Anda di halaman 1dari 33

Mekanisme Koping

a. Pengertian

Mekanisme koping merupakan usaha yang dilakukan individu

untuk menanggulangi stres yang dihadapi (Stuart & Lariaa,

2007).Mekanisme koping adaptif adalah suatu usaha yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau

tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif.Sementara,

mekanisme koping maladaptif suatu usaha yang dilakukan individu

dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan

yang bersifat negatif, merugikan, destruktif dan tidak dapat

menyelesaikan masalah secara tuntas. Menurut Lazarus & Folkam

(1984) dalam Friedman (2003) mekanisme koping merupakan suatu

perubahan yang kostan dari usaha kognitif dan tingkah laku untuk
menata tuntunan eksternal dan internal yang dinilai sebagai hal yang

membebani atau melebihi sumber daya individu. Apabila mekanisme

berhasil, maka remaja tersebut akan dapat beradaptasi terhadap

perubahan tersebut. Mekanisme kopin dapat dipelajari sejak awal

timbulnya stresor dan remaja menyadari dampak dari stres tersebut.

Kemampuan koping dari individu tergantung dari tempermen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang
budaya atau norma dimana

dia dibesarkan.

Berdasarkan pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa

mekanisme koping adalah reaksi individu ketika menghadapi suatu

tekanan atau stress dan bagaimana individu tersebut menanggulangi

stress yang dihadapinya.

b. Penggolongan Mekanisme koping


Berdasarkan penggolongannya mekanisme koping berpusat

pada 3 hal (Stuart & Laraia, 2005):

1) Koping yang berpusat pada masalah (Problem Focused

Coping)

1) Confrontatif coping: mengubah keadaanyang dianggap

menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan

yang cukup tinggi dan pengambilan resiko.

2) Seeking social suport : usaha untuk mendapat

kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang

lain.

3) Planful problem solving : usaha untuk mengubah

keadaan yang dianggap menekan dengan cara hati-hati,

bertahap dan analitis.


2) Koping yang berpusat pada kognitif

Mekanisme koping dengan fokus kognitif: mekanisme ini

merupakan usaha orang untuk mengontrol masalah dan 13

menetralkan masalah tersebut. Misalnya membandingkan

secara positif, selektif terhadap ketidak tahuan, dan dievaluasi

keinginan objek.

3) Koping yang berpusat pada emosi (Emotional Focused

Coping)

Usaha mengatasi stres dengan mengatur respon

emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak

yang ditimbulkan oleh suatu yang dianggap penuh

tekanan.Emotional Focused Coping ditunjukanuntuk mengatur


respon emosional terhadap situasi stres. Stres yang digunakan:

1) Sel-Control: usaha untuk mengatur perasaan ketika

menghadapi situasi yang menekan.

2) Discanting: usaha untuk tidak terlibat dalam

permasalahan, menghindari seolah-olah tidak terjadi

permasalahan, menciptakan pandangan yang positif.

3) Positive Reaprisial: usaha mencari makna positif dari

permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri,

biasanya bersifat religius.

4) Escape/Avoidance: usaha untuk mengatasi situasi

menekan dengan lari dari situasi tersebut dan

menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti

makan, minum, merokok, dan minum-minuman


Gambaran Mekanisme Koping..., DINA NOFIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Tipe-tipe Mekanisme koping

Mekanisme koping di bagi menjadi 2 macam, (Stuart &

Sundeen, 2013) yaitu:

1) Prilaku berorientasi pada tugas

Perilaku Berorientasi Tugas mencakup penggunaan

kemampuan kognitif untuk mengurangi stress, memecahkan

masalah, menyelesaikan konflik, dan memenuhi kebutuhan

(Stuart & Sundeen, 2005). Perilaku berorientasi tugas

memberdayakan seseorang untuk secara realistic menghadapi

tuntutan stressor. Tiga tipe umum perilaku berorientasi pada

tugas, yaitu :

a) Perilaku menyerang merupakan usaha sesorang mencoba


untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan dalam

rangka memenuhi kebutuhan. Banyak cara dapat

dilakukan untuk mnyerang masalah, dan reaksi ini

bersifat destruktif atau konstruktif. Pola destruktif

biasanya disertai dengan perasaan kemarahan dan

permusuhan yang sangat besar. Perasaan ini dapat

dinyatakan dengan prilaku negatif atau agresif yang

melanggar hak-hak, milik dan kesejahteraan orang lain.

Pola konstruktif mencerminkan pendekatan masalah.

Mereka secara nyata berperilaku asertif yang

menghormati hak-hak orang lain.

Perilaku menarik diri dapat dinyatakan secara fisik atau

psikologi. Secara fisik, menarik diri melibatkan


penghindaran diri dari sumber ancaman. Reaksi ini dapat

berlaku untuk stresor biologis , seperti kamar penuh asap

rokok, paparan radiasi atau kontak dengan penyakit

menlar. Seseorang dapat menarik diri dengan cara

psikologis, seperti dengan mengakui kekalahan, menjadi

apatis, atau menurunya aspirasi dan partisipasi, dapat

pula seperti reaksi menyerang, reaksi penghindaran yang

bersifat konstruktif atau destruktif. Saat seseorang

mengisolasi diri dari orang lain akan mengganggu

kemmpuan bekerja sehingga menimbulkan masalah

tambahan.

c) Kompromi melibatkan perubahan cara berfikir seseorang


yang biasa tentang hal-hal tertentu, mengganti tujuan,

atau mengorbankan aspek kebutuhan pribadi.

2) Mekanisme Ego

Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk

memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan,

mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman

yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan

layak serta harga diri (W.F.Maramis. 2005). Koping itu sendiri

dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu
tantangan atau

luka atau kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih

mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan –

tuntutan yang penuh dengan tekanan atau yang

membangkitkan emosi. Atau dengan kat lain koping adalah


bagaimana reaksi orang ketika mengahadapi stress atau

tekanan.(siswanto, 2007).Ada banyak mekanisme pertahanan

ego, contohnya seperti dibawah ini :

a) Kompensasi: Proses dimana seseorang menggunakan

kelemahan yang dirasakan dengan penekanan yang kuat

atas ciri yang dianggap lebih menyenangkan.

b) Pengingkaran: Menghindari realitas yang tidak

menyenangkan adengan mengabaikan atau menolak

untuk mengikutinya, mekanisme pertahanan yang paling

sederhana dan paling primitif dari semua mekanisme

pertahanan ego.

c) Pengalihan: pengalihan emosi yang seharusnya


diarahkan kepada objek atau orang tertentu keobjek atau

orang yang kurang berbahaya.

d) Disosiasi: pemisahan dari proses kelompok jiwa atau

perilaku dari sisa kesadaran atau identitas orang tersebut. Identifikasi: proses dimana orang orang
mencoba untuk

menjadi seperti seseorang yang mereka kagumi dengan

mengambil pikiran, tingkah laku, atau selera orang itu.

f) Intelektualisasi: penalaran yang berlebihan atau logika

yang digunakan untuk menghindari pengalaman peran

yang mengganggu.

g) Introjeksi: mengidentifikasi dengan kuat dimana

seseorang menggabungkan kualitas atau nilai-nilai orang

lain atau kelompok lain kedalam struktur egonya sendiri.

Ini adalah salah satu mekanisme paling dini pada anak


sehingga penting dalam pembentukan hati nurani.

h) Isolasi: memisahkan komponen emosional dari pikiran,

yang mungkin bersifat sementara atau jangka panjang.

i) Proyeksi: menghubungkan pikiran atau implus keorang

lain. Melalui proses ini seseorang dapat menghubungkan

keinginan tak tertahankan, perasaan emosional, atau

motivasi kepada orang lain.

j) Reaksi formasi: pengembangan pola sikap dan perilaku

yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan

atau ingin dilakukan.

k) Rasionalisasi: menawarkan penjelasan yang dapat

diterima secara sosial atau tampaknya logis untuk


membenarkan atau membuatnya dapat diterima walaupun implus, perasaan, perilaku, dan motif tidak

dapat diterima.

l) Regresi: kemunduran karakteristik perilaku pada tingkat

perkembangan awal.

m) Represi: penekanan secara tidak sadar hal-hal yang

menyakitkan atau konflik pikiran, implus atau memori

dan kesadaran. Mekanisme pertahanan ini adalah

pertahanan ego utama dan mekanisme lainnya cenderung

memperkuatnya.

n) Disosiasi: mengamati orang dan situasi sebagai semua

baik atau semua buruk, gagal mengintegrasikan kualitas

positif dan negatif dari diri sendiri.

o) Sublimasi: penerimaan tujuan pengganti yang disetujui


secara sosial untuk dorongan penyaluran ekspresi normal

yang dihambat.

p) Supresi: suatu proses sering didengar sebagai mekanisme

pertahanan, tetapi sebenarnya adalah sama dengan

represi yang disadari. Hal ini merupakan penekanan yang

disengaja terhadap hal-hal yang disadari. Kadang-

kadang, hal itu dapat menyebabkan represi.

q) Undoing: tindakan atau komunikasi yang sebagian

meniadakan kejadian sebelumnya, mekanisme

pertahanan primitif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi mekanisme koping

1) Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan

kedua bentuk koping yaitu Problem focuse coping dan

emotional focus coping. Menurut Pramadi (2003), wanita lebih

cenderung berorientasi pada emosi sedangkan pria lebih

berorientasi pada masalah. Secara umum respon mekanisme

koping antara pria dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih

lemah atau lebih sering menggunakan penyaluran emosi dari

pada pria (Haspari, 2002).

2) Tingkat pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin

tinggi pula kompleksitas kognitifitasnya, demikian pula

sebaliknya. Oleh karena itu, seseorang yang berpendidikan

tinggi libih realistisdan aktif dalam memecahkan masalah.


3) Perkembangan usia

Struktur psikologis dan sumber-sumber untuk melakukan

koping akan berubah menurut perkembangan usia dan akan

membedakan seseorang dalam merespons tekanan

(Haspari,2002). Pada setiap tingkt usia mekanisme koping

yang digunakan akan berbeda. Pada usia muda akan

menggunakan problem focus coping sedangkan pada usia yang

lebih tua menggunakan emotional focus coping .hal ini di sebabkan pada orang yang lebih tua memiliki
anggapan bahwa

dirinya tidak mampumelakukan perubahan terhadap masalah

yang di hadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur

emosinya dari pada pemecahan masalah.

e. karakteristik Mekanise Koping


Menurut Stuart dan Sundeen (2000), rentang respon

mekanisme koping dapat digambarkan sebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Jadi karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut :

1) Adaptif menurut Friedman dalam Carpenito (2000) jika

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Dapat menceritakan secara verbal tentang perasaannya

b) Mengembangkan tujuan realitas

c) Dapat mengidentifikasi sumber koping

d) Dapat menimbulkan mekanisme koping yang yang efektif

e) Mengidentifikasi alternatif stategi

f) Memilih strategi yang tepat

g) Menerima dukungan
2) Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Merasa tidak mampu tidak mampu menyelesaikan masalah

secara efektif

b) Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektifPerasaan lemas, takut, marah, iritable, tegang,
gangguan

fisiologis adanya stres kehidupan

d) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

Ada tiga macam mekanisme koping, antara lain :

Mekanisme jangka pendek

Mekanisme jangka panjang

Mekanisme pertahanan ego

Mekanisme Jangka Pendek

a. Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas, misalnya main musik,
bekerja keras, menonton televise

b. Akltifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut dalam aktifitas social,
keagamaan
c. Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya olah raga yang kompetitif,
pencapaian akademik / belajar giat.

d. Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan obat.

2. Mekanisme Jangka Panjang

a. Penutupan identitas yaitu adapsi identitas pada orang yang menurut klien penting, tanpa
memperhatikan kondisi dirinya.

b. Identitas negatif yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang tidak wajar akan diterima
masyarakat.

3. Mekanisme Pertahanan Ego

Mekanisme pertahanan ego sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Macam-macam
mekanisme pertahanan ego antara lain :

— Kompensasi

Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

Misal : seseorang tidak pandai matematika, berusaha menonjolkan keahliannya di bidang seni.
— Penyangkalan (denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme


pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.

Misal : seseorang yang baru putus dengan pacarnya berusaha menghindari pembicaraan mengenai
pacar.

— Pemindahan (displacement)

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih
sedikit mengancam dirinya.

Misal : seseorang yang bertengkar dengan temannya, dirumah justru marah-marah terhadap adiknya.

— Disosiasi

Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.

Misal : seseorang yang marah-marah dan mengamuk ternyata tidak bisa menjelaskan kembali apa yang
terjadi (karena ia lupa sama sekali)

— Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.

Misal : seseorang mengidolakan Giring Nidji, maka dia akan berusaha menirunya.

— Intelektualisasi (intelectualization)

Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.

— Introjeksi (Introjection)

Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas
seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.

Seseorang berusaha mentaati semua norma dan peraturan yang ada di masyarakat sehingga ego tidak
lagi terganggu oleh ancaman dari luar.

Misal : kekecewaan atas kematian orang yg dicintai dialihkan dg cara menyalahkan diri sendiri.

— Isolasi

Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau
berjangka lama.

Misal : seseorang punya masalah, tapi tidak mau memikirkan masalah tersebut.
— Proyeksi

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan
emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

Misal : seseorang menyangkal bahwa ia menyukai temannya, berbalik menuduh bahwa temannya itu
berusaha merayunya.

— Rasionalisasi

Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk
menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.

Misal : seorang murid yang mendapat nilai buruk ketika ditanya orang tuanya justru menyalahkan cara
mengajar gurunya.

— Reaksi formasi

Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya
ia rasakan atau ingin lakukan.

Misal : seseorang yang menyukai teman suaminya akan memperlakukan teman suaminya dengan kasar.

— Regresi

Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang
lebih dini.

Misal : seseorang yang sudah dewasa, karena ada masalah, justru menjadi seperti anak kecil kembali.

— Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan
untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.

Misal : seseorang memandang kelompok A buruk, dan kelompok B baik, selamanya menganggap seperti
itu, padahal tidak selamanya yang buruk tetap buruk dan sebaliknya.

— Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.

Misal : penyaluran impuls agresif ke olah raga atau kegiatan yang bermanfaat.

— Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog
represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;
kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.

— Undoing

Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau
komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitif.

Misal : seorang ibu yang menyesal telah memukul anaknya beralih memperlakukan anaknya penuh kasih
sayang.

— Represi

Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.
Misal : suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan.

Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara

konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan

atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi

sumber individu (Lazarus dalam Mustikasari, 2009). Koping

juga dapat digambarkan sebagai berhubungan dengan

masalah dan situasi, atau dengan menghadapinya dengan

berhasil/sukses (Kozier, 2004).

2.1.2 Strategi Koping

Strategi Koping adalah cara yang dilakukan individu

dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan


perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam

(Keliat, 2004).

Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang

menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan

dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif

berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), secara garis besar

strategi koping dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Strategi Koping Adaptif.

Strategi koping yang mendukung fungsi integrasi,

pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya

adalah berbicara dengan orang lain, berdoa, memecahkan

masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang


dan aktivitas konstruktif. Kegunaan koping adaptif membuat

individu akan mencapai keadaan yang seimbang antara

tingkat fungsi dalam memelihara dan memperkuat

kesehatan fisik dan psikologi.

2. Strategi Koping Maladaptif.

Strategi koping yang menghambat fungsi integrasi,

memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan

cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah

makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, banyak

tidur, menangis, menghindar dan aktivitas destruktif.

Mekanisme koping ini mencegah suatu konflik dengan

melakukan pengelakan terhadap solusi.

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), strategi koping juga


meliputi mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan

diri membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang tetapi

jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan

penipuan diri dan distorsi realitas maka mekanisme ini dapat

merupakan respons maladaptif terhadap kecemasan.

Adapun mekanisme pertahanan diri tersebut, yaitu:

a. Denial yaitu menghindari realita yang tidak mengabaikan

atau menolak untuk mengakuinya.

b. Kompensasi yaitu proses dimana individu memperbaiki

penurunan citra diri berupaya menggantinya dengan

menonjolkan kelebihan lain yang dimiliki.

c. Displacement yaitu memindahkan emosi atau perasaan


kepada seseorang atau obyek lain yang lebih netral.

d. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain mengenai

kesukarannya atau keinginannya tidak baik.

e. Reaction formation yaitu mengembangkan perilaku dan

pola sikap tertentu yang disadari, berlawanan dengan

perasaan dan keinginannya.

f. Isolasi yaitu memisahkan atau mengeluarkan dari

komponen perasaan tentang pikiran, kenangan atau

pengalaman tertentu.

Introyeksi yaitu bentuk identifikasi yang lebih mendalam

dimana individu mengambil atau memasukkan nilai dari

orang lain yang dicintai atau benci menjadi struktur

egonya.
h. Rasionalisasi yaitu memberikan alasan atau penjelasan

yang masuk akal agar perilaku, pikiran atau perasaan

yang tidak dapat diterima atau dibenarkan oleh orang

lain.

i. Subtitusi yaitu mengganti tujuan bernilai lebih tinggi yang

tidak dapat dicapai dengan tujuan lain yang hampir

sama tetapi nilainya lebih rendah.

j. Identifikasi yaitu suatu proses dimana seseorang

berusaha seperti orang yang dikagumi dengan meniru

cara berfikir dan perilakunya.

k. Undoing yaitu suatu tindakan atau komunikasi tertentu

yang bertujuan menghapuskan atau meniadakan

tindakan sebelumnya.
l. Sublimasi yaitu perubahan bentuk ekspresi dorongan

atau rangsangan yang terhambat ke ekspresi yang lebih

dapat diterima oleh masyarakat secara sosial.

m. Regresi yaitu menghadapi stress dengan perilaku,

perasaan dan cara berfikir mundur kembali ke ciri tahap

perkembangan sebelumnya.

n. Represi yaitu pengesampingan secara tidak sadar

tentang pikiran atau memori yang menyatakan atau

bertentangan dengan kesadaran.

Definisi Mekanismie Koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang di gunakan untuk melindungi diri
(Gail. W. Stuart, 2006)
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaiakan masalah,
menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu ini
dapat berupa kognitif , perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk
menyelesaikan stress yang dihadapi. Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan
hidup di lingkungannya yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah
dimana seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab stress /
stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu karena semua pasien mengalami stress, sehingga sangat
perlu kemampuan untuk mengatasinya dan kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang
merupakan faktor penentu yang terpenting dalam kesejahteraan manusia ( Keliat, 2007)

Mekanisme koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap
peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan seseorang untuk membantu melindungi
terhadap perasaan yang tidak berdaya dan ansietas, kadang mekanisme pertahanan diri menyimpang
dan tidak lagi mampu untuk membantu seseorang seseorang dalam menghadapi stressor. (Patricia &
Anne Griffin, 2005)

Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak kegagalan, menghilangkan
kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman yang tidak enak dan juga untuk
mempertahankan perasaan layak serta harga diri. (W.F.Maramis. 2005)

Koping itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi
yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih
mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh dengan tekanan
atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kat lain koping adalah bagaimana reaksi orang ketika
mengahadapi stress atau tekanan.(siswanto, 2007)

Koping adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang di lakukan ole orang sakit untuk
mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi tubuh yang rusak dan membatasi
kerusakan yang tidak bisa di pulihkan.( Z.J.Lpowski. 2011).

Macam-macam mekanisme pertahanan diri (defense mechanism atau pembelaan ego)

1. Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang dengan prestasi dan khayalan.

2. Penyangkalan: Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan, dengan menolak
menghadapi hal itu, sering dengan melarikan diri seperti menjadi sakit atau kesibukan dengan hal-hal
lain.
3. Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal dan dapat dibenarkan
sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan masyarakat.

4. Identifikasi: Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya dengan orang atau institusi
yang mempunyai nama

5. Introyeksi: Menyatukan nilai dan norma luar dengan sturktur egonya sehingga individu tidak
tergantung pada belas kasihan, hal-hal itu yang dirasakn sebagai ancaman luar.

6. Represi: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.

7. Regresi : Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan respon yang kurang matang
dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.

8. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.

9. Penyusunan reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di ekspresikan dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.

10. Sublimasi: Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual dalam kegiatan non sexual

11. Kompensasi: Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang dinginkan atau pemuasan secara
berlebihan dalam suatu bidang karena mengalami frustasi dalam bidang lain.

12. Salah pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan, pada obyek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.

13. Pelepasan: Menebus dan dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tak bermoral.

14. Penyekatan emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk
melindungi diri sendiri dari kesakitan.

15. Isolasi: memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan sikap-
sikap yang bertentangan, dengan tembok-tembok yang tahan logika.

16. Simpatisme: berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian menyokong rasa harga diri,
meskipu gagal.

17. Pemeranan: Menurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan yang terlarang, dengan
membiarkan ekspresinya. (W.F.Maramis, 2005)

Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat membohongi diri sendiri
terhadap realita yang ada, baik realita yang ada diluar (fakta atau kebenaran) maupun realita yang ada di
dalam ( dorongan atau impuls atau nafsu). Mekanisme pertahanan bersifat menyaring realita yang ada
sehingga individu bersangkutan tidak bisa memahami hakekat dari keseluruhan realita yang ada. Ini
membuat sebagian besar ahli menyatakan koping jenis mekanisme pertahanan diri merupakan yang
tidak sehat kecuali sublimasi.

Mekanisme pertahanan tidak dapat disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri yang terus
menerus. Dengan cara begitu individu bisa mengetahui jenis meekanisme pertahanan diri yang biasa
dilakukan dan kemudian menggantikannya dengan koping yang lebih konstruktif.

Anda mungkin juga menyukai