1. ARTANTI (2016030001)
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas LPSP dengan tepat pada waktunya. LPSP ini berjudul
“LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PERENCANAAN DENGAN
IMPLIKASI KEPERAWATAN GANGGUAN REALITA WAHAM & HALUSINASI”.
LPSP ini penulis buat sebagai salah satu syarat tugas Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa I.
Tim Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
TUJUAN
“LPSP yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa I. Selain itu, LPSP ini juga disusun untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang pemahaman gangguan realita waham dan halusinasi bagi
penulis maupun pembaca”.
ii
1. ARTANTI (2016030001)
DI SAHKAN OLEH
iii
DAFTAR ISI
1.3 Manfaat.............................................................................................................. 2
E. Penatalaksanaan Waham............................................................................. 8
H. Pathway ..................................................................................................... 11
iv
B. Etiologi Halusinasi ...................................................................................... 12
G. Pathway ..................................................................................................... 17
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan orientasi realita waham dan
halusinasi
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan orientasi realita waham
dan halusinasi
4. Untuk mengetahui fase-fase terjadinya gangguan orientasi realita
waham dan halusinasi
5. Untuk mengetahui jenis-jenis gangguan orientasi realita waham dan
halusinasi
6. Untuk mengetahui akibat dari gangguan orientasi realita waham dan
halusinasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan orientasi realita waham
dan halusinasi
1.3 Manfaat
1. Untuk membagikan ilmu yang diperoleh dari berbagai sumber dan dari
hasil diskusi kelompok tentang gangguan orientasi realita waham dan
halusinasi.
2
BAB II
KONSEP TEORI
2.2 Waham
A. Definisi Waham
3
secara kuat/terus menerus, tetai tidak sesuai dengan kenyataan. (Keliat)
B. Etiologi Waham
1. Biologis
2. Teori Psikososial
− System Keluarga
4
tua yang dingin, perfeksionis, sering menimbulkan kemarahan,
perasaan mementingkan diri sendiri yang berlebihan dan tidak
percaya pada individu. Klien menjadi orang dewasa yang rentan
karena pengalaman awal ini.
− Teori Interpersonal
− Psikodinamika
1. Faktor Biologis
2. Faktor Genetik
5
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien
dengan skizoprenia
3. Faktor Psikologis
Konflik perkawinan
4. Sosial Budaya
Kemiskinan
Ketidakharmonisan sosial
2. Faktor Biokimia
3. Faktor Psikologi
6
C. Manifestasi Klinis Waham
Tanda dan gejala waham dapat dilihat dari jenis waham sebagai berikut :
1. Waham Kebesaran
2. Waham Curiga
3. Waham Agama
4. Waham Somatik
5. Waham Nihillistik
6. Waham Pengaruh
7
Individu yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya
diawasi atau dipengaruhi oleh orang lainatau sesuatu kekuasaan
yang aneh.
7. Waham Dosa
8. Waham Bizar
8
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
5) Fase Comforting
9
(isolasi sosial).
6) Fase Improving
E. Penatalaksanaan Waham
1. Psikofarmalogi
10
Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat
antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk
mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
11
5. Psikoterapi
12
percaya terhadap orang lain/ pikiran delusi. Defisit pengetahuan/
keterampilan tentang cara meningkatkan mutualitas.
H. Discharge Planning
I. Pathway
14
delusi adalah bahwa delusi merupakan kesalah pahaman atas hal-hal
yang secara objektif hadir.
B. Etiologi Halusinasi
a. Faktor Perkembangan
b. Faktor Genetik
c. Faktor Biologis
b. Faktor Psikologis
15
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya
peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak
akan mengakibatkan stres, kecemasan yang tinggi dan berakhir
dengan gangguan orientasi realita.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
16
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
c. Sumber Koping
Klien tidak ingin orang lain tahu dan tetap dapat mengantrol.
17
4. Fase keempat/ conquering (panik)
D. Macam-Macam Halusinasi
18
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6. Halusinasi Sinestetik
7. Halusinasi Kinesthetic
Gejala klinis :
Bicara lambat
19
b. Tahap 2 : Halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
Cemas
Konsentrasi menurun
Gejala klinis :
Gejala klinis :
20
dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat (Hawari 2009, dikutip dari
Chaery 2009).
G. Pathway
Risiko mencederai diri sendiri/
lingkungan/ orang lain
Akibat……………………….
H. Penatalaksanaan Halusinasi
21
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan.
22
pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian
dan saran yang diberikan tidak bertentangan,
BAB III
PEMBAHASAN
1. Waham
a. Tindakan keperawatan
A. Tujuan keperawatan
− Klien dapat berorientasi pada realita secara bertahap
− Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
− Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
− Klien dapat menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
B. Tindakan keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam terapeutik
- Berjabat tangan
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu klien
2) Membantu orientasi realita
- Tidak mendukung atau membantah waham klien
- Meyakinkan klien dalam keadaan aman
- Mengobservasi pengaruh waham pada aktifitas
sehari-hari
23
- Jika klien terus – menerus membicarakan wahamnya
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai klien berhenti membicarakannya
- Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien
sesuai dengan realita
3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah
4) Mendiskusikan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional klien
5) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Membantu kemampuan yang dimiliki
7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
SP 1 Klien
Orientasi
“Selamat pagi mas?, perkenalkan nama saya Perawat Robi, nama mas siapa?,
senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang – bincang tentang perasaan yang mbak rasakan saat ini ?”
“Berapa lama mas kita berbincang – bincang ?, bagaimana kalau 20 menit ?”
Kerja
“Saya mengerti bahwa mas merasa seorang jendral PBB tapi sulit bagi saya
24
untuk mempercayai, karena setahu saya kalau jendral PBB harus bermarkas di
kantor PBB
“Oh, jadi Mas merasa takut nanti diatur – atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri sendiri” “Menurut Mas siapa yang mengatur – ngatur diri
Mas?”
“Jadi bapak yang selalu mengatur Mas, juga Ibu dan keluarga yang lain?”
“Bagus, Mas sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Wah bagus sekali, jadi setiap harinya Mas ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan berada didalam rumah terus ya”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Mas setelah kita berbincang – bincang dengan saya” “Apa
saja yang telah kita perbincangkan tadi?, bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini mas coba lakukan, setuju?” “Bagaimana kalau saya
datang 2 jam lagi?”
“Kita akan bercakap – cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki” “Mau
dimana kita bercakap – cakap, bagaimana kalau disini lagi?”
SP 2 Klien
Orientasi
25
“Apakah mas sudah mengingat ingat apa hobby mas?”
Kerja
“Apa saja hobby Mas?, saya catat ya, terus apa lagi?”
“Wah rupanya mas pandai main bulu tangkis ya?, tidak semua orang pandai main
bulu tangkis lho”
“Bisakah Mas ceritakan kepada saya, kapan pertama kali Mas belajar bulu
tangkis, siapa yang mengajari mas?, dimana?” “coba peragakan bagaimana cara
main bulu tangkis yang baik itu?”
“Wah baik sekali, coba kita buatkan jadwal untuk kemampuan Mas ini, berapa
hasil mas main bulu tangkis ?”
“Apa yang Mas harapkan dari kemampuan bermain bulu tangkis itu?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Mas setelah kita bercakap – cakap tentang hobby dan
kemampuan Mas?”
“Setelah ini, coba Mas lakukan latihan bulu tangkis sesuai dengan jadwal yang
telah kita buat”
“Besok kita bertemu lagi ya Mas?” “bagaimana kalau nanti sebelum makan siang?
di ruang makan saja ya Mas” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang
harus Mas minum setuju?”
26
SP 3 Klien
Orientasi
“Selamat pagi Mas?, bagaimana? Sudah latihan bulu tangkisnya ? bagus sekali”
“sesuai janji kita 2 hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang Mas minum?”
“Dimana kita harus berbicara?, bagaimana kalau kita nanti berbicara 30 menit
saja”
Kerja
“Berapa macam obat yang Mas minum?, jam berapa saja Mas minum obatnya?”
“Mas minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya pun juga enak”
“Obat ini harus diminum teratur dan diminum secara teratur dan diminum dalam
jangka waktu yang lama”
“Agar tidak terjadi kekambuhan Mas tidak boleh berhenti minum obat dengan
sendirinya kecuali berkonsultasi dulu dengan dokter”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Mas setelah kita bercakap – cakap tentang obat yang Mas
minum?”
27
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan Mas, jangan lupa nanti minum obatnya
dan nanti saat makan sore. Jangan lupa minta sendiri obatnya pada perawat”
SP 1 Keluarga
Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu? Perkenalan nama saya perawat Robi, saya perawat
yang ruangan ini, nama Bapak/Ibu senangnya dipanggil siapa?
Kerja
“Apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat anaknya, siapa yang
pernah dilakukan dirumah?”
28
Untuk itu saya jelaskan siakp dan cara menghadapinya.”
“Setiap kali anak Bapak/Ibu mengatakan bahwa ia adalah salah seorang Jendral
PBB, Bapak/Ibu dapat mengatakan :
Pertama “Bapak/Ibu mengerti kalau Mas merasa sebagai seorang Jendral PBB,
tapi sulit bagi Bapak/Ibu untuk mempunyai, karena setahu Bapak/Ibu kamu
bukanlah ABRI?”
Kedua “Bapak/Ibu terus lebih sering memberikan pujian, jika ia melakukan hal –
hal yang baik”
Ketiga “”Cara pertama dan kedua ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota
keluarga yang berinteraksi dengannya. Bapak/Ibu dapat bercakap – cakap
dengan anaknya tentang kebutuhan yang diinginkan, misal dengan mengatakan :
Bapak/Ibu percaya kalau Mas kan punya kemampuan…(kemampuan yang
pernah dimiliki anak)
Keempat “bagaimana kalau dicoba lagi sekarang ?” “Jika anaknya mau mencoba
berikan pujian “Bapak/Ibu ?, anaknyaperlu minum obat ini agar pikirannya lebih
tenang, tidurnya juga enak”.
“minum obatnya tidak boleh diberhentikan sendiri tapi harus konsultasi dengan
dokternya karena bisa menyebabkan kekambuhan” “Anak Bapak/Ibu sudah
mempunyai jadwal minum obat, jika anaknya minum obat sesuai dengan jamnya,
segeraberi pujian”.
Terminasi
“Setelah ini coba, Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
berkunjung ke rumah sakit ini”
29
“Baiklah bagaimanadua hari lagi Bapak/Ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat anak Bapak/Ibu sesuai dengan
pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa Bapak/Ibu bisa datang kemari?, baik saya tunggu, kita bertemu”
SP 2 Keluarga
Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu, sesuai janji kita 2 hari yang lalu, kita bertemu lagi”
“Sekarang kita akan latihan cara – cara merawat tersebut. Kita akan latihan disini
dulu, setelah itu langsung kita coba ke anaknya.”
Kerja
“Sekarang anggap saja saya anaknya sedang mengaku – ngaku sebagai Jendral
PBB, coba Bapak/Ibu praktikkan cara berbicara yang benar jika anaknya sedang
dalam keadaan seperti ini”
“Sekarang coba cara membuat anaknya untuk minum obat dan melakukan
kegiatan positif sesuai jadwal”
30
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung ke anaknya”
Terminasi
“Setelah ini coba lakukan apa yang sudah dilatih setiap kali mengunjunginya”
“Baiklah, 2 hari lagi Bapak/Ibu bisa datang lagi dan coba lagi cara merawat
anaknya sampai lancar”
31
2. Halusinasi
A. Tindakan Keperawatan
1. Bantu klien mengenai halusinasi
Untuk membantu klien mengenai halusinasi, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang didengar,
dilihat, atau dirasa) waktu, frekuensi, situasi atau respon
2. Melatih klien mengontrol halusinasi
Latih klien mengontrol halusinasi dengan 4 cara
a) Menghardik
Adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk tidak
memperdulikan halusinasinya, jika ini dilakukan klien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasinya
yang muncul.
Tahapan intervensi yang dilakukan :
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
- Memperagakan cara menghardik
- Meminta klien memeragakan ulang
- Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku klien
b) Bercakap – cakap dengan orang lain
Ketika klien bercakap – cakap dengan orang lain terjadi
distraksi, fokus perharian klien aakn beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain
32
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah
dengan menyibukkan diri, melakukan aktivitas yang teratur.
Dengan aktivitas secara teratur, klien tidak akan mengalami
banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi.
Tahapan intervensi :
- Menjelaskan pentingnya aktivitasnya yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
- Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien
- Melatih klien melakukan aktivitas
- Menyusun jadwal kegiatan sehari – hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
- Upaya klien mempunyai aktivitas mulai dari bangun tidur
sampai tidur malam
- Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan
penguatan terhadap perilaku positif
d) Minum obat secara teratur
Klien dengan gangguan jiwa sering mengalami putus obat,
oleh karena itu klien dilatih minum obat sesuai program dan
berkelanjutan
Tahap intervensi
- Jelaskan kegunaan obat
- Jelaskan akibat jika putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat
- Jelaskan cara minum obat degan 5 benar : benar obat,
orang, cara, waktu, dan benar dosis
SP 1 Klien
33
Orientasi
“Selamat pagi mas? Kenalkan nama saya Perawat Robi, nama mas siapa?,
senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita bercakap – cakap tentang suara – suara yang
selama ini mas dengar tapi tidak ada wujudnya”
“Dimana kita berbincang – bincang? Diruang makan saja ya? Untuk waktunya
bagaimana kalau 20 menit”
Kerja
“Apakah mas mendengar suara yang tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu?”
“Apakah suara itu datangnya terus menerus atau sewaktu – waktu, kapan
biasanya sering mas dengar suara itu? Berapa kali dalam sehari?”
“Dalam keadaan apa suara itu biasanya muncul? Apa yang mas arasakan bila
suara itu datang? Apakah dengan cara itu suara itu bisa hilang? Bagaimana
kalau kita sekarang belajar cara mencegah agar suara itu tidak muncul?”
“Mas ada 4 cara untuk mencegahsuara suara itu muncul, yaitu pertama dengan
menghardik suara itu, kedua bercakap – cakap, ketiga melakukan aktivitas dan
keempat minum obat dengan cara teratur” “Bagaimana kalau belajar itu cara dulu
menghardik, caranya adalah saat suara itu muncul langsung mas bilang dalam
hati, pergi…… saya tidak mau dengar kamu suara palsu, begitu diulang ulang
sampai suara itu tidak terdengar lag”
“Coba sekarang mas peragakan, begitu diulang ulang sampai suara itu tidak
terdengar lag”
Terminasi
34
“Bagaimana perasaan mas setelah memperagakan latihan tadi? Kalau suara itu
muncul coba cara tersebut bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya, mau jam
berapa saja latihannya”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan mengendalikan suara
dengan cara kedua? Jam berapa? Bagaimana kalau 2 jam lagi dan tempatnya
dimana?”
SP 2 Klien
Orientasi
“Selamat pagi mas? Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah suara –
suaranya masih muncul? Apakah sudah pakai cara yang kita latih? Berkurangkah
suara – suara itu?”
“Bagus, sesuai janji kemarin, saya akan latih cara kedua dengan bercakap –
cakap bersama orang lain, mau berapa lama kita latihan 20 menit, tempatnya
disini saja ya?”
Kerja
“Cara kedua untuk mencegah halusinasi adalah bercakap – cakap dengan orang
lain, kalau mas mulai mendengar suara – suara itu langsung saja cari tempat
untuk ngobrol, ini bisa dilakukan baik saat dirumah sakit maupun dirumah”
“Coba sekarang mas latihan, ya bagus, coba sekali lagi, oke bagus sekali”
“Nah latih terus ya mas, mas disini dapat mengajak perawat atau teman mas
35
untuk bercakap – cakap”
Terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah kita latihan? Jadi sudah berapa cara yang
telah kita pelajari untuk suara itu? Bagus, cobalah kedua cara itu bila mas
mengalami halusinasi lagi”
“Bagaimana kalau cara tu kita masukkan kedalam jadwal kegiatan hari ini? Mau
jam berapa mas mau berlatih bercakap – cakap? Nanti mas lakukan secara
teratur sewaktu suara itu muncul”
“Bagaimana kalau besok kita latih untuk cara ketiga? Yaitu melakukan aktivitas
yang terjadwal, mau jam berapa, bagaimana kalau jam 8 pagi? Mau dimana
tempatnya? Disini lagi ya? Oke, sampai bertemu”
SP 3 Klien
Orientasi
“Selamat pagi mas? Bagaimana perasaan mas hari ini? Bagaimana suara –
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai 2 cara yang kita latih?
Bagaimana hasilnya? Bagus?”
“Sesuai janji kita, hari ini kita belajar untuk mencegah halusinasi dengan cara
yang ketiga, yaitu melakukan kegiatan terjadwal, mau dimana kita bicara?
Diteras depan saja ya, kita bicara 30 menit”
Kerja
“Kegiata apa saja yang biasa mas lakukan? Terus berikutnya apa mas?”
“Wah banyak sekali kegiatannya, mari kita latih 2 kegiatan hari ini, bagus sekali
36
jika mas bisa lakukan. Kegiatan ini bisa mas lakukan untuk mencegah suara itu
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar pagi sampai malam ada
kegiatan”
Terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap – cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara – suara? Bagus sekali, coba sebutkanlagi 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara – suara, bagus sekali”
“Mari kita masukkan dalam kegiatan harian mas, coba lakukan sesuai jadwal ya?,
bagaimana kalau menjelang makan siang nanti kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat” “mau jam berapa? Bagaimana kalau setelah makan
siang,diruang makan ya? Sampai jumpa”
SP 4 Klien
Orientasi
“Selamat siang mas? Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah suara –
suaranya masih muncul?”
“Apakah sudah digunakan 3 cara yang kita latih? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan?”
“Baik hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat – obat yang mas minum, kiat
akan diskusi selama 20 menit”
Kerja
“Mas adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara –
37
suaranya berkurangatau hilang?”
“Minum obat itu penting agar suara – suara yang disengar tidak muncul lagi”
“Berapa macam obat yang mas minum? Yang merah besar ini namanya ibat CPZ,
yang pink kecil namanya haloperidol dan yang putih ini namanya THD, semua
obat ini akan membantu mas agar lebih tenang dan rilex”
“Meskipun sudah pulang nanti harus minum obat terus, tidak boleh putus, kalau
merasakan sesuatu yang tidak enak setelah minum obat mas bisa konsultasi
dengan dokter”
Terminasi
“Bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap – cakap tentang obat yang mas
minum?”
“sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara suara coba sebutkan.
Bagus”
“Sekarang jadwal minum obatnya kita masukkan pada jadwal kegiatan mas”
“Jangan lupa kalau waktunya munim obat mas minum pada perawat, kalau
dirumah minta keluarga”
“Besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang
telah kita bicarakan, mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi, sampai
jumpa ma”
SP 1 Keluarga
38
Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu, saya perawat ruangan ini yang merawat anak
Bapak/Ibu, bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan berdiskusi penting masalah apa yang Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang Bapak/Ibu berikan”
“Kita mau berdiskusi dimana? Bagaimana kalau diruang makan? Berapa lama
waktunya? Bagaimana kalau 20 menit”
Kerja
“Paham merawat anak Bapak/Ibu masalah apa yang Bapak/Ibu temui, terus apa
yang Bapak/Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami anak Bapak/Ibu namanya halusinasi, yaitu melihat /
mendengar sesuatu tapi tidak ada sumbernya, tandanya bicara dan tertawa
sendiri atau marah tanpa sebab”
“Jadi apabila anak Bapak/Ibu mengatakan suara – suara bisikan atau bayangan
sebenarnya itu tidak ada”
“Bapak/Ibu tidak usah khawatir ada beberapa cara untuk membantunya dalam
mengusir suara – suara itu”
“Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu biarkan anak Bapak/Ibu melamun sendiri,
karena kalau melamun suara atau bayangan itu akan kembali, upayakan ada
orang yang mau bercakap – cakap dengannya, lakukan kegiatan keluarga secara
bersama sama, terkait dengan kegiatan, saya telah melatihnya membuat jadwal
kegiatan sehari – hari nanti pantau kegiatannya”
“Saya telah melatihnya membuat jadwal kegiatan sehari – hari nanti pantau
39
kegiatannya”
“Ketiga bantu anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur, jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi, disini anak Bapak/Ibu saya ajari minum
obat teratur, jadi kalau dirumah Bapak/Ibu harus mengingatkan”
“Obatnya macam tiga, merah besar namanya CPZ, kecil pink Haloperidol dan
yang putih THD, obat – obat ini harus diminum secara teratur”
“Terakhir, jika ada tanda - tanda halusinasi halusinasi mulai muncul, putus
halusinasi itu dengan cara menepuk punggungnya, kemudian suruh menghardik
suara itu. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan bagaimana cara menghardik
suara itu”
“Sekarang coba Bapak/Ibu praktikkan cara yang baru saya ajarkan, bagus”
Teminasi
“Bagus sekali pak/bu, bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktikkan cara memutus halusinasi dihadapan anak Bapak/Ibu”
SP 2 Keluarga
40
2. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
klien dengan halusinasi langsung dihadapan klien
Orientasi
“Sesuai janji kita kemarin selama 30 meint ini kita akan mempraktikkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
Kerja
“Selamat pagi mas, Bapak/Ibu sangat ingin membantu mas mengendalikan suara
– suara yang sering mas dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu datang untuk
mempraktikkan cara memutus suara - suara yang mas dengar, mas nanti kalau
sedang mendengar suara suara dan bicara atau senyum sendiri Bapak/Ibu akan
mengingatkan”
“Bagus sekali, bagaimana mas? Senang dipantau Bapak/Ibu ? ini jadwal harian
anak Bapak/Ibu yang biasa dikerjakan disini”
“Nah mas, sekarang saya Bapak/Ibu mau bicara dikantor dulu y?”
Terminasi
“Cara ini bisa diingat, kalau di rumah anak Bapak/Ibu mengalami halusinasi.
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk membicarakan jadwal kegiatan
41
hariannya ketika dirumah”
SP 3 Keluarga
Orientasi
“Selamat pagi Bapak/Ibu, berhubung besok anak Bapak/Ibu maka sesuaijanji kita
sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal kegiatan anak Bapak/Ibu selama
dirumah”
“Sekarang mari kita bicarakan jadwal kegiatan anak Bapak/Ibu selama di rumah,
berapa? 30 menit cukup?”
Kerja
“Ini jadwal kegiatan anak Bapak/Ibu selama dirumah sakit, jadwal ini dapat
dilanjutkan di rumah. Coba Bapak/Ibu lihat mungkin ada yang bisa dilakukan di
rumah, jangan lupa jadwal minum obatnya juga”
“Hal yang harus diperhatikan pada anak Bapak/Ibu adalah perilaku yang
ditampilkan si rumah, misalnya mulai suka menyendiri, bicara dan senyum
sendiri, sulit tidur ata menolak minum obat Bapak/Ibu bisa segera konsultasi ke
dokter atau perawat perkembangannya terpantau”
Terminasi
42
merawat anak Bapak/Ibu selama di rumah. Bagus ini jadwal kegiatannya bisa
dibawa pulang.
Hasil Analisis :
43
keyakinan ini biasanya tidak diterima oleh anggota lain dari budaya atau
subkultur seseorang.
44
Pada laporan kasus ini, dilaporkan seorag pasien laki-laki yang
didiagnosis dengan gangguan waham menetap dan memiliki riwayat
penggunaan ganja sebelumnya.
45
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi,
kencing manis dan penyakit jantung. Namun saat SMA, pasien pernah
dibawa ke rumah sakit oleh ibunya karena sering bengong dan kurang
konsentrasi di sekolah. Dari hasil pemeriksaan dokter, dikatakan bahwa
pasien positif pernah menyalahgunakan narkoba. Sementara itu dari
riwayat keluarga, tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan
seperti pasien.
46
Pada kunjungan ke poliklinik jiwa berikutnya, keadaan pasien
dikatakan sudah mulai tenang. Ia sudah jarang marah-marah dan rasa
curiga ke istri pasien juga sudah mulai berkurang, istrinya sudah
diperbolehkan bekrja kembali, ia juga sudah mulai bekerja dengan
membuat lukisan meski belum bisa membuat tato karena belum bisa
fokus menggambar tato dan masih merasa malu bertemu dengan orang
lain.
Hasil Analisis :
47
Meskipun efektifitas farmakoterapi anti-psikotik, sisa halusinasi dan
delusi tidak sepenuhnya menghilang pada beberapa pasien. Tambahan
terapi perilaku kognitif (CBT) tampaknya meningkatkan pengelolaan
gejala positif. Bahkan dengan penggunaan dosis optimal clozapine, 40%
pasien dengan skozofrenia yang resistan terhadap pengobatan tidak
merespon. Pengobatan psikologis yang efektif saat ini adalah
satu-satunya pilihan bagi pasien tersebut unutk memperbaiki
gejala-gejala yang melumpuhkan.
48
pengobatan sama efektif dalam mengobati skizofrenia (Barrowclough et
al.,2006: Samarasekera et al., 2007)
BAB IV
49
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
50
terhadap halusinasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
halusinasi melatih dan mengongtrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi, melatih bercakap – cakap, melatih beraktivitas, melatih
menggunakan obat dengan teratur, dan melibatkan keluarga dalam tindakan.
4.2 SARAN
51
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya. Y.A (2013). Petunjuk Teknis Pengisian Format Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jombang. Stikes Husada. Unpublizer.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta:EGC.
52