Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

“BLADDER TRAINING ”
Disusun untuk memenuhi tugas blok Urinary system

DISUSUN OLEH :

Ni Luh Putu Ayu Prasiska (145070201131007)


K3LN/ 2014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
A. Definisi Bladder Training
Selama kateter urin terpasang, otot detrusor kandung kemih tidak secara aktif
mengkontraksikan dinding kandung kemih pada penelitian proses pengosongan urin. Hal ini
disebabkan urin mengalir keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus
sehingga detrusor tidak dapat segera merespon untuk mengosongkan kandung kemih ketika
kateter dilepas. Kondisi ini disebut instabilitas detrusor pasca kateterisasi (Black & Hawks, 2005).
Instabilitas detrusor ini dapat diminimalisir atau diatasi dengan latihan kandung kemih yang
disebut dengan bladder training. Tindakan bladder training ditujuka pada pasien yang memiliki
kemampuan kognitif dan dapat berpartisipasi secara aktif (Brenda et al., 2007).
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenic. Bladder training
merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi.
B. Tujuan Bladder Training
Bladder training bertujuan mengembalikan pola berkemih pasien kembali normal. Detrusor
kandung kemih tidak optimal mengosongkan kandung kemih selama kateter urin terpasang.
Kondisi ini disebut dengan instabilitas detrusor pasca kateterisasi (Black & Hawks, 2005).
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola
normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih Terapi ini
bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau
teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini
dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di pasang (potter&perry, 2005).
Menurut Maryam, dkk (2008) tujuan dari latihan kandung kemih (bladder training) adalah
sebagai berikut :
a) Untuk melatih seseorang mengembalikan kontrol miksi (kemampuan berkemih) dalam
rentang waktu 2-4 jam
b) Agar klien dapat menahan kencing dalam waktu yang lama
c) Mempertahankan klien tetap dalam kondisi kering
d) Mencegah inkontinensia urgensi
e) Memberikan rasa nyaman.
Tujuan akan tercapai jika lanjut usia mempunyai motivasi untuk melakukan latihan
kandung kemih dalam waktu yang telah ditentukan
Tindakan bladder training tidak hanya bermanfaat dari aspek fisiologis. Manfaat bladder
training dari sisi ekonomi dan waktu yaitu untuk mengurangi keluhan berkemih sehingga pasien
dapat pulang lebih cepat. Hal ini dapat mengurangi waktu dan biaya perawatan rumah sakit.
C. Indikasi
1. Bladder Training dapat dilakukan pada pasien yang mengalami retensi urin.
2. Pada pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter kandung
kemih terganggu dan pasien anak yang mengalami inkontinensia urin.
3. Klien yang mengalami masalah dalam hal perkemihan.
4. Klien post operasi
5. Obstruksi pada saluran kemih. (Suharyanto, 2008)
D. Kontraindikasi
Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal dan pada pasien yang tidak cooperative (tidak mau
bekerjasama untuk melakukan latihan bladder training)
E. Persiapan
 Persiapan Alat
1. Jam
2. Air minum dalam tempatnya
3. Obat deuritik jika diperlukan
4. Catatan perawat
5. Klem
 Persiapan Pasien
1. Sampaikan salam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
 Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi klien dengan menutup pintu
2. Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif
3. Atur posisi pasien yaitu dengan posisi dorsal recumbent
F. Prosedur Pelaksanaan
Program pelatihan kandung kemih dapat terdiri atas :
 Penyuuluhan klien dan orang pendukung
 Pelatihan kandung kemih, yang mengharuskan klien menunda berkemih, melawan atau
menghambat sensasi urgensi dan berkemih sesuai dengan waktu yang telah di tetakan dan
bukan sesuai dengan desakan untuk berkemih.
 Pelatihan kebiasaan, juga disebut sebagai berkemih sesuai waktunya atau ke toilet secara
terjadwal, berupaya mempertahankan klien tetap kering dengan meminta mereka berkemih
pada interval teratur. Dengan pelatihan kebiasaan, tidak ada upaya untuk memotivasi klien
menunda berkemih jika desakan terjadi.
 Berkemih dengan segera merupakan suplemen dari pelatihan kebiasaan dengan mendorong
klien untuk berupaya menggunakan toilet (segera) dan mengingatkan klien tentang waktu
berkemih.
Langkah-Langkah dalam Bladder Training untuk scheduled bathroom trips (jadwal berkemih)
 PEDOMAN UMUM
1. Kaji rencana perawatan klien untuk mengetahui kebutuhan khusus yang diperlukan
2. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
3. Cek kembali order yang diberikan untuk melakukan tindakan.
4. Prosedur ini dilakukan minimal 4 hari untuk menyelesaikan.
5. Kosongkan urobag/tempat penampung urine setiap kali kateter dijepit.
6. Saat kateter unclamped, catat warna, kejernihan dan jumlah urin di rekam medic klien
7. Klien harus dapat mentolerir minimal 250cc urin di kandung kemih sebelum mengeluarkan
kateter.
 PROSEDUR TINDAKAN
1. Jaga privasi klien
2. Cuci dan keringkan tangan secara menyeluruh dan gunakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada klien.
4. Pada hari pertama klem kateter ditutup selama 1-2 jam. (Sebaiknya 2 jam jika klien
dapat mentolerir full time).
5. Kosongkan urobag/tempat penampung urine.
6. Amati respon klien, jika klien mengeluh sakit atau tidak bisa mentolerir penuh 2
jam, persingkat waktu dan kemudian meningkat secara bertahap.
7. Unclamp kateter setelah dua jam untuk mengosongkan kandung kemih.
8. Perhatikan jumlah, warna dan kejelasan urin.
9. Mendorong klien untuk menekan ke bawah dengan otot perut untuk membantu
dalam mengosongkan kandung kemih.
10. Biarkan kateter unclamp selama 15 menit, kemudian clamp kembali untuk 1-2 jam.
11. Lanjutkan proses ini untuk pertama periode 24 jam.
12. Pada hari 2 tingkatkan waktu menjepit menjadi 2-3 jam, unclamp selama 15 menit
dan kemudian kembali clamp.
13. Lanjutkan proses ini untuk periode 24 jam kedua.
14. Pada hari ke-3 tingkatkan waktu menjepit mmenjadi 3-4 jam, unclamp selama 15
menit dan kemudian kembali clamp.
15. Kemudian Lanjutkan proses ini untuk periode 24 jam ketiga.
16. Pada hari ke-4, lepas kateter dan mulai membantu klien untuk melakukan toileting.
17. Membantu klien dengan gangguan kognitif ke toilet setiap dua jam untuk mencegah
episode mengompol.
18. Setelah melepas kateter, mulai program pelatihan kandung kemih formal, jika
diperlukan, untuk inkontinensia urin.
19. Alat-alat dibereskan
20. Cuci tangan
21. Dokumentasikan hasil tindakan
 Langkah-Langkah Bladder Training untuk kegel exercises (latihan pengencangan atau
penguatan otot-otot dasar panggul)
1. Jelaskan maksud, tujuan dan prosedur pada klien.
2. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam
sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.
3. Berikan klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
4. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan
berkemihnya tidak dapat ditahan.
5. Klien disuruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah
ditentukan 2-3 jam sekali
6. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah
klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
 Latihan 1
a. intruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
b. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih
kemudian memulainya kembali
c. Praktikkan setiap kali berkemih
 Latihan 2
a. Minta klien untuk mengambil posisi duduk atau berdiri.
b. Instruksikan klien mengencangkan otot - otot disekitar anus.
 Latihan 3
a. Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian
kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat.
b. Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan.
c. Ulangi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur selama tiga bulan.
 Latihan 4
a. Apabila memungkinkan anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut
ditekuk) kepada klien.
7. Evaluasi
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :
1) maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari
eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
2) Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan
kandung kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas
dalam.
3) Menghindari minuman yang mengandung kafein.
4) Minum obat diuretic yang telah diprogramkan atau cairan untuk
meningkatkan diuretic.
c. Setelah perawatan, Bantu pasien menyusun jadwal kateterisasi, mengukur
output urin setelah setiap kateterisasi. Biasanya, output dari masing-masing
kateterisasi harus antara 100 dan 300 ml. Jika output secara konsisten kurang
dari 100 ml, tingkatkan interval antara kateterisasi, jika lebih dari 300ml,
turunkan interval.
d. Obeservasi dan laporkan jika ada tanda dan gejala Urinary Tract Infection (UTI),
termasuk demam dan apabila terdapat darah atau pus dalam urine. Berikan
terapi antibiotik jika diperlukan.
e. Kaji status emosional pasien. (Williams, Lippiacott and Wilkins,2002)

G. Peran perawat
1. Pre (Sebelum Tindakan :
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
a. Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan
waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
b. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama.
c. Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder training
2. Post ( Setelah Tindakan )
 Perawat perlu melakukan pengkajian dan pemantauan pola berkemih setelah selesai
bladder training dan pelepasan kateter urin.
 Perawat medikal bedah juga harus responsif terhadap keluhan yang mungkin timbul
setelah kateter urin dilepas. Pasien diminta untuk segera melaporkan pada perawat atau
dokter jika ada keluhan yang dirasakan pasien saat berkemih.
 Dokumentasi
Bladder Training untuk scheduled bathroom trips (jadwal berkemih)
1. Nama klien yang melakukan prosedur.
2. Catat waktu setiap kali kateter dijepit (clamped) dan tidak dijepit (unclamped).
3. Catat jumlah, kejernihan/kecerahan dan warna urin.
4. Catat respon klien, catat setiap keluhan nyeri atau ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan prosedur.
5. Jika klien menolak dilakukannya tindakan Laporkan pada pengawas dan catat
alasan serta intervensi yang diambil.
6. Bila kateter dilepas, catat kemampuan klien untuk toileting dengan atau tanpa
episode mengompol.
7. Catat setiap keluhan nyeri atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
prosedur.
8. Tanda tangan dan nama klien yang melakukan prosedur.
Bladder Training untuk kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-
otot dasar panggul)
1. Nama klien yang melakukan prosedur.
2. Catat waktu pelaksanaan latihan.
3. Catat jumlah, kejernihan/kecerahan dan warna urin setiap kali kateter
unclamped.
4. Catat respon klien, catat setiap keluhan nyeri atau ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan prosedur.
5. Tanda tangan dan nama klien yang melakukan prosedur.
Daftar Pustaka

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : Proses dan praktik. Ed. 4. Jakarta: EGC

Suryahanto, T. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system perkemihan. Jakarta:
Trans Info Media

Smeltzer & Bare. 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC.

Kozier, erb, berman, synder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC

Maryam, R Siti., Ekasari, Mia Fatma., Rosidawati., Jubaedi, Ahmad., Batubara, Irwan. 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

Bayhakki, Krisna Yetti, Mustikasari. 2008. Bladder Training Modifikasi cara kozier pada pasien
pascabedah ortopedi yang terpasang kateter urine .,Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 7-13
Jurnal Keperawatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai