Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1

BAHAN AJAR

OLEH :

Nama : AGUSTIANA
No. Peserta PPG : 19091018710016
Bidang Studi Sertifikasi : 187-Kimia
Sekolah Asal : SMA N 1 Batu Hampar

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN ANGKATAN 3


UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2019
BAHAN AJAR (RINGKASAN)

A. KOMPETENSI INTI
KI1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,disiplin,santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-
aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak
dilingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar,bangsa,negara,kawasan regional,dan kawasan internasional.
KI3 : Memahami,menerapkan,menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya disekolah, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


KD 3 KD 4
3.1 Menganalisis fenomena sifat koligatif 4.1 Menyajikan kegunaan prinsip sifat
larutan (penurunanan tekanan uap, koligatif larutan dalam kehidupan
kenaikan titik didih, penurunanan sehari-hari.
titik beku, dan tekanan osmosis).
IPK IPK
3.1.1 Menjelaskan sifat koligatif larutan 4.1.1 Mengkomunikasikan hasil data
3.1.2 Menjelaskan penurunan tekanan uap percobaan pengaruh temperature
beserta contoh terhadap air
3.1.3 Menghitung penurunan tekanan uap
3.1.4 Menjelaskan kenaikan titik didih
beserta contoh
3.1.5 Menghitung kenaikan titik didih
3.1.6 Menjelaskan penurunan titik beku
beserta contoh
3.1.7 Menghitung penurunan titik beku
3.1.8 Menjelaskan tekanan osmosis
larutan beserta contoh

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


PETA KONSEP

LARUTAN

MEMPUNYAI

KONSENTRASI MEMPENGARUHI SIFAT KOLIGATIF

TERDIRI ATAS

KEMOLARAN KEMOLALAN FRAKSI MOL TERDIRI ATAS

PENURUNAN KENAIKAN PENURUNAN TEKANAN


TEKANAN UAP TITIK DIDIH TITIK BEKU OSMOTIK
Pernahkah Anda memperhatikan ibu ketika memasak sayur atau membuat kolak
pisang? Saat kuah bergolak atau mendidik dan kemudian sayuran dimasukkan maka kuah
akan berhenti mendidih. Juga ketika kuah kolak yang mendidih dimasuki gula atau pisang,
maka kuah juga berhenti mendidih selanjutnya kuah akan mendidih lagi jika pemanasan
dilanjutkan. Mengapa demikian?
Pertanyaan di atas akan terjawab setelah kalian mempelajari sifat koligatif larutan
yang di bahas pada bab ini. Apa yang dimaksud dengan sifat koligatif larutan dan sifat
larutan apa saja yang termasuk di dalamnya? Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak bergantung pada jenis
zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan meliputi empat sifat, yaitu: penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.
 Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan menyatakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarutnya . Satuan konsentrasi umum yang digunakan adalah molaritas, molalitas, dan
fraksi mol.
1. Molaritas (M) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Secara
matematis dituliskan sebagai berikut:
mol zat terlarut g 1000
M= atau M = x
1 liter larutan Mr V

Dimana:
M = molaritas larutan (mol-1 atau M)
V = volume larutan (ml)
g = massa zat terlarut (g)
Mr = Massa molekul relative zat terlarut

2. Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu kilogram pelarut. Secara
matematis dituliskan sebagai berikut:
mol zat terlarut g 1000
m= atau m = x
1kg pelarut Mr p

Dimana:
m = molalitas larutan (mol kg-1 atau m)
p = massa pelarut (g)
3. Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap
jumlah mol larutan ( mol total).

nt np
Xt = Xp =
nt + np np + n t

Dimana:
Xt=fraksi mol zat terlarut
Xp=fraksi mol zat pelarut
nt=mol zat terlarut
np=mol zat pelarut
Contoh :

1. Sebanyak 6 gram urea ( Mr = 60 ) dilarutkan dalam 90 gram air.


Tentukanlah :

a. Kemolalannya
b. Fraksi Molnya
Jawab :

𝑤 6 𝑔𝑟𝑎𝑚
a. n = 𝑀𝑟 = 60 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,1 mol
𝑛 0,1 𝑚𝑜𝑙
m =𝑝 = 0,9 𝑘𝑔 =1.1111 molal
6 𝑔𝑟𝑎𝑚
60 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 0,1 𝑚𝑜𝑙
b. Fraksi mol urea = 6 𝑔𝑟𝑎𝑚 90 𝑔𝑟𝑎𝑚 =0,1 𝑚𝑜𝑙+5 𝑚𝑜𝑙= 0,02
+
60 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 90 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

2. Larutan NaOH mempunyai konsentrasi 0,5 molal. Tentukan fraksi mol NaOH dan
air!
Jawab:
Setiap 1000 gram air terdapat 0,5 mol NaOH.
n NaOH = 0,5 mol
𝑚 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚
n H2O = 𝑀𝑟 = 18 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 55,56 mol
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 0,5 𝑚𝑜𝑙
X NaOH = 𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻+𝑛 𝐻2𝑂 = 0,5 𝑚𝑜𝑙+55,56 = 0,09

X H2O = 1 – 0,09 = 0,91


 Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisik larutan yang dipengaruhi oleh jumlah partikel
zat terlarut dalam larutan (konsentrasi) dan tidak dipengaruhi oleh jenis zat terlarut
merupakan sifat koligatif larutan.
Sifat koligatif larutan terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Sifat koligatif larutan non elektrolit
2. sifat koligatif larutan elektrolit

 Sifat koligatif larutan non elektrolit


1. Penurunan Tekanan Uap (∆P) adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni
dengan tekanan uap jenuh larutan.
P = PO . XP ∆P = P O − P ∆P = P O . Xt

Bila kita mengamati pada peristiwa penguapan, ketika partikel-partikel zat cair
meninggalkan kelompoknya. Bila zat cair disimpan dalam ruang tertutup yang hampa
udara, maka sebagian dari partikel-partikel zat cair akan menguap, sedangkan zat
cair yang telah menjadi uap akan kembali menjadi zat cair (mengembun). Tekanan
uap yang ditimbulkan pada saat tercapai kondisi kesetimbangan dinamakan tekanan
uap jenuh.
Dari hasil pengukuran data-data eksperimen ternyata diketahui bahwa tekanan uap
jenuh larutan lebih rendah daripada tekanan uap jenuh pelarut murni, mengapa?
Perhatikan gambar 1.2. Dalam suatu larutan, partikel-partikel zat terlarut akan
menghalangi gerak
molekul-molekul pelarut
untuk berubah menjadi
bentuk gas (uap)(ada
interaksi molekul antra zat
terlarut dengan
pelarutnya). Oleh karena
itu tekanan uap jenuh
larutan lebih rendah
daripada tekanan uap
jenuh pelarut murni. Makin lemah gaya tarik-menarik molekul-molekul zat cair,
makin mudah zat cair tersebut menguap, maka makin besar pula tekanan uap
jenuhnya.Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh
larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh.
ΔP= P° – P (1.6)

Pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap jenuh dapat
dijelaskan dengan hukum Raultsebagai berikut.
P= xpelarut·P° (1.7)
Dari persamaan (1.6) dan (1.7) dapat kita turunkan suatu rumus untuk menghitung
penurunan tekanan uap jenuh, yaitu:
ΔP= P° – P
= P° – (xpelarut·P°)
= P° (1– xpelarut)
ΔP= P°·xterlarut
Keterangan:
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh
Po = tekanan uap jenuh pelarut air murni
xterlarut = fraksi mol zat terlarut
xpelarut = fraksi mol zat pelarut
Contoh:

1. Tekanan uap jenuh air pada temperatur 250C adalah 23,76 mmHg. Tentukan penurunan
tekanan uap jenuh air, jika ke dalam 90 gram air dilarutkan 18 gram glukosa (𝐶6 𝐻12 𝑂6)!

Jawab:
𝑚 18 𝑔𝑟𝑎𝑚
n 𝐶6 𝐻12 𝑂6 = 𝑀𝑟 = 180 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,1 mol

𝑚 90 𝑔𝑟𝑎𝑚
n 𝐻2 𝑂 = 𝑀𝑟 = 18 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 5 mol

n 𝐶6 𝐻12 𝑂6 0,1 𝑚𝑜𝑙 0,1 𝑚𝑜𝑙


X 𝐶6 𝐻12 𝑂6 = n 𝐶 = 0,1 𝑚𝑜𝑙+5 𝑚𝑜𝑙 = 5,1 𝑚𝑜𝑙 = 0,02
6 𝐻12 𝑂6 + n 𝐻2 𝑂

∆P = P0 . X 𝐶6 𝐻12 𝑂6

= 23,76 mmHg × 0,02


∆P = 0,48 mmHg

2. Tentukan tekanan uap jenuh air pada larutan yang mengandung 12% massa urea,
CO(NH2)2, jika tekanan uap jenuh air pada temperature 300C adalah 31,82 mmHg!

Jawab:

Misal, massa larutan adalah 100 gram maka:


12
Massa CO(NH2)2 = 100 × 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 12 𝑔𝑟𝑎𝑚

Massa H2O = (100-12) gram = 88 gram


𝑚 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
n CO(NH2)2 = 𝑀𝑟 = 60 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,2 mol

𝑚 88 𝑔𝑟𝑎𝑚
n H2O = 𝑀𝑟 = 18 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 4,89 mol

𝑛 𝐶𝑂(𝑁𝐻2)2 0,2 𝑚𝑜𝑙 0,2 𝑚𝑜𝑙


X H2O = 𝑛 𝐶𝑂(𝑁𝐻2)2 +𝑛 𝐻 = 0,2 𝑚𝑜𝑙+4,89 𝑚𝑜𝑙 = 5,09 𝑚𝑜𝑙 = 0,96
2 𝑂)

P = P0 . X H2O

= 31,82 mmHg . 0,96

P = 30,55 mmHg

2. Kenaikan Titik Didih (∆Tb) dan Penurunan Titik Beku (∆Tf)


Kenaikan Titik Didih (∆Tb) adalah selisih antara titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni .
∆Tb = m . K b ∆Tb = Tb − Tb0

Penurunan Titik Beku (∆Tf) adalah selisih antara titik beku pelarut murni dengan titik
beku larutan.
∆Tf = m . K f ∆Tf = Tf0 − Tf

Titik didih suatu zat cair adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh zat cair tersebut
sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka
gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan
menuju fasa gas. Oleh karena itu, titik didih suatu zat cair bergantung pada tekanan
luar. Yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada
tekanan 76 cmHg. Titik didih normal air adalah 100oC.

Pada tekanan udara luar 1 atm, air mendidih


pada suhu 100oC (titik B). Pada saat itu tekanan
uap air juga 1 atm dan tekanan uap jenuh
larutan masih di bawah 1 atm (titik P). Agar
larutan mendidih, maka suhu perlu diperbesar
sehingga titik Pberpindah ke titik E. Pada titik
Etekanan uap jenuh larutan sudah mencapai 1
atm. Jadi pada titik Elarutan mendidih dan suhu
didihnya adalah titik E′. selisih titik didih larutan
dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih (ΔTb).

ΔTb= titik didih larutan – titik didih pelarut

Pada gambar 1.3 terlihat titik beku larutan (titik F′) lebih rendah daripada titik beku
pelarut (titik C). selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut
penurunan titik beku (ΔTf).

ΔTf= titik beku pelarut – titik beku larutan

Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku yang disebabkan oleh penambahan
zat terlarut dapat dirumuskan sebagai berikut.

g 1000
ΔTb= m· Kbatau ΔTb= Mr . . Kb
p

g 1000
ΔTf= m· Kfatau ΔTf= Mr . . Kf
p

dengan:

ΔTb = kenaikan titik didih


ΔTf = penurunan titik beku
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/m)
m = molalitas
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa rumus relatif zat terlarut
p = massa pelarut (gram)

3. Tekanan Osmotik
Osmosis adalah peristiwa perpindahan pelarut dari larutan yang konsentrasinya lebih
kecil (encer) ke larutan yang konsentrasinya lebih besar (pekat) melalui membran
semipermeabel. Aliran zat cair dari larutan yang konsentrasinya lebih kecil menuju
larutan yang konsentrasinya lebih besar melalui membran semipermeabel akan
terhenti, bila telah terjadi
kesetimbangan konsentrasi antara
kedua larutan tersebut.
Tekanan Osmotik adalah besarnya
tekanan yang harus diberikan pada
suatu larutan untuk mencegah
mengalirnya molekul-molekul pelarut
ke dalam larutan melalui membran
semipermeabel.
Besarnya tekanan osmotik larutan encer memenuhi persamaan yang sesuai dengan
persamaan gas ideal, yaitu:
 = M. R. T
Keterangan:  = tekanan osmotik
M = Konsentrasi (mol/L)
R = tetapan gas = 0,082L.atm/mol.K
T = Suhu mutlak (K)
Dalam suatu sistem osmosis, larutan yang memiliki tekanan osmosis sama disebut
isotonik, bila tekanan osmotiknya lebih kecil dibandingkan larutan yang lain disebut
hipotonik, sedangkan bila tekanan osmotiknya lebih besar dibandingkan larutan yang
lain disebut hipertonik.
 Penerapan Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan
meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik.
Sifat koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan osmosis memiliki banyak
kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penerapan penurunan titik beku
dapat mempertahankan kehidupan selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis
ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu biologi. Berikut ini
penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari.
A. PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAP
Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat
terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di
daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut
bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi.
Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi
zat terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat dimanfaatkan sebagai sarana
hiburan atau rekreasi bagi manusia. Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati
dapat kita temui di beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.
B. PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU
1. Membuat Campuran Pendingin
Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di
bawah 0oC. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk
membuat es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis
garam ke dalam air.
Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan
garam dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada
pencampuran itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun.
Sementara itu, campuran bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain
yang terbuat dari bahan stainless steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam
cairan pendingin, sambil terus-menerus diaduk sehingga campuran membeku.
2. Antibeku pada Radiator Mobil
Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan
etilen glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan
ini dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan
etilen glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator
menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.
3. Antibeku dalam Tubuh Hewan
Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang
kutub, memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk
bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu
menurunkan titik beku air hingga 0,8oC. Dengan demikian, ikan laut dapat
bertahan di musim dingin yang suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang
dikandungnya dapat mencegah pembentukan kristal es dalam jaringan dan
selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain
serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga mengandung gliserol dan
dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol darah sedangkan
nematoda mengandung gliserol dan trihalose.
4. Antibeku untuk Mencairkan Salju
Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan
dipenuhi es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk
mengatasinya, jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCL dan
CaCl2. Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam
yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.
5. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan
massa molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif
bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut
(G) serta nilai penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut itu
dapat ditentukan.
C. PENERAPAN TEKANAN OSMOSIS
1. Mengontrol Bentuk Sel
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut
isotonik. Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada
larutan lain disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai
tekanan osmosis lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam
darah. Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi
osmosis, baik ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah
tidak mengalami kerusakan.
2. Mesin Cuci Darah
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi
menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil
seperti urea melalui membran semipermeabel dan masuk ke cairan lain,
kemudian dibuang. Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti
protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.
3. Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan,
garam dapur digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh
mikroba penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.
4. Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena
garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang
ada dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.
5. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh
tanaman melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga
konsentrasinya lebih tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam
tanah dapat diserap oleh tanaman.
6. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik
Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari
larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika
kepada larutan diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan
memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan
osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui
selaput yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa
tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke
dalam air asin.
Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat
beracun dalam air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

Anda mungkin juga menyukai