Anda di halaman 1dari 44

0

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA


MATA PELAJARAN DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA
KELAS X TITL SMKN 5 SOLOK SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Melaksanakan Seminar Penelitian Pendidikan


Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

AZHAR L. GUMANTI
NIM/BP. 15063030/2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

0
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji syukur kepada

Tuhan yang maha kuasa, karena dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini dengan Judul “Implementasi Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Dasar Listrik Dan

Elektronika Kelas X Titl Smk Negeri 5 Solok Selatan ”. Proposal ini diajukan

sebagai salah satu syarat melaksanakan seminar penelitian pendidikan program studi

Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata

sempurna atau masih banyak kekurangan baik dari segi tata bahasa, metode penulisan

maupun isinya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan kemampuan yang ada pada

penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan tegur sapa, kritik, dan saran-

saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Padang, 09 Agustus 2018


Hormat saya,

Azhar L. Gumanti
NIM/BP. 15063030/2015

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI……………………………………
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................................7
C. Pembatasan Masalah...........................................................................................7
D. Perumusan Masalah............................................................................................7
E. Tujuan Penelitian................................................................................................8
F. Manfaat Penelitian..............................................................................................8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA....................................................................................9
A. Landasan Teori....................................................................................................9
1. Hasil Belajar....................................................................................................9
2. Metode Pembelajaran Kooperatif.................................................................10
3. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.............................................13
4. Mata Pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika..............................................17
B. Penelitian yang relevan.....................................................................................19
C. Kerangka konseptual........................................................................................20
BAB III : METODE PENELITIAN........................................................................23
A. Desain Penelitian..............................................................................................23
B. Subjek Penelitian..............................................................................................24
C. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................25
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian......................................................................25
E. Instrumen Penelitian.........................................................................................27
F. Teknik Analisis Data........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

2
3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa5

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw16


Gambar 2. Kerangka Konseptual

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus DLE Kelas X TITL


Lampiran 2. RPP Memahami Hukum-Hukum Dan Fenomena Rangkaian
Kemagnetan

6
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem

pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Pendidikan dikatakan berhasil jika tercapai peningkatan kualitas

pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari meningkatnya

hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat meningkat apabila siswa dapat

berhasil dalam belajar. Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh

banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan

belajar dapat bersumber pada diri siswa atau lingkungannya (Syaodih

Sukmadinata, 2004: 162).

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang yang

terjadi karena adanya interaksi antara individu dan lingkungannya. Belajar

menunjukkan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan

praktik atau pengalaman tertentu. berdasarkan pendapat tersebut dapat

1
2

dirangkum bahwa belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat

adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Paradigma pembelajaran dahulunya kegiatan pembelajaran yang terjadi

antara guru dengan siswa secara pasif, artinya siswa hanya menampung semua

yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman,

paradigma tersebut telah mengalami banyak perubahan. Saat ini paradigma baru

lebih menitikberatkan strategi pembelajaran siswa aktif, artinya proses

pembelajaran yang diharapkan mampu membuat aktivitas siswa yaitu mampu

mengungkapkan pendapat sesuai dengan yang dipahami. Selain itu, siswa juga

diharapkan mampu berintegrasi dengan orang lain secara positif.

Suatu hal yang penting dilakukan guru dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa adalah mengwujudkan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa

sepenuhnya. Metode belajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam

belajar ialah apabila metode itu dapat melibatkan siswa secara kuantitatif

maupun kualitatif. Pembelajaran yang diharapan adalah pembelajaran yang

menuntun siswa untuk aktif dan kritis dalam kegiatan pembelajaran.

Di samping itu, pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran mulai dari tingkat dasar sampai perguruan

tinggi, termasuk pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK

merupakan sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan peserta didik atau

lulusan yang siap untuk menghadapi dunia kerja dan mampu mengembangkan

sikap profesional dalam bidang kejuruan. Lulusan SMK diharapkan mampu


3

untuk menjadi individu yang produktif dan siap untuk menghadapi persaingan

global.

SMK Negeri 5 Solok Selatan juga turut serta dalam melaksanakan berbagai

aktifitas dan kegitan formal dengan tujuan untuk mewujudkan ketercapaian

kompetensi lulusannya. Sekolah ini memiliki berbagai program keahlian yang

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Salah satu program keahlian yang

ada di SMK 5 Solok Selatan adalah Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL).

Dasar listrik dan elektronika (DLE) merupakan salah satu mata pelajaran

penting diberikan pada siswa program keahlian TITL pada satuan pendidikam

SMK. Mata pelajaran ini memiliki peran penting dalam keberlanjutan terhadap

pemahaman ilmu kelistrikan pada siswa. Dengan pembelajaran DLE siswa

diharapkan dapat memahami berbagai komponen – komponen elektronika,

hukum - hukum dasar kelistrikan serta pengukuran dalam dunia kelistrikan dan

elektronika. Dengan pemahaman siswa yang cukup terhadap pengetahuan dasar

tersebut akan memberikan dampak yang baik bagi siswa pada saat melaksanakan

praktek pada semester selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran pada kelas X

(sepuluh) TITL SMK Negeri 5 Solok Selatan, proses pembelajaran lebih banyak

menggunakan metode konvensional. Guru memberikan materi pembelajaran

dengan cara berceramah, media pembelajaran yang digunakan hanya papan tulis.

Sehingga siswa tidak aktif selama proses pembelajaran walaupun guru telah

mendorong mereka untuk berani bertanya, menjawab, atau menyanggah


4

pernyataan. Saat pembelajaran berlangsung s iswa lebih banyak diam,

bahkan saat menemui kesulitan mereka lebih memilih diam dan tidak bertanya

kepada guru. Saat pembelajaran berlangsung, guru sering kali harus menunggu

siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami atau

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bahkan guru telah memanggil

nama siswa untuk diberi kesempatan menjawab atau bertanya, namun siswa

tersebut hanya diam atau menjawab dengan ragu-ragu. Dengan demikian

aktivitas pembelajaran yang terjadi belum sepenuhnya mampu menuntun siswa

untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan

tuntutan kurikulum 2013 yang lebih menekannkan pembelajaran yang berpusat

pada siswa.

Belum maksimalnya aktivitas belajar siswa tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain kondisi psikologis siswa, media pembelajaran

yang digunakan guru, dan cara guru mengajar di kelas. Selain itu, dalam

mengajar guru belum menggunakan media pembelajaran yang bervariasi,

sehingga siswa hanya membaca buku sebagai sumber belajar. Hal ini tentunya

akan menimbulkan rasa bosan yang berdampak pada motivasi belajar siswa,

sehingga tak jarang ada siswa yang meninggalkan kelas pada saat proses

pembelajaran sedang berlangsung. Apabila model pembelajaran seperti ini terus

digunakan dalam pembelajaran akan membuat siswa merasa jenuh dengan

pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa rendah. Hal
5

ini terbukti karena masih banyaknya siswa yang belum mendapatkan hasil belajar

yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas X TITL


semester ganjil Mata Pelajaran DLE SMK Negeri 5 Solok Selatan
Tahun Ajaran 2018/2019.
Hasil Belajar Siswa Kelas X TITL
KKM
TITL A % TITL B % TITL C %
≥ 75 11 44 16 64 16 59,25
< 75 14 56 9 36 11 40,75
Jumlah 25 100 25 100 27 100

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran dan hasil yang optimal salah

satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Salah satu metode

pembelajaran yang diharapkan mampu membantu untuk merangsang agar siswa

tertarik untuk belajar adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif adalah suatu srategi atau model pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya mengunakan kelompok-kelompok kecil yang terstruktur dalam

penyelesaian masalah atau tugas-tugas yang diberikan. Dalam pelaksanaan

proses pembelajaran guru tidak lagi mendominasi sehingga siswa dituntut aktif

untuk berbagi informasi dan bekerja sama dalam proses pembelajaran untuk

dapat hasil belajar yang lebih efektif. Metode pembelajaran kooperatif

diharapkan dapat mendorong siswa untuk bekerja sama dan aktif dalam

kelompok untuk menyelesaikan tugas tugas yang diberikan.


6

Diantara banyak macam-macam metode pembelajaran kooperatif, salah

satunya yaitu metode pembelajaraan kooprtatif tipe jigsaw. Pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota

lain dalam kelompoknya.

Metode jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran

kooperatif yang fleksibel. Metoda jigsaw ini dianggap sebagai salah satu metode

yang mampu merangsang motivasi belajar karena memiliki keunggulan dalam

penerapan pembelajaran. Para siswa akan terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Artinya, mereka ikut mencari bagian materi belajar yang nantinya

akan mereka ajarkan kembali kepada teman yang lain.

Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model

Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota

menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan

keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan

pemahaman seluruh anggota.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan pada mata pelajaran

DLE karena dalam penerapannya akan membuat para siswa untuk dapat lebih

aktif dan mampu menuntun siswa untuk dapat memahami materi secara mandiri.
7

Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi yang telah mereka pelajari

akan lebih mudah mereka ingat. Metode ini juga mampu menuntun siswa untuk

bekerja sama dalam meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang mereka

pelajari. Dengan adanya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran maka hasil

belajar yang diharapkan dapat dicapai.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

berbagai masalah yaitu:

1. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas X TITL mata pelajaran

DLE masih rendah.

2. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran D L E yang dilihat

dari kurangnya siswa yang memperhatikan pelajaran di kelas.

3. Penyampaian materi dalam pembelajaran DLE yang lebih banyak

didominasi guru, sehingga aktivitas belajar menjadi kurang kondusif.

4. Kurangnya kretivitas guru dalam mengembangkan metode pembelajaran

yang mampu menunjang keaktifan dan hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian dibatasi pada

implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran

DLE kelas X TITL SMK Negeri 5 Solok Selatan dengan Kompetensi Dasar

(KD) yaitu Memahami hukum-hukum dan fenomena rangkaian kemagnitan.


8

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar siswa dengan

implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran

DLE?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan

implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran

DLE kelas X TITL SMK Negeri 5 Solok Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk berbagai pihak,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk memilih metode pembelajaran

yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi siswa, sebagai pembelajaran dan suasana variatif yang membawa

dampak positif terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

3. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas pembelajarran disekolah serta menciptakan siswa

yang berkualitas.
9

4. Bagi peneliti, sebagai langkah awal menerapkan variasi model

pembelajaran dalam proses pembelajaran dan menambah pengetahuan

peneliti.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh dari adanya proses

pembelajaran, karena dari setiap hal yang dipelajari tentu seseorang ingin

mendapatkan hasil yang optimal. Menurut Nana Sudjana (2009: 22) hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

memperoleh pengalamannya. Hasil belajar dapat dapat diketahui setelah

dilakukannya kegiatan penilaian yang biasanya dinyatakan dalam bentuk

angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang dan kurang, sesuai kesepakatan

yang digunakan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

hasil belajar adalah suatu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan

keberhasilan peserta didik dalam menguasai suatu meteri pelajaran. Untuk

mengetahui apakah siswa telah belajar dengan baik dan efektif, dapat dilihat

dari evaluasi hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti proses

pembelajaran. Menurut slameto (2010: 54) ada empat faktor yang

mempengaruhi hasil belajar tersebut :


a) Faktor intern, yang meliputi faktor jasmani yaitu kesehatan, cacat

tubuh, faktor psikologi, intelegensi, perhatian, minat, bakat,

kematangan dan kesiapan. Serta faktor kelelahan meliputi jasmani

dan kelelahan rohani.

9
10

b) Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga yaitu cara orang tua

memdidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua.


c) Faktor sekolah, yaitu metode mengajar, kurikulum, hubungan antar

guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, keadaan

gedung, tugas rumah.


d) Faktor masyarakat, yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, teman

bergaul, dan bentuk sosial masyarakat.


2. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2011:202) menjelaskan bahwa “Model pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen”. Pada pelaksananan model pembelajaran kooperatif

siswa bekerja sama dengan anggota lainya dalam melaksanakan proses

pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajar yang efektif. Keberhasilan

belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota

kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Anita Lie (2007:18) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif

didefinisikan sebagai strategi belajar kelompok atau sistem belajar kelompok

yang terstruktur”. Proses pembelajaran kooperatif dilakukan dengan

membentuk kelompok-kelompok kecil dan terstruktur dapat membuat siswa


11

lebih aktif dalam proses pembelajaran karena siswa terlibat langsung untuk

memecahkan suatu masalah atau materi pembelajaran dalam kelompok kecil

tersebut. Kemudian Sulistyo Dewi Wahyu Rini (2010 : 21,22) menjelaskan

bahwa “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah strategi

pembelajaran dimana para siswa aktif bekerja bersama-sama dalam

kelompok kecil yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk

memahami isi pelajaran”,.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu srategi atau model pembelajaran

yang dalam pelaksanaannya mengunakan kelompok-kelompok kecil yang

terstruktur dalam penyelesaian masalah atau tugas-tugas yang diberikan

dimana dalam penyelasaiannya dibutuhkan kerjasama setiap anggota

kelompok. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru tidak lagi

mendominasi sehingga siswa dituntut aktip untuk berbagi informasi dan

bekerja sama dalam proses pembelajaran untuk dapat hasil belajar yang

lebih efektif. Metode pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mendorong

siswa untuk bekerja sama dan aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan

tugas tugas yang diberikan.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Menurut Asma (2006 : 72) pengembangan pembelajaran kooperatif

bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan keterampilan social.


12

1) Pencapain hasil belajar, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu, penerimaan luas

terhadap orang-orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkah

laku social, kemampuan maupun ketidakmampuan.pembelajaran

kooperatif member pelung kepada siswa yang berbeda latar

belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantungan satu sama

lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunanan struktur

penghargaaan koooperatif, serta belajar untuk menghargai satu

sama lain.

3) Pengembangan keterampilian social, tujun penting dari

pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa

keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Metode pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat meningkatkan

segala potensi yang ada pada diri siswa. Selain peningkatan hasil belajar ,

kerampilan sisiwa untuk bekerjasama dalam kelompok akan meningkat serta

rasa tanggungjawab siswa akan terlatih dengan baik.

c. Macam-Macam Metode Pembelajaran Kooperatif

Menurut Asma (2006 : 51-77) membagi metode pembelajaran

kooperatif atas : “1) Student Teams Achievement Division (STAD). 2) Team

Games Tournament(TGT). 3) Team-Assited Individualiazation (TAI). 4)


13

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 5) Group

Investigation (GI). 6) Model Jigsaw. 7) Model Co-op”. Dari ketujuh tipe

pembelajaran kooperatif, maka tipe jigsaw yang diterapkan dalam penelitian

ini.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil.

Menurut Lie (dalam Rusman, 2017:309) bahwa “Pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam

orang secara heterogen, dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif

dan bertanggung jawab secara mandiri”. Sedangkan Riesky Aprilya, dkk

(2014:2), mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini suatu

metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok, bertanggung

jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok yang lain”.


Pada Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dilatih untuk memiliki

rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan pada orang lain. Siswa tidak

hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya

yang lain.
Menurut Ibrahim dkk (dalam Abdul Majid, 2015 : 182) bahwa “ dalam

terapan tipe Jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau
14

enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan

kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk

mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari

kelompok yang lain mendapat tugas topic yang sama, yakni berkumpul dan

berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok

ahli”. Dengan berdiskusi dalam kelompok, maka siswa dapat lebih

mengeksplore kemampuan komunikasi, pemahaman materi, serta

pengetahuan mereka. Selain itu, modode pembelajran ini diharapkan dapat

meningkatkan semngat belajar siswa karena dalam proses pembelajaran

motivasi sangat penting.


b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Stepen dkk, yang dikutip Rusman (dalam Abdul Majid, 2015 :

183), langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:

a) Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang siswa.

b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berbeda.

c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari sub bagian

yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka.

e) Setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali

kepada kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim


15

tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan seksama.

Sedangkan menurut Rusman ( 2012 : 218) bahwa, langkah langkah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut :

a) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.

b) Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda.

c) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli).

d) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang

subbab yang mereka kuasai.

e) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

f) Pembahasan.

g) Penutup.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah Guru terlebih dahulu

membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4–6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut

kelompok asal. Tiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang

ditugaskan. Anggota dari kelompok yang mendapat penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli). Setelah berdiskusi dengan


16

kelompok ahli, maka tiap anggota kembali ke kelompok asal mereka dan

menjelaskan kepada anggota kelompok tentang materi yang mereka kuasai.

Kemudian tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya

didepan kelas.

Kelompok asal :

Kelompok ahli :
Gambar 1. Ilustrasi Kelompok jigsaw

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki

kelebihan dan kekurangan menurut Ibrahim (dalam Abdul Majid, 2015:

184), di antara kelebihannya adalah : “(1) dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain; (2) siswa dapat

menguasai pelajaran yang disampaikan; (3) setiap anggota siswa berhak

menjadi ahli dalam kelompoknya; (4) dalam proses belajar mengajar siswa

saling ketergantungan positif; (5) setiap siswa dapat saling mengisi satu

sama lain. Sedangkan kekurangannya adalah (1) membutuhkan waktu yang

lama; (2) siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan

temannya yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder

apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama

kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya”.


17

4. Mata Pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika


Mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika merupakan mata pelajaran

produktif, khususnya pada jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) di

SMK Negeri 5 Solok Selatan. Pada mata pelajaran Dasar Listrik dan

Elektronika ini siswa dituntut agar mampu memahami dan menguasai

materi-materi pelajaran.
Sesuai silabus, pada mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika ini

terdapat tujuh Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa, yaitu:

1. Memahami pengukuran tahanan (resistansi listrik)

2. Memahami pengukuran arus dan tegangan listrik

3. Memahami pengukuran daya, energi, dan faktor daya

4. Memahami pengukuran besaran listrik dengan ociloskop

5. Memahami hukum-hukum rangkaian arus bolak-balik

6. Memahami hukum-hukum dan fenomena rangkaian kemagnitan

7. Memahami spesifikasi piranti elektronika daya dalam rangkaian

elektronik

Pada penelitian ini metode pembelajaran Jigsaw dan hanya akan

diterapkan pada kompetensi dasar memahami hukum-hukum dan fenomena

rangkaian kemagnitan, yang mempunyai empat indikator yang merujuk pada

silabus SMK Negeri 5 Solok Selatan yakni, (1) Memahami rangkaian

kemagnitan (2) Memahami kemagnitan listrik (3) Memahami induksi

kemagnitan (4) Memahami permeabilitas kemagnetan.


18

Kompetensi dasar memahami hukum-hukum dan fenomena rangkaian

kemagnitan memiliki karakteristik pembelajaran yang butuh pemahaman

yang lebih mendalam, karena banyak materi-materi yang tidak bisa

dijelaskan secara lisan. Mata pelajaran ini juga memiliki definisi-definisi

yang hampir mirip satu sama lain, sehingga siswa harus lebih teliti dalam

memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Dengan bekerja

kelompok siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih mudah

dibandingkan harus menyelesaikan secara individual.


Tujuan akhir mata pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika ini adalah

siswa memahami dengan benar hukum dan fenomena rangkaian kemagnitan

yang ada pada rangkaian, mampu menggambar dan merangkai rangkaian

kemagnitan secara manual dan otomatis. Untuk mencapai tujuan tersebut,

peserta didik harus paham mengenai teori dasar agar mampu melaksanakan

praktikum pada mata pelajaran dasar listrik dan elektronika.


B. Penelitian yang relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan media

pembelajran E-learning terhadap motivasi mahasiswa, terlebih dahulu peneliti

melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan, yaitu :


1. Viryan sanli sandria (2017) dalam penelitiannya tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran menganalisis

rangkaian listrik di kelas X TITL SMK Negeri 1 Pariaman yang

menujukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.


19

2. Imam Santoso Nugroho (2013), dalam penelitiannya tentang

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SMKN 5 Semarang

dengan model pembelajaran Jigsaw pada mata diklat dasar-dasar

elektronika kompetensi dasar konsep dasar elektronika. Dari hasil

penelitiannya dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan persentase keaktifan

siswa pada siklus I sebesar 61,93 %, pada siklus II meningkat menjadi

74,20 %. Kemudian dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dengan persentase hasil belajar pada

siklus I sebesar 60,60 %, pada siklus II meningkat menjadi 93,93 %.


3. Lina Purnama Putri (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

penerapan cooperative tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa dengan persentase sebesar 79,01 %, meningkat menjadi

84,38 % dengan kategori sangat baik.


4. Shinta Friza (2009) dalam penelitiannya menunjukkan rata-rata nilai

pretest sebelum menggunakan metode pembelajran cooperative tipe

jigsaw sebesar 54,8 dan mengalami peningkatan hasil belajar setelah

menggunnakan metode pembelajaran tipe jigsaw sebesar 77 dengan

kategori rata-rata sedang.


5. Sahabman Tua, Naibaho (2011) dalam penelitiannya menunjukkan hasil

belajar pesrta didik siklus satu dengan pesentase kelulusan sebesar 70,50

%, sedangkan pada siklus kedua hasil belajar peserta didik diperoleh

persentase kelulusan sebesar 85,29%. Dengan demikian dapat dikatakan


20

adanya peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus satu ke siklus

dua sebesar 14,7 %.


Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa penerapan pembelajaran

koopratif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siawa. Dalam peneliian ini

juga menggunakan pembelajran kooperatif tipe jigsaw dan diharapakan terjadi

peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran dasar listrik dan elektronika,

dan dapat digunkan guru atau pendidik sebagai pertimbangan dalam melakukan

proses pembelajaran.
C. Kerangka konseptual
Hasil belajar siswa yang masih rendah mendorong dan menuntut guru agar

lebih kreatif. Keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran banyak dipengaruhi

oleh beberapa faktor, salah satunya penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

Jika guru kreatif dalam memilih metode pembelajaran dan dapat menerapkan

dengan baik maka hasil belajar siswa bisa meningkat. Berdasarkan kajian teori

yang telah diuraikan maka dapat dinyatakan bahwa hasil belajar dapat

ditingkatkan dengan penerapan metode pembelajaran. Metode pembelajaran

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proses

pembelajaran. Kemampuan mengajar dengan menggunakan metode yang tepat

merupakan tuntunan yang harus dipenuhi oleh seorang guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran karena metode pembelajaran merupakan salah satu hal yang

dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.


Dalam penelitian ini akan digunkan metode pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw yang merukpakan salah satu metode pembelajaran aktif dimmana siswa

belajar dalam kelompok kecul yang terdiri dari 4-6 orang yang bekerja sama dan
21

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pembelajaran yang harus

dipelajari, kemudian peyampaian materi tersebut kepada anggota kelompok lain.

pada metode pembelajran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Para anggota dari tim-tim yang berbeda topik yang sama bertemu

untuk diskusi (tim – ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

pembelajaran pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan pada anggota

kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelunya pada

kelompok ahli.
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di desain untuk meningkatkan

kejra sama dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

pembelajaran orang lain. siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada

anggota kelompok lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu sama lain

dan baru bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajri yang di tugaskan.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menuntut siswa

untuk aktif dan bekerja sama dalam memahami materi pembelajaran, sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajran jigsaw ini memberikan

kepada siswa untuk mengolah informasi dan menjelaskan kembali informasi

kepada anggota kelompok lain. siswa juga belajar berkomunikasi dan

berinteraksi dengan satu sama lain untuk berdiskusi tentang materi pelajran yang

telah ditentuka oleh guru.

Hasil belajar siswa rendah


22

Pembelajaran menggunakan
metode jigsaw

Hasil belajar siswa


meningkatkan

Gambar 2. Kerangka konseptua


BAB III

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Penelitian

eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi

terhadap objek penelitian serta diadakannya kontrol terhadap variabel tertentu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara

memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok

eksperimental dan menyediakan kelompok kontrol untuk pembanding (Hasan,

2009: 10).

Model desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian ini

adalah Quasi Experiment atau eksperimen semu, yaitu suatu desain eksperimen

yang memungkinkan peneliti mengendalikan variabel sebanyak mungkin dari

situasi yang ada. Desain tidak mengendalikan variabel secara penuh seperti

pada eksperimen sebenarnya, namun peneliti bisa memperhitungkan variabel

apa saja yang tak mungkin dikendalikan, sumber-sumber kesesatan mana saja

yang mungkin ada dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Salah satu dari

desain yang tergolong quasi experiment adalah metode pre-experimental

designs dengan desain “One Group Pre-test-Post-test Design” (Sugiyono,

2002 : 64) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

23
24

O1 X O2

Gambar 3. Desain Penelitian

Keterangan :
O1 = Nilai pre-test (Observasi pertama sebelum perlakuan)
O2 = Nilai post-test (Observasi kedua setelah diberi perlakuan)
X = Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
(treatment)
B. Subjek Penelitian

Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

TITL SMK Negeri 5 Solok Selatan pada semester genap tahun ajaran 2018-

2019. Jumlah siswa kelas X TITL di SMK Negeri 5 Solok Selatan pada tahun

ajaran 2018-2019 adalah 77 orang siswa yang terdiri dari 3 kelas yaitu X TITL

A, X TITL B dan X TITL C, seperti yang terlihat pada tabel 2 di bawah:

Tabel 2. Jumlah Siswa kelas X TITL di SMK Negeri 5 Solok Selatan


tahun ajaran 2018-2019

Kelas Jumlah Siswa


X TITL A 25 orang
X TITL B 25 orang
X TITL C 27 orang
Jumlah 77 orang

Dalam penelitian ini menggunakan satu kelas eksperimen yang

diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan satu kelas
25

lagi sebagai kelas uji coba instrument. Penentuan kelas ini dilakukan secara

acak menggunakan teknik simple random sampling. Dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara

demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Penentuan kelas secara acak ini dapat dilakukan berdasarkan rata-

rata nilai ujian akhir semester 1 siswa. Dari hasil simple random sampling

tersebut maka terpilih kelas X TITL A sebagai kelas eksperimen dan kelas

X TITL B sebagai kelas uji coba instrument penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan

menggunakan instrument penelitian tes. Tes awal berupa pretest ini dilakukan

kepada siswa sebelum diberi perlakuan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa dalam mata pelajaran DLE, kemudian setelah

perlakuan diberikan maka diadakan posttest, untuk mengetahui dampak

implementasi metode pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat langkah-langkah dalam melaksanakan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
26

a. Studi kepustakaan, dilakukan untuk memperoleh landasan

teori yang relevan.

b. Studi pendahuluan, dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

data mengenai kondisi dilapangan yang mencakup kondisi lokasi

penelitian, perizinan, kondisi siswa dan alat-alat bantu

pembelajaran.

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

d. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

e. Menganalisis hasil uji coba.

f. Pre-Test dilaksanakan di kelas eksperimen.

g. Menentukan sampel penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pelaksanaan penelitian

Pada pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen, belajar

akan dilaksankan dengan perlakuan menggunakan metoda

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.


Tabel 3. Skenario pembelajaran menggunakan metode jigsaw

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan - Guru mengucap salam dan berdoa bersama


dengan penuh khidmat.
- Guru memeriksa kehadiran peserta didik,
kerapian berpakaian, posisi tempat duduk
yang disesuaikan dengan kegiatan
27

pembelajaran.
- Guru menyapa peserta didik.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Guru menyampaikan pertanyaan secara
komunikatif mengenai hal yang terkait
dengan materi mensyukuri nikmat Allah.
Kegiatan Inti Mengamati
- Peserta didik mengamati penjelasan materi
konsep dasar kemagnetan.
- Peserta didik mengamati salah satu bentuk
benda magnet
Menanyakan

- Guru memancing peserta didik untuk


menanggapi/ bertanya tentang materi yang
telah disampaikan.
- Guru memberikan pertanyaan tentang
materi konsep dasar kemagnetan.
c. Mengeksplorasi/Mengeksperimen

- Guru membagi peserta didik menjadi


beberapa 4-6 kelompok asal dan kemudian
kelompok asal di bagi kembali ke dalam
kelompok ahli yang tediri dari 4 kelompok.
- Masing-masing kelompok ahli tersebut
mendiskusikan tema yang ditentukan oleh
guru.
- Setiap kelompok ahli kembali ke kelompok
asal untuk menyampaikan apa yang telah
mereka pelajari di kelompok ahli.
d. Mengasosiasi

- Setiap kelompok merumuskan hasil diskusi


28

tentang tema-tema yang dibahas.


e. Mengkomunikasikan hasil

-Guru meminta setiap kelompok


mempresentasikan hasil diskusi.
- Guru meminta kelompok lain untuk
menanggapinya.
- Guru menanyakan seandainya ada
persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan
dalam kelompok.
a. Berilah peserta didik pertanyaan untuk
mengecek pemahaman mereka terhadap materi
yang dipelajari.

Penutup b. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi dan


tindak lanjut.

c. Bersama-sama menutup pelajaran dengan


berdoa kemudian diakhiri dengan salam penutup.

b. Pelaksanaan Post-test

Post-test dilaksanakan setelah pembahasan materi

pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode pemelajaraan

kooperatif tipe jigsaw selesai diberikan pada siswa.

3. Tahap Analisis

a. Analisis hasil Post-Test

b. Pembuatan laporan hasil penelitian

c. Penarikan kesimpulan

E. Instrumen Penelitian
29

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan

data. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal

tes tertulis berbentuk pilihan ganda. Soal tes disusun berdasarkan materi dan

tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran berdasarkan kurikulum. Dalam

tes ini pengukuran yang digunakan yaitu apabila soal dapat dijawab dengan

benar maka skornya 1 dan bila soal dijawab salah maka nilainya 0.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan instrumen berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest).

Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Pretest

No Kompetensi Dasar Indikator Banyak soal

1. Memahami hukum- 1. Memahami Analisa


hukum rangkaian arus rangkaian sinusoida,
bolak-balik Tegangan dan arus
sinusoida
2. Nilai sesaat
3. Nilai maksimum 30 butir
4. Nilai efektif (RMS)
5. Respon elemen pasif
6. Resistor (sefasa)
7. Induktor (lagging)
8. Kapasitor (leading)
30

Tabel 5. Kisi-Kisi Soal Posttest

Kompetensi
No Indikator Banyak soal
Dasar

1. Memahami 1. Memahami konsep dasar


hukum-hukum kemagnetan
dan fenomena 2. Memahami kemagnitan
rangkaian listrik
kemagnitan 3. Mendiskripsikan induksi 40 butir

kemagnitan
4. Memahami permeabilitas
kemagnetan

Sebelum soal tes digunakan maka dilakukan uji coba soal untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya beda.

a. Validitas Instrumen

Pengertian valid menurut Grondlund (dalam Sukardi, 2012:30),

menyatakan bahwa “sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan

dari skor tes atau instrument evaluasi”. Sebuah instrument dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk

mengukur validitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus seperti

yang diuraikan oleh Suharsimi (2015: 93) yaitu :


31

γ pbi = ( Mp−Mt
St )√ q
) p

Keterangan:
γ pbi = Koefisien Korelasi Biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total proporsi
p = proporsi siswa yang menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes apabila dites kepada

subyek yang sama. Menurut Sukardi (2012:43), menyatakan bahwa

“semakin reliabel suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan

bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa

dipakai di suatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes kembali”. Untuk

menentukan reliabilitas tes, dipakai rumus Kuder Richardson (KR-20)

yang dilakukan Suharsimi (2015:115);

S 2−∑ pq
( )(
r 11 =
n
n-1 S2 )
Keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan


n : banyaknya item
p : proposi subjek yang menjawab item dengan benar
32

q : proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q = 1-p)


S : standar deviasi dari tes
Σpq : Jumlah hasil perkalian p dan q

c. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam

menjaring banyaknya peserta tes yang dapat menjawab dengan betul.

Indeks kesukaran dinyatakan dengan P. Rumus yang digunakan

seperti yang dikemukakan Suharsimi (2015:223), yaitu:

B
P = JS

Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = banyak subjek yang menjawab betul
JS = banyaknya subjek yang ikut mengerjakan tes

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan tes tersebut dalam

memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang

pandai. Dasar pemikiran dari daya pembeda adalah adanya kelompok

pandai dan kelompok kurang pandai maka dalam mencari daya beda
33

subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama besar berdasarkan

atas skor yang mereka peroleh. Cara menghitung daya pembeda

menurut Suharsimi (2015:228) adalah:

BA BB
D= −
JA JB

Keterangan :
D = daya pembeda butir
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA= banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

secara normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

rumus berikut.

Keterangan:
χ2 = Nilai Chi-kuadrat
Fo = frekuensi yang diobservasi
34

Fe = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian normalitas yaitu jika χ² hitung ≥ χ²tabel, artinya data

tidak berdistribusi normal sebaliknya jika jika χ² hitung ≤ χ²tabel, artinya data

berdistribusi normal.Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui

apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak.

2. Dampak Implementasi Metode Pembelajaran jigsaw Terhadap Hasil

Belajar

Penerapan metode terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajran diperoleh dari data tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) dengan menggunakan analisis effect size. Effect size adalah

ukuran mengenai besarnya efek suatu variable pada variable lain, besarnya

perbedaan maupun hubungan, yang bebas dari pengaruh besarnya sampel.

Menghitung effect size menggunakan rumus Cohen’s sebagai berikut:

Keterangan:
d = effect size
M = rata-rata Skor Test
SD = Standar deviasi
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Alimuddin, S Miru. (2009). Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi


Belajar Hubungan Antara Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata
Diklat Instalasi Listrik Siswa Smk Negeri 3 Makassar. Jurnal Dosen
Jurusan Pendidikan Teklnik Elektro. Fakultas Teknik.UNM.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK.

Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. 2010. Mengelola Kecerdasan Dalam


Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Riesky Aprilya dkk. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Rencana
Anggaran Biaya Kelas X Program Studi Teknik Sipil SMK Negeri 5
Surakarta”. Mahasiswa dan Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan FKIP UNS Surakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Menngembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada

_ _ _ _ _. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Memperngaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardi, M. 2012. Evaluasi Pendidikan : Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.

35
36

Sulistyo Dewi Wahyu Rini (2010), “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatip


Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar” Tesis. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai