Meningkatkan Daya Saing Perbankan Syariah Guna Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan Dan Pembangunan Ekonomi Indonesia
ABSTRACT
Wakaf is an Islamic Economic instrument to give people the welfare. Nowadays, innovation in
developing wakaf is continuously made; one of it is “cashed wakaf (on the spot paid wakaf)”. This paper
discusses on a model of developing “cashed wakaf” through Bank of wakaf mechanism.
This is a qualitative research method. The research is to explore a happening phenomenon by mixing the
concept of operating wakaf institution as a social and religious institution.
Bank of wakaf is an intermediate social institution without eliminating its function as a commercial
institution. This bank of wakaf is willing to give some financings to the poor, then creating a well being
condition for people.
Bab 1
Pendahuluan
Tabel 1
Tabel 2
Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan dan Perkotaan 2011 (dalam ribuan)
Tabel 3
Anggaran Penanggulangan Kemiskinan dalam APBN (2002-2010)
Sumber : Bapenas
Tabel 4
Potensi Wakaf Uang di Indonesia
Tingkat Jumlah Tarif Petensi wakaf Potensi Wakaf
Penghasilan/bulan Muslim Wakaf/bulan Uang/ bulan Uang/ tahun
Rp 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Miliyar Rp 240 Miliyar
Rp 1 juta-Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Miliyar Rp 360 Miliyar
Rp 2 juta- Rp 5 2 juta Rp 50.000 Rp 100 Miliyar Rp 1,2 Triliun
Juta
Rp 5juta-Rp 10 1 juta Rp 100.000 Rp 100 Miliyar Rp 1,2 Miliyar
juta
Total Rp 3 Triliun
1
“Data Base dan Potensi Wakaf”, diakses dari
http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid=82&lang=in,
pada tanggal 04 Mei 2012 pukul 11.28
2
Mustafa Edwin Nasution, dan Uswatun Hasanah (editor), Wakaf Tunai, Inovasi Finansial Islam,
Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat, PKTTI-UI, Jakarta, 2005, hlm.
43-44
3
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Perkembangan
Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 33-52
4
Wakaf di Singapura dan Mesir, Sharing, edisi 52 Thn V April 2011, hlm19
5
Ibid, hlm. 18
6
Republika, Selasa, 8 Juli 2008
Saat ini pengelolaan wakaf di Indonesia mulai berkembang, hal ini seiring
dengan bermunculannya Lembaga-lembaga yang konsen mengelola wakaf dan
kebijakan-kebijakan pendukung lainnya. Namun perkembangan wakaf masih
tergolong lambat dibanding perkembangan dana sosial lainya, seperti Zakat. oleh
karena itu, perlu terobosan baru dalam pengelolaan wakaf agar lebih produktif.
Diantara pola pengelolaan wakaf adalah melalui mekanisme Bank Wakaf. Praktek
ini juga pernah dikembangkan di Banglades, yang di sebut dengan Social
Investmen Bank (SIB), dimana lembaga ini mengelola dana wakaf dan dana
kebajikan lainnya menyerupai pola kerja bank. Maka dari itu, penulis
berkesimpulan dalam membuat rumusan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimana pola kerja Bank Wakaf sebagai lembaga intermediasi sosial dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan umat ?
Bab II
Tinjauan Pustaka
7
Wahbah az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 10, Gema Insani Press, Jakarta, 2011,
penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk, hlm.l 269-272
8
Abu Bakr Jabir Al jazairi, Ensiklopedi Islam Minhajul Muslim, Darul Falah, Jakarta, 2000,
Penerjemah: Fadli Bahri. Hal: 565
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya” (Q.S Ali Imran:92)
Adapun hadist yang lebih tegas menggambarkan dianjurkannya ibadah
wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di
Khaibar:
أن عمر ثه الخطبة أصبة أرضب ثخٍجر فأتى الىجً صلى هللا: عه اثه عمر رضً هللا عىٍمب
علًٍ َ سلم ٌستأمري فٍٍب فقبل ٌب رسُل هللا إوً أصجت أرضب ثخٍجر لم أصت مبال قط أوفس عىدي مىً فمب
قبل فتصدق ثٍب عمر أوً ال ٌجبع َال ٌٌُت َال. ) تأمر ثً ؟ قبل ( إن شئت حجست أصلٍب َتصدقت ثٍب
ٌُرث َت صدق ثٍب فً الفقراء َفً القرثى َفً الرقبة َفً سجٍل هللا َاثه السجٍل َالضٍف ال جىبح على
. مه َلٍٍب أن ٌأكل مىٍب ثبلمعرَف ٌَطعم غٍر متمُل
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar ra. Memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon
petunjuk. Umar berkata : Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang
engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah menjawab : Bila kamu suka, kamu
tahan pokoknya tanah itu, dan kamu sedekahkan hasilnya. Kemudian umar
melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak juga dihibahkan dan juga tidak
diwariskan. Berkata ibnu Umar: Umar menyedekahkanya kepada orang-orang
fakir, kaum krabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak
mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya)
makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak
bermaksud menumpuk harta” (HR. Muslim)
2.1.3 Rukun wakaf
9
Wahbah az Zuhaili, op.cit. Hal: 273
Tujuan utama wakaf adalah rai‟ atau hasil dari manfaat yang diusahakan.
Pengertian rai‟ adalah semua faedah atau hasil dari yang diwakafkan seperti
(sewa) susu, anak hewan yang dikandung induknya sesudah diwakafkan, buah
yang baru timbul setelah diwakafkan, dan dahan yang biasa dipotong. Dari tujuan
wakaf, disimpulkan dua hal, yaitu pertama, wakaf hendaknya berupa benda,
10
Ibid., hlm. 275.
11
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press, Jakarta, 2006, hlm.
85.
12
Ibid., hlm. 86.
karena tujuan wakaf ialah menjadi sumber dana yang berlangsung lama. Kedua,
benda wakaf tidak boleh dijual, diwariskan dan dihibahkan. Hal ini untuk
mencegah perubahan status harta dari milik umum menjadi milik pribadi.13
2.1.5 Nadzir
Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas
pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf14. Tugas nadzir adalah membangun,
mempersewakan, mengembangkannya agar berhasil dan mendistribusikan
hasilnya itu kepada pihak-pihak yang berhak, serta kewajiban memelihara modal
wakaf dan hasilnya
2.2 Wakaf Tunai
Hukum mewakafkan uang tunai merupakan permasalah yang masih
diperdebatkan oleh kalangan ulama fikih. Karena cara lazim yang dipakai dalam
mengembangkan harta wakaf dengan menyewakan harta wakaf, sedang uang
bukan merupakan komoditas yang dapat disewakan.
Adapun alasan ulama yang tidak membolehkan wakaf uang antara lain15:
a. Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Sedangkan inti ajaran wakaf
adalah pada kesinambungan hasil dari modal dasar yang tetap, tidak habis
sekali pakai.
a. Ulama Hanafiyah
b. Ulama Malikiyah
c. Ulama Syafi‟iyah
16
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, fiqh Wakaf,
Jakarta, 2006, hlm. 31-32
17
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman
Pengelolan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006, hlm. 44-46
mencegah adanya tukar menukar harta wakaf, menurut beliau tidak boleh
menjual masjid secara mutlak, sekalipun mesjid itu roboh. Namun
sebagian golongan syafi‟iah yang lain berpendapat boleh ditukar agar
harta wakaf itu ada manfaatnya dan sebagaian lain tetap menolaknya.
Menurut Al-Bakri, mazhab Syafi‟I tidak membolehkan wakaf tunai karena
dirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada
wujudnya.18
Bila melihat pendapat para ulama diatas, masih terdapat perdebatan terkait
hukum wakaf tunai. Namun jika melihat keumuman dalil tentang wakaf, maka
tidak ada nash Al-Quran dan Sunnah Rasulullah yang secara tegas melarang
wakaf uang, maka atas dasar maslahah mursalah, wakaf uang dibolehkan, karena
mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi kemaslahatan ummat. Selain
maslahah mursalah wakaf uang juga disandarkan pada hadis yang telah
diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud bahwa rasulullah bersabda Apa yang dipandang
kaum muslimin baik, dalam pandangan Allah juga baik.
2.3 Sertifikat wakaf tunai (swt)
Studi yang dilakukan Manan, pendiri SIBL, menyebutkan bahwa wakaf tunai
dapat digunakan sebagai instrumen keuangan dan merupakan produk baru dalam
sektor perbankan. Beberapa pedoman operasional SWT yang dipraktikan oleh
SIBL antara lain19:
a. Wakaf tunai harus dipandang sebagai sumbangan yang sesuai dengan
syariah. Bank akan mengelola wakaf tunai atas nama waqif.
18
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Fiqh
Wakaf, Op.cit., hlm. 45
19
Mustafa Edwin Nasution dan Uswantun Hasanah, op.cit, hlm. 100-101
d. Dana Wakaf Tunai akan mendapat keuntungan pada tingkat yang paling
tinggi yang ditawarkan oleh bank dari waktu ke waktu.
e. Dana Wakaf akan tetap dan hanya dana yang berasal dari keuntungan yang
akan dibagikan kepada sasaran yang telah dipilih waqif. Keuntungan yang
belum sempat dibagikan otomatis akan digabubngkan dengan dana wakaf
yang sudah ada yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih
berkembang sepanjang waktu.
20
“pengertian dan definisi sosial menurut para ahli” diakses dari
http://carapedia.com/pengertian_definisi_sosial_menurut_para_ahli_info516.html pada tanggal 6
Mei 2012 pukul 20.15
21
Diakses dari
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/
PNACD060.pdf tanggal 6 Mei 2012 pukul 20.00
Bab III
Metodologi Penelitian
Jenis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu
data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
22
Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif,yang
memandang realitas social sebagai sesuatu yang holisttik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna,
dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung, 2008, hlm.
9
24
Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia, Bandung, 2005. hlm. 17
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.25 Penelitian ini mengambil data
primer dari hasil wawancara atau diskusi dengan pengelola dana wakaf dan
dari hasil observasi dari beberapa lembaga pengelola wakaf.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain
misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.26 Penelitian ini
mengambil data sekunder berupa Literatur seperti buku, artikel, jurnal,
majalah, internet, dll.
3.3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Interview (wawancara)
Metode ini digunakan untuk pengumpulan data dan menggali informasi lebih
mendalam yang langsung ditujukan kepada lembaga pengelola wakaf dan
akademisi yang konsen dalam fiqih dan perkembangan wakaf.
2. Studi Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk menggali dasar-dasar teori yang terkait hukum
wakaf dan perkembangan pengelolaan wakaf.
3.4 Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini difokuskan pada pengembangan dan inovasi dari
pengelolaan wakaf tunai sebagai sarana intermediasi sosial untuk membangun
suatu kekuatan modal di tengah masyarakat,. Pengembangan dan inovasi tersebut
dibatasi pada operasional lembaga wakaf baik dalam penghimpunan (funding) dan
penyaluran dana wakaf (lending).
3.5 Analisis data
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan keadaan yang
25
Husein Umar, Riset Akuntansi, PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta, 2003. hlm. 69.
26
Ibid.
27
Menurut Bogdan dan Taylor, mengutip dalam bukunya Lexy J. Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya, bandung, 1997, hlm. 3.
28
Sujoko Efferin et. al., Metode Penelitian untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan Praktis,
Bayumedia Publishing, Malang, 2004, hlm. 154.
29
Narbuko, op.ct, hlm. 6
Bab IV
Analisis Dan Pembahasan
4.1 Pembahasan
Banyak pendapat pakar tentang kemiskinan diantaranya adalah Anne Booth
dan Firdaus 1996 dalam papernya Effect of Price and Market Reform on the
Poverty Situation of Rural Communities and Firm Families menyatakan penyebab
kemiskinan adalah keterbatasan penduduk (dalam hal ini adalah masyarakat
miskin) mengakses fasilitas publik dan kredit. Dalam teori pertumbuhan Ekonomi
Solow (Solow Growth Theory) menekankan penguasaan modal dan penguasaan
teknologi dapat mengentaskan kemiskinan, khusus untuk penguasaan modal,
dimana Jhingan (2002) menjelaskan juga bahwa tingkat investasi yang rendah
akan menyebabkan modal kurang dan produktivitas rendah.
Selain masalah permodalan masalah kualitas SDM juga sangat berpengaruh
terhadap kemiskinan. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, pengetahuan
dan kemampuan kewiraswastaan juga minim, walaupun tersedia akses
permodalan tetap saja mereka tidak akan bisa keluar dari kemiskinan karena
kemungkinan modal yang ada akan habis dipakai untuk kebutuhan konsumsinya.
Dengan adanya dua masalah penyebab utama kemiskinan yaitu adanya
keterbatasan akses modal dan minimnya kualitas SDM, maka menjadi suatu
kebutuhan yang urgen untuk dibentuk sebuah lembaga sosial keagamaan yang
bisa mengatasi dua masalah tersebut. Berangkat dari masalah ini, penulis mencoba
mengusulkan sebuah ide pembentukan bank wakaf di indonesia. Bank wakaf ini
diharapkan menjadi lembaga intermediasi sosial untuk membangun suatu
kekuatan modal di tengah masyarakat yang bersifat sosial dengan dipadukan
dengan unsur komersial serta dapat melakukan pendampingan guna meningkatkan
kualitas SDM yang ada.
Bank wakaf ini adalah sebuah inovasi yang coba kami tawarkan dalam
kelembagaan pengelola wakaf tunai ditanah air. Selama ini kita mengetahui pada
umumnya dana wakaf yang terkumpul, digunakan untuk membeli aset produktif.
Keuntungan dari kepemilikan aset produktif ini ( berupa uang sewa, bagi hasil,
dan lainnya), selanjutnya akan didistribusikan untuk kepentingan masyarakat
miskin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang melekat pada dana wakaf yaitu,
menahan pokok dan menyalurkan manfaat.
Berdasarkan karakteristik ini juga operasional bank wakaf akan dijalankan.
Dana wakaf akan disalurkan langsung kepada masyarakat miskin yang mau
belajar berwirausaha dan mau dibina dari segi kemampuan wirausaha maupun
akhlak. Jadi dalam pengelolaan dana wakaf ini, bukan nadzir yang berusaha
memproduktifkan wakaf tetapi masyarakatlah yang memproduktifkan wakaf
tersebut dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidupnya dan tetap ada porsi
dari dana tersebut untuk membeli aset produktif atau usaha yang dapat mendatang
keuntungan atau bahkan menggabungkan kedua mekanisme ini.
Gambar 1
Struktur Organisasi Pengelolaan Bank Wakaf Sederhana
Manajer
wakaf itu sendiri dan dana lain yang sejenis. Dalam kegiatan mengumpulkan dana
bank wakaf memiliki beberapa strategi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan sertifikat wakaf tunai.
Gambar 2
Pola Penyaluran Dana Wakaf Melalui Modal Kerja ( Akad Qord)
Nadzir Masyarakat
Keuangan
penyaluran modal pribadi
1 2 Laba usaha
Dana wakaf Dana wakaf
4
wirausaha
Pengembalian modal
3
4
Hasil usaha
Dana wakaf yang ada akan disalurkan langsung kepada masyarakat miskin
dalam bentuk modal kerja dengan mengunakan akad qord. Selanjutnya
masyarakat akan mengunakan dana tersebut untuk modal usaha. Setelah usaha
berjalan dan mendapatkan keuntungan keuntungan ini digunakan sepenuhnya
untuk keperluan rumah tangganya. Setelah tiba masa pengembalian dana wakaf
maka, nasabah wajib mengembalikan modal kerja yang digunakanya. Dengan
mekanisme pengelolaan dana wakaf seperti ini, bukan nadzir yang berusaha
memproduktifkan wakaf tetapi masyarakatlah yang memproduktifkan wakaf
tersebut dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidupnya.
Gambar 3
Pola Penyaluran Dana Wakaf berupa Hasil Investasi
Nadzir Masyarakat
Gambar 4
Skema Kerja Bank Wakaf
Dana wakaf 2
Rekening Dana CSR
Dana CSR Perusahaan Perusahaan
1
5 + Akad Qord
Akad Tijarah
Rekening Bagi hasil
Mengcover
Beban 3
Operasional 4. Laba usaha
Beban Operasional dibagi hasilkan
Penjelasan:
1. Divisi funding bank wakaf memperoleh dana dari dana CSR dan dana
wakaf, selanjutnya setelah dana ini terkumpul, maka dana diserahkan ke
bagian divisi akuntansi. Setelah dana diterima dari divisi funding, divisi
akuntansi melakukan pencatatan dan akan dimasukan dalam rekening yang
berbeda. Pembedaan ini dilakukan karena masing – masing dana memiliki
karakteristik yang berbeda.
4. Dari transaksi berbasis akad tijarah ini akan menghasilkan bagi hasil dari
laba yang diperoleh unit usaha yang diberi permodalan. Selanjutnya uang
dari bagi hasil dimasukan kedalam rekening bagi hasil.
1 Pengarahan
Ide Usaha &
Pembinaan
2
3
33
Konsep matang
Ikatan AhliPemahaman
Ekonomi Islamdana
Indonesia (IAEI) sebuah usaha Pemberian modal &
Universitas Muslim
wakafIndonesia
sebagai (UMI) Makassar Pembinaan akad yang digunakan
Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) Bank Indonesia (BI)
modal usaha
23
+
Pribadi
terbina 5
Forum Riset Perbankan Syariah V
Meningkatkan Daya Saing Perbankan Syariah Guna Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan Dan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Penjelasan:
1. Nasabah dari bank wakaf mengajukan ide usaha kepada bank wakaf,
selanjutnya divisi pemberdayaan melakukan pengarahan dan pembinaan,
serta ikut mengkonsep usaha yang diajukan.
tanpa kelebihan dalam kondisi apa pun sedangkan dana CSR mengunakan
salah satu akad tijaroh dengan bagi hasil rendah.
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Abu Bakr Jabir Al jazairi, Ensiklopedi Islam Minhajul Muslim, Darul Falah,
Jakarta, 2000, Penerjemah: Fadli Bahri.
2. BWI, Aset Wakaf, Sangat Besar tapi Belum Produktif Republika, Selasa, 8 Juli
2008
3. BWI, “Data Base dan Potensi Wakaf”, diakses dari http://www.bwi.or.id
4. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta, 2003
5. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, fiqh Wakaf, Jakarta, 2006
6. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Pedoman Pengelolan Wakaf Tunai, Jakarta, 2006
7. Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat
Islam, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, 2006
8. Elaine Edg dan combLaura Barton, Intermediasi sosial Diakses dari
http://translate.google.co.id/
9. Husein Umar, Riset Akuntansi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003
10. Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press,
Jakarta, 2006
11. Nasution, Mustafa Edwin, dan Uswatun Hasanah (editor), Wakaf Tunai, Inovasi
Finansial Islam, Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Umat, PKTTI-UI, Jakarta, 2005
12. Sharing, edisi 52 Thn V April 2011
13. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung, 2008
14. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Pustaka Setia, Bandung,
2005
15. Sujoko Efferin et. al., Metode Penelitian untuk Akuntansi: Sebuah Pendekatan
Praktis, Bayumedia Publishing, Malang, 2004
16. Wahbah az Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid 10, Gema Insani Press,
Jakarta, 2011, penerjemah: Abdul Hayyie al Kattani, dkk
17. “pengertian dan definisi sosial menurut para ahli” diakses dari http://carapedia.com