TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindran terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974), dalam Notoatmodjo bahwa
sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam dirinya terjadi suatu
proses yang berurutan, yaitu:9
1. Awareness (kesadaran) dimana seseorang menyadari dalam arti
mengetahui telebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (tertarik) dimana seseorang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evalution (menimbang – menimbang), terhadap baik dan tidaknya
stimulus baginya
4. Trial (mencoba) dimana seseorang telah berperilaku baru
5. Adaptation (adaptasi) dimana seseorang telah berperilaku yang sesuai
pengetahuan, kesadaran, motivasi, dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam
pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan
5
seseorang) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakuakan ibu untuk
memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari
ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang
berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial
ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nnutrisi anaknya.
Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima
ide-ide dan teknologi baru.
4. Sumber informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh
informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu
surat kabar, majalah, buku. Media elektronik yaitu radio, TV, film, dan
sebagainya.
6
memberikan ASI sampai usia 2 tahun diikuti pemberian makanan tambahan
yang sesuai. Sebelumnya Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan SK
Menkes No 237/Menkes/SK/IV/1997 yang berisi anjuran pemberian ASI
eksklusif kepada bayi sampai berumur 4 bulan dan dianjurkan untuk
menyusui sampai usia 2 tahun.4
Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif
mencakup hal sebagai berikut, yaitu hanya ASI saja sampai umur enam
bulan dimana menyusui dimulai 30 menit begitu setelah bayi lahir dan tidak
memberikan makanan pre-lacteal seperti air gula atau air tajin kepada bayi
yang baru lahir. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan kolostrum
kepada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), termasuk
pemberian ASI pada malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin
atau mineral dan obat dalam bentuk drops atau sirup.3,4
7
4. Lemak
Lemak utama yang terdapat dalam ASI adalah omega 3, omega 6,
DHA, arachidonic acid, yaitu lemak rantai panjang yang sangat penting
untuk pertumbuhan otak.
5. Mineral
Mineral yang terkandung dalam ASI cukup lengkap. Walau jumlahnya
relatif rendah namun cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi hingga
usia 6 bulan.
6. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap untuk bayi hingga berusia 6
bulan.
2.2.3. Manfaat ASI Eksklusif
Manfaat ASI eksklusif tidak hanya bermanfaat untuk bayi namun
memberikan manfaat pula untuk ibu menyusui, manfaat ASI eksklusif antara
lain :10
1. Untuk Bayi
Beberapa manfaat ASI untuk bayi yaitu :
a. ASI sebagai nutrisi, dimana ASI merupakan sumber gizi yang sangat
ideal dengan komposisi yang seimbang dan di sesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling
sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana
menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai umur 6
bulan.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, karena ASI adalah cairan
hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.
c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan, dimana dengan memberikan
ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin
tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal.
Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi
yang tepat, serta disesuiakan dengan kebutuhan bayi, ASI juga
mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar
tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau
hanya sedikit terdapat pada susu sapi.
d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang, karena bayi yang
sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan
kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama
8
karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia
kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi
inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik.
2. Untuk Ibu
Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas memberikan
keuntungan pada ibu, antara lain :
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu menyusui
terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi atau
penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang
melahirkan.
b. Mengurangi terjadinya anemia
c. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakn cara kontrasepsi
yang aman, murah, dan cukup berhasil selama ibu memberikan ASI
ekskluisf dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama
setelah melahirkan.
d. Mengecilkan rahim, dimana kadar oksitosin ibu menyusui yang
meningkat akan membantu rahim ke ukuran semula sebelum hamil.
Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak
menyusui.
e. Lebih cepat langsing kembali, oleh karena menyusui memerlukan
energi maka tubuh mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama
hamil, dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih
cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker, pada ibu yang
memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker
payudara dan indung telur berkurang.
g. Lebih ekonomis atau murah, karena dengan memberi ASI berarti
menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui,
dan persiapan pembuatan minum susu formulka.
h. Tidak merepotkan dan hemat waktu
i. Portabel dan praktis, ASI dapat diberikan dimana saj dan kapan saja
9
j. Memberi kepuasan bagi ibu, ibu yang berhasil memberikan ASI
eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan
yang mendalam.
10
(2006), dalam 48 jam pertama kehidupannya, bayi-bayi manusia
tidak membutuhkan air susu terlalu banyak, hanya setengah
sendok teh kolostrum saat pertama menyusu dan 1-2 sendok teh
di hari kedua. Penyebab lain ASI tidak terasa cukup adalah
adanya fase percepatan pertumbuhan (growth spurt) pada bayi.
Banyak pula ibu yang tidak mengetahui fase ini, dimana
kebutuhan asupan bayi melonjak secara tiba-tiba. Tandanya
adalah bayi menjadi gelisah dan lebih sering menyusu. Percepatan
pertumbuhan ini lazim terjadi saat bayi berusia 3 minggu, 6
minggu, dan 3 bulan dalam masa menyusui eksklusif (6 bulan).
d. Pengaruh Susu Formula
Masyarakat lebih banyak memilih susu formula ketimbang ASI
karena iming-imingnya: membuat anak sehat dan cerdas. Iklan-
iklannya terus diulang di media cetak maupun elektronik. Jelas,
akan membuat para orangtua memilih membeli susu formula
yang sebenarnya berisiko tinggi bagi perkembangan bayi.
Gencarnya gerakan kembali ke ASI masih kalah jauh dibanding
gencarnya promosi susu formula.
e. Umur Ibu
Belum terlalu banyak penelitian yang membahas mengenai
hubungan umur ibu dengan pola pemberian ASI maupun ASI
eksklusif. Namun ada penelitian yang menyatakan bahwa
semakin bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui
ASI eksklusif. Persentase terbesar terdapat pada umur 21-30
tahun,yaitu sebesar 69,5%.Selanjutnya pada ibu dengan umur
lebih dari 30 tahun akan menurun proporsi menyusuinya.
Apriningsih (1998) mengungkapkan bahwa semakin muda
usia ibu semakin tinggi kecenderungan untuk memberikan ASI.
Hal ini mungkin disebabkan karena kurun waktu yang paling
aman secara biologis untuk reproduksi adalah 20 – 30 tahun
karena pada kurun waktu tersebut terjadi kematangan
pertumbuhan organ genitalia interna dan perkembangan horomon
yang stabil.11,12
Umur 35 tahun atau lebih bagi ibu beresiko tinggi dan erat
kaitannya dengan anemia gizi yang mempengaruhi produksi ASI
yang dihasilkan (Husaini, 1989 dalam acep D, 2005). Penelitian
Mulyati (2004) menyatakan 46,7% dari 15 ibu yang berumur
11
kurang dari 20 tahun memberikan ASI ekslusif dan hanya 45%
ibu yang segera memberikan ASInya segera bayi setelah lahir
selama kurang dari 1 jam. Umur Ibu antara 20 – 35 tahun
sebanyak 48,3% dari 172 ibu yang memberikan ASI eklusif dan
45,1% ibu yang memberikan ASInya segera setelah bayi lahir.
Sedangkan pada Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun sebanyak
81,3% dari 16 ibu memberikan ASI eklusif pada bayinya dan
79,5% dari 16 Ibu yang memberikan ASInya segera setelah bayi
itu lahir.
f. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku
seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu terdapat adanya
kecenderungan negatif dalam pemberian ASI kepada bayinya. Hal
ini mungkin disebabkan karena ibu yang berpendidikan tinggi
biasanya mempunyai banyak kesibukan di luar rumah, sehingga
cenderung sering meninggalkan bayinya. Sedang ibu yang
berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga
lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya.11
Pendidikan akan memberikan kesempatan kepada orang
untuk membuka jalan pikiran dalam menerima ide-ide atau nilai-
nilai baru. Tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu aspek
sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan
keluarga sebagai faktor ekonomi, pendidikan juga dapat
mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam
memberikan inisiasi dini serta memberikan ASI secara eklusif
kepada bayinya.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan indonesia
(SDKI) dai tahun 1991 – 1997 ibu yang tidak pernah sekolah
cenderung memberikan ASI lebih dini satu jam pertama setelah
kelahiran adalah 11% daripada yang sudah pernah sekolah yaitu
7-9%. Kejadian pemberian ASI pada hari pertama ibu-ibu yang
tidak pernah sekolah lebih tinggi yaitu sebesar 61% dibandingkan
dengan ibu yang pernah sekolah sebesar 51-53%.
Berdasarkan analisis data SDKI 1994, ibu yang
berpendidikan tamat SMP kebawah dianggap mempunyai tingkat
pendidikan rendah,hanya 46,1% yang memberikan ASI eksklusif
12
kepada bayinya. Sedangkan pada ibu yang berpendidikan tamat
SMP ke atas (berpendidikan tinggi), 49,6% diantaranya
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Hasil penelitian Thaib dkk (1996) memperlihatkan bahwa
semakin tinggi pendidikan formal semakin rendah ibu yang
memberikan ASI nya yaitu dengan tingkat pendidikan formal SD
terdapat 95,7% yang memberikan ASI kepada
bayinya.Pendidikan SLTP sebesar 76,1% memberikan ASI,dan
yang berpendidikan SLTA terdapat 64,2% yang memberikan ASI.
13
14