Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN BIJI KARET SEBAGAI SEMI DRYING

OIL DENGAN METODE EKSTRAKSI MENGGUNAKAN


PELARUT N-HEKSANA
Novia, Haerani Yuliyati, Riska Yuliandhika
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

Abstrak

Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan penting bagi Indonesia. Pengolahan hasil tanaman
karet yang hanya dititik beratkan pada lateks dan batang saja mengakibatkan produk lain seperti biji karet
belum mendapat perhatian lebih. Selama ini, pemanfaatan biji karet hanya sebagai benih generatif pohon
karet sehingga biji karet hampir tidak mempunyai nilai ekonomis. Kenyataannya, biji karet mengandung
minyak nabati yang dapat dimanfaatkan pada berbagai industri.
Pada penelitian ini, minyak biji karet diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi. Biji karet
diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana dengan kondisi operasi berbeda pada temperatur, volume
pelarut dan ukuran partikel untuk waktu 1 sampai 5 jam. Dari hasil penelitian, didapatkan kondisi operasi
yang optimum untuk ekstraksi minyak biji karet dengan massa bubuk biji karet yang sama.

Kata kunci: Biji Karet, Ekstraksi, N-Heksana

Rubber plant is an important plantation commodity in Indonesia. Currently, the treatment of rubber
plants’ products has focused only on the latex and the rod. Meanwhile, other products such as the seed gains
not enough interest yet. At present, the use of these seeds has limited only as the rubber trees’ generative
seeds so that they almost have no economic value. Actually, the rubber seed contains vegetable oil that can be
used for some industries.
In this research, the rubber seed oil is obtained by extraction method. Rubber seed is extracted using n-
hexane solvent which operating condition varies on the temperature, solvent volume and particle size for 1 to
5 hours. From the research result, it can be obtained the optimum operating condition for the rubber seed oil
extraction for the exact mass of rubber seed powder.

Keywords: Rubber seed, Extraction, N-Hexane

I. PENDAHULUAN mendapat perhatian yang lebih. Biji karet


Tanaman karet berasal dari bahasa latin bernama merupakan produk samping dari perkebunan
Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. karet yang tersebar luas di Indonesia. Selama
Tanaman ini merupakan sumber utama bahan ini biji karet hampir tidak mempunyai nilai
tanaman karet alam dunia. Indonesia merupakan ekonomis sama sekali dan hanya dimanfaatkan
negara penghasil karet kedua terbesar dunia. sebagai benih generatif pohon karet.
Berdasarkan data statistik, Indonesia memiliki areal Kenyataannya biji karet mengandung minyak
perkebunan karet terluas di dunia yaitu sekitar 3,4 juta nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai input
ha pada tahun 2008 dengan produksi mencapai 2,76 yang berharga pada berbagai industri.
juta ton (Dirjen Perkebunan, 2008). Minyak biji karet dapat diperoleh dengan
Sampai saat ini hasil tanaman karet hanya dititik berbagai macam cara diantaranya dengan
beratkan pada pengolahan lateks dan batangnya saja, metode ekstraksi langsung. Metode ekstraksi
sedangkan produk lainnya seperti bijinya belum merupakan metode yang paling efektif untuk

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 1


memperoleh minyak dari biji karet. Ekstraksi adalah 2.1.1 Manfaat Tanaman Karet
pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu Tanaman karet sengaja dibudidayakan
padatan atau cairan dengan menggunakan bantuan untuk dimanfaatkan dalam berbagai keperluan
pelarut. Proses pemisahan berdasarkan kemampuan industri. Manfaat tanaman karet diantaranya:
larut yang berbeda dari komponen – komponen yang 1. Sebagai tanaman penghasil getah karet
ada dalam campuran. Minyak yang diperoleh dari untuk berbagai keperluan industri.
metode ekstraksi memiliki kemurnian lebih tinggi 2. Batangnya dapat dijadikan sebagai kayu
dibandingkan dengan metode lainnya, karena bakar dan kayu olahan.
selektivitas pelarut yang digunakan. 3. Menghasilkan biji karet yang dapat
Minyak biji karet (Rubber Seed Oil) digolongkan menghasilkan minyak untuk industri serta
sebagai semidrying oil yang dapat digunakan untuk dapat dijadikan bahan pangan dan
memenuhi berbagai kebutuhan dalam industri. keperluan lainnya.
Minyak biji karet dapat digunakan dalam industri cat,
alkil resin, biodiesel dan bahan bantu dalam 2.2 Biji Karet
pembuatan genteng, industri baja, cor beton, keramik Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis
dan lain-lain. Selain itu pengolahan biji karet juga biji dilihat dari sifat buah (dari bentuk, warna
memungkinkan untuk menghasilkan produk samping kulit dan jenis inti bijinya). Dari sejumlah jenis
yaitu bungkil biji karet sebagai pakan ternak dan biji karet hanya ada beberapa varietas biji karet
tempurung biji untuk bahan baku arang aktif. Melihat yang digemari orang dan dibudidayakan
banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi,
pengolahan biji karet ini maka perlu dilakukan suatu diantaranya:
upaya untuk meningkatkan produktifitasnya.  Biji karet jenis GT (Gondang Tapen)
Pada penelitian ini, minyak biji karet diperoleh  Biji karet bulat kuning
dengan menggunakan metode ekstraksi. Biji karet  Biji karet hitam ceper
diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana dengan  Biji karet jenis PR (Proefstate voor
kondisi operasi berbeda pada temperatur, volume Rubber)
pelarut dan ukuran partikel untuk waktu 1 sampai 5 Biji karet dapat digunakan untuk berbagai
jam. keperluan diantaranya: diolah menjadi
makanan, sebagai campuran makanan ternak,
II. TINJAUAN PUSTAKA sebagai mainan anak-anak, menghasilkan
2.1 Tanaman Karet minyak untuk industri seperti, alkil resin,
Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) merupakan vernis, tinta cetak, minyak pelumas, dan
tanaman berupa pohon besar yang banyak terdapat di sebagainya. Komposisi biji karet dapat dilihat
negara – negara tropis yang subur. pada tabel 2.1.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh Biji yang baik adalah yang tampak
tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon mengkilap luarnya sedangkan biji yang keriput
dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman dinilai kurang baik. Penilaian kesegaran
biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan ditentukan atas dasar warna belahan biji.
yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung Kriteria baik buruknya biji karet dengan cara
getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet pembelahan adalah sebagai berikut (Sinum,
terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak 2007):
daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang  Belahan biji yang putih murni dinilai sangat
tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya baik.
terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang  Belahan biji yang agak kekuningan dinilai
terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun baik.
berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung
 Belahan biji yang kekuningan bercampur
meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet
kehijauan dinilai baik.
terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji
 Belahan biji yang agak kekuningan
biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah
berminyak dinilai jelek.
ruang serta ukuran bijinya besar dengan kulit keras.
 Belahan biji yang agak kekuningan gelap
Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak
dinilai jelek.
berpola yang khas.

2 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


 Belahan biji yang kecoklatan sampai hitam dinilai isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet
busuk. yang telah dijemur selama dua hari terdiri dari
41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak dan 35,1%
Tabel 2.1 Komposisi kimia biji karet (%berat bahan kering. Biji karet mengandung 40%
kering) sampai 50% minyak yang terdiri dari 17%
Komponen sampai dengan 22% asam lemak jenuh dan
Konsentrasi 77% sampai dengan 82% asam lemak tak
Kimia
Air 14,5 jenuh (Swern, 1964).
Protein Kasar 22,5 Kandungan asam lemak tak jenuh
Serat Kasar 3,8 menentukan kemampuan suatu minyak untuk
Lemak Kasar 49,5 menjadi minyak pengering. Jika kandungan
Abu 3,5 asam linoleat suatu minyak mendekati 35%,
Ca 0,48 maka minyak tersebut lebih bersifat sebagai
P 0,64 minyak pengering. Minyak biji karet
Sumber : Bahasuan, 1984 (dalam suwardin, 1991) mempunyai kandungan asam linoleat sebesar
21% sampai dengan 24%, ini menunjukkan
Yang menjadi penghambat dalam pemanfaatan biji bahwa minyak biji karet mempunyai sifat
karet adalah terdapatnya kandungan racun sianida sebagai semi drying oil.
dalam biji karet. Kandungan asam sianida dari
minyak yang didapat adalah 16,29x10-3 mg/0,25 ml 2.3.1 Manfaat Minyak Biji Karet
(Zulkarnain, 1993). Biji karet mengandung minyak nabati
Berdasarkan hasil penelitian ternyata dengan yang dapat dimanfaatkan menjadi input yang
memberi perlakuan pendahuluan yang meliputi berharga pada berbagai industri. Minyak biji
perendaman dengan air, pengeringan, pemanasan karet termasuk semi drying oil dan mudah
dengan uap dapat mengurangi kandungan sianida teroksidasi. Minyak dari biji karet bersifat
sampai dibawah dosis lethal (Adam, 1970). tidak ekonomis apabila diolah menjadi minyak
makan dan sangat baik digunakan sebagai
2.3 Minyak Biji Karet bahan industri seperti: alkil resin, linoleum,
Pada umumnya minyak tersusun atas tiga vernis, tinta cetak, cutting oils, minyak lumas
molekul asam lemak yang bersenyawa dengan satu dan gemuk (Swern, 1964).
molekul gliserin, sehingga sering disebut dengan
trigliserida. Suatu trigliserida dapat mengandung 2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Mutu
hanya satu macam asam lemak atau dua sampai tiga Minyak
macam asam lemak. Minyak dapat berasal dari hewan Mutu minyak yang berasal dari biji-
dan tumbuhan, minyak yang diambil dari tumbuhan bijian khususnya biji karet dipengaruhi oleh
dinamakan minyak nabati. Pada daun hijau beberapa faktor, yaitu (Edison et. al., 1982):
tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. 1. Kualitas dan kemurnian bahan baku.
Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) Adanya bahan asing atau biji yang
umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau berkualitas jelek yang tercampur dalam
lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies bahan baku pada proses, akan
tanaman menyimpan lemak pada bijinya (biasanya menyebabkan minyak cepat rusak dan
pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan berbau.
organ berkloroplas lain. 2. Usia biji. Biji karet yang usianya cukup
Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan tua akan menghasilkan minyak yang lebih
30% biji karet. Biji karet terdiri dari ± 40% baik kuantitas dan kualitasnya dibanding
tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana dengan biji karet yang lebih muda.
variasi proporsi kulit dan daging buah tergantung 3. Kadar air yang terkandung dalam biji
pada kesegaran biji. Biji karet yang segar memiliki karet. Biji karet yang terlalu lama
kadar minyak yang tinggi dan kandungan air yang disimpan akan mengandung kadar air
rendah. Akan tetapi biji karet yang terlalu lama yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan
disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi minyak dengan mutu yang kurang baik.
sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang 4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat
kurang baik. Biji segar terdiri dari 34,1% kulit, 41,2% proses dan pasca-proses (misalnya:

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 3


halusnya hasil pencacahan yang dilakukan, bahan pelarut organik. Pemilihan bahan
pemilihan jenis pelarut, penyimpanan minyak pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi
hasil proses, dan sebagainya). lipida adalah dengan menentukan derajat
polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-
2.4 Metode Pengambilan Minyak beda maka tidak ada bahan pelarut umum
Minyak biji karet dapat diperoleh dengan (universal) untuk semua macam lipida.
berbagai macam cara. Metode yang dapat dilakukan Contohnya, senyawa trigliserida yang bersifat
dalam pengambilan minyak dari biji karet, yaitu: non-polar akan mudah diekstraksi dengan
1. Metode Rendering (Krengseng) pelarut-pelarut non-polar misalnya heksana
Merupakan metode tradisional yang dilakukan atau petroleum eter.
dengan cara memanaskan biji karet sampai Kadar air yang tinggi dalam bahan
minyaknya keluar. Metode ini terdiri dari dua menyebabkan lipida sukar diekstraksi dengan
cara, yaitu krengseng kering dan krengseng pelarut non-polar (eter) karena bahan pelarut
basah. Metode ini tidak efektif karena hasil sukar masuk ke dalam jaringan yang basah dan
minyak masih banyak mengandung impurities. menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh
2. Metode Press (Penekanan) dengan air sehingga kurang efisien untuk
Merupakan metode dengan penekanan atau ekstraksi. Pemanasan bahan yang terlalu tinggi
pengempaan biji karet hingga hancur dan juga tidak baik karena dapat menyebabkan
mengeluarkan minyak. Sebelum biji karet sebagian minyak akan terikat dengan protein
ditekan, terlebih dahulu dibuang kulitnya. Ada dan karbohidrat yang ada terkandung di dalam
dua cara pengepresan, yaitu pengepresan pada bahan sehingga menjadi sulit diekstraksi.
suhu rendah atau cold pressing dan pengepresan Ekstraksi adalah pemisahan satu atau
dengan pemanasan atau hot pressing. Pemanasan beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
ini berfungsi untuk memecahkan sel-sel dengan menggunakan bantuan pelarut.
pelindung minyak serta mengurangi Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
mikroorganisme dan enzim pengotor. Metode ini yang berbeda dari komponen-konponen dalam
juga menghasilkan minyak yang masih cukup campuran. Suatu proses ekstraksi biasanya
banyak mengandung impurities. melibatkan tahap-tahap berikut:
3. Metode Ekstraksi a. Pencampuran bahan ekstraksi dengan
Merupakan metode yang paling efektif untuk pelarut dan membiarkannya saling kontak.
memperoleh minyak dari biji karet. Metode ini Dalam hal ini terjadi perpindahan massa
dilakukan dengan cara memasukkan biji karet ke secara difusi pada bidang antar muka
dalam suatu larutan zat kimia. Sehingga minyak bahan ekstraksi dengan pelarutnya.
yang terkandung dalam biji karet akan Dengan demikian terjadi pelarutan
terpisahkan dari ampasnya. Pemisahan minyak ekstrak.
ini berdasarkan perbedaan antara kelarutan b. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat.
minyak dan bahan-bahan lainnya yang c. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak
terkandung di dalam biji karet terhadap dan mendapatkan kembali pelarut,
pelarutnya. Kemudian dengan cara menguapkan umumnya dilakukan dengan menguapkan
pelarutnya maka didapat minyak murni. Minyak pelarut. Dalam hal-hal tertentu larutan
yang diperoleh memiliki kemurnian yang tinggi ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut
dibandingkan dua metode sebelumnya, karena atau diolah setelah dipekatkan.
selektivitas dari pelarut yang digunakan Pelarutan merupakan peristiwa
penguraian suatu zat menjadi komponennya,
2.4.1 Ekstraksi baik berupa molekul-molekul, atom-atom
Minyak merupakan salah satu kelompok yang ataupun ion-ion, karena pengaruh pelarut cair
termasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas yang melingkupinya. Partikel-partikel yang
dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya terlarut ini berkumpul di permukaan antara
dalam pelarut organik (misalnya eter, benzena, dan (interface) padatan dan pelarut. Bila peristiwa
kloroform) atau sebaliknya ketidak larutannya dalam pelarutan masih terus berlangsung, maka akan
pelarut air. terjadi difusi partikel-partikel zat terlarut dari
Sebagai senyawa hidrokarbon, minyak pada lapisan antara fase menembus lapisan
umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam permukaan pelarut dan masuk badan pelarut

4 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


dimana zat terlarut didistribusikan merata. Jadi, difusi - Distribusi partikel dalam pelarut
terjadi di fase padat diikuti difusi di fase cairan. semakin menyebar, sehingga
Peristiwa ini terus berlangsung sehingga keadaan memperluas permukaan kontak
seimbang tercapai (Bird et al., 1976). - Perbedaan konsentrasi solut dalam
pelarut dan padatan semakin besar
solid liquid sehingga fraksi molar bertambah.
Juga dapat dipilih pelarut yang mudah
dipisahkan dari zat terlarut untuk dapat
digunakan kembali. Oleh karena itu,
pelarut biasanya dipilih bertitik didih
interface rendah tetapi tetap diatas temperatur
operasi ekstraksi (Mc Cabe, 1983).
2. Faktor Temperatur Operasi
Hubungan kecepatan pelarutan dengan
temperatur ditunjukkan dengan persamaan
Arrhenius (Smith, 1981)
K  Ae  Ea / RT
Harga Ea, energi aktivasi pelarut, selalu
solid liquid positif, sehingga kecepatan pelarut selalu
interface bertambah dengan naiknya temperatur
(Treyball, 1979)
3. Faktor Ukuran Partikel
Operasi ekstraksi solid-liquid akan
berlangsung dengan lebih baik bila
diameter partikel diperkecil. Pengecilan
ukuran ini akan memperluas permukaan
solid liquid kontak. Begitu pula hambatan difusinya
CAB menjadi kecil sehingga laju difusinya
CAB
bertambah (Treyball, 1979). Pengecilan
Gambar 2.1 Peristiwa Difusi Solid – Liquid ukuran ini juga bertujuan menghancurkan
matriks inert pengotor yang melingkupi
Peristiwa difusi yang terjadi dapat zat terlarut. Namun demikian, tidak
dinyatakan dengan Hukum Fick’s I (Treyball, 1979) dikehendaki ukuran partikel terlalu halus
dengan persamaan sebagai berikut ; karena semakin halus padatan partikel
C A maka akan semakin mahal biaya operasi
A   DAB
z dan semakin sulit dalam pemisahan
sehingga sulit untuk diperoleh larutan
Keterangan: ekstrak yang murni (Mc Cabe, 1983).
A = Fluks molar partikel A 4. Faktor Waktu Kontak
D = Koefisien difusi antara zat A ke Waktu kontak antara zat pelarut dengan
zat B partikel-partikel solid pada operasi
C A ekstraksi solid-liquid dipengaruhi
= Gradien konsentrasi arah z
z temperatur operasi, jenis pelarut dan
ukuran partikel. Semakin lama waktu
kontak yang terjadi antara solven dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi solid-
solut dalam ekstraksi akan menghasilkan
liquid antara lain: larutan ekstrak yang lebih banyak
1. Faktor Jumlah Pelarut (Treyball, 1979).
Semakin banyak jumlah pelarut yang digunakan,
maka semakin banyak pula hasil yang
didapatkan, sebab :

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 5


2.5 Pelarut  Memiliki viskositas yang rendah
2.5.1 Pemilihan Pelarut  Stabil secara kimia dan termis.
Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut
memegang peranan yang penting untuk menentukan 2.5.2 n-Heksana
berhasil tidaknya proses ekstraksi tersebut. Pemilihan Pelarut yang digunakan pada penelitian
pelarut umumnya dipengaruhi faktor-faktor berikut ini adalah n-heksana (C6H14) yang memiliki
(Guenther et al., 1947): titik didih 68,7 0C dengan berat jenis 0,659
1. Selektivitas gr/ml dan berbau menyengat. Hasil
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang ekstraksinya akan menghasilkan minyak yang
diinginkan. Pada ekstraksi bahan-bahan alami, berwarna gelap dan kental karena bersifat
sering juga bahan lain (misal minyak dan resin) ikut tidak selektif terhadap pigmen tanaman. Sifat
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang fisika dan sifat kimia dari pelarut n-heksan
diinginkan. Oleh karena itu larutan ekstrak harus antara lain:
dibersihkan, misalnya dengan diekstraksi lagi  Rumus molekul : C6H14
menggunakan pelarut kedua.  Berat molekul : 86 gr/mol
2. Kelarutan  Wujud (25 0C) : Cair
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan  Densitas : 0,659 gr/cm3
melarutkan ekstrak yang besar, sehingga jumlah  Titik Didih : 68,7 0C
pelarut dapat lebih sedikit.  Warna : Bening
3. Kemampuan tidak saling bercampur Beberapa penelitian mengenai ekstraksi
Pelarut tidak boleh larut dalam air. Pada ekstraksi biji karet memang telah dilakukan
cair-cair pelarut tidak boleh larut dalam bahan sebelumnya. Akan tetapi pada beberapa
ekstraksi. penelitian sebelumnya tersebut tidak semua
4. Kerapatan faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi
Pada proses ekstraksi, terutama pada ekstraksi cair- digunakan. Misalnya pada penelitian I,
cair, sebaiknya terdapat perbedaan kerapatan yang variabel yang diteliti tidak sama dengan
besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini penelitian II. Begitu juga penelitian
bertujuan agar kedua fase dapat dengan mudah selanjutnya.
dipisahkan kembali setelah terjadinya Selengkapnya perbedaan mengenai
pencampuran. Apabila perbedaan kerapatan kecil, penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
seringkali pemisahan harus dilakukan dengan dan penelitian sekarang dapat dilihat pada
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dengan Tabel 2.2.
ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktivitas Tabel 2.2 Tabel Perbandingan Penelitian
Pada umumnya pelarut tidak boleh sampai Penelitian
menyebabkan perubahan secara kimia pada Penelitian I Penelitian II
Parameter sekarang
(tahun 2007) (tahun 2008)
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya (tahun 2009)
dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi etanol dan
Pelarut etanol n-heksana
n-heksana
kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
etanol: 50; 70;
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Konsentra 50% dan 90
6. Titik Didih 98%
si pelarut 80% n-heksana:
Pemisahan hasil ekstrak dan pelarut biasanya 50; 70; 90
dilakukan dengan penguapan, destilasi atau Konsentrasi
Konsentrasi Volume pelarut
pelarut
rektifikasi. Oleh karena itu titik didih kedua bahan pelarut Temperatur
Variabel Berat sampel
tidak boleh terlalu dekat. Berat sampel, Ukuran
yang Waktu
7. Kriteria lain-lain dan partikel, dan
diteliti ekstraksi, dan
Waktu Waktu
Selain kriteria di atas pelarut sedapat mungkin Volume
ekstraksi ekstraksi
harus: pelarut
Tidak ada Angka Berat jenis
 Murah
analisa hanya penyabunan Membuat
 Tersedia dalam jumlah yang besar studi optimasi Berat jenis software
 Tidak beracun Analisa
variabel yang Indeks bias, program
 Tidak mudah terbakar paling dan perhitungan
 Tidak korosif berpengaruh Angka asam persen

6 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


dengan rendemen, 3. Kertas ekstraktor yang berisi bubuk biji
permodelan densitas dan karet tadi dimasukkan ke dalam sokhlet
matematis. volume hasil
ekstraksi.
ekstraktor, sedangkan pelarut dimasukkan
ke dalam labu destilasi. Konsentrasi
III. METODOLOGI PENELITIAN pelarut yang digunakan adalah 98%.
3.1 Alat dan Bahan 4. Proses ekstraksi dilakukan dengan
3.1.1 Alat memvariasikan kondisi operasi atau
1) Oven variabel.
2) Labu destilasi 5. Setelah dilakukan proses ekstraksi, ekstrak
3) Sokhlet ekstraktor yang bercampur dengan pelarut
4) Kondensor dipisahkan dengan mengevaporasi minyak
5) Heating mantle tersebut dan ditempatkan ke dalam botol
6) Beker gelas sampel.
7) Gelas ukur 6. Bubuk biji karet yang telah diekstrak
8) Kertas ekstraktor dipanaskan di dalam oven untuk
9) Pipet tetes menguapkan komponen pelarut yang
10) Statif dan klem masih terdapat dalam bubuk biji karet
11) Neraca analitis yang telah diekstrak.
12) Alat penghalus (blender) 7. Menimbang berat bubuk biji karet
13) Saringan tersebut. Berat Bubuk biji karet sesudah
14) Pompa air diekstrak didapatkan setelah dikurang
15) Selang dan ember dengan berat kertas ekstraktor.
16) Botol sampel
3.1.2 Bahan 3.3 Diagram Prosedur Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah :
1) Inti biji karet dalam bentuk bubuk
2) n-Heksana 98%
3) Es batu
3.2 Prosedur Penelitian
Tahap prosedur penelitian yang dilakukan pada
ekstraksi biji karet dengan menggunakan pelarut n-
heksana adalah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan bahan baku
1. Biji karet yang sudah dipilih, dipecahkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
cangkangnya lalu inti biji karet dipisahkan 4.1 Pengaruh Volume Pelarut terhadap
dengan cangkangnya. Volume Minyak
2. Daging inti tersebut kemudian dipanaskan di Dengan temperatur ekstraksi 80oC dan
dalam oven hingga kering. ukuran partikel 1 mm, diperoleh data hasil
3. Daging inti yang sudah kering kemudian penelitian sebagai berikut:
dihaluskan.
4. Setelah halus, inti biji karet tersebut di saring Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Pengaruh
dengan saringan. Bubuk inti biji karet yang lolos Volume Pelarut terhadap Volume
dari saringan siap untuk digunakan. Minyak Biji Karet.
b. Tahap percobaan
Waktu
1. Mempersiapkan bahan – bahan dan peralatan (jam)
VolumePel
ekstraksi yang akan digunakan. arut
2. Bubuk daging biji karet yang telah disaring (ml) 1 2 3 4 5
ditimbang, dengan berat sampel 30 gram. 150
12,41 12,48 13,72 13,88 11,78
Kemudian dimasukkan ke dalam kertas 09 ml 49 ml 70 ml 03 ml 11 ml
12,24 12,70 12,85 13,85 12,24
ekstraktor yang telah ditimbang terlebih dahulu 200
38 ml 27 ml 15 ml 85 ml 45 ml
beratnya.

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 7


Grafik Volume Minyak terhadap Waktu dengan
pada variabel operasi temperatur 80oC dan
Variabel Volume Pelarut ukuran partikel 1 mm pada waktu ekstraksi 4
16 jam dengan massa biji karet 30 gram sudah
optimal, maka perubahan volume pelarut dan
konsentrasi tidak terlalu mempengaruhi
Volume Minyak (ml)

14
penambahan volume minyak yang dihasilkan.
150 ml

12 200 ml 4.2 Pengaruh Temperatur Ekstraksi


terhadap Volume Minyak
Dengan volume pelarut n-heksana
10
0 1 2 3 4 5 6
sebanyak 150 ml dan ukuran partikel 1 mm
Waktu (jam )
diperoleh data hasil ekstraksi berikut:
Temperatur = 80oC; Ukuran Partikel = 1 mm
Tabel 4.2 Tabel Perbandingan Pengaruh
Grafik 4.1 Grafik Volume Minyak terhadap Waktu Temperatur Ekstraksi terhadap
dengan Variabel Volume Pelarut Volume Minyak Biji Karet.

Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa volume


minyak yang dihasilkan terus meningkat hingga ke Temperat
waktu 4 jam. Namun pada waktu ekstraksi 5 jam, ur Waktu
Ekstraksi (jam)
volume minyak biji karet yang dihasilkan kemudian
(oC) 1 2 3 4 5
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa 12,41 12,48 13,72 13,88 11,78
volume minyak biji karet optimal diperoleh pada 80 09 ml 49 ml 70 ml 03 ml 11 ml
waktu ekstraksi 4 jam. 12,08 12,18 12,87 13,92 13,14
Dari grafik juga dapat diketahui bahwa variasi 85 01 ml 77 ml 47 ml 62 ml 83 ml
pelarut yang dilakukan pada penelitian ini tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti. Pada kondisi Grafik Volume minyak terhadap Waktu dengan
yang sama dengan volume pelarut sebanyak 150 ml Variabel Temperatur

dihasilkan minyak biji karet sebanyak 13,8803 ml 16

sedangkan ekstraksi dengan volume pelarut 200 ml


menghasilkan minyak biji karet sebanyak 13,8585 ml.
Volume Minyak (ml)

14
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
perbedaan volume biji karet pada ekstraksi minyak 80

biji karet dengan massa biji karet, temperatur 12 85

ekstraksi, ukuran partikel dan waktu yang sama tidak


terlalu berpengaruh terhadap volume minyak biji 10
karet yang dihasilkan. Hal ini sedikit berbeda dengan 0 1 2 3 4 5 6

teori yang menyatakan semakin banyak jumlah Waktu (jam )

pelarut yang digunakan, maka semakin banyak pula Volume Pelarut = 150 ml; Ukuran Partikel = 1 mm
hasil yang didapatkan yang disebabkan:
- Distribusi partikel dalam pelarut semakin
menyebar, sehingga memperluas permukaan
kontak Grafik 4.2 Grafik Volume Minyak terhadap
- Perbedaan konsentrasi solut dalam pelarut Waktu dengan Variabel Temperatur Ekstraksi.
dan padatan semakin besar sehingga fraksi Grafik 4.2 juga menunjukkan bahwa
molar bertambah. volume minyak biji karet yang dihasilkan
Penambahan pelarut tidak terlalu berpengaruh optimal pada waktu ekstraksi 4 jam. Volume
selama massa biji karet yang dipakai tidak ditambah, minyak biji karet juga mengalami penurunan
dikarenakan partikel yang didistribusi untuk jumlah pada waktu ekstraksi 5 jam. Pada penelitian ini
pelarut yang berbeda tidak bertambah. Sementara, dilakukan variasi temperatur 80oC dan 85oC.
perbedaan konsentrasi yang memungkinkan semakin Sama halnya dengan variasi volume pelarut,
meningkatnya volume minyak yang didapat hanya perbedaan temperatur ekstraksi juga tidak
berpengaruh kecil karena minyak yang dihasilkan memberikan dampak yang berarti pada

8 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009


ekstraksi minyak biji karet dengan kondisi massa biji yang menunjukkan bahwa variasi volume
karet, waktu ekstraksi, volume pelarut dan ukuran pelarut dan temperatur pada ekstraksi minyak
partikel yang sama. Pada ekstraksi dengan temperatur biji karet tidak memberikan pengaruh besar
80oC dihasilkan volume minyak biji karet sebanyak terhadap volume minyak biji karet yang
13,8803 ml sedangkan ekstraksi minyak biji karet dihasilkan, perbedaan ukuran partikel ternyata
dengan temperatur 85oC dihasilkan volume minyak memberikan pengaruh besar pada ekstraksi.
biji karet sebanyak 13,9262 ml. Volume minyak biji karet optimal diperoleh
Dari teori tentang hubungan kecepatan pelarutan pada waktu ekstraksi 4 jam dengan ukuran
dengan temperatur operasi, didapat kesimpulan partikel biji karet sebesar 1 mm sebanyak
bahwa kecepatan pelarut akan bertambah dengan 13,8803 ml dan sebanyak 7,9990 ml untuk biji
naiknya temperatur, tetapi karena massa biji karet karet dengan ukuran partikel 2 mm. Dapat
yang dipakai ditentukan tetap pada 30 gram, maka disimpulkan bahwa semakin kecil ukuran
minyak yang larut dalam solvennya tidak bertambah partikel yang digunakan dalam ekstraksi maka
walaupun suhu yang dipakai divariasikan. semakin banyak minyak yang diperoleh. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa operasi ekstraksi solid-liquid akan
4.3 Pengaruh Ukuran Partikel terhadap Volume berlangsung dengan lebih baik bila diameter
Minyak partikel diperkecil karena pengecilan ukuran
Dengan menggunakan volume pelarut n-heksana ini akan memperluas permukaan kontak.
sebanyak 150 ml dan temperatur ekstraksi 80oC
diperoleh data pada hasil ekstraksi pada tabel berikut: V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini antara lain:
Tabel 4.3 Tabel Perbandingan Pengaruh Ukuran 1. Biji karet mengandung minyak nabati
Partikel terhadap Volume Minyak Biji yang bersifat sebagai minyak semi-
Karet. pengering (semi drying oil).
2. Variabel operasi yang paling berpengaruh
Ukuran Waktu pada ekstraksi minyak biji karet penelitian
Partikel (jam)
ini adalah ukuran partikel bubuk biji karet
(mm)
yang diekstraksi.
1 2 3 4 5
12,41 12,484 13,727 13,880 11,781 3. Volume minyak biji karet yang dihasilkan
1 optimum pada waktu ekstraksi 4 jam.
09 ml 9 ml 0 ml 3 ml 1 ml
4,936 6,1184 7,9871 7,9990 6,5171
2
0 ml ml ml ml ml VI. DAFTAR SIMBOL
Grafik Volume minyak terhadap Waktu dengan Variabel
Ukuran Partikel
A Fluks molar partikel A
16
D Koefisien difusi antara zat A ke zat B
14 Ea Energi aktivasi
C A
Volum e Minyak (m l)

12
10 Gradien konsentrasi arah z
8
1 mm
z
6
2 mm
4
2 VII. DAFTAR PUSTAKA
0
0 1 2 3 4 5 6
http://www.gapkindo.org/index.php?option=co
Waktu (jam) m_content&view=article&id=115&Itemid
Volume Pelarut = 150 ml; Temperatur = 80oC =113
http://primatani.litbang.deptan.go.id
Grafik 4.3 Grafik Volume Minyak terhadap Waktu http://id.wikipedia.org/wiki/Karet
dengan Variabel Ukuran Partikel. http://pengawasbenihtanaman.blogspot.com/20
08/06/makna-dibalik-nama-klon-
Pada Grafik 4.3 terlihat perbedaan yang berarti karet.html
untuk volume minyak biji karet yang dihasilkan dari http://www.ipard.com/infopstk/publikasi/e-
ekstraksi. Berbeda dengan Grafik 4.1 dan Grafik 4.2 jurnal/biotek/MP71-01-01.pdf

Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009 9


Swern, D. Bailey’s. 1964. Industrial Oil and Fat
Product. New York: Interscience Publ.
Edison, et al, 1982, Hawley’s Condensed Chemical
Dictionary, 8th edition. New York: Van Nostrand.
Bird, et al. 1976. Transport Phenomena. Wisconsin:
Departement of Chemical Engineering University
of Wisconsin.
McCabe, Warren L. et al. 1983. Unit Operations of
Chemical Engineering, 5th edition. Singapore:
McGraw-Hill Book Co.
Treyball, R.E. 1979. Mass Transfer Operations. New
York: Mc Graw Hill Book Company
Ma’ali, A.R, Abul, dkk. 1982. Pengaruh Ukuran
Partikel dan Lama Pemanasan Terhadap
Rendemen Minyak. Palembang: Dinamika
Penelitian BIPA
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Hanurani, Pratiwi dan Zulfika, Diah. 2008. Pengaruh
Variabel Operasi terhadap Ekstraksi Minyak
dari Biji Karet dengan Pelarut Heksana dan
Ethanol. Inderalaya: Universitas Sriwijaya.

10 Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol. 16, Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai