19 36 1 SM PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

PENGARUH MODAL DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI


INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI KABUPATEN MERAUKE

Riza Fachrizal*
Staf Pengajar Jurusan Agribisnis FAPERTA UNMUS-Merauke, e-mail: -

ABSTRAK

Kabupaten Merauke sebagai salah satu wilayah dari Provinsi Papua memiliki
bermacam-macam subsektor industri kecil yang diharapkan kompetitif dan
mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Salah satunya adalah
industri kerajinan kulit yang keberadaannya diharapkan dapat berperan besar
dalam peningkatan perekonomian daerah. Industri kerajinan kulit merupakan
proses produksi yang secara teknis adalah hubungan antara faktor produksi
dengan produksi, faktor produksi dengan faktor produksi, dan produksi dengan
produksi. Peran industri kerajinan kulit dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah adalah melalui perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja.
Kemampuan industri kerajinan kulit menyerap tenaga kerja dan menjadi pilihan
usaha ditentukan oleh seberapa besar pengaruh faktor produksi modal dan tenaga
kerja terhadap produksi. sehingga perlu dilakukan studi mengenai pengaruh faktor
produksi modal dan tenaga kerja terhadap produksi pada industri kerajinan kulit
di Kabupaten Merauke. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah data time
series. Menggunakan model estimasi regresi linier berganda dalam bentuk double
log untuk mengetahui hubungan pengaruh dari variabel penelitian. Hasil regresi
dari model estimasi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel modal 0,573
dan koefisien regresi variabel tenaga kerja 1,152 secara statistik signifikan pada α
= 5%. Variabel modal dan variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap
produksi pada industri kerajinan kulit di Kabupaten Merauke. Hasil penelitian
menyatakan bahwa modal dan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif
terhadap produksi, artinya apabila salah satu faktor produksi tersebut meningkat
maka akan meningkatkan produksi pada industri kerajinan kulit di Kabupaten
Merauke.

Kata Kunci: Industri Kerajinan Kulit, Produksi, Modal dan Tenaga Kerja.

I. PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan


1.1. Latar Belakang ekonomi secara sektoral telah mengalami
Pembangunan nasional merupakan pergeseran. Sektor pertanian yang awalnya
usaha peningkatan kualitas manusia dan merupakan sektor yang mempunyai kontribusi
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara besar terhadap perekonomian negara mulai
berkelanjutan, berlandaskan kemampuan beralih pada sektor industri seiring dengan
nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu perkembangan teknologi dan masuknya modal
pengetahuan dan teknologi serta asing ke Indonesia. Jadi proses pembangunan
memperhatikan perkembangan global. Salah ekonomi mengalami perubahan dimana
satu usaha yang dilakukan oleh bangsa kesempatan kerja di sektor pertanian beralih ke
Indonesia yaitu mengusahakan percepatan arah sektor industri, hal ini disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi negara yang bertujuan makin sempitnya luas lahan pertanian yang
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi menyebabkan menurunnya pendapatan petani
seluruh masyarakat Indonesia. di pedesaan.

66
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Pemerintah mengambil kebijakan rumah tangga yaitu industri yang mengerjakan


dipilihnya sektor industri dalam pembangunan kurang dari lima tenaga kerja (BPS, 2010).
ekonomi Indonesia guna menghadapi semakin Dalam teori ekonomi makro, dari sisi
banyaknya angkatan tenaga kerja sehingga pengeluaran, pendapatan regional bruto adalah
tercapai keseimbangan antara pertumbuhan penjumlahan dari berbagai variabel termasuk
ekonomi dengan pertumbuhan penduduk. didalamnya adalah investasi. Ada beberapa hal
Pembangunan daerah merupakan bagian yang sebenarnya berpengaruh dalam soal
integral dari pembangunan nasional yang investasi ini. Investasi sendiri dipengaruhi oleh
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi investasi asing dan domestik. Investasi yang
daerah dengan memberikan kesempatan bagi terjadi di daerah terdiri dari investasi
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan, pemerintah dan investasi swasta dapat berasal
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan dari investasi pemerintah dan investasi swasta.
pemerintahan, serta pelayanan kepada Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari
masyarakat. Keberhasilan pertumbuhan dalam negeri maupun luar negeri (asing).
ekonomi daerah dapat di ukur dari Investasi pemerintah dilakukan guna
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menyediakan barang publik. Besarnya investasi
(PDRB). Dalam usaha percepatan pemerintah dapat dihitung dari selisih antara
pembangunan ekonomi daerah, industrialisasi total anggaran pemerintah dengan belanja
merupakan salah satu strategi yang dilakukan rutinnya.
oleh pemerintah. Selain investasi, maka tenaga kerja
Industrialisasi memiliki peran strategis merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi output suatu daerah. Angkatan kerja yang besar
secara berkelanjutan dan meningkatkan akan terbentuk dari jumlah penduduk yang
produksi masyarakat melalui perluasan besar. Namun pertumbuhan penduduk
lapangan usaha dan kesempatan kerja serta dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang
mendorong pembangunan daerah dan buruk terhadap pertumbuhan ekonomi.
pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan Menurut Rustiono (2008) pertumbuhan
ekonomi akan meningkatkan penyerapan penduduk yang cepat mendorong timbulnya
tenaga kerja dengan asumsi terjadi peningkatan masalah keterbelakangan dan membuat
investasi. prospek pembangunan menjadi semakin jauh.
Pembangunan sektor industri akan Selanjutnya dikatakan bahwa masalah
tumbuh baik jika tersedia investasi dalam kependudukan yang timbul bukan karena
kapasitas yang memadai, sehingga mampu banyaknya jumlah anggota keluarga,
menyerap angkatan kerja di samping menyerap melainkan karena mereka terkonsentrasi pada
kelebihan tenaga kerja disektor pertanian. daerah perkotaan saja sebagai akibat dari
Sejalan dengan tujuan pembangunan yaitu cepatnya laju migrasi dari desa ke kota. Namun
pemerataan pendapatan melalui perluasan demikian jumlah penduduk yang cukup
kesempatan kerja, maka eksistensi sub sektor dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan
industri kecil pantas dan harus mendapatkan memiliki skill akan mampu mendorong laju
perhatian yang lebih besar dan diharapkan pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk
mampu meningkatkan skala usaha yang usia produktif yang besar maka akan mampu
disertai dengan semakin berkembangnya meningkatkan jumlah angkatan kerja yang
kemampuan dan kemandirian berusaha. tersedia dan pada akhirnya akan mampu
Berdasarkan jumlah tenaga kerja di meningkatkan produksi output di suatu daerah.
sektor industri di bagi menjadi empat Sumber daya produksi yang berasal dari
kelompok yaitu industri besar, industri sedang, sektor pertanian dan kehutanan yang terdiri
industri kecil, dan industri rumah tangga. atas hasil pertanian tanaman pangan,
Industri besar adalah yang memiliki 100 atau perikanan, perkebunan dan hasil hutan yang
lebih tenaga kerja, industri sedang yang banyak menghasilkan bahan mentah yang
memiliki 20 – 99 tenaga kerja, industri kecil digunakan sebagai bahan baku/bahan
yang memiliki 5 – 19 tenaga kerja, dan industri penolong bagi sektor industri tersedia dengan

67
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

baik, sehingga pembangunan industri mampu 1.2. Tujuan Penelitian


mewujudkan struktur ekonomi yang semakin Penelitian ini bertujuan untuk :
baik serta menciptakan keseimbangan antara 1 . Untuk mengetahui apakah modal dan
sektor industri dengan sektor yang lainnya. tenaga kerja mempunyai pengaruh
Pembangunan di Provinsi Papua yang terhadap produksi pada industri kerajinan
memiliki luas wilayah 16,70 persen dari luas kulit di Kabupaten Merauke.
Indonesia dengan 28 kabupaten dan 1 kota 2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
membutuhkan usaha keras bersama antara modal dan tenaga kerja terhadap produksi
pemerintah dan masyarakat. Pencapaian hasil pada industri kerajinan kulit di
pembangunan yang dilaksanakan secara Kabupaten Merauke.
menyeluruh dan berkesinambungan telah
dirasakan serta meningkatkan perekonomian II. METODE PENELITIAN
masyarakat di Papua. Namun di sisi lain 2.1. Lokasi Penelitian
berbagai kendala masih dihadapi oleh penentu Penelitian ini mengambil lokasi di
kebijakan di tingkat provinsi maupun Kabupaten Merauke, karena di daerah ini
kabupaten/kota dalam memaksimalkan potensi memiliki nilai investasi pada industri terbesar
sumber daya manusia dan sumber modal yang di Papua dan berbagai industri kerajinan kulit
merupakan faktor penting dalam usaha yang telah berkembang dengan baik (BPS
percepatan pembangunan daerah. Papua, 2011).
Kabupaten Merauke sebagai salah satu
wilayah dari Provinsi Papua secara umum 2.2. Jenis dan Sumber Data
memiliki sektor industri yang didominasi oleh Penelitian ini melakukan analisis
subsektor industri kecil. Pengembangan pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap
subsektor industri kecil akan membantu produksi pada industri kerajinan kulit formal
mengatasi masalah pengangguran mengingat di Kabupaten Merauke.
teknologi yang digunakan adalah teknologi Data yang dipergunakan dalam
padat karya sehingga bisa memperbesar penelitian ini adalah data sekunder dari
lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang Laporan Tahunan Dinas Perindustrian dan
pada gilirannya mendorong pembangunan Perdagangan Kabupaten Merauke yang
daerah dan kawasan pedesaan. Sektor industri meliputi:
di Kabupaten Merauke memiliki peranan yang 1. Produksi yang dihasilkan tiap unit usaha
cukup menunjang perekonomian daerah 2. Modal Kerja tiap unit usaha
meskipun belum mampu menjadi sektor 3. Jumlah tenaga kerja tiap unit usaha
unggulan dalam perekonomian secara 4. Data penunjang lainnya didapatkan dari
keseluruhan. data publikasi Biro Pusat Statistik (BPS)
Di Kabupaten Merauke terdapat Kabupaten Merauke yaitu Merauke Dalam
bermacam-macam subsektor industri kecil Angka.
yang diharapkan kompetitif dan mampu
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. 2.3. Metode Pengumpulan Data
Salah satunya adalah industri kerajinan kulit. Data yang dikumpulkan bersifat
Keberadaan industri kerajinan kulit kuantitatif dan menggunakan metode
diharapkan memiliki peran besar dalam dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang
peningkatan perekonomian daerah. berkaitan dengan masalah penelitian dari
Berdasarkan latar belakang di atas timbul instansi terkait. Adapun data tersebut adalah
pertanyaan apakah industri kerajinan kulit data jumlah unit industri, jumlah produksi,
mampu menjadi industri yang dapat jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dalam
memberikan kontribusi dalam meningkatkan industri kerajinan kulit formal.
perekonomian daerah. Maka perlu dilakukan
penelitian mengenai pengaruh faktor produksi 2.4. Metode Analisis
modal dan tenaga kerja terhadap produksi pada Alat yang digunakan untuk menganalisis
industri kerajinan kulit di Kabupaten Merauke. pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap

68
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

produksi pada industri kerajinan kulit terhadap heteroskadastisitas dapat dilakukan dengan
jumlah produksi. melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
Q = f ( K, L ) scatterplot antara prediksi variabel terikat
Model tersebut dapat ditransformasikan dengan residualnya, jika ada pola tertentu
kedalam persamaan logaritma: maka mengindikasikan telah terjadi
Ln Q = β0 + β1 Ln K + β2 Ln L + µ heteroskedastisitas.
Dimana : 3. Uji Autokorelasi
Q = Produksi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji
β0 = Intersep apakah dalam suatu model regresi terdapat
β 1 , β 2 , β 3 = Koefisien regresi korelasi antara kesalahan pengganggu pada
K = Modal periode sebelumnya. Untuk mendeteksi ada
L = Tenaga Kerja tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan
µ = Standar Error Uji Durbin – Watson (DWtest) yaitu
membandingkan antara nilai DW statistik
Uji Model dengan nilai:
Untuk mengetahui model regresi ini layak atau  Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada
tidak digunakan, maka dilakukan pengujian serial korelasi positif, maka jika :
model terhadap asumsi klasik yang meliputi uji d < dL : menolak Ho
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan d > dU : tidak menolak Ho
autokorelasi. dL < d < dU : pengujian tidak
1. Uji Multikolinearitas meyakinkan.
ji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji  Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak
apakah model regresi ditemukan adanya ada serial korelasi negatif, maka jika :
korelasi antar variabel bebas (independen). d > 4 - dL : menolak Ho
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya d < 4 – dL : tidak menolak Ho
multikolinearitas didalam model regresi dapat 4 – dU < d < 4 - dU : pengujian tidak
dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu meyakinkan.
estimasi model regresi empiris sangat tinggi,  Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak
antar variabel bebas terdapat korelasi yang ada serial autokorelasi baik positif maupun
cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), nilai negatif, maka jika :
toleransi dan nilai Varian Information Faktor d < dL : menolak Ho
(VIF). Nilai toleransi mengukur variabilitas d > 4 - dL : menolak Ho
variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dU < d < 4 - dU : tidak menolak Ho
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi dL < d < dU : pengujian tidak
nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai meyakinkan.
VIF tinggi (VIF = 1/toleransi). Apabila nilai VIF 4 – dU < d < 4 – dL : pengujian tidak
lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa hasil meyakinkan.
estimasi model regresi terdapat indikasi adanya
multikolinearitas yang serius. Uji Hipotesis
2. Uji Heteroskedastisitas 1. Uji t (Parsial)
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji Pengujian uji t digunakan untuk
apakah dalam suatu model regresi terdapat mengetahui seberapa jauh hubungan satu
ketidaksamaan variansi dari residual satu variabel bebas secara signifikan individual
pengamatan ke pengamatan yang lain. jika dalam menerangkan variabel terikatnya
varian dari residual satu pengamatan ke (Algifari, 2009). Nilai t diformulasikan dengan
pengamatan yang lain tetap maka disebut rumus sebagai berikut:
homoskadastisitas dan jika berbeda disebut βt
heteroskadastisitas. Dalam penelitian ini uji t hitung = -------
heteroskadisitas dilihat dengan melihat grafik Se βt
plot antara nilai prediksi variabel terikat Dimana:
dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya βt = koefisien regresi

69
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Se βt = penyimpangan baku. mendekati 0 (nol) maka dimaksudkan antara


variabel bebas dan variabel tidak bebas
Alat ini untuk mengetahui pengaruh tidak ada keterkaitan tetapi jika nilai R 2
masing-masing variabel bebas terhadap mendekati 1 maka dimaksudkan antara
variabel tidak bebas. Hipotesis yang digunakan variabel bebas dan variabel tidak bebas ada
untuk uji t dapat dirumuskan sebagai berikut : keterkaitan atau dengan kata lain hasil estimasi
Ho : β1 ≤ 0 tidak ada pengaruh terhadap akan semakin mendekati sebenarnya.
produksi
Ha : β1 > 0 ada pengaruh terhadap produksi
Bila nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima dan 2.5. Definisi Operasional
bila nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang1. Variabel Dependen (Y) produksi pada industri
berarti bahwa variabel yang bersangkutan ada kerajinan kulit di Kabupaten Merauke (dalam
pengaruh yang signifikan. satuan rupiah). Produksi merupakan nilai
2. Uji F (Uji Signifikansi Simultan) output yang dihasilkan oleh industri kerajinan
Untuk menguji signifikansi persamaan kulit dalam periode waktu produksi tertentu.
regresi adalah untuk mengetahui pengaruh2. Variabel Independen (X)
modal dan tenaga kerja terhadap produksia. Modal (X1) adalah modal kerja yang merupakan
dapat dilakukan dengan uji F dengan formulasi keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
sebagai berikut : proses produksi pada industri kerajinan kulit
R2/(k–1) di Kabupaten Merauke yang habis dalam
F = --------------------- periode waktu produksi tertentu. Modal (3.4)kerja
(1 – R2)/(n–k) tersebut diperoleh dengan menjumlahkan
Dimana : keseluruhan biaya yang digunakan untuk
R2 = Koefisien determinan pembelian bahan baku produksi dan modal
n = jumlah responden yang diinvestasikan pada proses produksi yang
k = jumlah variabel independen termasuk dihitung dalam satuan Rupiah (Rp) per tahun.
konstanta. Tenaga Kerja ( X 2) adalah semua orang yang
Hipotesis yang digunakan untuk uji F, bekerja pada industri kerajinan kulit di
dirumuskan sebagai berikut: Kabupaten Merauke, dan dinyatakan dalam
Ho : β1 = β2 =….= βn = 0 (tidak ada pengaruh) satuan orang per tahun.
Ha : β1# β2 #….= βn # 0 (ada pengaruh dan
signifikan) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
bila nilai Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan 3.1. Hasil Penelitian
bila nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang Hasil regresi terhadap faktor-faktor yang
berarti bahwa variabel bebas ada pengaruh mempengaruhi produksi pada industri
secara bersama-sama. kerajinan kulit di Kabupaten Merauke
3. R2 (Koefisien Determinasi) disajikan dalam bentuk double log. Penyajian
Pengujian koefisien determinasi ini bentuk fungsi estimasi model tersebut mampu
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh menggambarkan kondisi riil yang cukup baik.
hubungan variabel-variabel bebas (X) Ringkasan hasil regresi disajikan dalam tabel
terhadap variabel terikat (Y). Nilai R2 berikut:
mempunyai range antara 0 – 1. Jika nilai R2

Tabel 1. Ringkasan Hasil Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi pada Industri
Kerajinan Kulit Di Kabupaten Merauke Dalam Bentuk Double Log
Model Konstanta Ln K Ln L Sig
Koefisien 2.444 0.573 1.152 0.023a
thitung 0.290 0.779 1.914*
FRatio 8.892
R2 0.781
Sumber: Lampiran 1 (data diolah)
* Signifikan pada α = 10%

70
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa 2. Hasil uji statistik


variabel tenaga kerja merupakan variabel yang Dari hasil regresi pada industri kerajinan
berpengaruh secara signifikan terhadap kulit diperoleh bahwa variabel modal memiliki
produksi pada industri kerajinan kulit di nilai thitung (0,779) dan variabel tenaga kerja
Kabupaten Merauke. memiliki nilai thitung (1,914). Hal ini berarti
Dari hasil analisis regresi pada tabel 5.1, bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh
maka dapat dilakukan uji apriori teori, uji secara statistik terhadap produksi pada industri
statistik dan uji ekonometrika. Uji apriori kerajinan kulit karena nilai thitung > nilai ttabel
dimaksudkan untuk mengetahui apakah arah (1,476). Untuk variabel bebas lainnya yaitu
hubungan antara variabel bebas dengan modal tidak signifikan mempengaruhi
variabel terikat sudah sesuai dengan teori atau produksi pada industri kerajinan kulit.
tidak. Uji statistik dimaksudkan untuk Secara bersama-sama variabel bebas
mengetahui apakah pengaruh variabel bebas (variabel modal dan variabel tenaga kerja)
terhadap variabel terikat signifikan secara signifikan mempengaruhi variasi variabel
statistik. Uji ekonometrika dimaksudkan untuk terikat (produksi), karena nilai Fhitung (8,892)
memastikan model estimasi yang digunakan yang diperoleh lebih besar dari nilai Ftabel (5,79)
merupakan penaksir linier terbaik yang tidak dengan α=0,05, n=8 dan k=3. Dengan demikian
bias (BLUE). variabel bebas pada model estimasi secara
1. Hasil uji apriori teori bersama-sama dapat menjelaskan perubahan
Dalam teori produksi arah variasi variabel terikat.
hubungan/pengaruh modal terhadap produksi Nilai koefisien determinasi (R2) yang
adalah positif dan arah hubungan/pengaruh diperoleh cukup tinggi yakni 0,781. Hal ini
tenaga kerja terhadap produksi adalah positif. berarti bahwa 78,1% variasi variabel terikat
Dari tanda koefisien variabel bebas hasil pada industri kerajinan kulit dapat dijelaskan
regresi pada tabel 5.1 dapat diketahui arah oleh variabel bebas yang dimasukkan dalam
hubungan/pengaruh variabel bebas yaitu model estimasi, sedangkan sisanya yaitu 21,9%
modal dan tenaga kerja pada industri kerajinan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
kulit terhadap variabel terikat yaitu produksi. termasuk dalam model.
Arah pengaruh variabel modal terhadap Nilai ρ-value = 0,023. Dalam pengujian ini
produksi pada industri kerajinan kulit sesuai menggunakan α = 5% (ρ-value < 0,05) maka
dengan asumsi teori yaitu positif, artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa
apabila modal meningkat maka produksi akan variabel bebas pada industri kerajinan kulit
meningkat dan sebaliknya. Arah pengaruh berpengaruh terhadap variabel terikat.
variabel tenaga kerja terhadap produksi pada 3. Hasil uji ekonometrik
industri kerajinan kulit sesuai dengan asumsi Uji penyimpangan asumsi klasik terdiri
teori yaitu positif artinya apabila tenaga kerja dari uji multikolinieritas autokorelasi dan
meningkat maka produksi akan meningkat dan heteroskedastisitas. Hasil uji multikolinieritas
sebaliknya. pada model estimasi dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas


Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Ln K 0.373 2.683
Ln L 0.373 2.683

Sumber: Lampiran 2 (data diolah)

Dari tabel 2 terlihat bahwa nilai VIF dibawah angka 10, demikian pula dengan nilai
untuk variabel bebas modal dan tenaga kerja di toleransi mendekati 1 maka dapat disimpulkan

71
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

bahwa kedua variabel penjelas yang Hal ini ditunjukkan dengan nilai Durbin-
dimasukkan dalam model estimasi tidak Watsonhitung (1,258) berada dalam wilayah yang
terdapat hubungan linier sempurna atau tidak ada pengaruh autokorelasi.
dengan kata lain model empirik bebas dari Ringkasan hasil uji Heteroskedastisitas
pengaruh multikolinieritas. disajikan dalam bentuk gambar scatterplot
Uji autokorelasi disajikan dalam tabel 3 berikut dapat dilihat pada Gambar 1.
berikut: Dari gambar grafik scatterplot diatas
tampak bahwa titik-titik menyebar dan tidak
Tabel 3 Ringkasan Hasil Uji Autokorelasi membentuk pola tertentu. Dengan demikian
Durbin – Watson Keterangan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
d < 0.37 Ada autokorelasi heteroskedastisitas.
0.37 < d < 2.29 Tanpa kesimpulan Dari keseluruhan uji penyimpangan
2.29 < d < 1.71 Tidak ada autokorelasi asumsi klasik yang telah dilakukan, model
1.71 < d < 3.63 Tanpa kesimpulan empirik bebas dari penyimpangan asumsi
d > 3.63 Ada autokorelasi klasik. Dengan demikian model multiple
Sumber: Lampiran 2 (data diolah) regression yang digunakan dalam penelitian
α = 5%
untuk estimasi pengaruh modal dan tenaga
kerja terhadap produksi dari industri kerajinan
Berdasarkan Tabel 3 maka dapat
kulit dapat menjadi estimator linier terbaik
disimpulkan bahwa model empirik yang
yang tidak bias (BLUE).
digunakan bebas dari masalah autokorelasi.

Gambar 1. Grafik Industri Kerajinan Kulit

3.2. Pembahasan modal terhadap variabel terikat adalah positif


Dari hasil persamaan regresi diperoleh dan terlihat pada model bahwa semakin
nilai koefisien dari variabel bebas yang meningkat modal (ceteris paribus), maka
dimasukkan ke dalam model estimasi. Model produksi semakin meningkat dan besarnya
persamaan regresi yang digunakan adalah pengaruh peningkatan modal dapat dijelaskan
sebagai berikut : oleh nilai koefisien regresi. Artinya bahwa
apabila modal meningkat sebesar 1% (ceteris
Ln Q = 2.444 + 0.573 Ln K + 1.152 Ln L* paribus), maka produksi akan meningkat
(5.1)
sebesar 0,573%. Arah pengaruh variabel bebas
Dari model di atas sebagai variabel tenaga kerja terhadap variabel terikat adalah
terikat adalah produksi (LnQ), sedangkan positif yang berarti bahwa semakin meningkat
variabel bebas adalah modal (LnK) dan tenaga tenaga kerja (ceteris paribus), maka produksi
kerja (LnL). Arah pengaruh variabel bebas semakin meningkat dan besarnya pengaruh

72
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

peningkatan tenaga kerja dapat dijelaskan oleh Dalam teori ekonomi asumsi dasar
nilai koefisien regresi. Artinya bahwa apabila mengenai sifat dasar fungsi produksi yaitu
tenaga kerja meningkat sebesar 1% (ceteris fungsi produksi dari semua produksi di mana
paribus), maka produksi akan meningkat semua produsen dianggap tunduk pada suatu
sebesar 1,153%. hukum yang disebut hukum tambahan hasil
Sadono Sukirno (2005) menggabungkan yang semakin berkurang (The Law Of
bagaimana tingkat produksi akan mengalami Diminishing Return). Hukum ini mengatakan
perubahan apabila faktor produksi yaitu bila satu macam input ditambah
tenaga kerja, terus menerus ditambah tetapi penggunaannya sedang input-input yang lain
faktor-faktor produksi lainnya dianggap tetap tetap, maka tambahan output yang dihasilkan
jumlahnya. Dalam analisis diatas terdapat dua dari setiap tambahan satu unit input yang
jenis faktor produksi yang dapat diubah ditambahkan tadi mula-mula meningkat tetapi
jumlahnya, yakni tenaga kerja dan modal, kemudian seterusnya menurun bila input
kedua faktor yang dapat berubah ini dapat tersebut terus ditambah. Hasil regresi faktor
dipertukarkan penggunaannya. Apabila jumlah produksi modal dan tenaga kerja berpengaruh
tenaga kerja dan besarnya modal diketahui, signifikan terhadap produksi menunjukkan
maka analisis tentang bagaimana perusahaan bahwa industri kerajinan kulit di Kabupaten
akan meminimumkan biaya dalam usahanya Merauke berada pada daerah produksi yang
untuk mencapai suatu tingkatan produksi ekonomis.
tertentu dapat diketahui dengan kurva
produksi sama, yang menggambarkan IV. PENUTUP
gabungan tenaga kerja dan modal yang akan 4.1. Kesimpulan
menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. Berdasarkan hasil analisis dan
Secara teoritis peningkatan tenaga kerja pembahasan, maka dapat disajikan kesimpulan
yang menyebabkan peningkatan produksi hasil penelitian sebagai berikut :
menunjukkan industri tersebut bersifat padat 1. Variabel modal dan tenaga kerja secara
karya, dimana pengusaha dalam melakukan bersama-sama signifikan berpengaruh
proses produksi akan menggunakan input terhadap variasi variabel terikat (produksi)
tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan pada industri kerajinan kulit di Kabupaten
dengan penggunaan input mesin. Lebih jauh Merauke, dengan nilaiFhitung(8,892) yang
dapat dijelaskan bahwa setiap kali pengusaha diperoleh lebih besar dari nilaiF tabel (5,79)
industri kerajinan kulit melakukan ekspansi pada tingkat kepercayaan 95%. Secara
usahanya dengan meningkatkan modal kerja parsial variabel tenaga kerja berpengaruh
maka produksi dengan sendirinya akan signifikan terhadap produksi pada industri
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kerajinan kulit di Kabupaten Merauke
hubungan antara input modal dengan input dengan nilaithitung (1,914) lebih besar dari
tenaga kerja pada industri kerajinan kulit di nilaittable (1,476). Arah hubungan pengaruh
Kabupaten Merauke mempunyai hubungan dari variabel modal terhadap produksi pada
yang bersifat substitusi. industri kerajinan kulit di Kabupaten
Berdasarkan hasil analisis dan Merauke adalah positif, yang artinya bahwa
pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan apabila modal meningkat maka produksi
bahwa variabel modal dan tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya. Arah
berpengaruh terhadap produksi pada industri hubungan pengaruh variabel tenaga kerja
kerajinan kulit di Kabupaten Merauke. Hal ini terhadap produksi pada industri kerajinan
terlihat dari hasil regresi yang dilakukan kulit di Kabupaten Merauke adalah positif
ternyata secara bersama-sama variabel modal artinya apabila tenaga kerja meningkat
dan tenaga kerja signifikan berpengaruh maka produksi akan meningkat dan
terhadap variasi variabel terikat (produksi), sebaliknya. Setiap terjadi perubahan input
dengan nilai Fhitung (8,892) yang diperoleh lebih produksi baik itu modal atau pun tenaga
besar dari nilai Ftabel (5,79) pada tingkat kerja berpengaruh terhadap produksi pada
kepercayaan 95%.

73
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

industri kerajinan kulit di Kabupaten mempertimbangkan untuk mendorong


Merauke. perkembangan subsektor industri
2. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap khususnya industri kecil yang salah satunya
variabel terikat dapat dijelaskan dengan adalah industri kerajinan kulit yang berada
melihat nilai koefisien regresi dari masing- di kabupaten tersebut. Subsektor industri
masing variabel bebas. Nilai koefisien kecil mampu bertahan dalam kondisi
variabel modal adalah (0,573). Artinya perekonomian dalam keadaan inflasi
bahwa apabila modal meningkat sebesar 1% sekaligus mampu mengurangi jumlah angka
(ceteris paribus), maka produksi pada pengangguran dengan menyediakan
industri kerajinan kulit di Kabupaten lapangan kerja serta berperan dalam
Merauke akan meningkat sebesar 0,57%. meningkatkan perekonomian daerah.
Nilai koefisien variabel tenaga kerja adalah 2. Studi ini baru hanya merupakan langkah
(1,152). Artinya bahwa apabila tenaga kerja awal untuk mengetahui faktor-faktor
bertambah sebesar 1% (ceteris paribus), produksi pada subsektor industri kecil
maka produksi pada industri kerajinan kulit khususnya industri kerajinan kulit yang
di Kabupaten Merauke akan meningkat mempengaruhi produksi, masih diperlukan
sebesar 1,15%. Hal ini menunjukkan bahwa penyempurnaan untuk dapat menjelaskan
faktor produksi modal dan tenaga kerja secara tepat faktor-faktor yang
sangat berpengaruh terhadap mempengaruhi mempengaruhi produksi
keberlangsungan proses produksi pada pada industri kerajinan kulit dengan
industri kerajinan kulit di Kabupaten menggunakan variabel yang lebih
Merauke. representatif. Bagi pengusaha industri
kerajinan kulit di Kabupaten Merauke yang
4.2. Saran akan meningkatkan produksinya dapat
1. Jika Pemerintah Daerah Kabupaten diusahakan melalui penambahan modal
Merauke sebagai pelaksana dan kerja atau pun tenaga kerja dengan
penanggungjawab dalam proses memperhatikan sifat dasar fungsi produksi
pembangunan di daerah ingin mempercepat untuk memastikan bahwa usahanya berada
pertumbuhan ekonomi daerah maka dapat pada daerah produksi yang ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhamad, 2004, Peranan Industri Kecil Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten
Lombok Timur, 1991-2003, Tesis Tidak Dipublikasikan, UGM, Yogyakarta.
Algifari, 2009. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi, BPFE, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, Papua Dalam Angka 2011, Jayapura.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, Merauke Dalam Angka 2006, Merauke.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, Merauke Dalam Angka 2007, Merauke.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, Merauke Dalam Angka 2008, Merauke.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, Merauke Dalam Angka 2009, Merauke.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, Merauke Dalam Angka 2010, Merauke.
Deddy Rustiono, 2008, Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah, Tesis Tidak
Dipublikasikan, UNDIP, Semarang.
Efi Herawati, 2008, Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja dan
Mesin Terhadap Produksi Glycerine Pada PT. Flora Sawita Chemindo Medan, Tesis
Tidak Dipublikasikan, USU, Medan.
Heru Setiyadi, 2008, Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Konveksi, Tesis Tidak
Dipublikasikan, UNDIP, Semarang.

74
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Joesron dan Fathorozi, 2003, Teori Ekonomi Mikro Edisi I, Jakarta, Salemba Empat.
Jogiyanto Hartono, 2004, Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Joko Sulistyo, 2010, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cakrawala, Jakarta.
Miller dan Meiners, 1997, Teori Ekonomi Mikro Intermediate, Cetakan Ketiga Rajawali , Jakarta.
Mudrajat Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan (Teori dan Kebijakan), YKPN, Yogyakarta
Sadono Sukirno, 2005, Mikro Ekonomi, Teori Pengantar Edisi Ketiga, PT, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sukartawi, 1991, Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas,
Cetakan Ketiga Rajawali , Jakarta.
Sudarsono, dkk, 2000, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta , Bandung.

Anda mungkin juga menyukai