Anda di halaman 1dari 12

Makalah PBL BLOK 2 MODUL 2

Paradigma Sehat

Nama : Vaisnvi Muthoovaloo


Nim : 102011430
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Kelompok : D7
Email: vs_viez@yahoo.com
27 November 2011
Pernyataan Integritas Akademik
Saya menyatakan bahwa karya yang saya serahkan ini bebas dari plagiasi. Bagian-bagian yang
saya kutip dari karya orang lain dan/atau yang merupakan hasil pemikiran orang lain sudah saya
berikan catatan kaki dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sehingga tidak menimbulkan
kerancuan pada diri pembaca. Apabila di kemudian hari terbukti ada plagiasi dalam karya ini,
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku sesuai kebijakan Pusat Pengembangan Kepribadian
Ukrida dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
LATAR BELAKANG
Pemilihan topik ini berdasarkan sasaran belajar yang dibincangkan daripada scenario yang
diberi. Skenario D ,di mana jumlah kasus Demam Denggi Berdarah Dengue(DBD) meningkat
pada msim penghujan dan permulaan musim panas. Daerah ini merupakan daerah dengan
insidens tertinggi di Wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan hasil survey, tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku masyarakat mengenai DBD rendah.

TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi materi pembelajaran problem based learning bagi modul
Paradigma Sehat .Tujuan makalah ini adalah untuk mengerti dan mengetahui konsep kesehatan
lingkungan dalam hidup seseorang dan memahami dengan lebih mendalam sikap, perilaku dan
pengetahuna seorang pasien untuk mencegah sesuatu penyakit atau infeksi sehingga penulis dan
pembaca mampu memahami dan belajar betapa pentingnya menggunakan paradigma sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
.
IDENTIFIKASI ISTILAH
Fogging - Pengasapan (fogging)merupakan salah satu metode pengendalian secara mekanis.
Target dari pengasapan adalah membunuh nyamuk dewasa. Sayangnya, pengasapan dianggap
kurang efektif karena metode itu cenderung mengusir nyamuk dari sarangnya, bukan membunuh
nyamuk. Selain itu, penggunaan bahan kimia dalam pengasapan justru menyebabkan kayu
kerangka rumah mudah lapuk diserang serangga perusak.
Isi-Isi
Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditandai dengan
demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri
ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechie), lebam
(echymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun atau renjatan (shock).
Demam dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai dengan sakit
kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia sebagai gejalanya. Demam
berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis
utama: demam tinggi, fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat
disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok yang diakibatkan
oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut sindrom syock dengue (DSS) dan sering menyebabkan
fatal.
Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad ke dua puluh
di Amerika, Eropa selatan, Afrika Utara, Mediterania Timur, Asia dan Australia, dan beberapa
pulau di Samudra India, Pasifik Selatan dan tengah serta Karibia. DF dan DHF telah meningkat
dengan menetap baik dalam insiden dan distribusi sepanjang 40 tahun, dan pada tahun 1996,
2500 – 3000 juta orang tinggal di area yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus
dengue. Setiap tahun diperkirakan terdapat 200 juta kasus infeksi dengue dan mengakibatkan
kira–kira 24 juta kematian.

Vektor
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit Demam Berdarah. Cara
penyebarannya melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi virus demam
berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk. Kemudian nyamuk ini
menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam
berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus
demam berdarah.
Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk
ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat
menyebarkan virus demam berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur. Maka,
berhati-hatilah terhadap gigitan nyamuk pada siang hari dan cegah nyamuk ini menggigit anak
yang sedang tidur siang.
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di genangan air bersih dan di daerah yang
banyak pohon seperti di taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga mungkin menjadi salah
satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda.

Agen
Empat virus erat terkait menyebabkan demam berdarah. Virus yang ditularkan dari nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus nyamuk ke manusia dalam siklus virus yang membutuhkan
baik manusia dan nyamuk ini. Tidak ada manusia ke manusia demam berdarah. Setelah nyamuk
terinfeksi, ia tetap terinfeksi untuk rentang hidupnya. Seorang manusia dapat menginfeksi
nyamuk ketika manusia memiliki tingginya jumlah virus dalam darah (kanan sebelum gejala
berkembang). Virus milik keluarga Flaviviridae dan memiliki untai RNA sebagai makeup
genetik. Virologists istilah mereka dengue virus jenis 1-4 (DENV 1-4). Semua empat serotipe
yang erat kaitannya. Namun, ada perbedaan yang cukup antigenik di antara mereka bahwa jika
seseorang menjadi kebal terhadap serotipe satu, orang itu masih dapat terinfeksi oleh tiga
serotipe lainnya.

Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.

Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang mempengaruhi kehidupan nyamuk Aedes aegypti antara lain jarak antar
rumah, macam kontainer, suhu udara, curah hujan, pengaruh angina dan kelembaban.
a) Jarak antar rumah.
Jarak antar rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah kerumah yang
lain. Semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah
yang lain.
b) Suhu udara
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
Aedes aegypti. Nyamuk Aedes akan meletakkan telurnya pada temperature udara sekitar 20oC –
30oC. Telur yang diletakkan dalam air akan menetas pada 1 sampai 3 hari pada suhu 30oC, tetapi
pada suhu udara 16oC dibutuhkan waktu selama 7 hari. Nyamuk dapat hidup pada suhu rendah
tetapi proses metabolismanya menurun atau bahkan berhenti apabila suhu turun sampai dibawah
suhu kritis. Pada suhu lebih tinggi dari 35oC juga mengalami perubahan dalam arti lebih
lambatnya proses-proses fisiologi, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah
25-27oC. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 10oC atau lebih
dari 40oC. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan proses metabolismanya
yang sebagian diatur oleh suhu. Karenanya kejadian-kejadian biologis tertentu seperti:lamanya
pradewasa, kecepatan pencernaan darah yang dihisap dan pematangan indung telur dan frekensi
mengambil makanan atau menggigit berbeda-beda menurut suhu, demikian pula lamanya
perjalanan virus di dalam tubuh nyamuk.
c) Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang
biasanya dinyatakan dalam persen. Dalam kehidupan nyamuk kelembaban udara mempengaruhi
kebiasaan meletakkan telurnya. Hal ini berkaitan dengan nyamuk atau serangga pada umumnya
bahwa kehidupannya ditentukan oleh faktor kelembaban. Sistem pernafasan nyamuk Aedes
aegypti yaitu dengan menggunakan pipa-pipa udara yang disebut trachea, dengan lubang pada
dinding tubuh nyamuk yang disebut spiracle. Adanya spirakel yang terbuka lebar tanpa ada
mekanisme pengaturnya, maka pada kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air
dalam tubuh nyamuk, dan salah satu musuh nyamuk dewasa adalah penguapan. Pada
kelembaban kurang dari 60 % umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi vektor
karena tidak cukup waktu untuk perpidahan virus dari lambung ke kelenjar ludah.
d) Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi nyamuk beristirahat pada suatu tempat
intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban yang tinggi merupakan kondisi yang baik bagi
nyamuk intensitas cahaya merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi aktivitas terbang
nyamuk, nyamuk terbang apabila intensitas cahaya rendah (<20 Ft-cd). Larva dari nyamuk
Aedes aegypti dapat bertahan lebih baik di ruangan dalam kontainer yang gelap dan juga
menarik nyamuk betina untuk meletakkan telurnya. Dalam bejana yang intensitas cahaya rendah
atau gelap rata-rata berisi larva lebih banyak dari bejana yang intensitas cahanya besar atau
terang.
e) Pengaruh Hujan
Hujan akan mempengaruhi kelembaban udara dan menambah jumlah tempat perindukan
nyamuk alamiah. Perindukan nyamuk alamiah di luar rumah selain sampahsampah kering seperti
botol bekas, kaleng-kaleng, juga potongan bambu sebagai pagar sering dijumpai di rumah-rumah
penduduk serta daun-daunan yang memungkinkan menampung air hujan merupakan tempat
perindukan yang baik untuk bertelurnya Aedes aeegypti.
f) Pengaruh Angin
Secara tidak langsung angina akan mempengaruhi evaporasi atau penguapan air dan suhu udara
atau konveksi. Angin berpengaruh terhadap jarak terbang nyamuk. Kecepatan angin kurang dari
8,05 km/jam tidak mempengaruhi aktivitas nyamuk, dan aktivitas nyamuk akan terpengaruh oleh
angin pada kecepatan mencapai 8,05 km/jam (2,2 meter/detik) atau lebih.

Lingkungan Sosial
Ekonomi- Faktor ekonomi merupakan faktor yang juga ikut menentukan timbulnya DBD,
sebagi contoh di daerah yang sulit akan air, dimana untuk kebutuhan hidup sehari-hari air harus
dibeli, maka pekerjaan untuk menguras bak mandi, tempayan seminggu sekali sangat
memberatkan kehidupan mereka.

Perilaku Kesehatan
Menurut ahli perilaku, Skinner (1979), mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus), dan tanggapan (respon). Respon dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Respondent response atau reflexive response, adalah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut electing stimuli karena
respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, sinar
matahari membuat mata tertutup. Perangsangan yang demikian ini biasanya
mendahului respon yang ditimbulkan.
2. Operant response atau instrumental response, adalah respon yang timbul dan berkembang
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli atau
reinforcer karena perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan. Oleh karena
itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang
telah dilakukan. Apabila seorang anak rajin belajar atau setelah melakukan suatu perbuatan
memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan
perbuatan tersebut, dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (1997), yang dimaksud dengan perilaku adalah suatu
respon organisme terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon ini dapat berbentuk 2
macam, yakni:
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu terjadi di dalam diri individu dan tidak dapat
langsung dilihat oleh orang lain, seperti berpikir, tanggapan atau sikap batin, dan
pengetahuan. Perilakunya sendiri masih terselubung yang disebut covert behavior.
2. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku
disini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata yang disebut over behavior.

Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (1993) menganalisis bahwa perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). selanjutnya
perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), merupakan faktor antesenden terhadap perilaku
yang menjadi dasar motivasi bagi pelaku yang masuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai.
2. Faktor pemungkin (enabling factros), adalah faktor antesenden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. faktor ini terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya:
puskesmas.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), merupakan faktor penyerta yang datang sesudah perilaku,
memberikan ganjaran intensif atau hukuman atas perilaku dan berperan bagai
menetap atau lenyapnya perilaku itu. termasuk dalam faktor ini adalah manfaat sosial, jasmani,
ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang diterima oleh pihak lain (vicarious
rewards).

Antara perilaku yang harus dipraktekkan untuk mencegah penyakit DBD adalah
a. Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali yang bertujuan untuk merusak telur nyamuk, sehingga jentik-jentik tidak
bias menjadi nyamuk atau menutupnya rapat-rapat agar nyamuk tidak bisa bertelur di tempat
penampungan air tersebut.
b. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat minum burung seminggu sekali
dengan tujuan untuk merusak telur maupun jentik nyamuk.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-sampah lainnya yang
dapat
menampung air hujan sehingga tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
d. Mencegah barang-barang/pakaian-pakaian yang bergelantungan di kamar ruang yang
remang-remang atau gelap.
Dengan melakukan kegiatan PSN DBD secara rutin oleh semua masyarakat maka
perkembang biakan penyakit di suatu wilayah tertentu dapat di cegah atau dibatasi.

Perlindungan Diri
Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk antar lain dengan
menggunakan pakaian pelindung, menggunakan anti nyamuk bakar, anti nyamuk lotion
(repellent), menggunakan kelambu baik yang dicelup larutan insektisida maupun tidak.

Peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan
bahwa partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakikatnya bertitik tolak dari sikap dan
perilakumasyarakat tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan
dimanaindividu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab
terhadapkesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat adalah manfaat kegiatan yang
dilakukan jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas
bagimasyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
Adanya kesempatan kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan
untuk berpperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalamkegiatan
yang akan dilakukan. Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan
orang yangmempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang
tertarik untuk berperan serta. Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan
masyarakat sudah diikutsertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik
amka peranserta akan dapat dilestarikan. Faktor tokoh masyarakatdapat mempengaruhi
kebersertaan masyarakat kerna jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat
bahwa tokoh-tokohmasyarakat atau pemimpin kader yanf disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik pula berperan serta.

Peran serta dapat diwujudkan dalam bentuk :

1. Tenaga, seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan


menyumbangkantenaganya, misalnya menyiapkan tempat dan peralatan dan sebagainya.
2. Materi, seseorang berperan serta dalam kegiatan kelompok dengan
menyumbangkanmateri yang diperlukan dalam kegiatan kelompok tersebut, misalnya
uang, pinjamantempat.

Peran serta masyarakat berkaitan dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan


masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itusendiri
berdasarkan kemampuan sendiri. Adapun prinsip pemberdayaan masyarakat ini adalah
menumbuh kembangkan potensi masyarakat. Berbagai potensi yang ada dalam masyarakat
antara lain berupa potensi SDM dansumber daya alam meliputi penduduk dan kondisi
geografisnya. Kualitas SDM ditentukan oleh proporsi antara penduduk kaya dna miskin,
berpendidikan tinggi danrendah. Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada dalam
masyarakat, tak akan berkembang bila tidak ada gotong royong di antara sesama anggota
masyarakat. Menggali kontribusi masyarakatdi mana pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
adalah menggali potensi masyarakatterutama potensi ekonomi yang ada di masing-masing
anggota masyarakat.

Kesimpulan
Masalah kesehatan dalam suatu populasi masyarakat bersumber dari berbagai faktor seperti
kurangya pengetahuan perilaku kesehatan, peran serta masyarakat, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan dan kurangnya pendidikan masyarakat. Disarankan kepada masyarakat supaya
memiliki kesadaran masing-masing untuk ikut peran serta dalam masalah kesehatan terutama
kesehatan lingkungan berkaitan dengan penyakit DBD an berusaha mencegahnya. Segala
perubahan perilaku untuk membanteras penyakit DBD tidak harus terhenti dan dipraktekkan
pada kehidupan sehari-hari supaya kekal sehat dan dengan mudah dapat memutuskan rantai
penularan DBD.
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/document/350016162/pemantauan-jentik-nyamuk-dbd-pdf

1. World Health Organization (WHO). Environmental Health. Updated on Januari 2008


Diunduh dari http://www.WHO.int, 26 November 2011.
2. Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Update on Desember 2007. Diunduh dari
http://www.ajago.blogspot.htm, 27 November 2011.
3. Dirjen PPM-PL, Kebijaksanaan program P2- DBD dan situasi terkini DBD Indonesia.
Diunduh dari http://dinkes-
sulsel.go.id/new/images/pdf/buku/kebijakan%20program%20dbd.pdf, 27 November
2011.
4. Waspada Online. Masalah DBD tanggung jawab bersama. Updated on Julai 2011.
Diunduh dari http://www.waspada.co.id/, 27 November 2011
5. Kementerian Kesehatan RI. Informasi umum demam berdarah dengue. Diunduh dari
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UMUM_DBD_2011.pdf,
27 November 2011
6. Tips Kesehatan. Pencegahan demam berdarah. Updated on Jun 2011 Diunduh dari
http://tipsku.info/pencegahan-demam-berdarah/, 27 November 2011.
7. Understanding the epidemiologic triangle through infectious diseases. Diunduh dari
http://www.bam.gov/teachers/activities/epi_1_triangle.pdf, 27 November 2011
8. Kiathidupsehat.com. Peran serta masyarakat dalam penanggulangan DBD. Diunduh dari
http://kiathidupsehat.com/peran-serta-masyarakat-dlm-penanggulangan-dbd/, 27
November 2011.
9. Prihatiningsih. Hubungan faktor perilaku dengan kejadian demam berdarah dengue di
wilayah kerja Puskesmas boyolali. Diunduh dari
http://etd.eprints.ums.ac.id/3944/1/j410040022.pdf, 27 November 2011

Anda mungkin juga menyukai