M.Pd selaku dosen penguji.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua tersayang Kamto Muliadi dan
Zubaidah yang telah memberikan dorongan, kekuatan, dan motivasi baik
dalam bentuk moril maupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.

ii
Universitas Sumatera Utara
9. Seluruh teman-teman D-III Keperawatan USU Stambuk 2014 terima kasih
atas persaudaraan yang telah terjalin dan memberikan semangat
dandorongan penuh untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Sebagaimana manusia penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini


masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 20 Juli 2017

Penulis

Aulia Mustika Dewi

142500004

iii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Lembar Pengesahan .............................................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1

1.2 Tujuan ......................................................................................................3

1.2.1 Tujuan Umum................................................................................3

1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................3

1.3 Manfaat .....................................................................................................4

1.3.1 Institusi..........................................................................................4

1.3.2 Klien..............................................................................................4

1.3.3 Penulis...........................................................................................4

BAB II PENGELOLAAN KASUS...........................................................................5

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Oksigenasi ......5

2.1.1 Tumor Paru................................................................................... 5

2.1.2 Pengertian Oksigenasi....................................................................12

2.1.3 Masalah Kebutuhan Oksigenasi .....................................................16

2.1.4 Pengkajian Keperawatan ............................................................... 19

2.1.5 Analisa Data ................................................................................ 22

2.1.6 Rumusan Masalah ....................................................................... 23

2.1.7 Perencanaan Keperawatan ............................................................ 23

iv
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus................................................................... 26

2.2.1 Pengkajian .................................................................................. 26

2.2.2 Analisa Data............................................................................... 42

2.2.3 Masalah Keperawatan ................................................................ 44

2.2.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ..................................... 46

2.2.5 Pelaksanaan Keperawatan........................................................... 51

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 56

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 56

3.2 Saran ....................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 58

LAMPIRAN ........................................................................................................... 59

CATATAN PERKEMBANGAN........................................................................... 59

v
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan
jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk
kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk
tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan NSLC
(Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar) karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
primer yang berasal dari saluran napas, dan tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru. (Hidayat , 2007)
Tumor paru merupakan salah satu penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Tumor paru juga
merupakan penyebab kematian utama akibat tumor pada pria dan wanita.
Menurut data WHO(World Health Organitation) diseluruh dunia terdata
1,2 juta penderitatumor paru, atau 12,3% dari seluruh tumor ganas,
meninggal dunia 1,2 juta atau17,8 dari mortalitas total tumor.
Tumor paru biasanya tidak dapat diobati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari
klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun.
Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokaliasasi pada saat diagnosis.
(Somantri, 2009)
Permasalahan yang lebih serius adalah di semua negara pemakai
tembakau, kasus baru tumor paru terus meningkat menjadi penyakit umum
yang semakin serius mengancam jiwa dan kesehatan penduduk. Selama 50
tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insiden paru-paru yang
mengejutkan.
America Cancer Society memperkirakan bahwa terapat 1,5 juta
kasus baru prevalensi tumor paru di negara maju sangat tinggi.

1
Universitas Sumatera Utara
Di Amerika dilaporkan terdapat 173.000 kasus/tahun, di Inggris
40.000/tahun, prevelensi tumor paru menurut diagnosis tenaga kesehatan
di provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, prevelansi tertinggi di Kabupaten
Magelang 1,6%, Cilacap 1,5%, dan masih banyak data prevelensi di
berbagai kota di Indonesia. (Riskedas, 2007)
Gejala yang khas pada tumor kanker adalah batuk, hemoptisis
(batuk bercampur darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernafasan
lebih dari 26 kali permenit, demam dan gejala non spesifik. Untuk
menentukan diagnosa dapat melalui beberapa cara pemeriksaan yaitu:
sinar x, pemeriksaa CT scan,pemeriksaan MRI, pemeriksaan PET/CT,
pemeriksaan sitologi. (Somantri, 2008)
Bukti-bukti menunjukkan bahwa tumor cenderung untuk timbul di
tempat pada jaringan parut sebelumnya (tuberkolosis, fibrosi).
Kebanyakan pada tumor paru dapat mengakibatkan adanya obstruksi dan
penumpukan cairan pada stadium lanjut. Maka hal ini dapat
mempengaruhi proses pernafasan terapi oksigen yang diberikan kepada
pasien yang mengalami gangguan pada ventilasi di seluruh Universitas
Sumatera Utara lapang paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta
mereka yangmengalami gagal jantung dan membutuhkan oksigen untuk
menghindari terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernafasan salah
satunya adalah gangguan pola nafas yang mengacu pada frekuensi,
volume, irama dan usaha pernafasan. Perubahan pola nafas yang umum
terjadi adalah takipnea,hiperventilasi, dispnea, orthopnea, apnea.
(Mubarak, 2008)
Kondisi yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa pasien
mengalami dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan dan hiperventilasi
yang harus diberi pertolongan segera, disesuaikan dengan teori yang ada.
Dengan alasan itu maka penulis mengangkat kasus dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi pada pasien tumor paru untuk lebih mendalami dan
mengupas masalah kebutuhan oksigenasi pada tumor paru dengan
pendekatan ilmiah.

2
Universitas Sumatera Utara
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn. A dengan diagnosa medis Tumor
Paru di ruang VIP 9 RSU USU Medan dalam asuhan keperawatan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pemehuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada Tn.
A di ruang VIP 9 RSU USU Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan tumor paru dengan proses pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi sesuai asuhan keperawatan.
3. Dapat menetapkan perencanaan keperawatan pemenuhan kebutuhan
dasar oksigenasi pada pasien tumor paru.
4. Memperoleh pengalaman langsung dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien
tumor paru.

3
Universitas Sumatera Utara
1.3. Manfaat
1.3.1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi
mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.3.2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk
mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pasien
dengan tumor paru.
1.3.3. Pasien dan keluarga
Memperolah pengetahuan tentang tumor paru serta meningkatkan
kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai
acuan bagi keluarga untuk melakukan perawatan kepada keluarga yang
mengalami tumor paru.
1.3.4. Bagi penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien tumor paru serta mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama pendidikan

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1.1. Tumor Paru
A. Pengertian Tumor Paru
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan
jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis
berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor
paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell
Lung Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer /
Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar)
Menurut Hood Al Sagaff pada tahun 1993 karsinoma
bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
saluran napas, dan menurut Price pada tahun 1995 tumor paru
merupakan keganasan pada jaringan paru. (Hidayat , 2007)
Tumor paru merupakan salah satu penyakit paru yang
memerlukanpenanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.
Tumor paru juga merupakanpenyebab kematian utama akibat
tumor pada pria dan wanita. Menurut data WHO(World Health
Organitation) diseluruh dunia terdata 1,2 juta penderitatumor paru,
atau 12,3% dari seluruh tumor ganas, meninggal dunia 1,2 juta
atau17,8 dari mortalitas total tumor.
Tumor paru biasanya tidak dapat diobati dan penyembuhan
hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana
sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu
bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan
hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat dilokaliasasi
pada saat diagnosis.

5
Universitas Sumatera Utara
B. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari tumor paru belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam
peningkatan insiden tumor paru:
1. Merokok
Tidak diragukan lagi merokok merupakan faktor utama. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang per hari) dari tumor paru.
Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan.
2. Polusi udara
Banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker
paru, diantaranya sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan
yang bersasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insidensi
tumor paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari
peningkatan polutan dan asap kendaraan bermotor.
3. Asap pabrik/industri/tambang.
4. Debu radioaktif/ledakan nuklir radon), beberapa zat kimia
(seperti asbes, arsen, krom, nikel, besi, dan uranium).
5. Vitamin A.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet
rendah vitamin A dengan timbulnya tumor paru. Hal ini
kemungkinan karena vitamin A berhubungan dengan regulasi dan
diferensiasi sel.
6. Genetik.
Pada sel kanker paru didapatkan sejumlah lesi genetik termasuk
aktivasi onkogen dominan dan inaktivasi supresor tumor atau
onkogen resesif. (Somantri, 2009)

6
Universitas Sumatera Utara
C. Tanda dan gejala
Gejala yang khas pada tumor paru adalah batuk, hemoptisis
(batukbercampur darah), dada terasa penuh dan nyeri, dispnea pernafasan
lebih dari 26 kali permenit, demam dan gejala non spesifik (Mubarak,
2008)
Selain itu, tanda dan bahaya dari tumor paru adalah :
- Hoarsenes (parau)
- Perubahan pola nafas
- Perubahan batuk
- Sputum mengandung darah
- Sputum berwarna kemerahan atau purulen
- Hemoptisis
- Nyeri dada, punggung dan lengan
- Efusi pleura
- Dispnea
- Demam
- Wheezing
- Penurunan berat badan
- Clubbing finger (Somantri, 2008)

D. Masalah keperawatan yang muncul


Gangguan fungsi pernafasan salah satunya adalah gangguan pola nafas
yang mengacu pada frekuensi, bersihan jalan nafas tidak efektif yang
berhubungan dengan penumpukan sekret, volume, irama dan usaha
pernafasan. Perubahan pola nafas yang umum terjadi adalah takipnea,
hiperventilasi, dispnea, orthopnea, apnea. (Mubarak, 2008)

7
Universitas Sumatera Utara
E. Penatalaksanaan
1. Manajemen Tanpa Pembedahan
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via
masker atau nasal canula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika
pasien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan
oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan rasa
cemasnya.
b. Terapi Obat
Jika pasien mengalami bronkospasme, dokter dapa
memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada pasien
dengan asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme,
inflamasi, dan edema.
c. Kemoterapi
Kemotrapi merupakan pilihan pengobatan pada pasien kanker
paru-paru terutama pada ‘small-cell lung cancer’ karena metastsis.
Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi
pembedahan. Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk
menangani kanker, termasuk dari:
1. cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan
procarbazine.
2. Etoposide, dan cisplatin
3. Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin.

d. Imunoterapi
Banyak pasien dengan tumor paru mengalami gangguan imun.
Agen imunoterapi (cytokin) biasa diberikan.

8
Universitas Sumatera Utara
e. Terapi Radiasi
Indikasi :
1. Pasien dengan tumor paru yang operable, tetapi beresiko jika
dilakukan operasi pembedahan.
2. Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa
inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening
pada hilusipsilateral dan mediastinal.
3. Pasien kanker bronkhus dengan oat cell.
4. Pasien kambuhan sesudah lobektmi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.
Pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggu dengan
dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi :
1. Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari
sesudah pengobatan.
2. Pneumonitis: pada rontgen terlihat bayangan eksudat di
daerah penyinaran
f. Terapi Laser
g. Torasentesis dan Pleurodesis
1. Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan tumor
paru.
2. Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan
parietalis dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
3. Tujuan akhir: mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2. Manajemen Bedah
a. Dikerjakan pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma
adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan.
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang
mencakup tiga kriteria:
1. Karakteristik biologis tumor
- Hasil baik: tumor dari sel karsinoma dan epidermoid

9
Universitas Sumatera Utara
- Hasil cukup baik: adekarsinoma dan karsinoma sel besar
tak terdefiriensi
- Hasil buruk: oat cell
2. Letak tumor dan pembagian stadium klinik
Untuk menentukan letak pembedahan terbaik.
3. Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2008)

F. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengenapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dn displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus diikuti
dengan supursa di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat breupa
batuk, hemoptysis, dispnea, demam, dan dingin.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase
ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.( Wartonah, 2007)

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi
pleura, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

10
Universitas Sumatera Utara
b. Brokhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk
mengkaji adanya tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumla absolute limfosit. Dapat dilakukan uuntuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi pencucian bagian dan pembersihan
sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengn ukurasn < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90-95%.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
denga cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening
yang terlibat.
e. Torakotomi
Untuk mendapatkan diagnostik kanker paru dikerjakan biala
bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.

2.1.2. OKSIGENASI
1. Pengertian oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam
sistem baik secara kimia maupun fisika. Oksigen merupaan gas
tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam

11
Universitas Sumatera Utara
proses metabolisme sel. Reaksinya menghasilkan
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan
karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberi dampak yang cukup bermakna terhadap aktivasi sel.
Sedangkan pernapasan didefiniikan sebagai peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung oksigen serta mengehmbuskan
udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
dari iksidasi yang keluar dari tubuh. (Nurhidayah, 2016)
Oksigen sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup,
selain itu oksigen juga emberi manfaat yang sangat banyak bagi
tubuh, diantaranya:
a. meningkatkan daya ingat dan kecerdasan otak.
b. Mencegah kanker, penyakit asma dan berbagai penyakit
lainnya.
c. Mengurangi racun dalam darah.
d. Menstabilkan tekanan darah.
e. Memperkuat jantung dan sistem kekebalan tubuh.
f. Mencegah stres dan gugup.
g. Mempercantik kulit dan mencegah penuaan dini.

2. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan


A. Saluran pernapasan bagian atas
1. Nasal (hidung)
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, memiliki
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Di alamnya terdapat kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu-
bulu agak kasar dan bermuara ke rongga hidung. Rongga hidung
dilapisi oleh saluran lendir yang mengandung opembuluh darah.
Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk
melalui hidung oleh bulu-bulu yang ada dalam vestibulum ( bagian
rongga hidung), kemudian udara trsebut dihangatkan dan

12
Universitas Sumatera Utara
dilembabkan. Selain itu, terdapat rongga hidung yang dilapisi oleh
selaput lendir yang mengandung pembuluh darah.

2. Faring (tekak)
Faring merupakan pipa yang memilii otot, memanjang dari
dasar tenggorokan sampai dengan esifagus yang terletak di
belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring), dan
di belakang laring (laringorofaring). Faring merupakan tempat
persimapngan antara jalan pernapasan dan makanan.
3. Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setlah faring yang
terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersam ligamen
dan membran, terdiri atas 2 lamina yang bersambung di garis
tengah. Laring memiliki tiga fungsi utama yaitu, sebagai saluran
udara, sebagai pintu pengatur perjalanan udara pernapasan dan
makanan serta sebagai organ penimbul suara.
4. Epoglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang menjadi
pemisah antara saluran pernapasan atas dan saluran pernapsan
bawah. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, terjadi
penutupan glotis yang berfungsi seperti pintu pada auditorius laring
dan epiglotis yang berbentuk seperti daun, bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
B. Saluran pernapasan bagiaa bawah
1. Trachea (batang tenggorokan)
Trachea memiliki panjang kirang lebih sembilan sentimeter
yang dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebratorakalis
kelima. Trachea tersusun atas enam belas ampai dua puluh
lingkaran tdiak lengkap berupa cincin atau seperi kuku kuda.
Sebelah dala dilapisi selaput lendir yang berbulu getar terdiri dari
atas epitalium ersilia yang hanya ergerak ke arah luar.
2. Bronchus (cabang tenggorokan)

13
Universitas Sumatera Utara
Bronchus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan
dari trachea yang terdiri atas dua percabangan kaan dan kiri.
Letaknya sejajar dengan vertebra thorakalis IV dan V. Bagian
kanan lebih pendek dan lebar daripda bagian kiri terdiri dari 6-8
cincin yang memiliki 3 cabang atau tiga lobus yaitu lobus atas,
dengah, dan bawah. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih ramping
dari bagian kanan terdiri dari 9-12 ciincin memiliki 2 cabang yaitu
lobus atas dan bawah.
3. Bronchiolus (cabang setelah bronchus)
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronchus lobaris, dan bronchus segmentalis. Percabangan
ini terus mengecil sampai akhirnya menjadi bronchiolus terminalis.
Bronchus terminalis merupakan saluran udara terkecil yang tidak
mengandung kantung udara (alveoli). Bronchiolus dikelilingi otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Setalh bronchiolus
terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru
yaitu tempat terjadinya pertukaran gas.
4. Paru-paru (pulmo)
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-
paru mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan
tengah dipisahkan oleh jantung serta pembuluh darah besarnya dan
struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum. Paru-paru
adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di
atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam
dasar leher. (Nurhidayah, 2016)

C. Proses oksigenasi
1. Ventilasi
Ventilasi merupaan proses keluar dan masuknya oksigen
dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses

14
Universitas Sumatera Utara
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya. Adanya
kemampuan otak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan napas yang dimulaid
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos
yang kerjanya sangat dipenagruhi oleh sistem saraf otonom.
2. Disfusi Gas
Disfusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler engan alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri
atas epitel alveoli dan interstisial, perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2, pCO2 dalam aretri pulmonalis akan berdifusi ke
dalam alveoli, dan afinitas gas.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2
kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada
proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin
(30%), larut dalam plasma (5%) dan sebagian menjadi HCO3 yang
berada dalam darah. (Hidayat, 2007)

2.1.3. Masalah Kebutuhan Oksigenasi


A. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi
oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel,
ditandai dengan warna kebiruan pada kulit (sianosis). Secara umum
terjadinya hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb,

15
Universitas Sumatera Utara
menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat
menurunkan konsentrasi oksigen.

Perubahan Pola Pernapasan


2. Tachypnea
Merupakan pernapasan yang frekuensi lebih dari 20
kali per menit. Proses ini terjadi karen aparu dalam
keadaan atelektasis atau terjadinya emboli.
3. Bradypnea
Merupakan pola pernapasan yang lambat dan
kurang dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan
dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang
disertai narkotik atau sedatif.
4. Hiperventilasi
Merupakan cara tubuh dala mengompensiasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai
engan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek,
adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2, dan
lain-lain.
4. Kusmaul
Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang
dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis
metabolik.
5. Hipoventilasi
Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat
ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan
oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat

16
Universitas Sumatera Utara
atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapsan, depresi
pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara,
penurunan tahanan jaringan paru dan toraks, serta
penurunan compliace paru dan toraks.
6. Dispnea
Merupakan perasaa sesak dan berat saat bernapas.
Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas
dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan
pengaruh psikis.
7. Orthopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada
sesorang yang mengalami kongesif paru.

8. Cheyne stokes
Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari
siklus baru.
9. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari
keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan
atelektasis.

10. Biot
Merupakan pernapasan dengan irama mirip dengan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola
ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak,
tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala,
dan lain-lain.

17
Universitas Sumatera Utara
11. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan. Pola ini pada
umumnya ditemukan pada kasus spasme trackea atau
obstruksi laring.

B. Obstruksi Jalan Napas


Obstruksi jalan napsa merupakan kondisi pernapsan
yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara
efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis
sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan
seperti cerebro vascular accident (CVA), efek pengobatan
sedatif, dan lain-lain. (Hidayat, 2007)
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan
nafas yang bersih ( Nanda, 2012).

C. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas,
baik oksigen maupun karbondioksida antara alveoli paru
dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang
kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf,
depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang paru.
Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan
kapsaitas difusi menurun, antara lain disebabkan oleh
penurunan luas permukaan difusi, penebalan membran
alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru ke jaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik,
anemia, keracunan karbondioksida, dan terganggunya
aliran darah.

18
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Pengkajian
1. Inspeksi
Pengkajian ini meliputi : pertama, penentuan tipe jalan nafas,
seperti menilai apakah nafas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal,
atau menggunakan selang endotrakeal atau tracheostomi, kemudian
menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret,
perdarahan, bengkak atau obstruksi mekanik; kedua, perhitungan
frekuensi pernafasan dalam waktu satu menit (Umumnya wanita
bernafas sedikit lebih cepat, apabila kurang dari 10kali per menit pada
orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak, atau
kurang dari 30 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai
brapdinea atau pernafasan lambat, dan bila lebih dari 20 kali per menit
pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit pada anak-anak atau
kurang dari 50 kali per menit pada bayi maska disebut sebagai
takhipnea atau pernafasan cepat; ketiga, pemeriksaan sifat pernafasan,
yaitu torakal,abdominal, atau kombinasi keduanya; keempat,
pengkajian irama pernafasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama daripada inspirasi,
yaitu 2:1. Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi terjadi pada orang
yang mengalami sesak napas; kelima, pengkajian terhadap dalam/
dangkalnya pernafasan ( pada pernafasan yang dangkal, dinding toraks
tampak hampir tidak bergerak.

2. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna
untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa,
lesi, dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika
pasien mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara. (vocal premitus)

19
Universitas Sumatera Utara
3. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
a. Suara perkusi normal
- Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan
paru-paru normal umumnya bergaung dan bernada
rendah.
- Dullnes : dihasilkan di atas bagian
jantung atau paru-paru.
- Tympany : dihasilkan diatas perut yang
berisi udara umumnya bersifat musikal.

b. Suara perkusi abnormal


- Hiperresonan : bergaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
- Flatness : nadanya lebih tinngi dari
dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah
paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.

4. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencakup mendengarkan suara nafas normal dan suara tambahan
(abnormal). Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
I. Jenis suara napas normal adalah :
a. Bronkhial : sering juga disebut dengan ‘tubular
sound’ karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube, suaranya terdengar keras,

20
Universitas Sumatera Utara
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan
tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut. Normal
terdengar di atas trakhea atau daerah lekuk
suprasternal.
b. Bronkovesikular : merupakan gabungan dari suara
nafas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di
daerah dada di mana bronkus tertutup oleh dinding
dada.
c. Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti
angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekpsirasi terdengar seperti tiupan.

II. Jenis suara tambahan adalah :


1. Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musikal, suara terus-menerus yang
disebabkan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
2. Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-
menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
3. Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat
dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasienmengalami
nyeri saat bernafas dalam.
4. Crackles : dibagi menjadi dua jenis yaitu
a. Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar sat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat
udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkkiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.

21
Universitas Sumatera Utara
b. Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter
suara lemah, kasar, suara gesekan terpotongakibat
terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.

2.1.5. Analisa Data


Data subjektif :
Data subjektif yang biasa di temukan untuk pasien dengan
gangguan sistem pernafasan antara lain adalah penurunan berat badan,
sesak nafas, dada terasa berat, nyeri dengan sala relatif, batuk kering atau
batuk berdahak, batuk berdarah, riwayat penggunaan tembakau dan
olahannya, riwayat kerja di lingkungan polutan, riwayat alergi terhadap
alergen, riwayat penyakit keturunan.. mual dan muntah bisa ditemukan
untuk pasien yang mengalami terapi tertentu.

Data objektif :

Sedangkan data objektif yang sering kita dapatkan setelah


observasi pasien dengan masalah respirasi antara lain adalah
ditemukannya perubahanRR. Peningkatan ataupun penurunan RR
dipengaruhi oleh keadaan seperti sesak, nyeri, gangguan pola nafas atau
obstruksi jalan nafas, aktifitas fisik. Perubahan HR yang dipengaruhi oleh
sirkulasi dalam tubuh, nyeri ataupun gangguan pola nafas. Sianosis,
keadaan umum lemah, perubahan suara nafas menjadi suara nafas
abnormal, takikardi, bradikardi, perubahan bunyi auskultasi, batuk kering
atau berdahak, batuk berdarah, ekspansi paru tidak maksimal, peningkatan
fremitus taktil, demam, penurunan berat badan, edema, cemas, takut
adalah data objektif yang bisa kita temui.

2.1.6. Rumusan Masalah


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Pola nafas tidak efektif.
3. Nyeri kronis.
4. Intoleransi aktivitas.

22
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Perencanaan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Berhubungan dengan :
- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, retensi secret, mucus
berlebih, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing dijalan
nafas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.
- Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding brokial,
PPOK, infeksi, asma, trauma jalan nafas.
Tujuan :
- Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif.
- Menunjukkan status pernafasan : kepatenan jalan nafas.
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami aspirasi
- Mengeluarkan secret secara efektif
- Mempunyai jalan nafas yang paten
- Irama dan frekuensi pernafasan dalam batas normal
- Suara nafas jernih.

2. Pola nafas tidak efektif


Berhubungan dengan :
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Penurunan energy dan kelelahan
- Hiperventilasi
- Kelelalahan otot-otot pernafasan

23
Universitas Sumatera Utara
Tujuan :
- Menunjukkan pola pernafasan efektif
- Menunjukkan status pernafasan: ventilasi tidak terganggu
- Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernafasan.

Kriteria hasil :
- Pernafasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
- Kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal
- Fungsi paru dalam batas normal

a. Nyeri Kronis
Berhubungan dengan :
- Ketidakmapuan fisik
- Topeng wajah
- Kegelisahan
Tujuan :
- Menunjukkan rentang skala nyeri pasien berkurang atau menghilang.
- Menunjukkan ekspresi senang di wajah pasien.

Kriteria hasil :
- Mampu mengendalikan nyeri
- Skala nyeri berkurang atau hilang
3. Intoleransi Aktivitas
Berhubungan dengan :
- Tirah baring/imobilitas
- Nyeri kronis
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan :

24
Universitas Sumatera Utara
- Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan
daya tahan, pengehematan energi, dan perawtan diri: Aktivitas
Kehidupan Sehari-hari (AKSI)
Kriteria hasil :
- Menyadari keterbatasan energi
- Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
- Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

2.2. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

2.2.1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 70 Tahun

Status perkawinan : Kawin

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. SM. Raja No 378 Medan

Tanggal Masuk RS : 09 Mei 2017

25
Universitas Sumatera Utara
No. Register : 016025

Ruangan : VIP 9

Golongan Darah :-

Tanggal pengkajian : 10 Mei 2017

Tanggal operasi :-

Diagnosa Medis : Tumor Paru

II. KELUHAN UTAMA


Ketika dilakukan pengkajian pasien mengatakan mengalami sesak nafas
kurang lebih sejak 3 bulan terakhir ini dan mulai memberat dalam 2 minggu
terakhir. Pola pernafasan pasien 31x/ menit. Pasien mengatakan batuk
berdahak dan sputum sulit untuk dikeluarkan. Pasien mengatakan nyeri di
bagian dada di sebelah kanan dengan skala nyeri 3.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative / palliative
1. Apa penyebabnya :
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang di deritanya sekarang ini
akibat mulai dari umur 21 tahun pasien mengkonsumsi rokok 2
bungkus per harinya.
2. Hal yang memperbaiki keadaan :
Sesak nafas pasien dapat berkurang jiika pasien tidak beraktifitas
berat seperti bekerja, istirahat yang cukup dan ketika tidak
merokok.

B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasakan sesak seperti tertimpa benda yang berat. Pasien
juga mengatakan dada terasa berat ketika menarik nafas.
Pernafasan pasien juga dangkal dan pendek.
2. Bagaimana dilihat

26
Universitas Sumatera Utara
Pasien tampak sulit untuk bernafas, pernafasan cuping hidung.
Ketika berbicara suara pasien terdengar berat.

C. Region
1. Dimana lokasinya
Sesak di rasakan di bagian dada.
2. Apakah menyebar
Pasien mengatakan sesak tidak menyebar.

D. Severity
Akibat penyakit yang di derita pasien, aktivitas pasien menjadi terganggu.

E. Timer
Sesak di rasakan semenjak 3 bulan yang lalu. Pasien mengatakan sesak
terasa setiap saat namun terasa memberat ketika melakukan aktivitas berat.
Pengkajian Nyeri
- Provocative
Pasien mengatakan nyeri terjadiakibat dari penyakit yang di deritanya
- Quality
Pasien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk benda yang tajam.
- Region
Pasien mengatakan nyeri terasa di bagian dada sebelah kanan.
- Severity
Pasien mengatakan nyeri skala 3, pengkajian ini dilakukan dengan
menunjukkan kartu pengukur nyeri.

27
Universitas Sumatera Utara
- Treatment
Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, sebelumnya pasien
mengonsumsi obat pereda nyeri yaitu asam mefenamat, dan
beristirahat.
- Understanding
Klien mengatakan bahwa nyeri sudah berkali-kali terjadi dan bertambah
parah ketika ia melakukan aktivitas berat seperti bekerja atau
mengangkat beban berat.
- Values
Klien mengatakan bahawa ia berharap nyeri bisa berkurang dan hilang.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien tidak pernah mengalami
batuk berdahak, tidak pernah mengalami kecekalaan yang parah, dan
pasien mengatakan sebelumnya pernah menderita demam berdarah dan
di rawat di Ruma Sakit Elisabeth Medan.
B. Pengobatan / tindakan yang pernah dilakukan
Tindakan pengobatan yng di dapatkan pasien selama di Rumah Sakit
Elisabeth Medan yaitu mendapat IVFD RL (Ringer Laktat). Pasien
dianjurkan istirahat yang cukup dan minum yang banyak. Di berikan obat
penurun panas seperti paracetamol. Dan pasien mendapatkan
pemeriksaan hematokrit secara berkala.
C. Pernah dirawat/ operasi
Pasien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Elisabeth sebelumnya
D. Lama dirawat
Pasien mengakatan sebelumnya ia pernah dirawat selama kurang lebih 2
minggu di rumah sakit
E. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi apapun.
F. Imunisasi
Pasien mengatakan bahwa ia tidak ingat betul akan status imunisasinya.

28
Universitas Sumatera Utara
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Keluarga pasien mengatakan Orang Tua pasien meninggal beberapa
tahun yang lalu, dan tidak mengalami riwayat kanker/tumor
sebelumnya, namun orang tua pasien pernah mengalami kecelakaan
yaitu jatuh dari motor.
B. Saudara kandung
Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara. Keluarga mengatakan saudara
kandung pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama.
C. Penyakit keturunan yang ada
Pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan dalam
keluarga
D. Anggota keluarga yang meninggal
Orang tua pasien
E. Penyebab meninggal
Karena sudah tua, dan penyakit tidak diketahui.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita disebabkan oleh
pola hidupnya selama ini, karena ia mulai merokok sejak umur 21
tahun dan mengkonsumsi rokok 2 bungkus per harinya.
B. Konsep Diri
1. Gambaran diri : pasien dapat menerima gambaran dirinya
2. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh
3. Harga diri : pasien tidak merasa malu terhadap penyakit yang
diderita
4. Peran diri : peran pasien sebagai ayah dan suami di dalam
keluarga.
5. Identitas : Pasien adalah seorang wiraswasta, ayah , suami
dan kepala keluarga

29
Universitas Sumatera Utara
C. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien stabil. Pasien dapat mengontrol emosi dan
mengungkapkan perasaan dengan baik.
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
Bagi pasien orang yang berarti bagi dirinya adalah keluarganya,
istrinya, anak dan cucunya.
2. Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga dan selama pasien
dirawat di rumah sakit selalu ada keluarga yang menunggu pasien.
3. Hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan orang lain berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan selama proses pengkajian pasien dapat merespon
dengan baik, dan selama sakit para tetangga atau teman pasien datang
menjenguk.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Karena penyakit yang di deritanya, pasien menjadi cepat lelah.
Sehingga hal ini menghambat pasien berinteraksi dengan orang lain.
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama Kristen Protestan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya
2. Kegiatan Ibadah
Untuk sementara ini kegiatan ibadah pasien tidak dapat dilakukan
sebagaimana mestinya dikarenakan penyakit yang di derita pasien.
Namun pasien tetap berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesembuhan.

30
Universitas Sumatera Utara
VII.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Pasien sadar dan kooperatif namun tampak lemah.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 370C
2. Tekanan darah : 120/70 mmHg
3. Nadi : 98 x / menit
4. Pernafasan : 31 x / menit
5. Skala nyeri :3
6. TB : 169 cm
7. BB : 71 kg

C. Pemeriksaan head to toe


1. Kepala dan rambut
- Bentuk : simetris dan normal
- Ubun-ubun : tidak ada nyeri tekan
- Kulit kepala : bersih, tidak ada edema maupun lesi

2. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran rambut tidak merata
dan rambut berwarna hitam bercampur putih karena uban. Tekstur
rambut halus.
- Bau : tidak ada bau yang tidak sedap
- Warna kulit : putih kekuningan.

3. Wajah
- Warna kulit : kecoklatan.
- Struktur wajah : bentuk wajah oval dan simetris.

4. Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : bola matasimetris dan lengkap
serta pergerakan mata normal.

31
Universitas Sumatera Utara
- Palpebra: normal dan simetris.
- Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
- Pupil : refleks terhadap cahaya normal.
- Cornea dan iris: kornea bening.
- Visus : tidak dikaji, perawat tidak membawa kartu snallen. Namun
dalam jarak 1 meter pasien masih mampu membaca majalah tanpa
alat bantu penglihatan.
- Tekanan bola mata : tidak dilakukan pengkajian

5. Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal, simetris dan tidak
ada kelainan
- Cuping hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
6. Telinga
- Bentuk telinga: bentuk dan telinga normal, tidak ada
pembengkakan dan lesi.
- Ukuran telinga : normal
- Lubang telinga : lubang telinga normal
- Ketajaman pendengaran : tidak dilakukan pengkajian karena tidak
membawa garputala, namun ketika diajak berkomunikasi pasien
masih mampu mendengar dengan baik.

7. Mulut dan faring

- Keadaan bibir : kering dan sedikit pecah-pecah, berwarna merah


kehitaman, tidak ada tanda sianosis.

- Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih, beberapa gigi sudah tanggal
dikarenakan faktor usia, tidak ada pendarahan pada gusi.

- Keadaan lidah : Bersih, normal, kekuatan otot lidah baik, fungsi


pengecapan baik.

- Orofaring : tidak dilakukan pemeriksaan.

32
Universitas Sumatera Utara
8. Leher

- Trachea: Tidak ada massa ataupun nyeri tekan.

- Thyroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid.

- Suara : Suara terdengar serak karena penyumbatan sputum.

- Kelenjar limfe : tidak dikaji

- Vena jugularis : Teraba, kuat, teratur.

- Denyut nadi karotis : Teraba, kuat, teratur.

9. Pemeriksaan integument

- Kebersihan : Bersih,

- Kehangantan : Hangat, suhu permukaan kulit 370C

- Warna : Warna kulit kecoklatan.

- Turgor : Kembali < 3 detik

- Kelembapan : Sedikit kering.

- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit.

10. Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : Tidak dikaji.

- Warna payudara dan aerola : Tidak dikaji.

- Kondisi payudara dan putting : Tidak dikaji.

- Produksi ASI : Tidak dikaji.

- Aksila dan klafikula : Tidak dikaji.

11. Pemeriksaan thorak/dada

33
Universitas Sumatera Utara
- Inspeksi thorak : Barrel Chest. Diameter anterior posterior transversal
mempunyai perbandingan 1:1.

- Pernafasan : Nafas pasien pendek dan tidak dalam, frekuensi nafas 31


x/menit, suara nafas ronki.

- Tanda kesulitan bernafas : Terdapat pernafasan cuping hidung,


penggunaan otot bantu nafas, yaitu :

- interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing


iga.
- sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
-skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
- interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
- otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma ke atas.
- otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
Nafas pasien pendek dan dangkal, suara nafas ronki.

12. Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : Pada pulmo dextra superior tidak teraba vibrasi
dikarenakan terdapat massa tumor.

- Perkusi : pada bagian pulmo dextra superior suara perkusi dullness,


selebihnya resonan.

- Auskultasi : Suara nafas ronki, suara ucapan terkadang serak terhalang


sputum, tidak ada suara tambahan

13. Pemeriksaan jantung

- Inpeksi : Tidak terlihat adanya pembengkakan pada jantung.

- Auskultasi: Tidak dilakukan pemeriksaan

- Perkusi: Tidak dilakukan pemeriksaan

34
Universitas Sumatera Utara
- Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

14. Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi : Bentuk simetris, namun pergerakan antara dada dan


abdomen ketika bernafas terlihat tidak simetris, cekung.

- Auskultasi : Bunyi peristaltik usus 7 x/menit.

- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen, tidak ada benjolan
atau teraba massa abnormal, tidak asites, permukaan hepar regular.

15. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

- Genitalia : Tidak dikaji

- Anus dan perineum : Tidak dikaji

16. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas : Otot simetris sumbu tubuh,


terdapat sianosis pada perifer ekstremitas, tidak ada tanda-tanda edema.
17. Fungsi neurologi :

- Nervus Olfaktorius/N I:
Kemampuan menghidu pasien cukup baik.

- Nervus Optikus/N II :
Pasien mampu membaca hingga jarak 1 meter tanpa alat bantu baca dan
luas lapang pandang pasien baik.

- Nervus Okulomotoris/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI:


Pasien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal (diameter 3
mm) lapang pandang bola mata pasien luas. Reaksi cahaya (+)

- Nervus Trigeminus/N V:
Pasien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan
rabaan.

35
Universitas Sumatera Utara
- Nervus Fasialis/N VII :
Pasien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah. Otot
wajah tampak simetris.

- Nervus Akustik/N VIII :


Pasien mampu memdengar detik jam tangan hingga jarak 1 meter pada
masing-masing telinga. Namun test romberg tidak dilakukan karena
keterbatasan psaien.

- Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/ N X :


Pasien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut dan refleks muntah
positif.

- Nervus Aksesorius/N XI :
Pasien mengangkat bahu dan menahan tekanan pada bahunya.

- Nervus Hipoglasus/ N XII :


Gerakan lidah pasien terkoordinasi, pasien memmpu melakukan tes jari-
hidung, pasien tidak mampu melakukan pronasi dan supinasi dengan baik
pada telapak tangannya karena psien merasa lemas.

18. Fungsi motorik :


Pasien terbaring lemah di tempat tidur, sebagian aktivitas dasar pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat (misalnya mandi dan makan).
VIII. KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan sehari : 3 x/hari.

- Nafsu/selera makan : Nafsu makan pasien baik.

- Nyeri ulu hati : Tidak ada.

- Alergi : Tidak ada riwayat alergi.

36
Universitas Sumatera Utara
- Mual dan muntah : Pasien kadang merasakan mual, namun tidak muntah.

- Waktu pemberian makan : Sesuai dengan jam makan rumah sakit, pagi
hari pukul 07.00 WIB, siang hari pukul 12.30 WIB, malam hari pukul
18.00 WIB

- Jenis makan : jenis makanan pasien yaitu bubur

- Waktu pemberian cairan/minum : Pasien minum sehabis makan, setiap kali


haus dan pemberian cairan intravena RL 20 tetes / menit.

- Masalah makan dan muinum : Tidak ada masalah.

2. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien bersih, pasien di lap dengan waslap dan
air hangat 2x/hari oleh perawat dan keluarga.

- Kebersihan gigi dan mulut : Mulut dan gigi pasien bersih, pasien menyikat
gigi 2 kali sehari dibantu perawat dan keluarga.

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku kaki dan tangan pasien bersih
karena dipotong seminggu sekali oleh keluarga atas saran perawat.

3. Pola kegiatan/aktifitas

Kegiatan Mandiri Sebagian Bantuan total


Mandi 
Makan 
BAB 
BAK 
Ganti pakaian 

Untuk aktivitas ibadah, selama sakit kegiatan ibadah pasien terhambat.


Pasien tidak dapat pergi ke gereja, namun pasien tetap berdoa selama
berada di rumah sakit.

37
Universitas Sumatera Utara
4. Pola eliminasi
BAB
- Pola BAB : Pasien BAB 1 x/hari, biasanya pagi hari di tempa tidur
dengan alat bantu.

- Karakter feses : Konsistensi semi padat.

- Riwayat perdarahan : Tidak ada

- BAB terakhir : Sehari sebelum tanggal pengkajian ( 09 Mei 2017)

- Diare : tidak ada

- Penggunaan laktasif : tidak ada

BAK
- Pola BAK : Pasien BAK kurang kebihn 6-7 x/hari menggunakan pispot,
namun terkadang pasien ke kamar mandi.

- Karakter urin : Berwarna kuning, cair.

- Nyeri saat BAK : Tidak ada

- Penggunaan diuretic : Tidak ada

- Riwayat penyakit ginjal dan saluran kemih : Tidak ada

IX. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.

Hasil Analisa Gas Darah Hasil Nilai Rujukan


pH 7, 53 7,37-7,45
pCO2 39,5 33-44
pO2 175,00 71-104
HCO3 33,1 22-29
T CO2 34,0 23-27
Saturasi O2 100 95-100

38
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
- Jika pH meningkat : menandakan alkalosis metabolisme atau
respiratori.
- Jika pH menurun : menandakan asidosis metabolisme atau
respiratori.
- Jika pCO2 meningkat : mengindikasikan kemungkinan CAL,
pneumonia, efek anastesi, dan penggunaan opioid (asidosis
respiratori).
- Jika pCO2 menurun : mengindikasikan hiperventilasi/ alkalosis
respiratori.
- Jika HCO3 meningkat : mengindikasikan kemungkinan asidosis
respiratori sebagai kompensasi awal dari alkalosis metabolisme.
- Jika HCO3 menurun : mengindikasikan kemungkinan alkalosis
respiratori sebagai kompensasi awal dari asidosis metabolisme.
(Irman Somantri, 2009)

Terapi Obat

Nama obat Dosis Fungsi Efek Samping


InjeksiCeftriaxone 1 amp/12 jam Antibiotik Lelah,
yang dapat sariawan, nyeri
digunakan tenggorokan,
untuk dan diare.
mengobati
beberapa
kondisi akibat
infeksi bakteri.
Injeksi Ranitidine 1 amp/12 jam Mengurangi gelisah,
produksi asam muntah, ruam.
lambung.

39
Universitas Sumatera Utara
Dexamethason 5 mg / 8 jam Anti inflamasi, Gangguan
anti alergi. saluran
pencernaan,
gangguan tidur
dan
osteoporosis.
Ambroxol 3x1 Mengobati Mual dan
batuk muntah
berdahak.
Ventolin 1 amp / 8 jam Untuk Denyut, jantung
mengobati cepat, tremor,
penyakit pada takikardia.
saluran
pernafasan

2.2.2. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah keperawatan


Tumor paru Bersihan jalan nafas
DS : tidak efektif
Pasien mengatakan kalau Penekanan pada
ada dahak di rongga paru
tenggorokannya dan susah
dikeluarkan Penyempitan ruang
paru elveoli
DO:
Pasien batuk berdahak Pengembangan paru
dengan karakter sekret terbatas
kental, upaya batuk pasien
lemah, upaya batu pasien Produksi sekret
buruk. meningkat

40
Universitas Sumatera Utara
Obstruksi jalan nafas

DS : Pasien sesak
Pasien mengeluhkan sesak
bernafas dan dada terasa Bersihan jalan nafas
berat. tidak efektif
DO:
Keadaan umum pasien Frekuensi nafas tidak
lemah, pasien tampak normal
sesak.
RR : 31x/i Pola nafas tidak Pola nafas tidak efektif
efektif

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS: Tumor paru Gangguan rasa nyaman :
Pasien mengatakan bahwa nyeri
dada terasa nyeri terlebih Penekanan pada
ketika melakukan aktivitas rongga paru
berat. Pasien mengatakan
lemas dan sulit melakukan Penyempitan pada
aktivitas karena nyeri yang ruang alveoli
dirasakan.
Pasien merasa nyeri
DO: ketika beraktivitas
Pasien tampak terbaring
lemah di tempat tidur, Gangguan rasa
terkadang wajah pasien nyaman : nyeri
tampak meringis, skala
nyeri 3.

