Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian
Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga
(rongga Abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas. Abses adalah infeksi
bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan nekrotik
dan SDP). Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang terbentuk
akibat kerusakan jaringan. (Smeltzer, S.C et al, 2001: 496)

Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
Sedangkan abses submandibula adalah suatu infeksi pada rahang bawah yang
dimulai sebagai infeksi dentoalveolar (infeksi pada gigi dan jaringan sekitarnya)
yang menghasilkan pus. (Siregar, 2004).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa Abses


submandibula adalah salah satu abses leher dalam yang sering ditemukan khususnya
pada penderita diabetes melitus merupakan salah satu faktor predisposisi dan dapat
memperberat infeksi pada abses submandibula.

B. Etiologi
1. Infeksi mikrobial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah
infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi
intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan
endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.
2. Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi
mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan
merusak jaringan.
3. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,
ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).
4. Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan
merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang.
Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik
yang mengiritasi dan langsung mengakibatkan radang.
5. Nekrosis jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan
terjadinya kematian jaringan, kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang
kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu
respons, radang akut.

C. Anatomi dan fisiologi


Subkutis (hipoderm, panikulus adiposus) merupakan kompartemen ketiga dari organ
kulit disamping epidermis dan dermis. Subkutis yang letaknya diantara dermis
(korium) dan fasia tubuh, membungkus dengan lapisannya yang relatif tebal.

1.Epidermis

1. Dermis

2. Subkutis

3. Papila dermis

4. Papila subkutis

5. Septa fibrosa

6. Lobulus lemak dengan sel lemak

7. Fasia

Gambar 1: Skema subkutis


Subkutis terdiri atas sel lemak, jaringan ikat dan pembuluh darah sel lemak (liposit)
di organisir menjadi lemak (mikrolobuli, lobuli, pembuluh darah) dan ini semua
diringkas dalam septa jaringan ikat. Septa jaringan ikat (septa fibrosa) mengukuhkan
subkutis baik dalam fasia tubuh maupun dalam korium dan bertindak sebagai jalan
untuk pembuluh darah dan saraf kulit ke dalam subkutis masuk folikel, rambut dan
kelenjar keringat sebagai adneksa kutis. Selain itu dalam subkutis terdapat vena-vena
besar (misalnya vena saphena) dan saluran limfe disertai dengan kelenjar getah
bening regional superfisialis. Fungsi subkutis antara lain sebagai termoisolasi, depo
energi (penimbunan lemak), fungsi pelindung dari faktor mekanik (lapisan pelindung
dan lapisan penggeser antara korium dan fasia tubuh).

Didalam kulit juga terdapat pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Pembuluh
darah untuk memberi makan kulit. Melalui aliran darah, zat makanan dan zat asam
disalurkan kelenjar getah bening membuat zat anti. Maksudnya untuk melindungi
tubuh dari serangan bibit penyakit, kulit yang memiliki kelenjar-kelenjar lemak dan
kelenjar peluh. Keduanya untuk membasahi kulit agar lembab. Bahan pelembab ini
sekaligus sebagai pelindung kulit terhadap bibir penyakit kulit. Sedangkan kelenjar
peluh sebagai pengalir peluh juga berfungsi mengeluarkan panas tubuh yang
berlebihan.

Pada penyakit akuisita terdapat perubahan-perubahan berikut:


1. Perubahan yang bersifat reaktif: hipertrofi /hiperplasi lokal/umum atau atropi.
2. Kerusakan: atrofi, distrofi, jaringan lemak (atrofi dan hiperItrofi), nekrosis
jaringan lemak (akut) atau nekrobiosis (perlahan-lahan). Pembentukan
lipogranuloma (makrofag/ lipofag atau pembentukan serabut), fibrosis jaringan
lemak maupun jaringan parut (stadium terminal)
3. Peradangan: secara global mereka disebut sebagai panikulitis, suatu panikulitis
terutama dapat mengenai lobus (panikulitis lobular) atau didalam septa jaringan
ikat (panikulitis septal)

Proses penyakit dapat menyerang jaringan ikat subkutan atau pembuluh darah
subkutan dan menyebabkan perubahan sekunder jaringan lemak.
D. Patofisiologi
Kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan
dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu
suatu sintesis, kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau
melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel. Reaksi
hipersensitivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi mengakibatkan
tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan.
Sedangkan agen fisik dan bahan kimiawi yang iritan dan korosif akan menyebabkan
kerusakan jaringan. Kematian jaringan merupakan stimulus yang kuat untuk terjadi
infeksi.

Infeksi hanya merupakan salah satu penyebab dari peradangan. Pada peradangan,
kemerahan merupakan tanda pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami
peradangan akibat dilatasi arteriol yang mensuplai daerah tersebut akan
meningkatkan aliran darah ke mikrosirkulasi lokal. Kalor atau panas terjadi
bersamaan dengan kemerahan. Peningkatan suhu bersifat local dan dapat terjadi
secara sistemik akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofag mempengaruhi
termoregulasi pada temperatur lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan
terjadi hipertermi.

Pada peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah sehingga darah


mengalir ke seluruh kapiler, kemudian aliran darah mulai perlahan lagi, sel-sel darah
mulai mengalir mendekati dinding pembuluh darah di daerah zona plasmatik.
Keadaan ini memungkinkan leukosit menempel pada epitel, sebagai langkah awal
terjadinya emigrasi leukosit ke dalam ruang ektravaskuler. Lambatnya aliran darah
yang menikuti fase hiperemia menyebabkan meningkatnya permeabilitas vaskuler,
mengakibatkan keluarnya plasma untuk masuk ke dalam jaringan, sedangkan sel
darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan
penurunan tekanan osmotik sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga
ektravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan
dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga Abses
menyebabkan rasa sakit. Beberapa mediator kimiawi pada radang akut termasuk
bradikinin, prostaglandin dan serotonin akan merangsang dan merusakkan ujung
saraf nyeri sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensitif
dan termosensitif sehingga menimbulkan nyeri. Adanya edema akan menyebabkan
berkurangnya gerak jaringan sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang
menyebabkan terganggunya mobilitas.
Inflamasi terus terjadi selama masih ada pengerusakan jaringan. Bila penyebab
kerusakan jaringan bisa diberantas maka debris akan di fagositosis dan dibuang oleh
tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu
rongga membentuk Abses atau bertumpuk di sel jaringan tubuh yang lain
membentuk flegmon. Trauma yang hebat, berlebihan, dan terus menerus
menimbulkan reaksi tubuh yang juga berlebihan berupa fagositosis debris yang
diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk mengganti jaringan
yang rusak. Fase ini disebut fase organisasi. Bila dalam fase ini pengerusakan
jaringan berhenti akan terjadi fase penyembuhan melalui pembentukan jaringan
granulasi fibrosa. Tetapi bila pengerusakan jaringan berlangsung terus, akan terjadi
fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak hilang. Abses
yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan sehingga terjadi
kerusakan integritas kulit. Sedangkan Abses yang di insisi dapat meningkatkan risiko
penyebaran infeksi. (Smeltzer dan Bare, 2001)

E. Pathway
Terlampir

F. Tanda dan Gejala


Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasidan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam biasanya
dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT Scan, atau MRI.
H. Komplikasi
Komplikasi/dampak yang mungkin terjadi akibat dari Abses mandibula menurut
Siregar (2004) adalah:
 Kehilangan gigi
 Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah dan
Ludwig’s angina
 Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis
mandibula atau maksila
 Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral,
endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob
harus diberikan secara parenteral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi
lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila
letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau
setinggi 05 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2
hari sampai gejala dan tanda infeksi reda.

Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk
dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian
antibiotik biasanya sia-sia. Antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering
dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika
abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2000 : 397) mengemukakan proses


penyembuhan luka sebagai berikut:
1. Fase Inflamasi atau lag fase. Berlangsung sampai hari kelima. Akibat luka terjadi
perdarahan. Ikut keluar trombosit dan sel sel radang. Trombosit mengeluarkan
prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan
kemotaksis terhadap leukosit.

Terjadi vasokontriksi dan proses penghentian perdarahan. Sel radang keluar dari
pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel
mast mengeluarkan serotonin dan histamin yang meninggikan permeabilitas
kapiler, terjadi eksudasi cairan edema. Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin,
belum ada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase tertinggal (lag fase)
2. Fase proliferasi atau fibroplasi. Berlangsung dari hari keenam sampai dengan 3
minggu. Terjadi proses proliferasi dan pembentukan fibroblas yang berasal dari
sel-sel mesenkim. Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida dan serat kolagen,
yang terdiri dari asam-asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin.
Mukopolisakarida mengatur deposisi serat-serat kolagen yang akan
mempertautkan tepi luka. Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas,
serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru ; membentuk jaringan kemerahan dengan
permukaan tak rata disebut jaringan granulasi.
3. Fase Remodelling atau fase resorpsi. Dapat berlangsung berbulan-bulan dan
berakhir bila tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat,
tipis, lemas, tak ada rasa sakit maupun gatal.

J. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat
Data Subyektif: Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif: Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan cedera
(trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif: Inkontinensia kandung kemih/ usus atau mengalami
gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
f. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

K. Diagnosa Keperawatan

Dignosa keperawatan
Pre Operatif
1. Nyeri Akut
2. Hipertermi
3. Ansietas
4. Gangguan Integritas Kulit
Intra Operatif
1. Resiko Infeksi
Post Operatif
1. Nyeri Akut
2. Hipotermi
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Daftar Diagnosa NOC NIC
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian
Domain : - comfort level nyeri secara komprehensif
Definisi : setelah dilakukan termasuk lokasi,
Sensori yang tidak tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
menyenangkan dan pengalaman selama 1x 24 jam frekuensi, kualitas dan
emosional yang muncul secara diharapkan nyeri faktor presipitasi
aktual atau potensial kerusakan berkurang dengan - Observasi reaksi
jaringan atau menggambarkan Kriteria Hasil: nonverbal dari
adanya kerusakan (Asosiasi - Mampu mengontrol ketidaknyamanan
Studi Nyeri Internasional): nyeri (tahu penyebab - Gunakan teknik
serangan mendadak atau pelan nyeri, mampu komunikasi terapeutik
intensitasnya dari ringan sampai menggunakan tehnik untuk mengetahui
berat yang dapat diantisipasi nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
dengan akhir yang dapat mengurangi nyeri, - Kaji kultur yang
diprediksi dan dengan durasi mencari bantuan) mempengaruhi respon
kurang dari 6 bulan. - Melaporkan bahwa nyeri nyeri
berkurang dengan - Evaluasi pengalaman
Batasan karakteristik : menggunakan manajemen nyeri masa lampau
- Laporan secara verbal atau non nyeri - Evaluasi bersama pasien
verbal - Mampu mengenali nyeri dan tim kesehatan lain
- Fakta dari observasi (skala, intensitas, tentang ketidakefektifan
- Posisi antalgic untuk frekuensi dan tanda nyeri) kontrol nyeri masa lampau
menghindari nyeri - Menyatakan rasa nyaman - Bantu pasien dan
- Gerakan melindungi setelah nyeri berkurang keluarga untuk mencari
- Tingkah laku berhati-hati - Tanda vital dalam dan menemukan
- Muka topeng rentang normal dukungan
- Gangguan tidur (mata sayu, - Kontrol lingkungan yang
tampak capek, sulit atau gerakan dapat mempengaruhi nyeri
kacau, menyeringai seperti suhu ruangan,
- Terfokus pada diri sendiri pencahayaan dan
- Fokus menyempit (penurunan kebisingan
persepsi waktu, kerusakan - Kurangi faktor
proses berpikir, penurunan presipitasi nyeri
interaksi dengan orang dan - Pilih dan lakukan
lingkungan) penanganan nyeri
- Tingkah laku distraksi, contoh (farmakologi, non
: jalan-jalan, menemui orang farmakologi dan inter
lain dan/atau aktivitas, aktivitas personal)
berulang-ulang - Kaji tipe dan sumber
- Respon autonom (seperti nyeri untuk menentukan
diaphoresis, perubahan tekanan intervensi
darah, perubahan nafas, nadi dan - Ajarkan tentang teknik
dilatasi pupil) non farmakologi
- Perubahan autonomic dalam - Berikan analgetik untuk
tonus otot (mungkin dalam mengurangi nyeri
rentang dari lemah ke kaku) - Evaluasi keefektifan
- Tingkah laku ekspresif (contoh kontrol nyeri
: gelisah, merintih, menangis, - Tingkatkan istirahat
waspada, iritabel, nafas - Kolaborasikan dengan
panjang/berkeluh kesah) dokter jika ada keluhan
- Perubahan dalam nafsu makan dan tindakan nyeri tidak
dan minum berhasil
- Monitor penerimaan
Faktor yang berhubungan : pasien tentang manajemen
- Agen injuri (biologi, kimia, nyeri
fisik, psikologis) Analgesic
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
hipertermi Thermoregulation Fever treatment
Kelas : - Monitor suhu sesering
Domain : Setelah dilakukan mungkin
Definisi : suhu tubuh naik diatas tindakan keperawatan- Monitor warna dan suhu
rentang normal selama 1x24 jam kulit
diharapkan suhu tubuh- Monitor tekanan darah,
Batasan Karakteristik: kembali normal dengan nadi dan RR
- kenaikan suhu tubuh diatas Kriteria Hasil : - Monitor penurunan
rentang normal - Suhu tubuh dalam tingkat kesadaran
- serangan atau konvulsi rentang normal - Monitor WBC, Hb, dan
(kejang) - Nadi dan RR dalam Hct
- kulit kemeraha rentang normal - Monitor intake dan
- pertambahan RR - Tidak ada perubahan output
- takikardi warna kulit dan - Berikan anti piretik
- saat disentuh tangan terasa tidak ada pusing - Berikan pengobatan
hangat untuk mengatasi penyebab
demam
Faktor faktor yang berhubungan - Selimuti pasien
: - Berikan cairan intravena
- penyakit/ trauma - Kompres pasien pada
- peningkatan metabolisme lipat paha dan aksila
- aktivitas yang berlebih - Tingkatkan sirkulasi
- pengaruh medikasi/anastesi udara
- ketidakmampuan/penurunan - Berikan pengobatan
kemampuan untuk berkeringat untuk mencegah
- terpapar dilingkungan panas terjadinya menggigil
- dehidrasi Temperature regulation
- pakaian yang tidak tepat - Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Ajarkan pada pasien
cara mencegah keletihan
akibat panas
Vital sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
Ansietas - Anxiety control Anxiety Reduction
Kelas : - Coping (penurunan kecemasan)
Domain : - Gunakan pendekatan
Definsi : Perasaan gelisah yang Setelah dilakukan yang menenangkan
tak jelas dari ketidaknyamanan tindakan keperawatan - Nyatakan dengan jelas
atau ketakutan yang disertai selama 1x24 jam harapan terhadap pelaku
respon autonom (sumner tidak diharapkan kecemasan pasien
spesifik atau tidak diketahui yang dirasakan klien - Jelaskan semua prosedur
oleh individu); perasaan berkurang dan apa yang dirasakan
Daftar diagnosa NOC NIC

keprihatinan disebabkan dari dengan Kriteria Hasil : selama prosedur


antisipasi terhadap bahaya. - Klien mampu - Temani pasien untuk
Sinyal ini merupakan peringatan mengidentifikasi dan memberikan keamanan
adanya ancaman yang akan mengungkapkan gejala dan mengurangi takut
datang dan memungkinkan cemas - Berikan informasi
individu untuk mengambil - Mengidentifikasi, faktual mengenai
langkah untuk menyetujui mengungkapkan dan diagnosis, tindakan
terhadap tindakan menunjukkan tehnik prognosis
untuk mengontol cemas - Dorong keluarga untuk
Batasan karakteristik - Vital sign dalam batas menemani anak
- Gelisah normal - Lakukan back / neck rub
- Insomnia - Postur tubuh, ekspresi - Dengarkan dengan penuh
- Resah wajah, bahasa tubuh dan perhatian
- Ketakutan tingkat aktivitas - Identifikasi tingkat
- Sedih menunjukkan kecemasan
- Fokus pada diri berkurangnya kecemasan - Bantu pasien mengenal
- Kekhawatiran situasi yang menimbulkan
- Cemas kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Intra Operatif
Resiko Infeksi - Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Kelas : - Knowledge : Infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Domain : - Risk control pasien lain
Definisi : Definisi : - Pertahankan teknik isolasi
Peningkatan resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan- Gunakan sabun antimikrobia untuk
masuknya organisme dalam 1x24 jam diharapkan klien terhindar cuci tangan
patogen dari resiko infeksi dengan Kriteria Hasil : - Cuci tangan setiap sebelum dan
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi sesudah tindakan kperawtan
Faktor-faktor resiko : - Jumlah leukosit dalam batas normal - Gunakan baju, sarung tangan sebagai
- Prosedur Infasif alat pelindung
- Trauma - Pertahankan lingkungan aseptik
- Kerusakan jaringan selama pemasangan alat
dan peningkatan paparan - Ganti letak IV perifer dan line central
lingkungan dan dressing sesuai dengan petunjuk
- Agen farmasi umum
(imunosupresan) - Gunakan kateter intermiten untuk
- Peningkatan paparan menurunkan infeksi kandung kencing
lingkungan patogen - Tingktkan intake nutrisi
- Ketidakadekuatan - Berikan terapi antibiotik bila perlu
imum buatan
- Tidak adekuat Infection Protection (proteksi
pertahanan sekunder terhadap infeksi)
(penurunan Hb, - Monitor tanda dan gejala infeksi
Leukopenia, penekanan sistemik dan lokal
respon inflamasi) - Monitor hitung granulosit, WBC
- Tidak adekuat - Monitor kerentanan terhadap infeksi
pertahanan tubuh primer - Inspeksi kulit dan membran mukosa
(kulit tidak utuh, trauma terhadap kemerahan, panas, drainase
jaringan, penurunan - Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
kerja silia, cairan tubuh - Laporkan kecurigaan infeksi
statis, perubahan sekresi
pH, perubahan
peristaltik)

Post Operatif
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Managem
Kelas : - pain control, - Lakukan pe
Domain : - comfort level komprehensif
Definisi : setelah dilakukan tindakan keperawatan karakteristik,
Sensori yang tidak selama 1x 24 jam diharapkan nyeri dan faktor pres
menyenangkan dan berkurang dengan Kriteria Hasil: - Observasi
pengalaman - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab ketidaknyaman
emosional yang nyeri, mampu menggunakan tehnik - Gunakan tek
muncul secara nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, untuk menge
aktual atau potensial mencari bantuan) pasien
kerusakan jaringan - Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Kaji kultur y
atau dengan menggunakan manajemen nyeri nyeri
menggambarkan - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi pe
adanya kerusakan frekuensi dan tanda nyeri) lampau
(Asosiasi Studi - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Evaluasi be
Nyeri Internasional): berkurang kesehatan lain
serangan mendadak - Tanda vital dalam rentang normal kontrol nyeri m
atau pelan - Bantu pasie
intensitasnya dari mencari dan m
ringan sampai berat - Kontrol lin
yang dapat mempengaruhi
diantisipasi dengan ruangan, penca
akhir yang dapat - Kurangi fakto
diprediksi dan - Pilih dan la
dengan durasi (farmakologi,
kurang dari 6 bulan. personal)
- Kaji tipe d
Batasan menentukan in
karakteristik : - Ajarkan t
- Laporan secara farmakologi
verbal atau non - Berikan ana
verbal nyeri
- Fakta dari - Evaluasi keef
observasi - Tingkatkan is
- Posisi antalgic - Kolaborasika
untuk menghindari keluhan dan
nyeri berhasil
- Gerakan - Monitor pen
melindungi manajemen ny
- Tingkah laku Analgesic Adm
berhati-hati - Tentukan lok
- Muka topeng dan derajat n
- Gangguan tidur obat
(mata sayu, tampak - Cek instruksi
capek, sulit atau dosis, dan frek
gerakan kacau, - Cek riwayat a
menyeringai - Pilih analges
- Terfokus pada diri kombinasi d
sendiri pemberian lebi
- Fokus menyempit - Tentukan pil
(penurunan persepsi tipe dan beratn
waktu, kerusakan - Tentukan a
proses berpikir, pemberian, dan
penurunan interaksi - Pilih rute p
dengan orang dan untuk pengoba
lingkungan) - Monitor vital
- Tingkah laku pemberian ana
distraksi, contoh : - Berikan analg
jalan-jalan, saat nyeri heba
menemui orang lain - Evaluasi efe
dan/atau aktivitas, dan gejala (efe
aktivitas berulang-
ulang
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Faktor yang
berhubungan :
- Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)
Hipotermi Termoregulasi Temperature
Kelas : - Monitor suh
Domain : Setelah dilakukan tindakan keperawatan- Rencanakan
Definisi : selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh kontinyu
klien dalam batas normal dengan kriteria- Monitor TD,
hasil : Kriteria Hasil : Nadi dan RR dalam- Monitor war
rentang normal - Monitor tand
- Tingkatkan i
- Selimuti p
hilangnya keha
Vital sign Mo
- Monitor TD,
- Catat adanya
- Monitor sian
- Monitor ada
nadi yang
peningkatan si
- Identifikasi
vital sign
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi
2.
Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Alih Bahasa Agung
Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8
jakarta : EGC,2001.

Anda mungkin juga menyukai