Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN


HORTIKULTURA

ACARA I
EVALUASI LUAS DAUN

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

1
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daun merupakan organ fotosintesis utama dalam tubuh tanaman, yang merupakan

tempat terjadinya proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan tempat

produksi karbohidrat (glukosa) yang diwujudkan dalam bentuk bahan kering.

Perkembangan daun menjadi perhatian utama dalam analisis pertumbuhan tanaman.

Sumber energi atau makanan suatu tanaman berasal dari daun, hal ini berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman. Jumlah daun yang banyak akan menghasilkan fotosintat yang

banyak pula. Selain dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun berperan penting dalam

penyediaan fotosintat. Daun yang lebar memiliki potensi menghasilkan fotosintat yang

lebih tinggi dibandingkan dengan daun sempit.

Pengukuran adalah penentuan angka yang menggambarkan suatu sifat tertentu

kepada suatu benda. Sistem pengukuran merupakan kesatuan dari prosedur, peralatan,

personil yang digunakan untuk menentukan angka yang menggambarkan suatu sifat

tertentu kepada suatu benda. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur

luas daun antara lain metode kertas millimeter, area meter, fotografi, gravimetric dan

plong. Berbagai ukuran dapat digunakan dalam analisis pertumbuhan tanaman, seperti

pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD) dan nisbah berat daun

(NBD) pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan

perubahan bagian yang aktif berfotosintesis.

Luas daun merupakan salah satu parameter penting yang diperlukan untuk

mengetahui pertumbuhan suatu tanaman. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam

mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran.

2
Masing-masing faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya,

seperti pada pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya

ketepatan pengukuran yang diperlukan. Ketepatan pengukuran diperlukan dalam

pengukuran indeks luas daun. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran

sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran.

B. Tujuan

1. Mengukur luas daun dan membandingkan beberapa metode dalam mengevaluasi

luas daun suatu tanaman hortikultura.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk

kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk

mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan

tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi

tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif.

Akumulasi berat kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi berat

kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya

matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan

lainnya. Distribusi akumulasi berat kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar,

batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman (Heddy,

1997).

Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, di mana terjadi

proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam

bentuk bahan kering. Pertumbuhan dan perkembangan daun menjadi perhatian utama.

Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran luas daun dan berat daun pada

waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan

bagian yang aktif berfotosintetsis (Tjitrosoepomo, 2003).

Daun umumnya terbagi menjadi 2 yaitu daun yang lengkap dan daun tidak

lengkap. Daun lengkap memiliki upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun

(petiolus), helaian daun (lamina Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting

dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Daun terbagi

beberapa bagian) (Tjitrosoepomo, 2003).

4
Daun yang mempunyai helaian daun (lamina) umumnya menampilkan secara

jelas spesialisasinya sebagai struktur fotosintesis pada laminanya. Seperti akar dan

batang. Daun terdiri atas system kulit, system vaskuler, dan system jaringan dasar.

Karena daunumumnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder maka epidermis tetap

sebagai penyusun system kulit (IPTEK, 1999).

Daun adalah organ-organ khusus yang mempunyai fungsi sebagai tempat proses

fotosintesa. Dalam pengertian ini daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai

fungsi yang sangat penting, karena semua fungsi yang lain tergantung kepada daun

maupun secara langsung ataupun tidak langsung. Daun berasal dari promeristem titik

tumbuhan batang. Premordia daun merupakan tonjolan pertama yang membulat atau

persegi pada sisi promeristem. Tonjolan tersebut diawali oleh pembelahan secara

antiklinal dan periklinal pada lapisan luar dari apical meristem (Heddy, 1997).

Fungsi utama daun adalah membuat makanan melalui fotosintesis. Hal ini terjadi

dalam helaian daun yang tipis. Pada kebanyakan dikotil, helaian daun menempel pada

batang dengan tangkai daun (petiola). Sistem pembuluh pada batang meluas sampai ke

tangkai daun, dan sebagai tulang daun ke dalam helaian daun itu sendiri. Tulang daun

itu tidak hanya mengangkut bahan ke dan dari tetapi juga merupakan kerangka untuk

memperkuat daun (Cutter, 1999).

Secara morfologi dan anatomi daun merupakan organ tumbuhan yang paling

bervariasi. Berdasarkan variasi maka daun diklasifikasikan sebagai berikut : daun lebar,

katafil, hipsofil, kotiledon. Daun lebar adalah organ utama yang melakukan fotosintesis.

Katafil adalah sisik yang terlihat pada kuncup dan batang dalam tanah dan berfungsi

sebagai pelindung atau penyimpan cadangan makanan. Hipsofil adalah berbagai tipe

5
daun pelindung yang bergabung dengan bunga dan agaknya berfungsi sebagai

pelindung. Kotiledon adalah daun pertama pada tumbuhan (Zuluhida, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi luasan daun yaitu:

1. Faktor cuaca panas

Jika pada cuaca panas maka akan menyebabkan kekeringan dan meningkatnya

partikel debu, dimana debu ini nantinya akan menutupi stomata, sehingga jika stomata

ditutupi akan menghambat proses fotosintesis, sehingga daun akan lebih kecil jika

dibandingkan dengan cuaca normal.

2. Faktor nutrisi tanah

Seperti yang kita ketahui bahwa tumbuhan juga sama dengan manusia, jika kita

diberikan makan yang cukup maka akan terlihat lebih sehat jika dibandingkan dengan

yang jarang makan maka tumbuhan juga sama. Semakin banyak makanan maka daun

akan lebih lebar jika dibandingkan dengan daun yang zat haranya kurang.

3. Faktor naungan daun

Penaungan sangat berperan dalam perbedaan lebar daun. Pada daun daerah yang

lebat dan luas, daun akan semakin besar (Widiyanti, 2003). Daun (folium) sebagai

organus natrivum mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Memungkinkan terjadinya asimilasi

b. Memungkinkan berlangsungnya transpirasi

c. Memungkinkan terjadinya respirasi (pernapasan)

Maka dilihat dari foliumnya tumbuhan menunjukkan kenyataan-kenyataan yang terlihat

yaitu :

a. Selain jumlahnya cukup banyak, lebar, dan permukaan luas.

b. Keadaannya tipis, agar sinar atau cahaya matahari dapat merambat.

6
c. Folium (daun) akan senantiasa menghadap keatas (Mulyani, 1999).

Sistem pemekaran suatu tumbuhan dan penyebarannya secara vertikal maupun

horizontal dapat dipengaruhi oleh faktor kelembapan tanah, udara, suhu serta peranan

akar dalam kehidupan tumbuhan menambahkan tumbuhan pada tanah, menyerap air

dan mineral dari tanah, sebagai organ penyimpanan cadangan makanan. Daun yang

lengkap mempunyai bagian-bagian yaitu upih daun atau pelepah daun (Vagina), tangkai

daun (Petiolus), dan helaian daun (Lamina). Daun lengkap dapat kita jumpai pada

beberapa pohon pisang, pohon pinang dan bambu. Tumbuhan yang mempunyai daun

yang tidak lengkap tidak begitu banyak jenisnya kebanyakan tumbuhan kehilangan satu

atau dua bagian dari tiga bagian tersebut, daun yang demikian disebut daun tidak

lengkap (Tjitrosoepomo, 2003).

Bentuk daun sangat beragam, namun biassanya berupa helain, bisa tipis atau tebal.

Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun.

Bentuk dasar daun membulat dengan pariasi cuping dengan bentuk menjari atau

menjadi elips dan menjadi memanjang bentuk ekstrimnya bisa meruncing panjang

(Gembong, 2001).

Salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya bewarna hijau

dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui proses

fotosintesis disebut dengan daun ,dan merupakan organ terpenting dari tumbuhan dalam

melangsung kan hidup nya karena tumbuhan adalah organismme aototrop obligat

(Mulyani, 1999).

7
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah daun tanaman hortikultura (daun caisim, daun

jambu biji, daun jambu besar, daun bayam), kertas millimeter, kertas HVS. Alat yang

digunakan adalah timbangan ketelitian minimal 0,1 gram, gunting, pensil.

B. Prosedur Kerja

1. Metode Gravimetri

a. Daun sampel diblak di atas kertas HVS, kemudian gambar daun yang sudah

diblak dipotong.

b. Potongan kertas gambar daun ditimbang (a gram).

c. Gambar persegi empat dibuat dengan luas tertentu (L cm²) pada potongan kertas

gambar daun tersebut.

d. Gambar persegi empat tersebut dipotong, kemudian ditimbang (b gram)

e. Luas potongan kertas gambar daun = a gram/b gram x L cm2

f. Luas daun = luas potongan kertas gambar daun

2. Metode Plong

a. Daun yang akan diukur luasnya ditimbang (a gram)

b. Buat gambar segi empat dengan luas tertentu (L cm2) pada daun tersebut

c. Potong gambar segi empat tersebut, kemudian ditimbang (b gram)

d. Luas daun= a gram/b gram x L cm2

3. Metode kertas millimeter (mm)

a. Sediakan daun dan kertas mm blok

8
b. Letakkan daun secara telungkup (sisi atas daun menghadap ke bawah) dan tekan

sedikit di kertas mm blok agar rata.

c. Tentukan luas gambar daun dengan menghitung kotak pada kertas mm blok.

4. Leaf Area meter

a. Daun yang mau dianalisis disediakan

b. Daun diletakkan di atas alat leaf area meter.

c. Alat dijalankan, luas daun dapat dibaca (menggunakan leaf area meter).

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

(Terlampir)

B. Pembahasan

Daun adalah organ tumbuhan penghasil utama bahan makanan melalui proses

yang kompleks dengan bantuan sinar matahari yang disebut proses fotosintesis. Daun

terdiri atas sistem 3 jaringan yang biasa, akan tetapi jaringan-jaringan itu termodifikasi

agar memungkinkan terjadinya pertukaran gas pada fotosintesis, yaitu fungsi daun

utama. Pada dasarnya daun terdiri atas selapis epidermis pelindung dan satu bagian

anyaman jaringan dasar yang dikenal dengan nama mesofil yang tembus oleh jaringan

pembuluh. Mesofil juga ditembus oleh suatu sistem yang rumit dari ruang udara antar

sel. Walaupun demikian, berbeda dengan akar dan batang, daun ini merupakan organ

yang pertumbuhannya terbatas (tumbuh sampai ukuran tertentu, kemudian berhenti

(Loveless, 1997).

Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun

batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi,

namun pada umumnya terdiri dari helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiola)

yang menyambungkan daun dengan buku batang.Matahari adalah salah satu pembantu

untuk melakukan fotosintesis (Mitchel, 2003).

Daun sebagai organus nutritivum mempunyai berfungsi memungkinkan terjadinya

asimilasi, memungkinkan berlangsungnya respirasi, memungkinkan berlangsungnya

transpirasi. Daun (folium) dibagi menjadi bagian yang lengkap (folium completum) dan

10
daun dengan bagian yang tidak lengkap (folium incompletum). Daun lengkap apabila

bagian-bagian tertentu pada sehelai daunnya adalah lengkap, yakni mempunyai pelepah

atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan lembaran daun (lamina). Sebagian

besar tumbuhan ternyata hanya mempunyai bagian-bagian diatas antara 1-2 bagian saja,

jadi tidak lengkap tiga-tiganya, maka tumbuhan itu disebut daun tidak lengkap (folium

incompletum) (Sutedjo, 1999).

Pengunaan metode LAM dalam pengukuran luas daun suatu tanaman dapat

langsung diketahui dengan meletakkan helai daun berurutan pada alat. Menurut

Bambang (2008) menyatakan bahwa pengukuran yang cepat dan mudah tentunya

diperoleh dengan menggunakan LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun yang besar

diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan

kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak

terlipat. Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere

yang mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak

pada saat batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama

akan memberikan hasil yang berbeda jauh.

Menurut Maftuchah dan Idiyah (1995), kelebihan dari pengukuran luas daun

dengan metode LAM adalah :

1. Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan

LAM.

2. Hasil menjadi lebih akurat.

3. Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu

tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif).

11
Terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun (Guswanto, 2009), yaitu :

1. Metode Kertas Milimeter

Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk

mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan

bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas

milimeter yang mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter

dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat

dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan

untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis

diterapkan apabila jumlah sampel banyak.

2. Gravimetri

Metode ini menggunakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada

prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Cara ini

dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada

sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian

digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian

ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.

3. Planimeter

Planimeter merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan

dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini

digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika

daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan

banyak waktu. Penggunaan planimeter yaitu bahwa pergeseran alat yang searah

dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian

12
pengukuran. Hal ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung

karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran

sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuatrata dan halus.

4. Metode Panjang Kali Lebar

Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir

dengan mengukur panjang dan lebar daun.

5. Metode Fotografi

Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman

ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama

sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui

luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat diukur dengan salah satu

metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter. Luas daun

kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh

daun dengan luas lempengan acuan tersebut.

Berdasarkan jumlah helai, daun dikelompokkan menjadi dua macam :

1. Daun Tunggal : Tumbuhan berdaun tunggal apabila pada satu tangkai daun hanya

terdapat satu helai daun. Bagian dari batang yang menjadi tempat duduknya daun

disebut nodus dan sudut atas antara daun dan batang disebut ketiak daun. Contoh :

Singkong, Pepaya, Mangga.

2. Daun Majemuk : Jika pada satu tangkai daun terdapat beberapa helai daun disebut

daun majemuk. Pada tumbuhan tersebut, tangkainya terlihat bercabang-cabang dan

pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya. Contoh : Buah asam, Belimbing.

13
Berdasarkan susunan tulangnya, bentuk daun dibedakan menjadi 4 macam :

1. Daun bertulang menyirip : Bentuk susunan tulang daunnya menyerupai sirip ikan..

Contoh : Daun mangga, jambu, nangka, dan rambutan.

Gambar 1. Daun bertulang menyirip

2. Daun bertulang melengkung : Bentuk tulang daunnya seperti garis -garis lengkung

dan tampak menyatu. Contoh: Daun genjer dan Daun gading.

Gambar 2. Daun bertulang melengkung


3. Daun bertulang sejajar : Bentuk tulang daunnya seperti garis-garis lurus sejajar dari

pangkal daun. Sedangkan masing-masing ujung tulang daunnya menyatu. Contoh :

Daun padi dan daun jagung.

Gambar 3. Daun bertulang sejajar

14
4. Daun bertulang menjari : Bentuk tulangnya seperti susunan jari-jari tangan. Contoh:

Daun pepaya, singkong, dan randu.

Gambar 4. Daun bertulang melengkung

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran luas daun diperoleh hasil

pengukuran yang berbeda mengenai luas daun masing-masing percobaan. Pada

pengukuran Gravimetri diperoleh diperoleh luas daun jambu biji 54 cm², daun jambu

besar 169,29 cm², daun caisim 105,6 cm², dan daun bayam 27 cm². Pada pengukuran

kertas millimeterblok luas daun jambu biji 45 cm², daun jambu besar 165,19 cm², daun

caisim 122,76 cm², dan daun bayam 29,7 cm². Pada pengukuran leaf area meter luas

daun jambu biji 49,6 cm², daun jambu besar 141,28 cm², daun caisim 138,11 cm², dan

daun bayam 29,84 cm². Pada pengukuran metode plong luas daun jambu biji 41,92 cm²,

daun jambu besar 167,34 cm², daun caisim 468,32 cm², dan daun bayam 28,35 cm².

Perbedaan tersebut tidak hanya dikarenakan jenis tanaman yang berbeda, tingkat

keakuratan dari kedua metode tersebut juga berbeda sehingga memperoleh hasil

pengukuran luas daun yang beda pula. Konsistensi penggunaan teknik perhitungan

harus sesuai untuk menggambarkan kondisi sebenarnya dilapangan. Selain itu

pertimbangan dalam menentukan sampel daun yang diukur dari suatu tegakan tanaman

perlu menjadi bahan pertimbangan. Perbedaan luas daun juga dipengaruhi pada masa

pertumbuhan suatu tanaman. Jika suatu tanaman berada pada puncak masa vegetatifnya,

biasanya luas daun tanaman mencapai titik optimum. Pada daun tanaman jambu besar

15
memilki luas daun lebih tinggi dari pada luas daun tanaman lain. Hal ini dikarenakan

pertumbuhan kedua tanaman tersebut berbeda.

Pada tanaman dewasa ukuran helaian daun bervariasi dari yang berukuran kecil,

berukuran sedang hingga berukuran besar. Ukuran daun yang lebih kecil biasanya

diperoleh pada percabangan yang terletak di bawah, dikarenakan porsi penyerapan sinar

matahari sudah di reduce/diserap sebesar 50% oleh daun yang berada di atasnya. Daun-

daun yang berada ditengah biasanya lebih besar, dan kemudian berukuran kecil lagi

pada bagian ujung percabangan (Bambang, 2008). Perbedaan ukuran helaian daun pada

tanaman yang sama disebabkan perbedaan tingkat perkembangan tanaman. Sedangkan

perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman tentunya dikarenakan perbedaan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan perbedaan lingkungan tumbuh

(Finkedey, 2005).

16
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bentuk helaian daun tanaman bervariasi antar tingkat perkembangan, sehingga luas

tiap daun tanaman berbeda. Pada saat praktikum daun tanaman jambu besar

memilki luas daun lebih tinggi dari pada luas daun tanaman lain. Hal ini

dikarenakan pertumbuhan kedua tanaman tersebut berbeda. Daun-daun yang berada

ditengah biasanya lebih besar

B. Saran

Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bambang. 2008. Metode Pengukuran Luas Daun Jarak Pagar. Magrobis. Jurnal Ilmu
Ilmu Pertanian. 8(1):17-22.

Cutter. 1999. Plant Anatomy: Experiment and Interpretation Part 2 Organs. London:
The English Languange Book Society and Edward Arnold (Publishers) Ltd.

Finkedey. 2005. An Introduction to Tropical Forest Genetics. Diterjemahkan.

Gembong. 2001. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Guswanto. 2009. Fotosintesis Tumbuhan. Rineka cipta. Bandung

Heddy. 1997. Biologi Pertanian. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

Idiyah. 1995. Struktur di dalam Daun dan Sistemnya. Karunika. Jakarta.

IPTEK. 1999. Struktur daun. Sinar dunia. Semarang.

Loveless. 1997. Organ-Organ Daun. Rosda. Jakarta

Mitchel. 2003. A Mannual of CropExperimentation. London, Charles Griffin &


Company.

Mulyani. 1999. Fungsi Daun. Aksara. Bandung.

Sutedjo. 1999. Fotosintesis Tumbuhan. Rineka Cipta. Bandung.

Tjitrosoepomo. 2003. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Widiyanti. 2003. Pengantar Genetika Hutan Tropis. ASEAN-EU University Network


Programme (AUNP). Bogor

Zuluhida. 2010. Penuntun Praktikum Botani Umum. Universitas Muhammadiyah


Sumatra Utara. Medan.

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai