MAKALAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dari Dosen Mata Kuliah Pancasila
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan
makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul
“PANCASILA PADA MASA ORDE BARU SEBAGAI CERMIN TONGGAK SEJARAH”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu
saya harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru?
2. Apakah yang melatar belakangi lahirnya Masa Pemerintahan Orde Baru?
3. Bagaimana kehidupan Pancasila pada Orde Baru
1
BAB II
PEMBAHASAN
Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan
negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang
mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional
dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945.
2
9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang
sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen
Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi
keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan
yang terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling
stabil. Stabil dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan
dewasa ini. Stabilitas yang entah semu atau memang riil tersebut, diiringi juga
dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh
kestabilan, yang saat ini menimbulkan romantisme dari banyak kalangan di negara
ini, ditandai dengan semakin gencarnya campaign “piye kabare” di seantero pelosok
nusantara. Menariknya, dua hal yang menjadi warna Indonesia di era Orde Baru,
yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan
Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah (baca: Soeharto) untuk semakin
menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan;
Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat
tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal, kala itu tentunya.
Gencarnya penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru salah satunya
dilatarbelakangi hal bahwa rakyat Indonesia harus sadar jika dasar negara
Indonesia adalah Pancasila itu sendiri. “Masyarakat pada masa itu memaknai
pancasila sebagai hal yang patut dan penting untuk ditanamkan”, ujar Hendro
Muhaimin, peneliti di Pusat Studi Pancasila UGM. Selain itu menurutnya pada era
Orde Baru semua orang menerima Pancasila dalam kehidupannya, karena Pancasila
sendiri adalah produk dari kepribadian dalam negeri sendiri, dan yang menjadi
keprihatinan khalayak pada masa itu adalah Pemerintahnya, bukan Pancasilanya.
Hendro Muhaimin juga menambahkan bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri
terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara
sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. “Pada dasarnya, yang salah
bukanlah Pancasila, karena Pancasila dibuat dari penggalian kepribadian bangsa
ini, dari cerminan bangsa Indonesia, maka para pemegang kekuasaan pada rezim
itu, yang menggunakan Pancasila secara politis, adalah pihak yang seharusnya
bertanggungjawab akan gejolak-gejolak yang terjadi”, ujarnya. Namun disamping
hal-hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga dibarengi
dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian antarwarga
sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-
royong kala itu sangat dijunjung tinggi. Selain itu, contoh dari gencarnya
penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari penggunaan Pancasila sebagai
asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa semua
3
organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas,
perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila sebagai asas
utamanya. Apabila ada asas-asas organisasi lain yang ingin ditambahkan sebagai
asasnya, tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu, muncul juga
anggapan bahwa Pancasila dianggap sebagai “pembius” bangsa, karena telah
“melumpuhkan” kebebasan untuk berorganisasi.
1. Romantisme Pelaksanaa P4
4
pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang meresap ke dalam
kehidupan masyarakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam
masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai
kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta tindakan yang nyata,
sehingga banyak masyarakatpun tidak menerima adanya penataran yang tidak
dibarengi dengan perbuatan pemerintah yang benar-benar pro-rakyat.
Tidak salah jika menyebut era Orde Baru sebagai era “dimanis-
maniskannya” Pancasila. Secara pribadi, Soeharto sendiri seringkali
menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang kesemuanya
memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap Pancasila. Pada sebuah
forum di tahun 1972, dalam sebuah kunjungannya ke Australia, Soeharto
menyatakan bahwa kepribadian bangsa Indonesia terbentuk dari perjalanan
sejarahnya, baik ketika dalam masa kegemilangan di era Kerajaan Sriwijaya,
Majapahit, dan Mataram, maupun ketika dalam fase penderitaaan dibawah
penjajahan sepanjang tiga setengah abad. Kepribadian tersebut kemudian
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, yakni Pancasila, yang sila-silanya
merupakan sebuah kesatuan yang bulat. Di dalamnya juga tersimpul mengenai
kesadaran bangsa Indonesia bahwa manusia tergantung pada keseimbangan-
keseimbangan, antara manusia dengan alam, manusia dengan Tuhan, dan lahir
dengan batin. Sebuah pemaparan ekselen, yang mungkin saja memang
bertujuan untuk menarik perhatian “para bule hadirin” dalam forum tersebut,
Australia-Indonesia Business Cooperation Committee. Lain lagi ketika Soeharto
memberikan pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967.
Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam
berbagai frase bernada angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato tersebut,
Soeharto menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber
tertib sosial” dan “sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan
“sumber tertib negara” dan “sumber tertib hukum”. Kepada pemuda Indonesia
dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto juga dengan lantang
menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus
dipahami dan dihayati!” Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya
selain Pancasila di Indonesia, pada saat itu, dan dalam versi Orde Baru tentunya.
Pelaksanaan pemaparan materi P4 yang begitu digencarkan di era Orde Baru
juga merupakan upaya dari Pemerintah untuk menghegemonikan keberadaan
Pancasila di tengah rakyat Indonesia. Hendro Muhaimin, berpendapat bahwa
tujuan dari dilaksanakannya pemaparan P4 sebenarnya baik, mengingat
Pancasila adalah dasar negara, sudah seharusnya Warga Negara Indonesia
memahami isi dan maksud dari Pancasila, ke depannya bertujuan membentuk
Warga Negara Indonesia sebagai manusia yang ber-Pancasila. “Tujuannya
memang sudah bagus dan mulia, tetapi salahnya karena terjadi banyak
penyimpangan seiring berjalannya pemerintahan Orde Baru”, ujarnya.
5
3. Demokrasi Pancasila: Wajah Semu Era Orde Baru
6
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai
oleh terjadinya perubahan besar dalam pegimbangan politik di dalam Negara dan
masyarakat, sebelumya pada era Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan ada
di tangan presiden, militer dan PKI. Namun pada Orde Baru terjadi pergeseran
pusat kekuasaan dimana dibagi dalam militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi.
Namun harapan itu akhirnya menemui ajalnya ketika pada pemilu 1971, golkar
secara mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh suara dalam
pemilu.Itulah beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde Baru, tentang
bagaimana kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa itu. Yang kemudian pada
orde baru akhirnya tumbang bersamaan dengan tumbangnya Pak Harto atas
desakan para mahasiswa di depan gendung DPR yang akhrinya pada saat itu titik
tolak era Reformasi lahir. Dan pasca reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan
demokrasi yang di Inginkan pada saat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga
sekarang ini.
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
http://shentiald.blogspot.co.id/2013/12/makalah-indonesia-pada-masa-orde-
baru.html
http://www.kompasiana.com/mahkamahnews/pancasila-di-era-orde-
baru_5528eac6f17e619e1d8b45b1