Anda di halaman 1dari 14

“ MENJADI PAMONG PRAJA YANG BIJAKSANA “

OLEH
MUDA PRAJA MUHAMMAD ALWALID
29.0466
POLITIK INDONESIA TERAPAN/POLITIK
PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Ucapan puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT.


Hanya kepada-Nya lah saya memuji dan hanya kepada-Nya lah saya
bersyukur, saya meminta ampunan dan saya meminta pertolongan.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya


saya dapat menyelesaikan kertas kerja saya dengan judul “ Menjadi
Pamong Praja Yang Bijaksana “. Saya pun menyadari dengan sepenuh
hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada kertas kerja saya ini.

Oleh sebab itu, saya sangat menantikan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi saya
mengenai penulisan kertas kerja berikutnya. Saya juga berharap hal
tersebut mampu dijadikan motivasi untuk saya supaya saya lebih
mengutamakan kualitas kertas kerja di masa yang selanjutnya.

Kampus IPDN, 27 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................i

Daftar isi..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kriteria Pamong Praja yang bijaksana..................................7

2.2 Pamong Praja dewasa ini....................................................7

2.3 Analisis perbedaan antara kriteria pamong yang bijaksana dengan


kondisi objektif ( saat ini)..............................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................11

3.2 Saran....................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PERMASALAHAN
Seiring dengan perkembangan zaman, masih banyak masyarakat yang belum
mengenali apa itu pamong praja serta fungsi dan tugasnya. Masyarakat hanya
tahu bahwa pamong itu memiliki citra yang tidak baik. Pamong praja pun belum
dapat memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai Pamong
Praja yang ideal bagi masyarakat. Maka dari itu, saya akan menjelaskan apa itu
Pamong Praja, fungsi dan tugasnya serta kriteria menjadi pamong praja yang
bijaksana.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan yang dimaksud dengan Pamong Praja!

2. Jelaskan sejarah singkat Pamong Praja!

3. Jelaskan kriteria Pamong Praja yang bijaksana!

4. Jelaskan Perkembangan Pamong Praja dewasa ini!

5. Jelaskan apa saja yang menjadi pantangan bagi Pamong Praja!

6. Jelaskan ciri-ciri pamong praja yang bijaksana!

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 KRITERIA PAMONG PRAJA YANG BIJAKSANA


Secara etimologi, kata Pamong Praja sendiri berasal dari bahasa Jawa, yakni
Pamong berasal dari kata among, dan Praja berasal dari kata projo yang artinya
wilayah kekuasaan. Jadi pamong praja adalah among projo yang berarti
mempersoalkan tentang seni sebagaimana mengelola sebuah wilayah
kekuasaan. Kosa kata pamong sendiri dikenal dalam masyarakat Jawa sebelum
Indonesia merdeka, yaitu pada zaman kerajaan di tanah Jawa(Jawa Tengah dan
Jawa Timur).

Secara administratif, Hindia Belanda dibagi kedalam gewest ( wilayah


administratif ) yang jumlahnya tergantung pada kepentingan pemerintah
Hindia Belanda. Pengelompokan lain diatur dalam (buiten bezzitingen) dimana
wilayah Hindia Belanda dikelompokkan atas Jawa Madura dan luar Jawa.
Gewest dipimpin oleh seorang Resident sebagai Hoofd Van Gewestelijk
Bestuur yang mewakili Gubernemen dan menjadi penguasa tertinggi
Pemerintahan Sipil di wilayahnya, memimpin kepolisian dan mengawasi
pengelolaan keuangan. Kedudukan regent berada di bawah asisten resident
(Hoofd Van Plaatselijk Bestuur). Dalam perkembangan lebih lanjut para bupati
memiliki kedudukan yang sama dengan asisten residen dengan tugas masing-
masing dibawah seorang Resident. Para bupati itu dikontrol dan dikendalikan
oleh seorang Controleur yang masing-masing memiliki Controleafdeling(terdiri
dari bebrapa kabupaten) yang bertindak sebagai pengasuh pangreh praja. Para
Bupati itu wajib menyetor pendapatan tertentu kepada kerajaan, membantu
kerajaan pada masa perang dan pada waktu waktu tertentu menghadap raja
untuk menyerahkan upeti.

2
Regent atau Bupati merupakan jabatan puncak dari pangreh praja sekaligus
menjadi Ketua Regentschapsraad (DPRD kabupaten) dan menjadi alat
pemerintahan kabupaten sebagai daerah otonom.

Sejak itu para Bupati memiliki dua fungsi yakni sebagai perangkat pusat dan
sekaligus sebagai perangkat daerah otonom kabupaten.

Bupati memegang pimpinan harian pada polisi pamong praja dan sebagian
polisi negara di luar kota kota besar.

Pamong praja juga merupakan pejabat pemerintah pusat yang bernaung di


bawah departemen dalam negeri, baik secara keseluruhan (korp) atau
sebagian saja. Dalam artim luas Pamong praja mencakup segenap pegawai di
lingkungan departemen dalam negeri yang ada di daerah yang melaksanakan
urusan pemerintahan umum. Sedangkan dalam arti sempit yang dimaksud
Pamong Praja hanya mencakup mereka yang memegang pimpinan dan
menjadi kepala dari suatu wilayah administratif. Sebagaimana diketahui urusan
pemerintahan umum dilaksanakan melalui garis dekonsentrasi yaitu salah satu
dari asas pemerintahan yang kita kenal selama ini. Istilah pamong praja juga
ditemukan juga pada pp Nomor 27/1959 yang dalam salah satu pasalnya
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pamong praja adalah Gubernur,
Residen, Bupati/Walikota, Wedana dan Asisten wedana (camat).Sebagaimana
yang telah dijelaskan bahwa pamong praja adalah pejabat pemerintah pusat di
daerah yang melaksanakan tugas fungsi dekonsentrasi. Dengan demikian siapa
saja yang ditugasi untuk menyelenggarakan tugas/fungsi dekonsentrasi adalah
pamong praja, tanpa ada persyaratan pendidikan khusus, layaknya seorang
dokter, akuntan atau advokat.

Menjadi Pamong Praja yang bijaksana itu memiliki sifat Hasta Brata. Hasta
Brata terdiri dari kata Hasta yang berarti delapan dan kata Brata yang berarti
sifat baik.

3
Dalam berbagai literature juga disebutkan bahwa delapan sifat baik itu
merupakan simbol kearifan dan kesabaran dari sang pencipta, yaitu sifat suryo
(matahari), Buwono (bumi), Condro (rembulan), Kartiko (bintang), Dahono
(api), Tirto (air), Maruto (angin) dan samudro (samudera/lautan).

1. Suryo/matahari yang berarti memiliki kemampuan menerangi,


membantu memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapi rakyat
dan anak buahnya.
2. Buwono/bumi yang berarti memiliki kemampuan
memelihara,mengayomi,mengasuh dan melindungi rakyatnya.
3. Candro (rembulan) yang berarti memiliki kemampuan menjaga harkat
dan martabat rakyat dan anak buahnya, memanusiakan sesama
manusia.
4. Kartiko/Bintang yang berarti mampu menjadi sumber inspirasi(cita-cita)
berpandangan jauh kedepan, pemberi arah, dan tumpuan harapan bagi
rakyat dan anak buahnya.
5. Tirto (air) yang berarti kepandaian menyesuaikan diri, memperhatikan
potensi, kebutuhan dan kepentingan rakyat atau bawahan dan bukan
atasannya.
6. Maruto/Angin yang berarti memiliki kemampuan
menyejukkan,suasana,memiliki kelembutan,keharmonisan dan
menyegarkan.
7. Dahono/api yang berarti mampu membakar semangat, mengobarkan
semangat, memotivasi, dan menginisiasi rakyat dan bawahannya.
8. Samodro/samudra/lautan yang berarti memiliki wawasan yang luas dan
dalam, mampu menampung semua kebutuhan, kepentingan dan aspirasi
rakyat dan bawahannya.

Disamping kedelapan watak tersebut, masih ditambah dengan beberapa


pantangan yang harus bisa dihindari yaitu (1) ojo gumunan artinya tidak
memperlihatkan sifat keheran-heran sekalipun dia sangat heran; (2) ojo
kagetan artinya tidak menunjukkan sikap keterkejutan terhadap hal-hal yang
diluar dugaan dan (3) ojo dumeh artinya tidak menunjukkan sikap sombong,
mumpung sedang berkuasa.

4
Secara ephistimologi (teori) pengetahuan kata pamong yang berasal dari kata
among, atau momong, sehingga subyek/pelakunya disebut pamong, perlu
memiliki kemampuan untuk momong, ngemong, omong, nggendong,
nggotong, dan mbombong serta mampu menahan diri untuk tidak nyolong,
nyadong, nggemblong, nggarong, ngemong, nyembong, ndomblong.

1. Ngemong itu tugas untuk berbuat secara bijaksana, sehingga para pihak
yang bersebrangan satu sama lain, besar atau kecil diperhatikan
semuanya dan diperlakukan secara adil, tanpa diksriminatif, karena
itulah yang akan menjamin mereka tetap bersatu dalam kehidupan
bersama secara bergotong-royong.
2. Momong itu tugas untuk melindungi semuanya,terutama mereka yang
lemah, agar tidak mendapat perlakukan semena mena dan dibuli oleh
yang kuat dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan
bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
3. Ngomong itu tugas untuk memperhatikan informasi, menerangkan atau
menjelaskan berbagai hal, sehingga semuanya menjadi terang
benderang, sehingga satu sama lain tidak ada lagi yang berburuk sangka,
sehingga menimbulkan konfli.
4. Nggendong itu tugas untuk menyangga beban rakyat, terutama bagi
mereka yang sedang menangis/sedih, baik karena kemiskinannya,
kefakirannya, keyatimannya, atau sedang menderita terkena berbagai
musibah atau bencana yang menimpanya, sembari menemani dan
menghiburnya.
5. Nggotong itu tugas untuk ikut menanggung beban berat bersama sama,
untuk mentransformasikan keburukan kearah kebaikan,
ketidakberdayaan kearah kedayaan, sehingga tidak ada satu pun dari
mereka yang merasa harus menanggung beban hidup sendirian.
6. Mbombong itu tugas untuk memotivasi,membesarkan hati,memberi
harapan dan meyakinkan agar rakyat tumbuh semangat juang dalam
menggapai apa yang menjadi cita-citanya.

5
Selanjutnya, untuk menjadi pamong praja yang bijaksana ada beberapa
pantangan yang harus dihindari sebagai berikut.

1. Pamong itu pantang nyolong, artinya pantang memanipulasi, kolusi dan


melakukan tindak pidana korupsi.
2. Pamong itu pantang nyadong, artinya pantang meminta minta
(mengemis) apalagi memeras, menipu atau perbuatan lain yang tidak
terpuji.
3. Pamong itu pantang nggemblong, artinya pantang mencari muka,
membuat laporan asal bapak senang(ABS), cium tangan, membawa buah
tangan, apalagi memberi sogokan untuk memperoleh suatu jabatan.
4. Pamong itu pantang nggarong, artinya pantang merampok harta rakyat
yang diamanahkan baik dalam APBN maupun APBD, baik dilakukan
sendiri sendiri atau secara bersama sama.
5. Pamong itu pantang ngempong, artinya pantang memohon petunjuk
atasan ketika disposisi pimpinan sudah jelas, sudah mengikuti SOP atau
petunjuk pelaksanaan. Sebagai atasan, ia pun tidak menyukai bawahan
yang tidak percaya diri dan selalu mohon petunjuk dalam setiap
pengambilan keputusan.
6. Pamong itu pantang nyomblong, artinya pantang bersikap dan berlaku
sombong, sok kuasa, sok tahu, sok hebat, sok benar sendiri, sok menang
sendiri. Sebaliknya seorang pamong akan bersikap lemah lembut,sopan,
rendah hati tanpa kehilangan ketegasan.
7. Pamong itu pantang ndomblong, artinya, pantang diam saja melihat
penderitaan rakyatnya, melihat nasib buruk rakyatnya, melainkan sangat
peka, sigap, cerdas, dan cekatan dalam mengatasi setiap persoalan.

6
CIRI-CIRI PAMONG YANG BIJAKSANA

1. Pamong praja yang mampu berlaku adil dan jujur dalam melaksanakan
tugasnya
2. Pamong praja yang mampu menjadi suri tauladan bagi orang lain
3. Pamong praja yang mampu merumuskan kebijakan dalam rangka
kemajuan bangsa Indonesia
4. Pamong praja yang mampu menjadi problem solving (pemecah masalah)
buka problem maker (pembuat masalah)
5. Pamong praja yang mengutamakan kepentingan masyarakatnya
6. Pamong praja yang peduli dan perhatian terhadap permasalahan
masyarakat

2.2 PAMONG PRAJA DEWASA INI

Kalau merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada dan juga sejarah
perkembangan pamong praja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Indonesia.

Maka yang masuk kategori korps pamong praja adalah mereka yang dididik
secara khusus untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan
bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang
mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya.

Secara implisit, kita dapat mengetahui tujuan pendidikan nongelar adalah


untuk menyiapkan tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian dan ketrampilan
tertentu yang langsung dapat dimanfaatkan atau siap pakai.

7
Sehubungan dengan itu, pengetahuan teoritis yang diberikan kepada Praja ini
kurang. Sebaliknya pengetahuan keterampilan dan terapan/praktik mendapat
porsi yang menonjol.

Tanggapan saya mengenai ini, saya simpulkan sebagai berikut.

1. Tujuan yang dirumuskan masih belum jelas karena keahlian akademis


terbagi atas dua macam, yakni keahlian teoritis-konseptual. Hal ini
menjadi ambigu dalam publikasi tujuan pendidikan IPDN “untuk
membentuk kader-kader yang berkeahlian akademis di bidang
pemerintahan dalam negeri”. Tapi seiring berjalannya paradigma maka
tujuan IPDN saat ini menjadi “membentuk kader pamong praja, yang
memiliki triple-competence”. Esensi dari triple-competence adalah
persatuan( coalescence), conductor dan coordinator yang mana lebih
menitikberatkan pada analogia outcome product.
2. Harus adanya keselarasan antara kurikulum program S1 dan D4 IPDN
sehingga tidak berjalan sendiri-sendiri dan mewujudkan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.

Kini sosialisasi kepamongprajaan dengan konsep pemerintahan tetap fokus


pada lingkungan IPDN sangat penting antara pemerintah daerah setempat
yang dapat menggetarkan semangat ketika IPDN dapat memposisikan
dirinya sebagai pemeran utama implementasi grand design pemerintahan
daerah 2005-2025 melalui grand design IPDN 2005-2025.

Merujuk pada perpres No.1 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa terdapat
perguruan tinggi kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
kepamongprajaan, ini mengisyaratkan bahwa setidaknya dua hal.

8
Yang pertama bahwa ada institusi yang dibentuk oleh negara untuk
menyiapkan pamong praja yang akan menjadi aparat pemerintahan dan
yang kedua karena ada institusi pendidikan tinggi kepamongprajaan yang
akan menghasilkan lulusan yang akan ditugaskan sebagai pelayan
masyarakat atau tugas-tugas kepamongprajaan yang akan dilaksanakan
oleh para pamong praja adalah mereka yang menyelenggarakan pelayan
pemerintahan pada organisasi pemerintahan lini kewilayahan yang dididik
secara khusus yang memiliki kualifikasi kepemimpinan dan kemampuan
manajerial untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan
bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang
mengkoordinasikan cabang-cabang pemerintahan lainnya.

Pada masa kini, pengertian pamong praja mengalami redevinisi. Hal ini
sesuai perkembangan zaman dan dinamika yang terjadi bagi para
penyelenggara pemerintahan. Definisi pamong praja sesuai paradigma
baru, yaitu aparatur (pusat maupun daerah) yang didik secara khusus untuk
menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan kompetensi dasar
Koordinasi, Kolaborasi dan Konsensus(3K) dalam rangka memberikan
pelayanan umum serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sekalipun demikian, definisi tersebut masih membuka ruang
untuk diperdebatkan, terutama mengenai tiga kompetensi dasar yang perlu
dimiliki oleh korps pamong praja. Selain melakukan redefinisi, korps
pamong praja harus melakukan reposisi dalam arti menata ulang
kedudukan dan hubungannya dengan nasional sebagaimana tertuang
dalam PP No.5 Tahun 1999 yang diperbaiki dengan PP No.12 Tahun 1999
tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil. Lebih jauh dapat dibandingka pula
dengan perkembangan netralitas PNS dalam UU Nomor 5/2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara.

9
2.3 ANALISIS KRITERIA PAMONG YANG BIJAKSANA DENGAN KONDISI
OBJEKTIF (SAAT INI)

Menurut saya mengenai kondisi ini, pamong praja mampu menyelesaikan


masalah dalam masyarakat. Dalam hal itu, Pamong Praja bisa memberikan
solusi masalah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.Misalnya, di
daerah saya banyak pamong praja yang bekerja di kelurahan membuat
program pemberdayaan masyarakat agar kehidupannya sejahtera.

Di sisi lain, masih banyaknya keluhan dari masyarakat yang menyebutkan


bahwa pelayanan oleh pamong praja kurang efisien dan efektif serta masih
ada keterlibatan pamong praja dalam pesta politik. Dalam hal ini, pamong
praja menjadi dwi fungsi, yakni Aparatur sipil negara dan tim kampanye.
Tentu ini tidak dibenarkan karena dapat mengganggu kinerja pamong praja
yang seharusnya mengayomi dan melayani masyarakat. Selain itu,
pelayanan oleh pamong praja masih belum dirasakan masyarakat
sepenuhnya. Hal itu terlihat dengan adanya masyarakat kurang mampu
yang meminta pelayanan. Namun, itu tidak dilayani dengan
semestinya.Berbeda hal dengan masyarakat yang memiliki kemampuan
dalam bidang ekonomi yang lebih diutamakan.

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pamong praja itu berasal dari bahasa Jawa, yakni pamong berasal dari kata
among, dan praja berasal dari kata projo yang artinya wilayah kekuasaan.Jadi
pamong praja yaitu among projo yakni istilah yang mempersoalkan tentang
seni bagaimana mengelola sebuah wilayah kekuasaan. Selanjutnya .Seorang
Pamong Praja yang bijaksana harus memiliki sifat Hasta Brata yang terdiri dari
suryo, buwono, condro, kartiko, tirto, maruto, dahono, samudro serta
menjauhi pantangan pantangan antara lainpantang nyolong, pantang nyadong,
pantang nggemblong, pantang nggarong, pantang ngempong, pantang
nyombong, pantang ndomblong. Selanjutnya, masih banyak pamong praja
yang belum melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai pelayan masyarakat.

3.2 SARAN

Pamong praja perlu lebih bijaksana lagi. Dalam hal ini, maksudnya pamong
praja harus memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai seorang
pamong praja yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.Selanjutnya, pamong
harus lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang menjadi
keperluan masyarakat guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat

11

Anda mungkin juga menyukai