41
Universitas Sumatera Utara
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS: Tumor paru Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan bahwa
ia sulit untuk melakukan Penekanan pada
aktivitas. Karena ketika ia rongga paru
melakukan banyak
aktivitas dada nya terasa Penyempitan pada
nyeri dan sesak. ruang alveoli

DO: Pasien sesak ketika


Pasien tampak terbaring beraktivitas
lemah di tempat tidur,
semua kegiatan pasien Kelemahan secara
dibantu oleh perawat dan umum
keluarga.
Intoleransi aktivitas

2.2.3. MASALAH KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Ketidakefektifan pola nafas.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri
4. Intoleransi aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus


yang kental, kelemahan upaya batuk ditandai dengan suara nafas ronki,
terdapat sputum saat pasien batuk

42
Universitas Sumatera Utara
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspensi
paru dan ditandai dengan pasien sesak, RR 31x/ menit, nafas pendek
dan dangkal.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor paru ditandai dengan pasien merasakan nyeri ketika
beraktivitas berat, skala nyeri 3 dan wajah pasien terkadang tampak
meringis.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum
ditandai dengan pasien terbaring lemah di tempat tidur dan beberapa
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarga.

2.2.4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

NO Diagnosa keperawatan Perencanaan keperawatan

1 Bersihan jalan nafas tidak Tujuan :


efektif berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan
dengan sekresi mukus diharapkan bersihan jalan nafas menjadi efektif,
yang kental, ditandai sekret berkurang/hilang.
dengan suara nafas ronki,
terdapat sputum saat Kriteria hasil :
pasien batuk. - menunjukkan jalan nafas yang efektif
-sekret berkurang/hilang
- irama dan frekuensi nafas dalam rentang
normal
- fungsi paru dalam batas normal
- suara nafas normal

Intervensi Rasional

1. Auskultasi dada untuk mengetahui 1. Pernafasan bising seperti ronki dan

43
Universitas Sumatera Utara
karakter bunyi nafas dan adanya sekret. mengi menggambarkan tertahannya
2. Bantu pasien dengan menginstruksikan sekret dan/atau obstruksi jalan nafas.
nafas dalam dan efektif dan batuk dengan 2. Posisi duduk memungkinkan ekspansi
posisi duduk tinggi dan menekan daerah paru maksimal dan penekanan
insisi. menguatkan batuk untuk mobilisasi
3. Observasi jumlahdan karakter dan membuang sekret. Penekanan
sputum/aspirasi sekret. Selidiki dilakukan perawat (meletakkan tangan
perubahan sesuai indikasi. di anterior dan posterior dinding dada)
4. Kolaborasi penggunaan oksigen dan oleh pasien (dengan bantal)
humidifikasi/neulizer ultrasonic. Berikan sampai kekuatan membaik.
cairan tambahan melalui IV
sesuaiindikasi. 3. Peningkatan jumlah sekret tak
5. Kolaborasi pemberian berwarna (atau bercak darah) berair
bronkodilator,ventolin dan/atau awalnya normal dan harus menurun
analgesik sesuai indikasi. sesuai kemajuan penyembuhan.
6. Observasi tanda-tanda vital pasien Adanya sputum yang tebal/kental,
7. Kolaborasi pemberian Ambroxol 3x1 berdarah atau purulen diduga sebagai
8. Lakukan suction. masalah sekunder yang memerlukan
perbaikan/pengobatan.

4. Dengan memberikan hidrasi maksimal


membantu
menghilangkan/mengencerkan sekret
untuk peningkatan pengeluaran.
Gangguan masukan oral memerlukan
tambahan melalui IV untuk
mempertahankan hidrasi.
5. Menghilangkan spasme bronkus untuk
memperbaiki aliran udara. Ventolin
meningkatkan produksi mukosa untuk
mengencerkan dan menurunkan
viskositas sekret , memudahkan

44
Universitas Sumatera Utara
pembuangan. Penghilang
ketidaknyamanan dada, meningkatkan
kerjasama pada latihan pernafasan dan
meningktakan keefektifan terapi
pernafasan.
6. Agar mengetahui perkembangan
pasien.
7. Agar sekret klien bisa dikeluarkan dan
tidak menyumbat pernafasan.

NO Diagnosa Keperawatan Perencanaan keperawatan

2 Pola nafas tidak efektif Tujuan :


berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan
penurunan ekspansi paru diharapkan pola nafas pasien menjadi efektif.
ditandai dengan pasien sesak,
RR 31x/ menit, nafas pendek Kriteria hasil :
dan dangkal. - pasien mengatakan sesak berkurang/hilang
- respirasi dalam batas normal.
- tidak menggunakan otot bantu nafas.
- menunjukkan perilaku mampu
mempertahankan fungsi pernapasan.

Intervensi Rasional

1. Ajarkan klien tentang teknik batuk efektif. 1. Untuk meningkatkan pernafasan


2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya yang lebih efektif.
bunyi nafas tambahan. 2. Perubahan bunyi nafas menunjukkan
3. Observasi pola batuk dan karakter sekret. obstruksi sekunder.
4. Berikan posisi semi fowler pada pasien 3. Kongesti alveolar mengakibatkan
5. Kolaborasi pemberian terapi oksigen batuk kering atau intiatif,
penyempitan ruang paru dan

45
Universitas Sumatera Utara
penimbunan cairan di cavum pleura
menyebabkan produksi sekret
meningkat.
4. Posisi semi fowler membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
5. Memaksimalkan pernafasan.

NO Diagnosa Keperawatan Perencanaan keperawatan

3 Gangguan rasa nyaman: nyeri Tujuan :


berhubungan dengan penekanan saraf Setelah dilakukan intervensi
oleh tumor paru ditandai dengan keperawatan diharapkan nyeri
pasien merasakan nyeri ketika yang dirasakan pasien dapat
beraktivitas berat, skala nyeri 3 dan berkurang atau menghilang.
wajah pasien terkadang tampak
meringis. Kriteria hasil :
- Mampu mengendalikan nyeri
-Skala nyeri berkurang atau
hilang
-Menunjukkan ekspresi wajah
rileks.

Intervensi Rasional

1. Ajarkan teknik relaksasi : tarik 1. Meningkatkan relakasi dan pengalihan


nafas dalam. perhatian.
2. Ketidaksesuaian antar petunjuk
2. Observasi dan catat skala, lokasi
verbal/non verbal dapat memberikan
dan intensitas nyeri.
petunjuk derajat nyeri,
3. Kolaborasi pemberian analgetik kebutuhan/keefektifan intervensi.

46
Universitas Sumatera Utara
3. Membantu mengurangi rasa nyeri.
4. Berikan program latihan aktivitas 4. Meningkatkan independensi pasien
sesuai toleransi. sendiri

NO Diagnosa keperawatan Perencanaan keperawatan

4 Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan :


dengan kelemahan secara umum Setelah dilakukan intervensi
ditandai dengan sebagian aktivitas keperawatan diharapkan pasien
pasien dibantu oleh perawat dan mampu melakukan aktivitas sehari-
keluarga hari secara mandiri.

Kriteria hasil :
- berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
- mampu melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri
- tanda-tanda vital normal
- mampu berpindah dengan atau tanpa
bantuan alat

Intervensi Rasional

1. Observasi respon terhadap 1. Melihat kemampuan beraktivitas klien.


aktivitas. 2. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan
2. Identifikasi faktor yang yang faktor yang mempengaruhi.
mempengaruhi intoleransi 3. Menemukan kebutuhan pasien tanpa
aktivitas seperti stress, efek membuat kelelahan.
samping obat,dll 4. Meningkatkan independensi pasien
3. Anjurkan untuk melakukan sendiri.
aktivitas ssuai kemampuan pasien. 5. Agar pasien semakin termotivasi untuk

47
Universitas Sumatera Utara
4. Berikan program latihan aktivitas melatih pergerakan.
sesuai toleransi
5. Berikan dorongan atau motivasi
kepada klien tentang penting nya
bergerak.

2.2.5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN


Hari / No. Implementasi Keperawatan Evaluasi
Tanggal Dx (SOAP)
Rabu / 10 1 1. Berbincang kepada S :
Mei 2017 pasien tentang Pasien mengatakan sesak
penyakitnya dan nafas, batuk berdahak dan
memperkenalkan diri. nyeri dada.
2. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien dan O :
mengauskultasi dada k/u lemah
untuk mengetahui terpasang IVFD RL 20x/i
karakter bunyi nafas dan TD: 120/90 mmHg
adanya sekret. HR : 105x/i
3. Mengajari pasien teknik RR: 31x/i
nafas dalam. T: 36,4oc
4. Mengajarkan pasien Suara nafas ronki dan
teknik batuk efektif. terdapat sputum dengan
5. Berkolaborasi pemberian karakter kental dan
ventolin 3 ml dengan berwarna kuning
nebulizer kehijauan, kanal oksigen
6. Berkolaborsai pemberian terpasang dengan dosis 5
oksigen 5 liter dengan liter/ menit, RL 20 tetes
nasal kanul. per menit diberkan
7. Memberikan posisi melalui kateter intravena.
nyaman semi fowler. Pasien masih belum dapat

48
Universitas Sumatera Utara
2 1. Mengobservasi pola mempraktekkan teknik
batuk dan karakter sekret. batuk efektif dengan baik.
2. Mengatur posisi sesuai skala nyei 3, lokasi nyeri
kebutuhan pasien. dada bagian kanan, nyeri
Ajarkan teknik bernafas memberat ketika pasien
dan melakukan aktivitas
3. Mengkaji tanda-tanda berat.pasien msaih belum
vital pasien. bisa melakukan teknik
3 1. Mengobservasi tanda- nafsa dalam dengan baik.
tanda vital Pasien mulai bisa duduk
2. Mengobservasi skala di atas tempat tidur.
nyeri, lokasi dan
intensitas nyeri. A:
3. Mengajarkan teknik Masalah sebagian teratasi.
relaksasi pada pasien.
4 1. Menanyakan kegiatan P:
apa yang mampu dil Intervensi dilanjutkan
alkukan pasien.
2. Membantu pasien untuk
melakukan kegiatan
ringan, misalnya duduk
di tempat tidur.
3. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien.

49
Universitas Sumatera Utara
Hari / No. Implementasi Keperawatan Evaluasi
Tanggal Dx (SOAP)
Kamis/ 11 1 1. Mencatat frekuensi S :
Mei 2017 kedalaman dan Pasien mengatakan masih
kemudahan pernafasan. sedikit sesak dan sesak
Mengobservasi berkurang jia dalam
penggunaan otot bantu keadaan semifowler.
nafas, nafas bibir. Pasien masih merasakan
2. Mengauskultasi paru nyeri.
untuk gerakan udara dan
bunyi nafas tak normal. O:
3. Melakukan suction pada Sesak (+) suara nafas
pasien. ronki, penggunaan otot
4. Mengubah posisi dengan bantu nafas (+) pernafsan
sering, letakkan pasien cuping hidung (+)
dengan posisi semi Hasil suction :
fowler. Sekret (+) sebanyak 100
5. Mengkaji tanda-tanda cc/ hari karakteristik
vital pasien secara kental berwarna kuning
berkala. kehijauan
TD : 130/90 mmHg
HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i
Pasien masih belum
dapat pindah ke tempat
lain.
2 1. Berkolaborasi pemberian Skala nyeri masih 3
terapi oksigen 5 A:
liter/menit dengan nasal Masalah sebagian teratasi.
kanul.
2. Memberikan posisi semi P:

50
Universitas Sumatera Utara
fowler kepada pasien. Intervensi dilanjutkan.
3. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien.

3 1. Mengobservasi tanda-
tanda vital
2. Mengajarkan teknik
relaksasi pada pasien
3. Menanyakan skala nyeri
yang di rasakan pasien.
4 1. Melatih pasien
pindah ke tempat lain
dengan bantuan perawat
atau bantuan alat.
2. Mengkaji tanda-tanda
vital.

Hari / No. Implementasi Keperawatan Evaluasi


tanggal Dx (SOAP)
Jum’at / 1 1. Mengajarkan pasien teknik nafas S :
12 Mei dalam Pasien mengatakan sesak
2017 2. Mengauskultasi paru untuk gerakan masih ada namun sudah
udara dan bunyi nafas tak normal. sedikit berkurang. Pasien
3. Mengubah posisi dengan sering, mengatakan masih
letakkan pasien dengan posisi semi merasaka nyeri pada dada.
fowler. O:
4. Mengkaji tanda-tanda vitas pasien Sesak (+)
secara berkala. TD : 130/ 90 mmHg
5. Berkolaborasi pemberian terapi HR 87x/i,
oksigen 5 liter/menit dengan nasal RR : 27 x/i

51
Universitas Sumatera Utara
kanul. T : 36,50C
6. Memberikan posisi semi fowler sputum (+) nafas pendek
kepada pasien. dan dangkal, pasien dalam
keadan semi fowler kanul
oksigen terpasang 5 liter
2 1. Mengobservasi pola nafas klien.
per menit. Suara nafas
2. Mengubah posisi klien sesuai
ronki. Skala nyeri masih 3
kebutuhan.
namun pasien sudah
3. Mengkaji tanda-tanda vital klien.
mampu melakukan teknik
3 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
relaksasi.
2. Mengajarkan teknik relaksasi pada
A:
pasien
Masalah sebagian teratasi.
3. Menanyakan nyeri yang di rasakan
P:
pasien.
Intervensi dilanjutkan.

4 1. Melatih pasien untuk melakukan


kegiatan ringan, misalnya untuk
minum atau makan sendiri.
2. Mengkaji tanda-tanda vital

52
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

Setelah dilakukan perawatan selam tiga hari pada klien Tn.A dengan
gangguan sistem pernafasan “bersihan jalan nafas tidak efektif” pada pasien
Tumor Paru di ruang perawatan VIP 9 RS. USU Medan, penulis banyak
mendapatkan pengetahuan tentang tumor paru dan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Kompleksitas penyakit ini dapat ditemukan pada setiap tahap
proses keperawatan sebagai berikut :

1. Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan.


Pengumpulan data yang akurat dan sistematis serta membantu
dalam menentukan kasus kesehatan klien dan merumuskan
diagnosa keperawatan. Dalam proses pengkajian tidak terdapat
kesenjangan yang terlalu signifikan dengan teori yang ada.
2. Pada diagnosa keperawatan didapatkan 4 diagnosa keperawatan.
Pada perencanaa keperawatan, didapatkan gambaran bahwa dalam
menentukan suatu rencana ke depan, sangat tergantung pada
sumber daya manusia (perawat) yang tersedia pada rumah sakit
yang bersangkutan.
3. Pada implementasi keperawatan didapatkan gambaran bahwa yang
paling penting dalam penanganan pasien tumor paru adalah
memaksimalkan cara perawatan dengan memberikan implementasi
yang sesuai denagn keluhan yang didapatkan untuk mengurangi
keluhan dari klien.
4. Pada evaluasi keperawatan didapatkan gambaran bahwa
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memantau
perkembangan/kondisi klien mengingat kondisi penyakit klien
sudah dalam tahap kronis yang memerlukan perawatan yang secara
komprehensif.

53
Universitas Sumatera Utara
3.2. SARAN
3.2.1. Bagi instansi pendidikan
Diharapkan agar memberikan bekal pengetahuan yang optimal
kepada mahasiswa selama mengikuti pendidikan dan siberikan
pengawasan yang cukup saat menimba ilmu pengalaman di RS
serta bimbingan yang adekuat sehingga betul-betul menjadi
perawat yang profesional di bidang keperawatan.
3.2.2. Bagi Rumah Sakit/Peayanan kesehatan
a. Mengingat perjalanan penyakit dari tumor paru, maka
dengan kasus seperti ini perlu mendapatkan denagn
pengobatan yang intensif.
b. Perawatan tidak kalah pentingnya dari pengobatan , olehnya
itu perlu diberi penjelasan kepada pasien dan keluarga
mengenai pentingnya pentingnya perawatan yang intesif
bagi klien.
c. Untuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya
proses keperawatan senantiasa diterapkan dan dilaksanakan
secara berkesinambungan mengingat angka penyakit ini
terus bertambah setiap tahunnya dan merupakan salah satu
penyakit yang angat berbahaya.
3.2.3. Bagi klien
Klien dan keluarga diharapkan :
a. Selama perawatan, keluarga diharapkan membantu dalam
pemantauan status kesehatan klien dengan melaporkan
adanya perubahan pada paru atau adanya komplikasi yang
memerlukan penangan khusus.
b. Setelah pasien pulang, diharapkan keluarga sebisa mungkin
tetap memantau keadaan umum klien terutama fungsi
pernafsan secara menyeluruh dan bila terjadi sesuatu diluar
kemampuan keluarga segera bawa ke rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.

54
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M, E, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Jakarta:
EGC

Hidayat A. A. (2007), Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


danProses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, W, I, (2008), Buku Ajar Asuhan KDM: Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta: EGC.

Nurhidayah, R.E. & Nurbaiti. (2016), Kebutuhan Dasar Oksigenasi, Medan:


USU.

Riskesdas. (2013). Pusat Data dan Informasi Kementrian Republik Indonesia.


Health Statistic.
Somantri, I, (2008), Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem
Pernafasan, Jakarta : Salemba Medika.
Somantri, I. (2009), Asuhan Keperawatan Pada Klien Ganggguan Sistem
Pernafasan Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika.
Sudarta, W, I,(2016), Pengkajian Fisik keperawatan, Yogyakarta.
Wahid, A & Imam S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur : 2013.
Wartonah, S, (2007), KDM dan Proses Keperawatan Edisi 3, Jakarta Salemba
Medika.
Widyawati, S, A, Dwihapsari, E, & Nurjannah S, I, (2007), Buku saku
diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC,
Edisi 7. Jakarta.

55
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Catatan perkembangan
Implementasi dan evaluasi

No. Hari/ Jam Tindakan Evaluasi


Dx tanggal keperawatan
1 Rabu 14:30 a. Berbincang S: klien mengatakan dada nya sesak
10-05- kepada pasien dan batuk, dada terasa nyeri.
2017 tentang
penyakitnya dan O :
14:35 memperkenalkan k/u lemah
diri. terpasang IVFD RL 20x/i
b. Mengkaji tanda- TD: 120/90 mmHg
14: 50 tanda vital pasien HR : 105x/i
15:00 dan RR: 31x/i
mengauskultasi T: 36,4oc
15:15 dada untuk Suara nafas ronki dan terdapat
mengetahui sputum dengan karakter kental
15:25 karakter bunyi berwarna kuning kehijauan, kanal
nafas dan adanya oksigen terpasang dengan dosis 5
sekret. liter/ menit, RL 20 tetes per menit
c. Mengajari pasien diberkan melalui kateter intravena.
teknik nafas A : masalah teratasi sebagian.
dalam. P : intervensi dilanjutkan.
d. Mengajarkan
pasien teknik
batuk efektif.
e. Berkolaborsai
pemberian
oksigen 5 liter
dengan kanal.
f. Memberikan
posisi nyaman

56
Universitas Sumatera Utara
semi fowler

2 Rabu 15:30 a. Mengkaji tanda- S : pasien mengatakan dada terasa


10-05- tanda vital pasien. sesak dan nyeri,sputum sulit
2017 b. Mengobservasi dikeluarkan.
15:35 pola batuk dan O :
karakter sekret. k/u lemah
15:45 c. Mengatur posisi terpasang IVFD RL 20x/i
sesuai kebutuhan TD: 120/90 mmHg
pasien. Ajarkan HR : 105x/i
teknik bernafas RR: 31x/i
dalam. T: 36,4oc
Suara nafas ronki dan terdapat
sputum dengan karakter kental
berwarna kuning kehijauan, kanal
oksigen terpasang dengan dosis 5
liter/ menit, RL 20 tetes per menit
diberkan melalui kateter intravena.
A : masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.

3 Rabu 15:55 a. Mengobservasi S: pasien mengatakan bahwa dada


10-05- skala nyeri, lokasi terasa nyeri seperti tertusuk benda
2017 dan intensitas tajam.
16:05 nyeri. O:
b. Mengajarkan TD: 120/90 mmHg
teknik relaksasi HR : 105x/i
pada pasien. RR: 31x/i
T: 36,4oc
Pasien tampak meringis, skala nyeri
3, pasien masih belum bisa
melakukan teknik relaksasi dengan
baik.

57
Universitas Sumatera Utara
A: masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.

4 Rabu 16:10 a. Membantu pasien S : pasien mengatakan bahwa


10-05- untuk melakukan badan nya terasa lemah.
2017 kegiatan ringan,
misalnya duduk di O: pasien tampak lemah terbaring
tempat tidur. di atas tempat tidur.
b. Mengkaji tanda- TD: 120/90 mmHg
tanda vital pasien. HR : 105x/i
RR: 31x/i
T: 36,4oc
Pasien bisa melakukan kegiatan
duduk diatsa tempat tidur.

A: masalah teratsi sebagian.

P : intervensi dilanjutkan.

58
Universitas Sumatera Utara
1 Kamis 14:10 a. Mencatat frekuensi S :
11-05- kedalaman dan Pasien mengatakan
2017 kemudahan pernafasan. masih sedikit sesak
Mengobservasi dan sesak berkurang
penggunaan otot bantu jia dalam keadaan
14:15 nafas, nafas bibir. semi fowler.
b. Mengauskultasi paru
untuk gerakan udara dan O :
14:30 bunyi nafas tak normal. Sesak (+) suara nafas
c. Berkolaborasi pemberian ronki, penggunaan
ventolin 3 ml dengan otot bantu nafas (+)
nebulizer pernafasan cuping
14:50 d. Mengubah posisi dengan hidung (+)
sering, letakkan pasien TD : 130/90 mmHg
dengan posisi semi HR : 110x/i
15:00 fowler. T : 360C
e. Mengkaji tanda-tanda RR : 29x/i
vital pasien secara A :
berkala. Masalah sebagian
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan

59
Universitas Sumatera Utara
2 Kamis 15:10 a. Berkolaborasi pemberian S :
11-05- terapi oksigen 5 Pasien mengatakan
2017 liter/menit dengan nasal masih sedikit sesak
15:15 kanul. dan sesak berkurang
b. Memberikan posisi semi jia dalam keadaan
15:20 fowler kepada pasien. semifowler.
c. Mengkaji tanda-tanda O :
vital pasien. TD : 130/90 mmHg
HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i
A : masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan.

3 Kamis 15:30 a. Mengobservasi tanda- S :


11-05- tanda vital Pasien mengatakan
2017 15:35 b. Mengajarkan teknik masih merasakan
relaksasi pada pasien nyeri di bagian dada.
15:40 c. Menanyakan skala O:
nyeri yang di rasakan TD : 130/90 mmHg
pasien HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i

60
Universitas Sumatera Utara
4 Kamis 1545 a. Melatih pasien pindah ke S : pasien mengatakan
11-05- tempat lain dengan badannya terasa lemas, dan
2017 bantuan perawat atau pasien masih belum bisa
bantuan alat. pindah ke tempat lain.
O:
k/u pasien lemah
TD : 130/90 mmHg
HR : 110x/i
T : 360C
RR : 29x/i
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan.
1 Jum’at 15:00 a. Mengajarkan pasien S :
12-05- teknik nafas dalam Pasien mengatakan sesak
2017 15:10 b. Mengauskultasi paru masih ada namun sudah
untuk gerakan udara sedikit berkurang.
dan bunyi nafas tak O :
15:20 normal. Sesak (+)
c. Mengubah posisi TD : 130/ 90 mmHg
dengan sering, letakkan HR 87x/i,
15:25 pasien dengan posisi RR : 27 x/i
semi fowler. T : 36,50C
15:30 d. Mengkaji tanda-tanda sputum (+) nafas pendek dan
vital pasien secara dangkal, pasien dalam keadan
berkala. semi fowler kanul oksigen
15:35 e. Berkolaborasi terpasang 5 liter per menit.
pemberian terapi Suara nafas ronki.
oksigen 5 liter/menit A : masalah teratasi
dengan nasal kanul. sebagian.
f.Memberikan posisi P : intervensi dilanjutkan.
semi fowler kepada
pasien.
2 Jum’at 15:40 a. Mengobservasi S : pasien masih sedikit sesak

61
Universitas Sumatera Utara
12-05- pola nafas klien. namun sudah sedikit
2017 15:45 b. Mengubah posisi berkurang.
klien sesuai kebutuhan. O:
Sesak (+)
TD : 130/ 90 mmHg
HR 87x/i,
RR : 27 x/i
T : 36,50C
A: masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan.
3 Jum’at 15:50 a. Mengobservasi tanda- S :
12-05- tanda vital Pasien mengatakan nyeri
2017 15:55 b. Mengajarkan teknik masih terasa.
relaksasi pada pasien O:
16:00 c. Menanyakan skala TD : 130/ 90 mmHg
nyeri yang di rasakan HR 87x/i,
pasien. RR : 27 x/i
T : 36,50C
Skala nyeri masih 3 namun
pasien sudah mampu
melakukan teknik relaksasi.
A:
Masalah teratsai sebagian
P: intervensi dilanjutkan.

4 Jum’at 16:05 a. Melatih pasien S: pasien mengatakan masih


12-05- untuk melakukan terasa sedikit lemas.

62
Universitas Sumatera Utara
2017 kegiatan ringan, O:
misalnya untuk minum TD : 130/ 90 mmHg
atau makan sendiri. HR 87x/i,
RR : 27 x/i
T : 36,50C
Tampak pasien perlahan-
lahan sudah mampu untuk
makan atau minu secara
mandiri, walaupun belum
secara sempurna.
A : masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan.

63
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai