Anda di halaman 1dari 4

JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SCABIES PADA


NARAPIDANA DI BLOK A LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA NARKOTIKA
JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Scabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabei. Penyakit
scabies dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat
tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung
(melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2011).
Pada tahun 2017 WHO memasukan scabies ke daftar penyakit neglected tropical disease
(NTD) atau penyakit tropis terabaikan. Menurut Prof. dr. William R. Faber, pakar dalam
bidang NTD, Department of Dermatology Academic Medical Center (AMC), University of
Amsterdam, Belanda. “Penyakit-penyakit tropis ini disebut terlupakan karena secara eksklusif
hanya diderita oleh orang-orang terlupakan pula, yaitu orang-orang paling miskin di area
paling terbelakang,”
Scabies adalah salah satu kondisi penyakit kulit yang paling umum yang diderita
Negara berkembang. Secara global, ini diperkirakan lebih dari 200 juta orang setiap saat,
dengan perkiraan prevalensi dalam berbagai literatur terkait skabies baru-baru ini dari 0,2%
hingga 71%. Dan juga infeksi scabies pada anak sekitar 5-10 % dan apabila mewabah rentan
berkontribusi menaikan biaya terhadap biaya ekonomi yang signifikan terhadap layanan
kesehatan (WHO:2017)
Kejadian skabies di negara berkembang termasuk Indonesia terkait dengan
kemiskinan dengan tingkat kebersihan yang rendah, keterbatasan akses air bersih, kepadatan
hunian dan kontak fisik antar individu memudahkan transmisi tungau skabies. Skabies sering
diabaikan, dianggap biasa saja dan lumrah terjadi pada masyarakat di Indonesia, karena tidak
menimbulkan kematian sehingga penaganannya tidak menjadi prioritas utama, padahal jika
tidak ditangani dengan baik skabies dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya sperti
sepsis. Skabies menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal
sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas
hidup dan kerja sehari-hari.
Lembaga Pemasyarakatan adalah satuan usaha pemasyarakatan yang menampung,
merawat dan membina narapidana. Tingginya prevalensi skabies di lembaga pemasyarakatan
menurut penelitian Humananada N, dkk tahun 2014 diantaranya karena kondisi fasilitas
belum sepenuhnya optimal, kebiasaan yang kurang bersih dan tidak terpeliharanya personal
hygiene (penggunaan handuk secara bersama), tidur bersama penderita scabies, kepadatan
penghuni,perlengkapan kebersihan dan fasilitas kebersihan yang dipakai bersama-sama ,
sanitasi, perilaku individu dan buruknya personal hygiene. Menurut data Laporan Bulanan di
klinik Lembaga Pemasyarakatan klas II A Narkotika Jakarta di tahun 2019 jumlah warga
binaan pemasyarakatan adalah 2433 orang yang berobat ke klinik adalah 498 orang di bulan
februari 2019 jumlah penderita scabies adalah 77 orang di setiap bulannya sedangkan
penyakit lainnya penyakit pernafasan 157 orang , pencernaan 42 orang , hipertensi 12 orang ,
gangguan jiwa 1 orang, diabetes 8 orang artritis 10 orang penyakit mata 3 orang , diare 13
orang, gangguan mulut 18 orang , gangguan telinga 3 orang .lain lain. ( herpes , disengat
tomcat , perkelahian , dll )152 orang. Menurut penelitian Impact of over crowding in
correctional institution on health of prisoner oleh Vivi Sylviani Biafri & Kusmiyantidi Lapas
Narkotika klas II a Jakarta dibulan Oktober tahun 2018 dengan hasil yaitu sebanyakdari 2448
narapidana 624 narapidana mengidap scabies dikarenakan kepadatan penghuni yang bisa
mencapai 143% dari yang kapasitas maximal seharusnya.
Lapas Narkotika kla II A Jakarta memiliki 5 blok kamar hunian yaitu blok A (Ahmad
Arif ), blok B (Bahroedin Soeryobroto), blok C (Paviliun sahardjo , blok S (Ismail Saleh) dan
blok Pamsus (Baharudin Lopa). Data di bulan Februari jumlah seluruh penghuni adalah 2433
orang. Penghuni terbanyak yaitu pada blok A dikarenakan Luas kamar yang lebih besar
daripada luas kamar di blok lain yaitu 29,54/ kamar meter persegi. Sedangkan blok B
memiliki luas 3,63 meter persegi / kamar, blok c 12,2 meter persegi /kamar , blok S 12,22
meter persegi /kamar dan blok pamsus 13,35 meter persegi perkamar. Namun dampaknya
yaitu blok A memiliki jumlah hunian blok yang lebih banyak daripada kamar blok hunian lain
yaitu sebanyak 1.192 orang dengan jumlah orang perkamar bisa mencapai 19 sampai dengan
25 orang. Maka daripada itu peneliti hanya fokus pada hunian blok A yang memiliki
kepadatan penghuni dengan jumlah penderita scabies 31orang.
Namun terkadang penyakit scabies dianggap penyakit biasa atau lumrah karena tidak
menyebabkan kematian.Padahal jika scabies dengan banyak garukan atau luka akan membuat
bakteri lainnya bisa masuk ke dalam tubuh dan berpotensi menjadi sepsis yang dapat
menyebabkan kematian. Maka daripada Itu Peneliti tertarik untuk mengambil judul faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian scabies pada narapidana di blok A Lembaga
Pemasyarakatan klas II A Narkotika Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai data dasar sebagai upaya pencegahan terjadinya penyakit scabies di lembaga
pemasyarakatan supaya tidak terus menerus menjadi penyakit yang mengurangi tingkat
kualitas hidup narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian scabies pada narapidana di blok A Lembaga
Pemasyarakatan klas II A Narkotika Jakarta.

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian scabies pada narapidana di blok A Lembaga Pemasyarakatan
klas II A Narkotika Jakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui angka kejadian scabies pada narapidana di blok A di Lembaga
Pemasyarakatan klas II A Narkotika Jakarta.
b. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian scabies
pada narapidana di blok A Lembaga Pemasyarakatan klas II A Narkotika Jakarta.
c. Mengetahui faktor apa yang dominan yang dapat mempengaruhi kejadian
scabies pada narapidana di blok A Lembaga Pemasyarakatan klas II A Narkotika
Jakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan dari hasil penelitiaan ini , diharapkan dapat bermanfaat antara lain :
1. Lembaga Pemasyarakatan, penelitian ini diharapkan bisa sebagai data dasar
upaya pencegahan terjadinya penyakit scabiesdi lembaga pemasyarakatan
2. Ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan bisa melengkapi data dari
hasil-hasil penelitaian tentang kejadian scabies yang sudah dilakukan
diberbagai lembaga pemasyarakatan

E. KEASLIAN PENELITIAN
Beberapa hasil penelitian yang mendukung dalam penelitian ini diantaranya
1. Analisis Permasalahan Kesehatan pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas
IIA Ambarawa di tahun 2014 oleh amanandana. Hasil dari penelitian ini yaitu
Permasalahan Kesehatan di lapas diakibatkan oleh jumlah penghuni yang terlalu
padat, ventilasi , suhu dan pencahayaan yang kurang ,kamar yang terlalu lembap ,
dan personal hygiene yang buruk
2. Impact of over crowding in correctional institution on health of prisoner oleh Vivi
Sylviani Biafri & Kusmiyantidi Lapas Narkotika klas II a Jakarta dibulan Oktober
tahun 2018 dengan hasil yaitu sebanyakdari 2448 narapidana 624 narapidana
mengidap scabies dikarenakan kepadatan penghuni yang bisa mencapai 143% dari
yang kapasitas maximal seharusnya.
3.

Anda mungkin juga menyukai