Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN MINYAK BIJI KARET SEBAGAI MINYAK


PANGAN DENGAN METODE PERBANDINGAN PUTARAN
SCREW OIL PRESSING PASCA PENGHILANGAN HCN

Diusulkan sebagai persyaratan mata kuliah

Tugas Akhir Diploma IV

Pada Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi

OLEH :

WAHYU TRIAJI RAHADIANTO

061540411904

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
RINGKASAN ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................................. 4
1.5 Relevansi................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6


2.1 Biji Karet ............................................................................................... 6
2.2 Minyak Pangan ...................................................................................... 7
2.3 Mesin Ekstraksi ..................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 8
3.1 Pendekatan Disain Fungsional ............................................................... 9
3.2 Pendekatan Disain Struktural ................................................................ 12
3.3 Pertimbangan Percobaan .......................................................................
3.3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 13
3.3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 13
3.4 Metodologi Penelitian............................................................................ 14
3.5 Prosedur Percobaan ............................................................................... 15
3.6 Pengamatan ............................................................................................ 15

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................................ 16


4.1 Anggaran Biaya ..................................................................................... 16
4.2 Jadwal Penelitian ................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia.
Indonesia mempunyai total area perkebunan karet mencapai 3 juta ha, namun
ekspor karet Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara - negara
tetangga seperti Thailand dan Malaysia (Siregar, 2010). Selama ini biji karet
hampir tidak mempunyai nilai ekonomis dan hanya dimanfaatkan sebagai benih
generatif pohon karet. Selebihnya biji karet tersebut terbuang sia-sia, padahal biji
karet memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi, yaitu sekitar 45,63%
(Ikwuagwu, 2000). Selain itu, daging biji karet mengandung karbohidrat 15,9%;
protein 27%; lemak 32,3% dan abu 3,96% (Ly John, 2001).
Sumatra Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil karet (Hevea
brasilliensis) di Indonesia dengan luas mencapai ± 662.685 ha pada tahun
2016. Hingga saat ini pemanfaatan secara umum dilakukan hanyalah sebatas
pengambilan getah dari batang karet atau yang sering disebut dengan
menyadap, sedangkan bagian pohon karet yang lain seperti biji karet, hanya
menjadi produk sampingan yang belum termanfaatkan secara maksimal,
padahal dalam 1 ha kebun karet bisa menghasilkan minimal 5000 biji karet.
Salah satu potensi yang ada pada biji karet yaitu menjadikannya sebagai
minyak pangan, dikarenakan komposisi minyak biji karet mengandung asam-
asam lemak yang mempunyai manfaat dan bernilai ekonomi tinggi seperti
asam palmitat, stearat, oleat, linoleat, dan linolenat (Ketaren, 1986).
Namun, ada kendala dalam pemanfaatan biji karet tersebut sebagai bahan
makanan, yaitu adanya linamarin yang terkandung dalam biji karet. Linamarin
merupakan racun, yang bila terhidrolisis akan menghasilkan asam sianida (HCN)
yang membuat biji karet berbahaya apabila dikonsumsi. Gejala keracunan sianida
antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala,
bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Jumlah sianida yang
masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari
(Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh waktu perebusan biji karet terhadap kadar HCN yang
hilang?
2. Bagaimana pengaruh pengepresan mekanik tehadap minyak biji karet yang
didapatkan?
3. Bagaimana pengaruh kecepatan putaran screw terhadap %yield minyak
biji karet yang dihasilkan?
4. Bagaimana pengaruh kecepatan putaran temperatur terhadap %yield
minyak biji karet yang dihasilkan?
5. Bagaimana karakteristik fisika dan kimia minyak biji karet yang
dihasilkan?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui proses penghilangan kadar HCN pada biji karet
2. Mengetahui pengaruh kecepatan putaran screw terhadap volume minyak
yang dihasilkan
3. Mengetahui pengaruh kecepatan putaran temperatur terhadap volume
minyak yang dihasilkan
4. Mengetahui karakteristik dari produk yang dihasilkan

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Terhadap IPTEK
Dengan pemanfaatan biji karet ini dapat menggantikan minyak pangan
yang biasa digunakan dengan bahan yang lebih baik
2. Manfaat Terhadap Instansi
Hasil penilitian dan alat akan diterbitkan atas nama dari instansi Politeknik
Negeri Sriwijaya
3. Manfaat Terhadap Masyarakat
Dapat membantu kebutuhan masyarakat dalam keperluan sehari-hari
dengan menawarkan minyak pangan yang berkualitas dan menjanjikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biji Karet


Karet merupakan salah satu tanaman komoditi perkebunan dengan luas dan
produksi terbesar di Indonesia, termasuk Provinsi Sumatera Selatan yang
merupakan salah satu sentral produksi karet. Tanaman karet selain menghasil
getah juga menghasilkan biji. Biji karet di Indonesia masih merupakan produk
sampingan yang dapat di kategorikan belum bermanfaat karena baru sebagian
kecil yang digunakan sebagai bibit.
Biji karet mengandung sekitar 40 – 50% minyak nabati dengan komposisi
asam lemak yang dominan adalah asam oleat dan asam linoleat sementara sisanya
berupa asam palmitat, asam stearat, asam arachidat dan asam lemak lainnya
(Setyawardhani et al.,2010).
Kandungan nutrisi biji karet cukup tinggi,diantaranya kadar lemak 68,53
g/100g, protein 17,41 g/100 g, karbohidrat 6,99 g/100 g (Rivai,. 2015). Hal ini
memungkinkan biji karet dapat diolah lebih lanjut salah satunya menjadi minyak
goreng.
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Biji Karet

Komposisi Persentase (%-b)

Asam palmitat 13,11

Asam stearate 12,66

Asam arachidat 0,54

Asam oleat 39,45

Asam linoleate 33,12

Asam lemak lainnya 1,12

(sumber : Kualitas Minyak Biji Karet, Karima Rizka, 2015)

Indonesia belum mendapat perhatian lebih dalam pemanfaatan minyak biji


karet sebagai biodiesel dengan melalui beberapa proses yaitu ekstraksi minyak biji
karet, pemurnian minyak, transesterifikasi, pencucian dan pengeringan. Pada
penelitian ini berisi tentang mendapatkan minyak biji karet dengan cara
pengepresan berulir (screw press). Efisiensi pengepresan bergantung pada jenis
biji, kadar air umpan, pemasakan, tekanan, dan temperatur pengepresan. Umpan
seringkali mengalami pemanggangan terlebih dahulu sebelum di-press. Tujuan
utama pemanggangan adalah membuat dinding sel permeabel dan menurunkan
viskositas minyak sehingga dapat mempermudah minyak keluar. Pemanasan
dilakukan dengan tetap menjaga kelembaban bahan. Selain itu, pemanggangan
dapat mensterilkan biji dari bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain.
Overcooking yang terjadi pada saat pemanggangan dapat mengakibatkan
kerusakan pada dinding sel sehingga menghalangi difusi minyak keluar. Selain
itu, pemanggangan yang terlalu lama atau terlalu tinggi temperaturnya dapat
mengakibatkan kerusakan produk maupun cake sisa pengepresan (Hidlich, 1949).
Oleh karena itulah, penelitian ini berisi tentang cara memperoleh minyak biji karet
dengan maksimal menggunakan metode penekanan mekanik, dengan variabel
yang di amati ukuran partikel material dan temperatur pemanasan awal. Buah
karet berbentuk kotak tiga atau empat. Setelah berumur enam bulan buah akan
masak dan pecah sehingga biji karet terlepas dari batoknya.

2.2. Minyak Pangan


Minyak dan lemak dapat dimakan dan dihasilkan oleh alam, yang dapat
bersumber dari bahan nabati atau hewan. Lemak dan minyak adalah trigliserida,
atau triasilgliserol, kedua istilah ini erarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara
suatu lemak dan minyak, pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan inyak
bersifat cair. Sebahagian besar gliserida pada hewan adalah erupa lemak,
sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu
biasanya terdengar ungkapan lemak hewani dan minyak nabati. Asam karboksilat
yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak dan minyak, yang disebut asam lemak
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Fessenden dan
Fessenden, 1994).
Menurut Ketaren (1986), lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang
termasuk pada golongan lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta
tidak larut di dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar misalnya
kloroform (CHCl3), benzene dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat
larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai
polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Berdasarkan ikatan kimianya, lemak
dalam minyak goreng dibagi dua lemak jenuh dan tidak jenuh. Pembagian jenuh
dan tidak jenuh ini punya arti penting karena berpengaruh terhadap efek
peningkatan kolesterol darah (Djatmiko, 1973, Luciana dkk, 2005).Lemak dan
minyak dapat dibedakan berdasaran kejenuhannya
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal
pada rantai karbonnya, mempunyai rantai zig zag yang dapat cocok satu sama lain
sehingga gaya tarik vanderwaals tinggi dan biasanya berwujud padat. Sedangkan
asam lemak tidak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan
rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan
atau dua tidak lazim, terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut
poliunsaturate (trigliserida tidak jenuh ganda) cenderung berbentuk minyak
(Djatmiko, 1973, Fessenden dan Fessenden, 1994).
Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak
jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asammiristat, asam
palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng mengandung asam oleat dan asam linoleat (Soedarmo, 1985 dan Simson,
2007).

2.3. Komposisi Minyak Pangan


Minyak / Lemak yang berasal dari nabati ( tumbuh-tumbuhan ) selain
mengandung minyak / lemak sebagai komponen utama, juga mengandung
senyawa-senyawa lain bukan minyak seperti: gum, resin, lendir, asam-sasam
lemak bebas (FFA), fosfatida, protein, dan senyawa-senyawa sterol yang disebut
Fitosterol (suatu jenis senyawa sterol yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,
namun berbeda dengan Cholesterol). Minyak Kelapa mengandung pula Vitamin E
(tocopherol), sedang minyak kelapa sawit mengandung tocopherol dan ß-carotene
yang berwarna merah.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek (lesithin,
cephalin, fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat
dengan asam lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam lemak dan
hidrokarbon. Semua komponen tersebut akan mempengaruhi warna dan flavor
produk, serta berperan dalam proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang
berasal dari biji-bijian biasanya mengandung sejumlah fosfatida, yaitu lesithin dan
cephalin. Dalam minyak jagung dan kedelai, jumlah fosfatida sekitar 2 – 3 %, dan
dalam proses pemurniannya, senyawa ini dapat dipisahkan.
Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan
tidak murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi
lipida. Fraksi lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax),
fosfolipida, sterol, hidrokarbon dan pigmen.
Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan lain
yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut seperti
petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut disebut
“fraksi yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk
membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minyak/
lemak pangan, malam dan fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH sedangkan
sterol, hidrokarbon dan pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.

2.3. Penghilangan Kadar HCN


Senyawa HCN pada biji karet berasal linamarin. Senyawa linamarin akan
mengalami hidrolisis oleh aktivitas enzim linamarase menjadi glukosa dan
sianohidrin. Sianohidrin lebih lanjut dapat dipecah menajdi HCN dan aseton
(Ardiansari, 2012).
Penghilangan linamarin dapat dipecah dan dilarutkan dengan direndam selama
24 jam didalam air dan dilakukan perebusan dengan waktu yang bervariasi untuk
mendapatkan perbandingan data untuk dianalisa kadar HCN nya dengan rentang
waktu antara 1,5 jam, 2 jam, dan 2,5 jam yang menyebabkan lunturnya linamarin
di dalam air.
Setyawardhani et al (2010) mengemukakan komposisi asam lemak dari biji
karet terdiri atas asam palmitat 13,11%, asam stearat 12,66%, asam arachidat
0,54%, asam oleat 39,45%, asam linolenat 33,12% dan sisanya adalah asam
lemak lain, nilai dari asam lemak jenuh yang dihasilkan dari penelitian
tersebut lebih tinggi dari pada hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Hal
ini dapat dikarenakan proses pengolahan dan penyimpanan minyak biji karet
karena pembentukan asam lemak jenuh dapat dipengaruhi oleh pemanasan
minyak atau penyimpanan minyak yang terlalu lama yang menyebabkan
minyak tersebut teroksidasi (Rohman et al, 2007).
Berdasarkan pada hasil pengujian komposisi asam lemak di atas,
menunjukkan bahwa minyak biji karet yang dihasilkan sangat baik jika
digunakan sebagai bahan baku minyak pangan (edible oil) karena komposisi
lemak omega 3 (asam linolenat), omega 6 (asam linoleat) dan omega 9 (asam
oleat) pada minyak tersebut sangat tinggi (Wulan, 2011).

2.3 Pengepresan Mekanis


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau
lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70
persen). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan
sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan
tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta
tempering atau pemasakan. Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis
yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw
pressing).
A. Pengepresan Hidrolik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
lb/in2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari
lamanya pengepresan, tekanan yang digunakan serta kandungan minyak dalam
bahan. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar
4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
B. Pengpresan berulir (screw pressing)
Menurut Nurhayati (2014), metode pengepresan berulir merupakan
metode ekstraksi yang lebih maju dan telah diterapkan di industri pengolahan
minyak. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan
yang kadar minyaknya di atas 10%. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan
dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir
ganda (twin screw press). Pada pengepresan jarak pagar, dengan teknik pengepres
berulir tunggal (single screw press) dihasilkan rendemen sekitar 28-34 persen,
sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan
rendemen minyak sekitar 40-45 persen. Pengepresan dengan pengepresan berulir
memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
1. Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses pengepresan dapat
dilakukan secara kontinyu.
2. Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan perlakuan
pendahuluan, yaitu pengecilan ukuran dan pemasakan/pemanasan.
3. Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi.
Menurut Heruhadi (2008), cara kerja alat ekstraksi biji jarak tipe berulir
(screw) ini adalah dengan menerapkan prinsip ulir dimana bahan yang akan
dipress ditekan dengan menggunakan daya dorong dari ulir yang berputar. Bahan
yang masuk ke dalam alat akan terdorong dengan sendirinya ke arah depan,
kemudian bahan akan mendapatkan tekanan setelah berada di ujung alat. Semakin
bahan menuju ke bagian ujung alat, tekanan yang dialami bahan akan menjadi
semakin lebih besar. Tekanan ini yang akan menyebabkan kandungan minyak
yang terdapat dalam bahan keluar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2019 di
Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi Politeknik
Negeri Sriwijaya.

3.2 Bahan dan Alat


A. Peralatan Operasi Produksi Minyak Biji Karet
Alat-alat yang digunakan pada unit produksi minyak biji karet adalah
sebagai berikut:
1. Alat Pengepres Cold Oil Press Machine NF-80
2. Peralatan Laboratorium
a. Gelas kimia 250 ml :1 unit
b. Gelas Kimia 1000 mL :1 unit
c. Mortar :1 unit
d. Piknometer :1 unit
e. Viskometer Oswald :1 unit
f. Flash Point Apparatus :1 unit
B. Bahan – bahan pada Produksi Minyak Biji Karet
1. Biji Karet : 30 kg

3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan


3.3.1 Pengamatan
Pengamatan pada perocobaan ekstraksi minyak nabati dari biji karet
dengan metode pengepresan berulir terdapat beberapa variabel yang ditinjau yaitu
variabel tetap dan tak tetap. Variabel tetap berupa massa bahan baku. Variabel tak
tetap yang diambil berupa kecepatan putaran shaft, dan temperatur pemanasan.
Tabel 3.1 Data Pengamatan Pengepresan Minyak Biji Karet dengan Variasi
Jumlah Putaran dan Temperatur Pemanasan
Jumlah Temperatur % yield Minyak % yield Minyak Daya
Putaran Pemanasan yang dihasilkan yang dihasilkan Asam (Kw)
0 Bilangan
(rpm) ( C) (dengan (tanpa Lemak
Asam
Perebusan Perebusan Bebas
Bahan Baku) Bahan Baku)
50
40 60
70
50
50 60
70
50
60 60
70

3.3.2 Prosedur Kerja


A. Preparasi Bahan
1. Menyiapkan biji karet
2. Mencuci biji karet hingga bersih
3. Merendam biji karet selama 24 jam
4. Merebus biji karet selama

B. Proses Pengepresan
1. Memastikan komponen mesin terpasang dengan baik dan benar.
2. Memasang Heater Residence dengan menggunakan 4 key switcth.
3. Memutar sakelar main switch pada panel control.
4. Mengatur thermostat pada 500C, biarkan lubang pada baris pertama dan
kedua mulai memanas.
5. Setelah temperatur mulai naik, set temperatur pada kondisi operasi yang
diinginkan. (Heater tidak boleh terlalu panas dan terlalu dingin).
6. Memasukkan bahan baku biji karet ke dalam corong.
7. Menekan tombol Start pada ABB Driver.
8. Mengatur jumlah putaran Shaft dengan memutar tombol berwarna putih
pada ABB Driver.
9. Peralatan mulai beroperasi, biji yang telah mengalami pengepresan akan
keluar di bagian ujung mesin.
10. Setelah ampas biji karet keluar, minyak yang diekstraksi akan mengalir
melalui lubang pengeluaran.
11. Menampung minyak hasil pengepresan.
12. Mengulangi langkah 4-11 untuk temperature dan kecepatan yang
diinginkan.
13. Mematikan mesin.

C. Analisis Produk
a. Bilangan Asam (SNI 3741:2013)
1. Menimbang 10 g sampai dengan 50 g contoh (W) ke dalam Erlenmeyer
250 mL
2. Melarutkan dengan 50 mL etanol hangat dan tambahkan 5 tetes larutan
fenolftalein sebagaiindikator
3. Mentitrasi larutan tersebut dengan Kalium Hidroksida atau Sodium
Hidroksida 0,1 N (N)sampai terbentuk warna merah muda. (Warna
merah muda bertahan selama 30 detik.)
4. Melakukan pengadukan dengan cara menggoyangkan Erlenmeyer
selama titrasi
5. Menyatat volume larutan KOH atau NaOH yang diperlukan (V).
Bilangan Asam (mgKOH/g) = 56,1 x V x N
W

b. Kadar Air (SNI 3741:2013)


Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan
dalam oven pada suhu (130 ± 1) oC. Prosedur kerja penentuan kadar air
sebagai berikut:
1. Panaskan pinggan beserta tutupnya dalam oven pada suhu (130 ± 1) oC
selama kurang lebih 30 menit dan dinginkan dalam desikator selama 20
menit sampai dengan 30 menit, kemudian timbang dengan neraca
analitik (W0).
2. Masukkan 5 g contoh ke dalam pinggan, tutup, dan timbang (W1).
3. Tutup pinggan yang berisi contoh tersebut dalam keadaan terbuka
dengan meletakkan tutup pinggan disamping pinggan di dalam oven
pada suhu (130 ± 1) oC selama 30 menit setelah suhu oven (130 ± 1) oC.
4. Tutup pinggan ketika masih di dalam oven, pindahkan segera ke dalam
desikator dan dinginkan selama 20 menit sampai dengan 30 menit
sehingga suhunya sama dengan suhu ruang kemudian timbang (W2).
5. Lakukan percobaan 3 dan 4 hingga diperoleh bobot yang tetap.
6. Hitung kadar air dengan menggunakan persamaan :
W1 − W2
% Air = x 100%
W1 − W0
Keterangan:
W0 = bobot pinggan kosong dan tutupnya (g)
W1 = bobot pinggan, tutupnya dan contoh sebelum dikeringkan (g)
W2 = bobot pinggan, tutupnya dan contoh setelah dikeringkan (g)

c. Asam Lemak Bebas (SNI 3741:2013)


Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan metode titrasi. Prosedur kerja
penentuan kadar asam lemak bebas sebagai berikut :
1. Sampel ditimbang dan dihaluskan sebanyak ± 2 gram.
2. Alkohol netral ditambahkan sebanyak 50 ml.
3. Larutan dipanaskan hingga mendidih.
4. Larutan ditambahkan indicator pp (phenolptalin) sebanyak 3 tetes.
5. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga berwarna merah muda.
6. Hitung kadar asam lemak bebas dengan menggunakan persamaan :

mlNaOH x N x Berat Molekul Asam Laurat


% FFA = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑥 1000

Keterangan:
Berat molekul asam laurat = 200,3 gr/mol
Normalitas (N) = 0.1

d. Bau dan Warna (SNI 3741:2013)


Prosedur kerja pengujian bau dan warna sebagai berikut :
1. Ambil contoh uji secukupnya dan letakkan di atas gelas arloji yang bersih
dan kering.
2. Cium dan amati contoh uji untuk mengetahui bau dan warna.
3. Lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis yang terlatih atau 1
orang tenaga ahli.
Jika tercium bau khas minyak goreng, warna kuning pucat atau warna lain
sesuai dengan jenis minyaknya maka hasil dinyatakan “normal”. Dan jika
tercium selain bau khas minyak goreng, warna lain selain warna yang telah
dijelaskan sebelumnya maka hasil dinyatakan “tidak normal”.

e. Uji Kotoran (SNI 01-3394-1998)


1. Menimbang contoh lebih kurang 20 g ke dalam gelas piala.
2. Menambahkan 75 ml larutan petroleum benzen ke dalam contoh, dan
panaskan di atas penangas air hingga lemaknya larut.
3. Menyaring larutan dengan menggunakan cawan gooch yang sudah
diketahui bobotnya sambil dibantu alat pompa vakum.
4. Menyuci cawan gooch beberapa kali dengan 10 ml larutan petroleum
benzen.
5. Megeringkan cawan gooch beserta isinya di dalam oven pada suhu
101oC ± 1oC selama 45 menit.
6. Mendinginkan cawan gooch di dalam desikator selama 20 menit, lalu
ditimbang.
7. Mengulangi pengeringan, pendinginan dan penimbangan hingga selisih
bobot antara beberapa penimbangan tidak melebihi 0,0005 g.
8. Penentuan dilakukan dua kali pada contoh uji yang sama.
9. Perhitungan
Kadar kotoran dinyatakan sebagai persentase bobot per bobot :

Kadar kotoran = M2 – M1 x 100%

Keterangan :
M = bobot contoh uji (g);
M1 = bobot cawan gooch (g);
M2 = bobot cawan gooch beserta isinya (g).
Biji Karet

Perendaman biji karet selama 24


jam

Perebusan Biji Karet


selama 1,5 ; 3 jam

Biji Karet

Screw Oil Press Ampas Biji


Machine Karet

Minyak Karet

Analisa Produk

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengepresan Biji Karet


BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Perkiraan biaya


4.1.1 Biaya Alat
Tabel 4.1 Biaya Alat
Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Cold Oil Press Machine 1 unit 1.200.000 1.200.000
Ongkos Kirim - 85.000 85.000
Sub Total 1.285.000

4.1.2 Biaya Bahan Baku


Tabel 4.2 Biaya Bahan
Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Biji Karet 30 kg 500 15.000
Sub Total 15.000

4.1.3 Biaya Lain-lain


Tabel 4.3 Biaya Lain-lain
Material Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Transportasi 1 300.000 300.000
Biaya Laporan 1 300.000 300.000
Sewa Laboratorium 1 250.000 250.000
Dokumentasi 1 50.000 50.000
Literatur/Internet 1 100.000 100.000
Sub Total 1.000.000

4.1.4 Rekapitulasi Biaya


Tabel 4.4 Biaya Total
Material Jumlah (Rp)
Biaya Alat 1.285.000
Biaya Bahan Baku 15.000
Biaya Lain-lain 1.000.000
Total 2.300.000
4.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2 Jadwal Penelitian
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Perbaikan
proposal
Operasi Alat
dan
Pengambilan
Data
Analisa data
Kesimpulan
Ujian laporan
akhir
Revisi
DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. (2009). Cocopreneurship. Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa.


Anonim. (2009). Teknologi Lemak dan Minyak. Diambil kembali dari
http://lemakminyak.blogspot.com. .
Aziz, T., Olga, Y., & Sari, A. (2017). Pembuatan Minyak Biji Karet Dengan
Metode Penggaraman. Jurnal Teknik Kimia, 129-136.
BSI. (2013). Minyak Goreng (Vol. SNI 3741:2013). Badan Standarisasi Nasional.
Hadi, M. (2006). Pengaruh Suhu Penyimpanan Dan Cara Ekstraksi Minyak Biji
Karet Terhadap Mutu Minyak Yang Dihasilkan Selama Penyimpanan.
Hakim, L., Istana, B., & Japri. (2017). Rancangan Bangun Mesin Press untuk
Pencetakan Pellet Biomassa (Campuran Serabut dan Cangkang Kelapa
Sawit) sebagai Alternatif Ketel Uap Mini. 358-365.
Handayani. (2008). Perbandingan Pengolahan VCO Proses Basah Dan Prosess
Kering Terhadap Rendemen Dan Kualitasnya.
Hasballah, T., & Siahaan, E. W. (2018, Desember 1). Pengaruh Tekanan Screw
Press Pada Proses Pengepresan Desidn Buah Menjadi Crude Palm Oil.
Jurnal Darma Agung, XXVI, 722-729.
Lay, A., & Maskromo, A. (2106, Oktober 28). Kinerja Alat Pengeringan Kopra
Sistem Oven Skala Kelompok Tani dan Karakteristik Produk. Balai
Penelitian Tanaman Palma, 175-183.
Perkebunan, D. J. (2017). Statistik Perkebunan Indonesia 2016-2018 (Kelapa).
Jakarta.
Polii, F. F. (2016, Desember 3). Pemurnian Minyak Kelapa dari Kopra Asap
dengan Menggunakan Adsorben Arang Aktif dan BentoitT. Jurnal Riset
Industri, 10(3), 115-124.
Palembang Pos. (2018, Agustus 29). Ekspor Berkurang Harga Kelapa Anjolok.
(Palembang Pos, Produser) Dipetik Maret 28, 2019, dari www.palembang-
pos.com:https://palembang-pos.com/ekspor-berkurang-harga-buah-kelapa-
anjlok/
\

Anda mungkin juga menyukai